LP Hellp Syndrome [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN HELLP SYNDROME A. Definisi Preeklamsia berat adalah preeklamsia dengan tekanan darah sistolik ≥160mmHg dan tekanan darah sistolik ≥110 mmHg disertai dengan proteinuria lebih 5g/24jam. Eklamsia merupakan kasus akut pada penderita preeklamsi, yang disertai dengan kejang menyeluruh dan koma. Sindroma



HELLP ialah



preeklamsia-eklamsia



disertai



timbulnya



hemolisis,



peningkatan enzim hepar, disfungsi hepar, dan trombositopenia. H (Hemolisis) ialah pecahnya sel darah merah. EL (Elevated Liver Enzyme) ialah meningkatnya enzim-enzim di hati akibat adanya kerusakan, LP (Low Platelete Count) ialah menurunnya jumlah trombosit, mudah berdarah, dan sulit membeku. B. Klasifikasi Berdasarkan kadar trombosit darah, maka sindroma HELLP diklasifikasikan dengan nama “ klasifikasi Mississippi “ 1. kelas I  kadar trombosit ≤ 50.000/ml  LDH ≥600 IU/l  AST dan atau ALT ≥40IU/l 2. Kelas II  Kadar trombosit antara >50.000 ≤100.000/mm  LDH ≥600 IU/l  AST dan atau ALT ≥40IU/l 3. Kelas III  Kadar trombosit antara >100.000 ≤150.000/mm  LDH ≥600IU/l  AST dan atau ALT ≥40IU/l C. Etiologi Hingga kini belum diketahui dengan pasti penyebab sindrom ini. Meski begitu kebanyakan penderita sindrom HELLP berasal dari wanita hamil yang terkena preeklamsia. Calon mama yang di kehamilan sebelumnya menderita sindrom inu juga berisiko terkena lagi di kehamilan berikutnya. D. Manifestasi Kliis 1. Keluhan nyeri epigastrium atau nyeri perut kanan atas 2. Didahului tanda dan gejala yang tidak khas, seperti malaise, lemah, nyeri kepala, mual, muntah (gejala ini mirip tanda dan gejala infeksi virus). 3. Adanya tanda dan gejala preeklampsia.



4. Tanda tanda hemolisis intravaskular, khususnya kenaikan LDH, AST, dan bilirubin indirect, serta didapat kelainan pada apusan darah tepi. 5. Terdapat tanda kerusakan atau disfungsi sel hepatosit sel hepar, seperti kenaikan ALT,AST, LDH 6. Trombositopenia, ditandai dengan hitung trombosit ≤100.000/ml. E. Pathway



F. Pemeriksaan penunjang a. Laboratorium: untuk fungsi hati, urin dan darah b. Profil biofisikal, sebuah tes yang merupakan kombinasi dari NST dengan USG untuk menobservasi fetus c. Non Stress Test (NST), tes untuk mengetahui denyut jantung janin sebagai respon pergerakan janin d. Doppler flow studies, sebuah tipe ultrasound yang menggunakan gelombang suara untuk mengukur aliran darah melalui pembuluh darah. G. Penatalaksanaan Medis 1. Menilai dan menstabilkan kondisi ibu a. Jika ada DIC, atasi koagulopati



Kematian



b. Profilaksis anti kejang dengan MgSO4 c. Terapi hipertensi berat d. Rujuk ke pusat kesehatan tersier e. Computerised tomography (CT scan) atau Ultrasonografi (USG) abdomen bila diduga hematoma subskapular hati 2. Evaluasi kesejahteraan janin a. Non stress test/ test tanpa kontraksi (NST) b. Profil biofisik c. USG 3. Evaluasi kematangan paru janin jika umur kehamilan < 35 minggu a. Jika matur, segera akhiri kehamilan b. Jika immatur, beri kortikosteroid, lalu akhiri kehamilan KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HELLP SYNDROME 1) PENGKAJIAN



A.



Anamnesa :



a. Nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, berapa kali nikah, dan berapa lama. b. Riwayat kehamilan sekarang : kehamilan yang ke berapa, sudah pernah melakukan ANC, terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, dan penglihatan kabur. c. Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit jantung, ginjal, HT, paru. d. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu : adakah hipertensi atau preeklampsi. e. Riwayat kesehatan keluarga : adakah keluarga yang menderita penyakit jantung, ginjal, HT, dan gemmeli. f. Pola pemenuhan nutrisi. g. Pola istirahat. h. Psiko-sosial- spiritual :emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan. B.



Pemeriksaan Fisik a. Inspeksi : oedema, yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam. b. Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi oedema dengan menekan bagian tertentu dari tubuh. c. Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress, kelainan jantung, dan paru pada ibu. d. Perkusi : untuk mengetahui reflek patela sebagai syarat pemberian Mg SO4.



C.



Pemeriksaan penunjang a. Tanda vital yang diukur 2 kali dengan interval 6 jam. b. Laboratorium : proteinuri dengan kateter atau midstream (biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau + 1 sampai + 2 pada skala kualitatif), kadar hematokrit menurun, berat jenis urine meningkat, serum kreatinin meningkat, uric acid > 7 mg/100 ml. c. USG : untuk medeteksi keadaan kehamilan, dan plasenta. d. NST :untuk menilai kesejahteraan janin.



2) Diagnosa Keperawatan a. Gangguan nutrisi pada fetus berhubungan dengan placenta yang mengalami hipoksia b. Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan oliguria dan anuria. c. Gangguan perfusi jaringan ginjal berhubungan dengan hipoksia



d. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kehamilan dengan tek. darah tinggi e. Resiko tinggi injury ibu berhubungan dengan penurunan aliran darah dalam otak 3) Intervensi keperawtan TINDAKAN/INTERVENSI Gangguan nutrisi pada fetus berhubungan



RASIONAL



dengan placenta yang mengalami hipoksia MANDIRI 1. Kaji status nutrisi seraca continu, Memberikan kesempatan untuk mengobserpasi selama



perawatan



perhatikan keinginan



setiap



hari, penyimpangan dari normal atau dasar pasien dan



tingkat untuk



energi; mempengaruhi pilihan intervensi.



makan



dan



anoreksia. 2. Timbang berat badan setiap hari Membuat dan



bandingkan



dengan



data



dasar,



membantu



dalam



berat memantau keefektifan aturan terapeutik, dan



badan saat penerimaan.



menyadarkan perawat terhadap ketidak tepatan kecendrungan



dalam



penurunan



atau



ketidakseimbangan



antara



penambahan berat badan. 3. Dokumentasikan



masukan



oral Mengidentifikasi



selama 24 jam, riwayat makanan, perkiraan kebutuhan nutrisi dan masukan aktual. jumlah kalori dengan tepat. 4. Berikan



larutan



nutrisi



pada Ketentuan dukungan nutrisi didasarkan pada



kecepatan yang dianjurkan melalui perkiraan kebutuhan kalori dan protein. alat kontrol infus sesuai kebutuhan atur kecepatan pemberian per jam sesuai



anjuran.



Jangan



meningkatkan kecepatan untuk “ mencapai”



Resiko



tinggi



defisit



volume



cairan



berhubungan dengan oliguria dan anuria. Mandiri 1. Rencanakan penggantian cairan pada Membantu menghindari periode tanpa cairan, pasien,



berikan



minuman



yang meminimalkan kebosanan pilihan yang terbatas



disukai sepanjang 24 jam.



dan menurunkan rasa kekurangan dan haus.



2. Pertahankan masukan dan haluaran Penurunan perfusi ginjal, insufisiensi jantung, akurat.



Perhatikan



penurunan dan perpindahan cairan dapat menyebabkan



haluaran urin, keseimbangan cairan penurunan haluaran urin dan pembentukan positif pada kalkulasi 24 jam.



edema.



3. Timbang berat badan sesuai indikasi. Satu



liter



retensi



cairan



sama



dengan



Waspada terhadap penambahan berat penambahan berat badan 1 kg. badan akut dan tiba-tiba. 4. Balik, posisikan ulang, dan berikan Menurunkan tekanan dan friksi pada jaringan perawatan kulit pada interval reguler.



edema, yang lebih cenderung rusak daripada jaringan normal.



5. Pantau adanya/lokasi pembentukan Edema mungkin umum atau lokal pada area edema.



dependen.



Kolaborasi 1. Berikan diet tinggi protein, rendah Peningkatan protein serum dapat meningkatkan natrium.



Batasi



cairan



sesuai gradien osmotik koloid dan meningkatkan aliran



indikasi.



balik cairan ke ruang vaskuler. Pembatasan natrium/air menurunkan retensi ekstraseluler.



2. Berikan diuretik, mis., diuretik loop, Untuk mencapai ekskresi kelebihan cairan, baik furosemid (Lasik); diuretik triazid, diuretik mis.,



hidroklorotiazid,



diuretik



hemat



kalium.



tunggal



(mis.,



tiazid)



esidex; kombinasi dapat dipilih (mis.,



atau



agen



tiazid dan



Mis., spironolakton). Kombinasi dapat membantu bila



sporonolakton (Aldactone).



dua obat memiliki sisi berbeda dari kinerjanya dan untuk efektifitas.



3. Ganti



kehilangan



kalium



sesuai Kekurangan



indikasi



digunakan



kalium



(bila



pembuang



diuretik kalium)



yang dapat



menyebabkan disrimia jantumg letal bila tidak teratasi.



Gangguan



perfusi



jaringan



ginjal



berhubungan dengan hipoksia Mandiri 1. Ajarkan



individu



untuk Dehidrasi akan menyebabkan kinerja ginjal



menghindari dehidrasi dalam cuaca meningkat.



panas.



Keseimbangan diet yang baik meliputi protein



2. Dorong nutrisi dan vitamin yang



dan hidrasi adekuat, perlu untuk penyembuhan dan regenerasi jaringan.



tepat.



3. Catat haluaran urine setiap jam dan Penurunan haluaran urinedengan peningkatan berat jenis akan mengindikasikan penurunan



berat jenisnya.



perfungsi ginjal yang dihubungkan dengan perpindahan cairan dan vasokontriksi selektif. Kurangnya



pengetahuan



berhubungan



dengan kehamilan dengan tek. darah tinggi Mandiri 1. Kaji tingkat ansietas : ringan, Mengetahui sedang, berat, panik. 2. Singkirkan



tingkat



kecemasan



klien



dan



menentukan intervensilanjutan.



stimulasi



yang Mengurangi penyebab terjadinya cemas.



berlebihan. 3. Bila



ansietas



berkurang,



telah



bantu



klien



cukup Mendorong klien untuk mulai fokus ke masalah dalam yang dihadapinya dan berusaha memecahkannya.



mengenali ansietas dengan tujuan untuk



mulai



memahami



atau



memecahkan masalah. Resiko tinggi injury ibu berhubungan dengan penurunan aliran darah dalam otak Mandiri 1. Orientasikan setiap pasien baru Mengenalkan sekeliling rumah sakit untuk terhadap sekeliling, jelaskan sistem mencegah terjadinya cedera. telepon, kaji kemampuan individu untuk menggunakannya. 2. Awasi individu secara ketat selama Beberapa malam pertama tidur di rumah sakit beberapa malam pertama untuk mungkin klien akan kesulitan untuk tidur dan mengkaji keamanan. 3. Gunakan lampu malam.



beradaptasi. Menambah penerangan untuk klien.



Kolaborasi 1. Pantau adanya obat – obat yang Klien mungkin belum tahu efek dan kegunaan mempunyai efek – efek vertigo.



obat itu.



DAFTAR RUJUKAN Brunner&Suddart. 2011. Kepertawatan Medikal Bedah, Ed 12 hal 457.EGC: Jakarta. Cunningham FG, Gant FN, Leveno KJ, dkk. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta: EGC, 2005. Mansjoer, A dkk. 2010. Kapita Selekta Kedokteran. FK UI: Jakarta NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan NANDA : Masalah Yang Lazim Muncul Nurarif, AH dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA NIC-NOC, jilid 5 hal 65. Mediaction: Jogyakarta



Prawirohardjo,   Sarwono. 2008.  Ilmu Kebidanan. 2009.  Jakarta:  PT  Bina  Pustaka   Obstetri Williams Edisi 21. EGC, Jakarta: 2006 Price, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta : EGC. 2002 Saifuddin AB. Dalam Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi Keempat. Jakarta : BP – SP, 2008. Smeltzer, S. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume 2 Edisi 8. Jakarta : EGC. 2001



LEMBAR PENGESAHAN Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Hellp Syndrome di Ruang ICU RSUD Gambiran Kota Kediri Telah disahkan pada : Hari



:



Tanggal



: Mahasiswa



Fita Purnamasari R



Mengetahui, Pembimbing Klinik



Pembimbing Institusi



________________ _________________



Kepala Ruang R.ICU RSUD Gambiran Kota Kediri



_________________



LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN HELLP SYNDROME DI RUANG ICU RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI



OLEH: FITA PURNAMASARI RAHMADHANI 1401470027



PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN LAWANG POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG Maret 2018