LP HIE [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Tinjauan Teori Kasus A. Pengertian Hipoksia adalah suatu kondisi jaringan tubuh kekurangan oksigen. Kondisi ini disebabkan oleh hipoksemia, yaitu tingkat oksigen dalam darah lebih rendah dari normal. Hipoksia dan hipoksemia dapat menjadi gejala dari kondisi lain yang menyebabkan kesulitan bernapas dan sirkulasi darah. Hypoxic ischaemic encephalopathy (HIE) merupakan penyebab penting kerusakan permanen sel-sel pada Susunan Saraf Pusat (SSP), yang dapat berdampak pada kematian atau kecacatan berupaka palsi cerebral atau defisiensi mental.



B. Etiologi Oksigenase yang tidak adekuat, CHD, gagal napas, keracunan CO2



C. Patofisiologi Kontinuitas suplai darah ke otak sangat penting agar dapat menjamin stabilitas fungsi otak. Terhentinya sirkulasi darah dapat menyebabkan menghilangnya kesadaran. Otak adalah organ yang sangat sensitif terhadap hipoksia, karena konsumsi otak sangat tinggi dibandingkan organ lainnya. Hipoksia adalah suatu kondisi jaringan tubuh kekurangan oksigen. Kondisi ini disebabkan oleh hipoksemia, yaitu tingkat oksigen dalam darah lebih rendah dari normal. Hypoxic ischaemic encephalopathy (HIE) merupakan hasil dari hipoksemia dan iskemik, kedua kondisi ini mengakibatkan munculnya defisiensi suplai oksigen pada jaringan serebral. Tanpa oksigen produksi ATP mitokondria akan berhenti dan persedian ATP akan dihabiskan dengan cepat, yang akibatnya dapat mengganggu fungsi otak. Ini menimbulkan pembebasan (release) glutamate secara besar-besaran.



Glutamate yang berlebihan di sinaps mempercepat kematian dari berbagai neuron. Jika pnyebabnya tidak di koreksi , maka dapat memicu kerusakan serebral.



D. Manifestasi Klinis



-



Tampak pada 24 jam pertama setelah episode hipoksik



-



Tonus otot abnormal (biasanya hipotania)



-



Gangguan menelan



-



Sesak napas



-



Episode apnea



-



Penurunan kesadaran



E. Pemeriksaan Diagnostik a. MRI untuk mengetahui status meilinisasi, prognosis, follow up, dan perkembangan defect yang ada di otak, biasanya memberikan gambaran: -



Loss of cerebral gray and white matter differentiation



-



Cortical highlighting (particularly in the parasagittal perirolandic cortex)



-



Basal ganglia or thalamus injury



-



Parasagittal cerebral injury



-



Decreased signal in the posterior limb of the internal capsule (PLIC)



b. Cranial USG dapat mengetahui apakah terjadi pendarahan intracerebral atau intraventricular c. EEG untuk menentukan staging dari HIE



F. Penatalaksanaan -



Pertahankan oksigenisasi dan keseimbangan asam basa



-



Jika perlu lakukan ventilasi mekanik



-



Monitoring dan pertahankan kalori, cairan dan kadar elektrolit serta glukosa



Tinjauan Teori Askep A. Pengkajian Primer 1. Airway Kaji adanya penyumbatan jalan napas 2. Breathing -



Kaji respiratory rate



-



Kaji saturasi oksigen



-



Berikan oksigen jika pasien mengalami hipoksia untuk mempertahankan saturasi > 92%



3. Circulation -



Kaji denyut jantung



-



Monitor tekanan darah



4. Disability -



Pantau vital sugn, tingkat kesadaran, curah jantung, reflek pupil, tonus otot dan pergerakan motoric



-



Perhatikan perubahan pasien



-



Tinggikan bagian kepala



5. Exposure



B. Pengkajian Sekunder 1. Identitas pasien 2. Riwayat penyakit saat ini 3. Riwayat penyakit sebelumnya 4. AMPLE (alergi, medikasi, past medical history, last meal, event/ peristiwa penyebab) 5. Pemeriksaan fisik 6. Pemeriksaan penunjang



C. Diagnosa Keperawatan 1. ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hipoksia 2. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan suplai darah, O2 dan nutrisi kejaringan menurun



D. Intervensi Keperawatan Diagnosa Keperawatan



Tujuan dan Kriteria Hasil



Intervensi



Rasional



Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hipoksia



Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkaan pola napas pasien efektif, dengan kriteria hasil:



1. Kaji frekwensi, kedalaman pernapasan dan ekspansi dada



1. Kecepatan biasanya meningkat apabila terjadi meningkatan kerja napas



Frekuensi dan kedalaman pernapasan dalam rentang normal, tidak terdapat penggunaan otot bantu napas



2. Catat upaya pernapasan, termsuk penggunaan oto bantu pernapasan 3. Auskultasi bunyi napas 4. Tinggikan kepala dan berikan posisi yang nyaman 5. Berikan oksigen tambahan



2. Penggunaan otot bantu pernapasan sebagai akibat dari peningkatan kerja napas 3. Bunyi napas menurun/tidak ada bila jalan napas obstruksi dan adanya bunyi napas ronchi dan mengi menandakan adanya kegagalan pernapasan 4. Untuk memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernapasan 5. Memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas



Gangguan perfusi setelah jaringan cerebral diberikan asuhan berhubungan keperawatan dengan suplai diharapkan perfusi jaringan darah, O2 dan cerebral



1. Kaji tingkat kesadaran pasien 2. Pantau tanda-tanda vital pasien



1. Penurunan kesadaran merupakan manifestasi penurunan suplai darah dan oksigen kejaringa otak yang



nutrisi kejaringan adekuat dengan kriteria hasil: menurun



3. Berikan oksigen



1. Tandatanda vital stabil 2. Tidak terjadi penurunn kesadaran



parah 2. Sebagai dasar untuk mengetahui adanya penurunan oksigen kejaringan otak 3. Menurunkan hipoksia yang dapat menyebabkan vasodilatasi cerebral dan tekanan meningkat/terbentu knya edema



E. Implementasi Keperawatan Implementasi yang dilakukan berdasarkan rencana keperawatan yang telah dibuat dan disesuaikan dengan kondisi pasien



F. Evaluasi Keperawatan Evaluasi adalah hasil dari asuhan keperawatan yang di berikan apakah sesuai dengan kriteria hasil atau masalah belum teratasi.