LP Hiperglikemia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Telah disetujui Preseptor Klinik Hari / Tanggal : Tanda Tangan :



Telah disetujui Preseptor Akademik Hari / Tanggal : Tanda Tangan :



STATE MEDIKAL BEDAH PROGRAM STUDI NERS (PROFESI) “HIPERGLIKEMIA”



      



DISUSUN OLEH : RISKA NPM . 21260168



LAPORAN PENDAHULUAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKES) UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU TAHUN 2021



A.



B.



Hiperglikemia 1. Definisi Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar glukosa darah di dalam tubuh tinggi ditandai dengan poliuria, polidipsia, polifagia, kelelahan yang parah (fatigue), dan pandangan kabur (Depkes, 2005). Hiperglikemia merupakan salah satu tanda khas dari penyakit hiperglikemia. Hiperglikemia terjadi karena adanya peningkatan kadar glukosa dalam darah melebihi batas normal. Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan kadar glukosa darah puasa melebihi 100 mg/dL atau kadar glukosa darah sewaktu melebihi 200 mg/dL yang dibuktikan melalui pemeriksaan laboratorium kadar glukosa darah dan gambaran klinis pasien. (Farid, 2014) Gangguan sekresi insulin dan efek kerja insulin sering terjadi bersamaan pada pasien yang sama, dan seringkali tidak jelas kelainan mana, jika salah satunya, merupakan penyebab utama hiperglikemia (American Diabetes Association, 2014). 2. Etiologi Penyebab tidak diketahui dengan pasti tapi umumnya diketahui kekurangan insulin adalah penyebab utama dan faktor herediter yang memegang peranan penting. Yang lain akibat pengangkatan pancreas, pengrusakan secara kimiawi sel beta pulau langerhans. Faktor predisposisi herediter, obesitas. Faktor imunologi; pada penderita hiperglikemia khususnya DM terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap sebagai jaringan asing (Nurarif dan Kusuma, 2015). Peningkatan kadar gula darah bisa disebabkan oleh banyak hal misalnya terlalu banyak mengkonsumsi karbohidrat, tidak mengkonsumsi obat Hiperglikemia atau mengkonsumsi obat Hiperglikemia yang tidak 1



tepat dosisnya, bahkan dalam keadaan stress atau sakit juga dapat memicu peningkatan kadar glukosa darah (Pakhetra et al,2011). 3. Patofisiologi Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh sel beta yang terdapat di pancreas. Pada keadaan normal, kadar insulin dalam darah akan berfluktuasi tergantung kadar gula dalam darah. Fungsi utama insulin yaitu mendistribusikan glukosa yang terdapat dalam darah ke seluruh tubuh untuk dimetabolisme untuk menghasilkan energi (Anies,2018:73-74). Glukosa merupakan karbohidrat sederhana yang terdapat dalam darah dan perangsang atau stimulator utama pelepasan insulin dari sel beta (Bilous dkk, 2014). Pada resistensi insulin, terjadi peningkatan produksi glukosa dan penurunan penggunaan glukosa sehingga mengakibatkan



hiperglikemia



(Wahyuningsih,



2013). Gula



yang



berlebihan sebagai hasil dari pengambilan oleh sel tidak dapat disimpan di jaringan otot akan tertahan di aliran darah, sehingga terjadilah kenaikan gula darah (Sustrani dkk, 2006. Hiperglikemi akan mengakibatkan seseorang mengalami glukosuria, yang menyebabkan osmotik diuresis. Osmotik diuresis akan menimbulkan sesuatu keadaan di mana ginjal tidak dapat meningkatkan glukosa yang difiltrasi. Ginjal tidak mengikat glukosa yang difiltrasi akan mengakibatkan cairan diikat oleh glukosa, sehingga cairan dalam tubuh akan berlebihan yang akan dimanifestasikan dengan banyak mengeluarkan urin (Susetyo, 2012).



4. Tanda dan Gejala Hiperglikemia



merupakan



penyakit



yang



ditandai



dengan



peningkatan kadar gula darah sehingga gejala dari hiperglikemia dan hiperglikemia sama. Menurut Fatmah (2010) gejala hiperglikemia mellitus dibedakan menjadi akut dan kronik. Gejala akut meliputi poliphagia (banyak makan), polydipsia (banyak minum), polyuria (banyak kencing /



2



sering kencing di malam hari), nafsu makan bertambah namun berat badan turun dengan cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu) dan mudah lelah. Sedangkan gejala kronis menurut Ardhila dan oktaviani (2013) Gejala Kronik hiperglikemia mellitus meliputi kram, mudah mengantuk, mat a menjadi kabur, gatal sekitar kemaluan terutama pada wanita, gigi mudah goyang dan lepas, kemampuan seksual menurun, dan bagi ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau melahirkan dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg. 5. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang menurut PERKENI (2015) : a) Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu >200 mg/dL b) Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL dengan adanya keluhan klasik. c) Tes toleransi glukosa oral (TTGO). Meskipun TTGO dengan beban 75 g glukosa lebih sensitif dan spesifik dibanding dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa, namun pemeriksaan ini memiliki keterbatasan tersendiri. TTGO sulit untuk dilakukan berulang-ulang dan dalam praktek sangat jarang dilakukan karena membutuhkan persiapan khusus. d) Pengukuran tekanan darah, termasuk pengukuran tekanan darah dalam posisi berdiri untuk mencari kemungkinan adanya hipotensi ortostatik, serta ankle brachial index (ABI),untuk mencari kemungkinan penyakit pembuluh darah arteri tepi e) Pemeriksaan funduskopi f) Pemeriksaan rongga mulut dan kelenjar tiroid g) Pemeriksaan jantung h) Evaluasi



nadi,



baik



secara



palpasi



maupun



dengan



stetoskopPemeriksaan ekstremitas atas dan bawah, termasuk jari i) Pemeriksaan kulit (acantosis nigrican dan bekas tempat penyuntikan insulin) dan pemeriksaan neurologi 3



j) Tanda-tanda penyakit lain yang dapat menimbulkan DM tipe-lain k) Glukosa darah puasa dan 2 jam post prandial l) Pemeriksaan A1C m) Profil lipid pada keadaan puasa (kolesterol total, HDL, LDL, dan trigliserida) n) Kreatinin serum, albuminuria, keton, sedimen, dan protein dalam urin 6. Komplikasi Ulkus diabetik merupakan salah satu komplikasi akut yang terjadi pada penderita Hiperglikemia tapi selain ulkus diabetik antara lain : a. Komplikasi



Akut. Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari



ketidakseimbangan jangka pendek dari glukosa darah. Hipoglikemik dan ketoadosis diabetik masuk ke dalam komplikasi akut. b. Komplikasi kronik. Yang termasuk dalam komplikasi kronik ini adalah



makrovaskuler dimana komplikasi ini menyerang pembuluh darah besar, kemudian mikrovaskuler yang menyerang ke pembuuluh darah kecil bisa menyerang mata (retinopati), dan ginjal. Komplikasi kronik yang ketiga yaitu neuropati yang mengenai saraf. Dan yang terakhir menimbulkan gangren. c. Komplikasi jangka panjang dapat juga terjadi antara lain, menyebabkan



penyakit jantung dan gagal ginjal, impotensi dan infeksi, gangguan penglihatan (mata kabur bahkan kebutaan), luka infesi dalam , penyembuhan luka yang jelek. d. Komplikasi pembedahan, dalam perawatan pasien post debridement



komplikasi dapat terjadi seperti infeksi jika perawatan luka tidak ditangani dengan prinsip steril. 7. Penatalaksanaan Hiperglikemia merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah



atau



hiperglikemia



akibat 4



kekurangan



hormo



insulin



(Wahyuningsih,2013). Penatalaksanaan pada Hiperglikemia bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup penyandang hiperglikemia dengan pengendalian glukosa darah, tekanan darah, berat badan, dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien secara komprehensif (PARKENI, 2015). Menurut Bilous dan Donelly (2014) penatalaksanaan hiperglikemia meliputi; a. Modifikasi Gaya Hidup Modifikasi gaya hidup bertujuan untuk menurunkan berat badan pasien dan mengurangi faktor resiko penyakit kardiovaskular. modifikasi gaya hidup diantaranya yaitu berolahraga, berhenti merokok, dan membatasi asupan karbohidrat dan lemak. b. Pendidikan Kesehatan Terstruktur Aktivitas fisik akan meningkatkan rasa nyaman, baik secara fisik, psikis maupun sosial dan tampak sehat bagi pasien Hiperglikemia dan dapat mengurangi resiko kejadian kardiovaskular serta meningkatkan harapan hidup. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum melakukan olahraga. Apabila kadar glukosa darah 250 mg/dL dianjurkan untuk menunda latihan jasmani. c. Obat Antihiperglikemia Oral Menurut PARKENI (2015) berdasarkan cara kerjanya, obat antihiperglikemia digolongkan menjadi ; 1) Pemacu Sekresi Insulin (Insulin Secretagogue) Obat yang termasuk golongan ini yaitu sulfonilurea dan glinid. Obat ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Efek samping utama dari penggunaan obat ini yaitu hipoglikemia dan peningkatan berat badan. 2) Peningkat Sensitivitas terhadap Insulin Obat yang termasuk golongan ini yaitu metformin dan tiazolidindion. Metformin mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati (glukoneogenesis), dan memperbaiki ambilan glukosa di jaringan perifer sedangkan tiazolidindion mempunyai 5



efek menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa, sehingga meningkatkan ambilan glukosa di jaringan perifer. 3) Penghambat Absorpsi Glukosa di saluran pencernaan Obat yang termasuk golongan ini yaitu penghambat alfa glucosidase, penghambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase-IV) dan Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Cotransporter 2). Obat-obat tersebut berfungsi menghambat penyerapan glukosa di saluran pencernaan sehingga kadar glukosa dapat terkendali. kadar glukosa darah. Semakin tinggi asupan karbohidrat sederhana maka kadar glukosa darah akan semakin tinggi. Mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat sederhana seperti gula yang sifatnya manis akan meningkatkan kadar glukosa darah sewaktu (Yuniati, 2017). Peningkatan kadar glukosa darah ini berkaitan dengan metabolisme dari karbohidrat. Karbohidrat akan dipecah dan diserap dalam bentuk monosakarida, terutama gula. Karbohidrat sederhana dengan ikatan glukosa tunggal akan langsung masuk ke aliran darah, sehingga kadar gula darah akan meningkat dengan cepat sehingga asupan karbohidat ini perlu di awasi (Sustrani, dkk 2006).



6



8. Pathway Menurut Mutaqqin, 2008 Umur



Penurunan fungsi indra pengecap



Konsum si makana n manis berlebih



Penur unan fungsi pankr eas



P e n u r u n a n k u a l i t a s d a n kuantitas insulin HI PE RG LI KE 7



Gaya Hidup



MI A Penurunan glukosa dalam sel Cadangan lemak dan protein turun BB turun



Kerusakan vasskuler Neuropati perifer ULKUS



Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah



Kerusakan integritas kulit



Pembedahan ( Pengeluar an histamin Nyeri akut & prosglandi Gangguan mobilitas fisik n



Debridement ) Adanya perlukaan pada kaki Luka insisi tidak terawat



Peningkatan leukosit Resiko Infeksi



8



C. Konsep Asuhan Keperawatan Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah pada Pasien Hiperglikemi 1. Pengkajian keperawatan a. Primer assessment/primer survey b. Keluhan Utama 1) Keluhan utama saat masuk rumah sakit, keluhan yang paling utama di keluhkan oleh pasien sehingga masuk rumah sakit 2) Keluhan saat pengkajian, keluhan yang dikeluhkan pasien saat dilakukan pengkajian 3) Airway : -4) Breathing: hiperventilasi, napas bau aseton 5) Circulation: lemah, tampak pucat ( disebabkan karena glukosa Intra Sel Menurun sehingga Proses Pembentukan ATP/Energi Terganggu) 6) Disability: perubahan kesadaran (jika sudah terjadi ketoasidosis metabolik) 7) Exposure: c. Riwayat Penyakit 1) Riwayat Penyakit Terdahulu, Catatan tentang penyakit yang pernahdialami pasien sebelum masuk rumah sakit 2) Riwayat Penyakit Sekarang, Catatan tentang penyakit yang dialami pasien saat ini (saat pengkajian) 3) Riwayat Penyakit Keluarga, Catatan tentang penyakit keluarga pasien yang berhubungan dengan penyakit saat ini d. Secondary assesment 1) Five Intervension: Glukosa darah: meningkat 100-200 mg/dL, atau lebih, Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok, Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat, Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330mOsm/l, Elektrolit : Natrium: mungkin normal, meningkat atau menurun, Kalium : normal atau peningkatan semu 9



(perpindahan seluler), selanjutnya akan menurun, Fosfor : lebih sering menurun, Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 24 kali lipat dari normal yang mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir (lama hidup SDM) dan karenanya sangat bermanfaat dalam membedakan DKA dengan kontrol tidak adekuat versus DKA Pemeriksaan mikroalbumin, Mendeteksi komplikasi pada ginjal dan kardiovaskular 2) Nefropati Diabetik, Salah satu komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit diabetes adalah terjadinya nefropati diabetic, yang dapat menyebabkan gagal ginjal terminal sehingga penderita perlu menjalani cuci darah atau hemodialisis. Nefropati diabetic ditandai dengan kerusakan glomerolus ginjal yang berfungsi sebagai alat penyaring. Gangguan pada glomerulus ginjal dapat menyebabkan lolosnya protein albumin ke dalam urine. Adanya albumin



dalam



urin



(=albuminoria)



merupakan indikasi



terjadinya nefropati diabetic. 3) Pemeriksaan



HbA1C



atau



pemeriksaan



A1C,



Dapat



Memperkirakan Risiko Komplikasi Akibat DM HbA1c atau A1C Merupakan senyawa yang terbentuk dari ikatan antara glukosa dengan hemoglobin (glycohemoglobin). Jumlah A1C yang terbentuk, tergantung pada kadar glukosa darah. Ikatan A1c stabil dan dapat bertahan hingga 2-3 bulan (sesuai dengan sel darah merah) Kadar A1C mencerminkan kadar glukosa darah rata-rata dalam jangka waktu 2-3 bulan sebelum pemeriksaan. 4) Head to toe a) Kepala, Bentuk simetris, warna rambut hitam, persebaran rambut merata, , benjolan tidak ada, nyeri tekan tidak ada. b) Muka, Bentuk simetris, agak pucat, edema tidak ada, c) Mata, Konjungtiva anemis, reflek pupil ishokor, benjolan tidak ada, nyeri tekan tidak ada. 10



d) Hidung, Bentuk simetris, secret tidak ada e) Telinga, Serumen tidak ada, bentuk simetris, nyeri tekan tidak ada. f)



Mulut dan Gigi Bentuk simetris, mukosa mulut kering, kebersihan cukup, lidah bersih, pembesaran tonsil tidak ada.



g) Leher, Pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, distensi vena jugularis tidak ada h) Thorak, Bentuk dada simetris, suara nafas wheezing dan krekel tidak ada, retraksi otot dada tidak ada i)



Abdomen, Bentuk simetris, lesi tidak ada, peristaltic usus 8 x/menit, pembesaran hati tidak ada, nyeri lepas dan nyeri tekan tidak ada,



j)



Ekstermitas, Edema tidak ada, sianosis tidak ada, pergerakan terkoordinir tetapi lemah (Nisiin, 2010)



2. Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan yang difokuskan pada penelitian ini yaitu pasien Hiperglikemia dengan diagnosa keperawatan ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan (b.d) resistensi insulin ditandai dengan (d.d) lelah atau lesu, kadar glukosa dalam darah tinggi, mulut kering, pasien mengalami penurunan kesadaran 3. Perencanaan keperawatan Rencana keperawatan merupakan tindakan yang dilakukan oleh perawat berdasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. Proses yang dilakukan sebelum menetapkan intervensi keperawatan, yaitu menetapkan tujuan atau luaran (outcome) yang ingin dicapai sesuai kondisi pasien. Jenis luaran keperawatan dibagi menjadi luaran positif yaitu menunjukan kondisi, perilaku, yang sehat dan luaran negatif yaitu kondisi atau perilaku yang tidak sehat. Komponen dari luaran keperawatan terdiri dari label, ekspetasi, dan kriteria hasil. Label luaran keperawatan merupakan kondisi, prilaku, dan persepsi pasien yang dapat diubah, diatasi dengan 11



intervensi keperawatan.



12



Rencana Keperawatan Pada Pasien Hiperglikemia dengan Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah No Tujuan dan Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI) 1 2 3 1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Hiperglikemia ...x...... jam diharapkan ketidakstabilan Observasi kemungkinan kadar glukosa darah teratasi dengan a) Identifikasi penyebab hiperglikemia kriteria hasil : b) Identifikasi situasi Label : Kestabilan kadar glukosa yang menyebabkan kebutuhan darah insulin meningkat c) Monitor kadar glukosa darah, jika 1) Kesadaran meningkatan (5) perlu 2) Lelah /lesu menurun (5) d) Monitor tanda dan gejala 3) Mulut kering menurun (5) hiperglikemia 4) Rasa haus menurun (5) e) Monitor intake dan outpun cairan 5) Kadar glukosa dalam darah f) Monitor keton urine,kadar analisa membaik (5) gas darah,elektrolit,tekanan 6) Kadar glukosa dalam urine darah ortostatik dan frekuensi membaik (5) nadi Terapeutik a) Berikan asupan cairan oral b) Konsultasi dengan medis jika



tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada atau memburuk Edukasi a) Anjurkan monitor kadar



glukosa darah secara mandiri



b) Ajarkan indikasi dan



pentingnya pengujian keton urine, jika perlu c) Ajarkan mengelola diabetes Kolaborasi a) Kolaborasi pemberian insulin,



jika perlu



b) Kolaborasi emberian cairan IV,



Sumber : Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016)



jika perlu



c) Kolaborasi pemberian kalium,



jika perlu



13



4. Implementasi keperawatan Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi yang dibuat pada tahap perencanaan. 5. Evaluasi keperawatan b. Evaluasi formatif merupakan catatanperkembangan pasien yang dilakukan setiap hari. c. Evaluasi somatif merupakan catatan perkembangan pasien yang dilakukan sesuai dengan target waktu tujuan atau rencana keperawatan (Hidayat, 2021).



14



DAFTAR PUSTAKA ADA. 2003 Clinical practice recommendation. Diabetes Care. Arjatmo, T. 2002. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu Cetakan.2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo Agung, Doenges. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Untuk Perencanaan dan 10 Pendukomentasian Perawatan Pasien: Edisi-3, Alih bahasa : Kariasa,I.M., Sumarwati,N.M. Jakarta : EGC. Frank B. HU, M.D. Jeann E. Manson, dkk. Diet , Life Style, And The Risk Of Type 2 Diabetes Mellitus In wWomen. The New England Journal Of Medicine. Vol. 345. Price, Sylvia Anderson. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit. Jakarta: EGC Smeltzer, S.C. Bare, B.G., 2001, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, EGC, Jakarta. Suyono. 2003. Metabolic Endokrin : Diabetes Mellitus Di Indonesia. Jakarta : PAPDI FKUI. Tambayong, 2000, Patofisiologi untuk Keperawatan, EGC, Jakarta. Tjokroprawiro A, 2001, Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Waspadji, Sarwono. 2007. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia



15