12 0 182 KB
LAPORAN PENDAHULU AN KGD NAMA: Dian Arista Hipoglikemi dan hiperglikemi Jenis Kasus : NonTrauma Ruangan : Kasus ke : 1
CATATAN KOREKSI PEMBIMBING
KOREKSI I
(………………………………………)
KOREKSI II
………………………….)
(………………………..……...
A. Definisi 1. Hiperglikemi Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah rentang rmal 80 – 90 mg / dl darah, atau rentang non puasa sekitar 140 – 160 mg /100 ml darah (Waspadji, 2007). penyebab tidak diketahui dengan pasti tapi umumnya diketahui kekurangan insulin adalah penyebab utama. 2. Hipoglikemia Hipoglikemia ( kadar glukosa darah rendah secara abnormal) terjadi ketika glukosa darah turun dibawah 50-60 mg/dL. Hal ini dapat terjadi karena terlalu banyaknya insulin atau agens hipoglikemik oral, terlalu sedikit makanan, atau berlebihannya aktivitas fisik. Tingkatan hypoglikemia adalah sebagai berikut: a. Hipoglikemia ringan Ketika kadar glukosa menurun, sistem saraf simpatik akan terangsang. Pelimpahan adrenalin kedalam darah menyebabkan gejala seperti perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar. b. Hipoglikemia
sedang
Penururnan
kadar
glukosa
yang
menyebabkan sel-sel otak tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Berbagai tanda gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup ketidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, patirasa didaerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional, c. Hipoglikemia berat Fungsi sistem saraf mengalami gangguan yang sangat berat sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemi yang dideritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi, serangan kejang, sulit dibangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran
A. Manifestasi klnis 1. Hiperglikemia kronis pada DM berkaitan dengan kegagalan atau kerusakan dari berbagai organ pada jangka yang panjang terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah. Gejala yang umumnya dirasakan oleh penderita Diabetus Melitus yaitu keluhan klasik seperti penurunan berat badan (BB) dan rasa lemah, banyak kencing, banyak minum dan banyak makan dan keluhan Lain seperti ganguan saraf tepi / kesemutan dan gangguan penglihatan (Soegondo, Soewondo dan Subekti, 2009). 2. -
Gejala hipoglikemik dapat dikelompokkan kedalam dua kategori:
gejala adrenergic dan gejala system saraf pusat. -
Gejala hipoglikemik dapat terjadi secara mendadak dan tidak diduga serta berbeda antara satu individu dengan individu lain.
-
Pasien yang kadar glukosa darahnya biasanya berada dalam kisaran normal yang rendah mungkin tidak menunjukan gejala ketika kadar glukosadarah turun secara lambat kebawah 50mg/dL.
-
Penurunan respon hormonal (adregenik) terhadap hipoglikemia dapat terjadi pada pasien yang telah menderita diabetes selama bertanun-tahun pasien harus melakukan pemeriksaan glukosa darah dengan sering.
-
Saat kadar glukosa turun, lonjakan normal adrenalin tidak terjadi, dan pasien tidak erasakan gejala adregenik yang biasanyak (berkeringat gemetaran).
B. Komplikasi 1. Hiperglikemia a. Ketoasidosis Diabetik (DKA) Apabila kadar insulin sangat menurun, pasien mengalami hiperglikemi dan glukosuria berat, penurunan lipogenesis, peningkatan lipolisis dan peningkatan oksidasi asam lemak bebas disertai pembentukan benda keton. Peningkatan
keton
dalam
plasma
mengakibatkan
ketosis.
Peningkatan produksi keton meningkatkan beban ion hidrogen dan asidosis metabolik. Glukosuria dan ketonuria yang jelas juga dapat mengakibatkan diuresis osmotik dengan hasil akhir dehidrasi dan kekurangan elektrolit. Pasien dapat menjadi hipotensi dan mengalami syok. Akibat penurunan oksigen otak, pasien akan mengalami koma dan kematian. b. Hiperglikemia, hiperosmolar, koma nonketotik (HHNK) Sering terjadi pada penderita yang lebih tua. Bukan karena defisiensi insulin absolut, namun relatif, hiperglikemia muncul tanpa ketosis. Hiperglikemia berat dengan kadar glukosa serum > 600 mg/dl. Hiperglikemia menyebabkan hiperosmolaritas, diuresis osmotik dan dehidrasi berat
C. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan darah Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl dan duajam post prandial > 200 mg/dl. 2. Urine Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan dengancara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ),kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ) 3. Kultur pus Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan jeniskuman
D. Penatalaksanaan medis 1. Hiperglikemi Tujuan utama terapi adalah menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah guna mengurangi munculnya komplikasi vascular dan neropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah untuk mencapai
kadar
glukosa
normal
(euglikemia)
tanpa
disertai
hipoglikemia dan tanpa mengganggu aktivitas pasien sehari-hari. Ada lima
komponen
penatalaksanaan
diabetes:
nutrisi,
olahraga,
pemantauan, terapi famakologis, dan edukasi.
Terapi primer untuk diabetes tipe 1 adalah insulin
Terapi primer untuk diabetes tipe 2 adalah penurunan berat badan
Olahraga penting untuk meningkatkan keefektifan insulin
Penggunaan agens hipoglikemik oral apabila diet dan olahraga tidak berhasil mengontrol kadar gula darah. Injeksi insulin dapat digunakan kondisi akut.
Mengingat terapi bervariasi selama perjalanan penyakit karena adanya perubahan gaya hidup dan status fisik serta emosional dan juga kemajuan terapi, terus kaji dan modifikasi rencana terapi serta lakukan penyesuaian terapi setiap hari. Edukasi diperlakukan untuk pasien dan keluarga
2. Hipoglikemi -
Glucagon, 1 mg per subkutan atau per intramusklar untuk pasien yang tidak dapat menelan, atau yang menolak terapi. Pasien mungkin memerlukan waktu sampai dengan 20 menit atau memulihkan kesadarannya. Berikan sumber karbohidrat pekat yang dilanjutkan kudapan ketika pasien siuman.
-
Sebanyak 25 sampai 50 ml dekstrosa 50% dalam air berikan perintravena kepada pasien yang tidak sadar maupun tidak mampu menelan
E. Penatalaksanaan Kegwatdaruratan Pengkajian Primary:
Cek respon 1) Airway Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bernafas dengan bebas,ataukah ada secret yang menghalangi jalan nafas. Jika ada obstruksi, lakukan :
Chin lift/ Jaw thrust
Suction
Guedel Airway
Instubasi Trakea
2) Breathing Bila jalan nafas tidak memadai, lakukan :
Beri oksigen
Posisikan semi Flower
3) Circulation Menilai sirkulasi / peredaran darah
Cek capillary refill
Auskultasi adanya suara nafas tambahan
Segera Berikan Bronkodilator, mukolitik.
Cek Frekuensi Pernafasan
Cek adanya tanda-tanda Sianosis, kegelisahan
Cek tekanan darah
Penilaian ulang ABC diperlukan bila kondisi pasien tidak stabil 4) Disability Menilai kesadaran pasien dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respon terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar. Kaji pula tingkat mobilisasi pasien. Posisikan pasien posisi semi fowler, esktensikan kepala, untuk memaksimalkan ventilasi. Segera berikan Oksigen sesuai dengan kebutuhan, atau instruksi dokter. Pengkajian Sekunder Hipoglikemia: 1) BTLS ( Bentuk Tumor Luka Sakit ) head to toe. Pemeriksaan Fisik Fokus
a. Sistem Endokrin 1) Pengkajian luka diabetic menggunakan Wagner Assessment Tools Deraja
Lesi
t 0 1 2 3 4 5
tidak ada luka kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit kerusakan kulit mencapai otot dan tulang terjadi abses Gangren pada kaki bagian distal Gangren pada seluruh kaki dan tungkai
2) Pengkajian luka diabetic menggunakan Texas University Diabetic Assessment Stadium A
Derajat Lesi
0 1 dengan Ulkus
2 Ulkus
3 Ulkus
penetrasi
penetrasi
epitelisasi
superfisial,
komplit
tidak mencapai ke
tendon ke
tendon, kapsul atau kapsul B C D
Infeksi Iskemik Infeksi
atau sendi
atau tulang Infeksi Infeksi Infeksi Iskemik Iskemik Iskemik dan Infeksi dan Infeksi dan Infeksi dan
Iskemik
Iskemik
Iskemik
Iskemik
3) Pemeriksaan neuropati menggunakan monofilament Pemeriksaan neuropati dilakukan pada telapak kaki pasien diabetic untuk mengetahui area resiko luka.Terdapat 12 titik pemeriksaan neuropati.
4) Pemeriksaan Ankle Brachial Indeks Ankle Brachial Indeks (ABI) digunakan untuk mengevaluasi vaskularisasi
arteri
tulang
perifer
pasien.Penurunan
nilai
ABI
mengindikasikan gangguan vaskularisasi arteri. Penurunan nilai ABI sedang adalah jika nilai ABI berada kisaran 0,41-0,90. Nilai
ABI
1,3 kemungkinan terjadi pada kaki dengan kalus yang tebal yang juga dapat menyebabkan hipoperfusi. Nilai ABI >1,3 juga engindikasikan adanya kalsifikasi arterial. b. Sistem Integumen Inspeksi
Ukur tanda-tanda vital
Conjungtiva : anemis / tidak,muka : anemis/tidak
Warna kulit pucat/tidak
Kebersihan kulit
Mukosa mulut : lembab/tidak
Area lesi
Pengkajian luas luka ditentukan, bila : Luka bakar : menggunakan rule of line Luka tekan : menggunakan NPUAP PUSH Luka gangren : mengunakan wagren assessment mengkaji karakteristik luka akut ( selain luka tekan dan luka DM )
Ada nanah atau tidak
Ada bau atau tidak
Ada epitelisasi atau tidak
Jahitan intak, tidakada jaringan terbuka (khusus untuk luka post operasi berupa sutura)
Palpasi
Tekstur kulit teraba kasar atau halus
Teraba jaringan lain/tumor
Cek CTR
Akral : hangat/dingin
Teraba hangat/dingin
2) Anamnesis KOMPAK (Keluhan, Obat, Makanan, Penyakit, Alergi, Kejadian). K: Sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan lebih sering hipoglikemi merupakan diagnose sekunder yang menyertai keluhan lain sebelumnya seperti asfiksia, kejang, sepsis O: Obat-Obatan a. Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral (OHO) b. Insulin 1. Beberapa cara pemberian insulin a. Suntikan insulin subkutan b. Insulin regular mencapai puncak kerjanya pada 1 – 4 jam, sesudah suntikan subcutan, kecepatan
absorpsi
di
tempat
suntikan
tergantung pada beberapa faktor antara lain M: banyak makan/ tidak nafsu makan P:penyakit yang pernah di derita A:alergi obatan atau makan K:kejadian saat terjadi penurunan kesadaran/ sesak 3) Pemeriksaan diagnostic : cek darah lengkap, Rontgen, CT Scan, MRI. 4) Transfer/Rujuk Pasien dirujuk apabila rumah sakit tidak mampu menangani pasien karena keterbatasan sdm maupun fasilitas serta keadaan pasien yang masih memungkinkan untuk dirujuk. Tentukan indikasi rujukan dan kebutuhan penderita selama perjalanan serta komunikasikan dengan dokter pada pusat rujukan yang dituju
F. Pengkajian Keperawatan Fokus 1. Wawancara a. Identitas Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat,
statusperkawinan, suku bangsa, nomor
register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis b. Keluhan Utama Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun, adanya lukayang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka. c. Riwayat Kesehatan sekarang Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta
upaya
yang
telahdilakukan
oleh
penderita
untuk
mengatasinya. d. Riwayat kesehatan dahulu Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada kaitannya dengandefisiensi
insulin
misalnya
penyakit
pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas,maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obatobatan yang biasa digunakan oleh penderita. e. Riwayat kesehatan keluarga Dari
genogram
anggota keturunan
keluarga
keluarga yang
yang dapat
biasanya
terdapat
salah
satu
jugamenderita DM atau penyakit
menyebabkan
terjadinya
defisiensi
insulinmisal hipertensi, jantung. G. Patofisiologi hiperglikemia 1. Hiperglikemia dapat disebabkan defisiensi insulin yang dapat disebabkan oleh prosesautoimun, kerja pancreas yang berlebih, dan herediter. Insulin yang menurun mengakibatkanglukosa sedikit yang masuk kedalam sel. Hal itu bisa menyebabkan
lemas
dengan
Kompensasi
kadarglukosa tubuh
dalam
dengan
darah
meningkat.
meningkatkan
glucagon
sehinggaterjadi proses glukoneogenesis. Selain itu tubuh akan menurunkan penggunaan glukosa olehotot, lemak dan hati serta peningkatan produksi glukosa oleh hati dengan pemecahan lemakterhadap
kelaparan
sel.
Hiperglikemia
dapat
meningkatkan jumlah urin yang mengakibatkandehidrasi sehingga tubuh akan meningkatkan rasa haus (polydipsi). Penggunaan lemak untukmenghasilkan glukosa memproduksi badan keton yang dapat mengakibatkan anorexia (tidaknafsu makan), nafas bau keton dan mual (nausea) hingga terjadi asidosis ( Keto asidosis diabetikum). 2. Hipolikemia Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung pada glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas, otak dapat memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu dipakai dalam beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat tergantung pada suplai glukosa secara terus menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam system saraf pusat dan saraf-saraf di dalam system saraf tersebut. (kedia, 2011) Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka akan mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental seseorang telah dapat dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian besar neuron menjadi tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.
PATOFLOW Hiperglikemia Herediter, sel B pancreas terganggu ↓ Produksi insulin terganggu ↓ Glikogenolosis
Glucagon meningkat ↓
↓
Deficit glikogen pada hepar
Hipperglikemik (>100mg/Dl )
↓
↓
Gula darah menurun100mg/Dl )
S:
↓
-pusing
liposis↑
O:
↓
-sianosis
Glukosuria
-diaphoresis -pernapaan
Gangguan
↓ cuping
hidung
asam lemak bebas↑ ↓
-pola napas abnormal
Diuretic osmotic
-kesadaran menurun
ketonimia ↓ menumpuk dalam darah ketoasidosis ↓ asidosis metabolic ↓
Faktor resiko: -pemantauan darah tidak stabil
glukosa
Gangguan pertukaran gas Herediter, sel B pancreas terganggu ↓ Produksi insulin terganggu ↓
Resiko Ketidak stabilan
kadar
glukosa darah
-kurang patuh rencana manejemdiabetik Mematuhi
(mis. rencana
Glukosa tidak dapat masuk ke sel ↓ Glukosa tidak dapat masuk vascular
↓
tindakan) Kondisi klinis:
Ketidak stabilan gula darah
-hipoglikemi Ketoasidosis diabetikum 2.
-diabetes militus Faktor resiko: 1.Ketidak
seimbangan
cairan (dehidrasi) 2.gangguan mekanisme regulasi 3.disfungsi ginjal
Glukosa tidak dapat masuk ke sel Glucagon meningkat ↓ Hipperglikemik (>100mg/Dl ) ↓ Darah ke ginjal meningkat ↓ Kerja nefron bertambah ↓ Keadaan kronis, kematian nefron, pembentukan jaringan parut ↓ Aliran darah ke ginjal menurun ↓ GFR menurun ↓ Gagal mempertahankan metabolismedan keseimbangan cairan ↓ Resiko ketidak seimbangan elektrolit
Resiko
ketidak
seimbangan elektrolit
H. Rencana Asuhan Keperawatan Diagnosa Keperawatan
Intervensi
Aktivitas
pertukaran Setelah dilakukan asuhan
(SIKI) Teraapi
1. Monitor kecepatan aliran oksigen
hiperglikemi keperawatan selama 8 jam
oksigen
2. Monitor posisi alat terapi
Gangguan gas
b.d
Kriteria Hasil (SLKI)
ditandai oleh
diharapkan pertukaran gas
Gejala tanda mayor:
dapat teratasi dengan kriteria
S:
hasil:
-dispnea
-tingkat kesadaran meningkat
O:
-dispnea menurun
5. Monitor tanda-tanda hipoventilasi
-hiperkapnia/ hiperkabia
-pco2 membaik
6. Pertahankan kepatenan jalan napas
-hipoksemia
-Po2 membaik
7. Kolaborasi dosis oksigen jika diperlukakan
-Co2 abnormal
-Ph arteri membaik
-ph arteri abnormal
-Takikkardi membaik
Gejala tanda minor:
-Sianosis membaik
S:
-Pola napas membaik
-pusing
3. Monitor aliran oksigen secara periodic dan pastikan fraksasi yang diberikan 4. Monitor efektifitas terapi oksigen (mis.oksimetri, analisa gas darah)
O: -sianosis -diaphoresis -pernapaan
cuping
hidung -pola napas abnormal -kesadaran menurun Risiko Ketidakstabilan Setelah dilakukan asuhan
Manajemen
Observasi
Kadar Glukosa Darah keperawatan selama 1 jam
hiperglikemia
1.identifikasi penyebab hiperglikemi
b.d hipoglikemi
diharapkan kadar glukosa
2.identifikasi yang menyebabkan insulin meningkat
Faktor resiko:
dalam batas normal dengan
3.monitor kadar gluosa darah
-pemantauan
glukosa kriteria hasil :
darah tidak stabil
4.monitor tanda gejala hiperglikemi (mis.poliuria,
Dapat mengontrol kadar
polidispia)
-kurang patuh rencana
glukosa darah dalam batas
5.monitor intake output
manejemdiabetik
normal
6. monitor urin, kadar agd, eliktrolit
Mematuhi tindakan)
(mis. rencana
(70,00-
140,00mg/dL)
Klien patuh pada rencana
Terapeutik
Kondisi klinis:
manajemen
1.berikan asupan cairan
-hipoglikemi
(melakukan diet sehat)
diabetes
Ketoasidosis diabetikum
Dapat mengontrol BB
Kolaborasi:
-diabetes militus
Status nutrisi adekuat
1.kolaborasi pemberian insulin, jika perlu 2. kolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu 3. kolaborasi pemberiankalium, jika perlu Manajemen hipoglikemia
Observasi 1.
Identifikasi tanda dan gejala hipoglikemi
2.
Identifikasi penyebab hipoglikemi
Terapeutik: 1.berikan karbohidrat sederhana 2.berikan glukagon bila perlu 3.pertahankan akses IV 4.pertahankan kepatenan jalan napas Kolaborasi 1.kolaborasi pemberian dextrose jika perlu Ketidak
stabilan Setelah dilakukan asuhan
elektrolit b.d DM
keperawatan selama 8 jam
Faktor resiko:
maka keseimbangan elektrolit
Pemantauan
2.kolaborasi pemberian glukagon jika perlu Observasi:
elektrolit
1.monitor kadar elektrolit serum 1. monitor mual muntah diare
1.Ketidak
seimbangan teratasi dengan kriteria hasil:
cairan (dehidrasi)
-serum natrium normal
2.gangguan mekanisme -kalium normal regulasi
-Klorida normal
3.disfungsi ginjal
-kalsium normal
3. monitor kehilangan cairan jika perlu Terapetik 1. Alur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien 2. Dokumentasi hasil pemantauan
-magnesium normal
I. Referensi Tim pokja SIKI DPP PPNI. 2016. SDKI, SLKI, SIKI. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI Brunner & Suddart, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3, Edisi 8, Penerbit RGC, Jakarta. Doenges, Marilynn E., Moorhouse, Mary Frances dan Geissler, Alice C. 2000. Edisi 3.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta.EGC. Mansjoer, A dkk.2007. Kapita Selekta kedokteran, jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius