LP Ikterik Neonaterum [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK IKTERUS NEONATERUM



Oleh : REVI RISKA RINA M P17210193061



POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG JURUSAN KEPERAWATAN D3 KEPERAWATAN MALANG Agustus 2021



IKTERUS NEONATORUM



I.



DEFINISI Ikterus adalah gejala kuning pada sclera kulit dan mata akibat bilirubin yang berlebihan didalam darah dan jaringan. Normalnya bilirubin serum kurang dari 0,5mg%. Ikterus nyata secara klinis jika kadar bilirubin meningkat diatas 2mg%. (Nurarif dan Kusuma,2015) Ikterus adalah warna kuning yang tampak pada kulit dan mukosa karena adanya bilirubin pada jaringan tersebut akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Ikterus adalah warna kuning pada kulit, konjungtiva, dan selaput akibat penumpukan bilirubin. Sedangkan hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin serum yang menjurus kearah terjadinya kernikterus atau ensefalopati bilirubin bila kadar bilirubin yang tidak dikendalikan. Ikterus adalah warna kekuningan pada kulit yang timbul pada hari ke 2-3 setelah lahir, yang tidak mempunyai dasar patologis dan akan menghilang dengan sendirinya pada hari ke-10.



II.



PATOFOSIOLOGI Bilirubin



adalah produk pemecahan hemoglobin



yang berasal dari



pengrusakan sel darah merah/RBCs. Ketika RBCs rusak maka produknya masuk sirkulasi, dimana hemoglobin pecah menjadi heme dan globin. Globin (protein) digunakan kembali oleh tubuh sedangkan heme akan dirubah menjadi bilirubin unkonjugata dan berkaitan dengan albumin. Didalam liver bilirubin berkaitan dengan protein plasma dan dengan bantuan enzim glukoronil transferase dirubah menjadi bilirubin konjugata yang akan dikeluarkan lewat saluran empedu ke saluran intestinal. Di intestinal dengan bantuan bakteri saluran intestinal akan dirubah menjadi urobilinogen dan starcobilin yang akan memberi warna pada feses. Umumnya blirubin akan dieksresi lewat feses dalam bentuk stakobilin dan sedikit melalui urine dalam bentuk urobilinogen.



Pada BBL bilirubin direk dapat dirubah menjadi bilirubin indirek didalam usus karena terdapat beta glukoronidase yang berperan penting terhadap perubahan tersebut. Bilirubin indirek diserap lagi oleh usus kemudian masuk kembali ke hati. 1. Fisiologis Ikterus Fisiologis memiliki karakteristik sebagai berikut : - Timbul kuning setelah usia 24 jam - Peningkatan bilirubin tidak lebih dari 5mg/dL dalam 24jam - Mencapai kadar puncak pada hari ke-3 sampai hari ke-5 (pada bayi kurang bulan : kadar puncak pada hari ke-4 hingga hari ke-7) dan kadar maksimal tidak lebih dari 15mg/dL - Menghilang pada hari ke-7 (pada bayi kurang bulan akan menghilang sejak hari ke-14) Secara umum, ikterus fisiologis terjadi akibat 2 proses, yaitu : 1. Produksi bilirubin meningkat - Konsentrasi Hb tinggi saat lahir dan menurun cepat selama beberapa hari pertama kehidupan. - Umur sel darah merah pada bayi baru lahir lebih pendek 2. Eksresi bilirubin menurun - Ambilan pada sel hati menurun - Konjugasi di hati menurun karena imaturitas enzim-enzim hati - Sirkulasi enterohepatik meningkat 2. Patologis Ikterus patologis umumnya ditandai dengan : - Muncul pada 24jam pertama - Peningkatan bilirubin >5mg/dL per 24 jam - Kuning menetap setelah hari ke-7 (aterm) atau setelah hari ke-14 (preterm) - Kadar bilirubin total >15mg/dL Pendekatan ikterus bermacam-macam, salah satunya berdasarkan awitam : 1. 72 jam : - Sepsis - Sefalhematoma - Breastmilk jaundice - Kelainan metabolik - Hepatitis neonatal - Atresia bilier 3. Derajat ikterus



- Derajat I : daerah kepala dan leher, perkiraan kadar bilirubin 5,0mg% - Derajat II : sampai badan atas (dada dan punggung), perkiraan kadar bilirubin 9,0mg% - Derajat III : sampai badan bawah hingga tungkai (perut bwah sampai lutut), perkiraan kadar bilirubin 11,4mg% - Derajat IV : sampai daerah lengan dan kaki bawah lutut, perkiraan kadar bilirubin 12,4mg% - Derajat V : sampai daerah telapak tangan dan kaki, perkiraan kadar bilirubin 16,0mg%



4. Etiologi Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Secara garis besar etiologi ikterus neonatorum dapat dibagi : 1. Produksi yang berlebihan Hal ini melebihi kemampuan bayi untuk mengeluarkannya, misalnya pada hemolisis yang meningkat pada inkompatibilitas darah Rh, AB0, golongan darah lain, definisi enzim G-6-PD, piruvat kinase, perdarahan tertutup, dan sepsis 2. Gangguan dalam proses “uptake” dan konjugasi hepar Gangguan ini dapat disebabkan oleh bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak terdapatnya enzim glukoronil transferase (sindrom criggler-Najjar). Penyebab lain yaitu defisiensi protein. Protein Y dalam hepar yang berperan penting dalam uptake bilirubin ke sel hepar 3. Gangguan transportasi Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkat ke hepar. Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat. Misalnya salisilat, sulfafurazole. Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekat ke sel otak. 4. Gangguan dalam eksresi Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau diluar hepar. Kelainan diluar hepar biasanya disebabkan oleh kelainan bawaan. Obstruksi dalam hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab lain. (Nurarif dan Kusuma, 2015)



5. Pathway



hemoglobin



hemo



globin



feco



biliverdin



Pemecahan bilirubin berlebih



Peningkatan destruksi eritrosit (ggn konjungsi bilirubin/ggn transport bilirubin/ peningkatan siklus enteropetik) Hb dan eritrosit abnormal



Ikterik neonatus



Ikterus pada sklera leher dan badan, peningkatan bilirubin indirect



Kerusakan integritas kulit



Peningkatan bilirubin unjongned dalam darah > pengeluaran mekonium terlambat/ obstruksi usus> tinja berwarna pucat



Suplai bilirubin melebihi tampungan



Hepar tidak mampu melakukan konjugasi



Sebagian masuk kembali ke siklus amerohepatik



Indikasi



Sinar dengan intensitas



Kekurangan volume cairan



Risiko cidera



Gangguan suhu



Ketidakefektifan termoregulasi



III.



PEMERIKSAAN PENUNJANG 1 USG 2



Kadar Bilirubin serum (total)



3



Darah tepi lengkap dan gambar apusan darah tepi



4



Penentuan golongan darah dan Rh dari ibu dan bayi



5



Pada ikterus yang lama, lakukan uji fungsi hati, uji fungsi tiroid, uji urin terhadap galaktosemia



6



Bila secara klinis dicurigai sepsis, lakukan pemeriksaan kultur darah, urin, IT rasio, dan peemriksaan C reaktif protein (CRP)



IV.



PENATALAKSANAAN 1 Penatalaksanaan Medis 2



Penatalaksanaan medis berdasarkan penyebabnya, maka menejemen bayi dengan hiperbilirubinemia diarahkan untuk mecegah anemia dan membatasi efek dari hiperbilirubinemia. Pengobatan mempunyai tujuan:



3



Menghilangkan anemia a)



Menghilangkan antibodi maternal dan eritrosit tersensitisasi



b) Meningkatkan badan serum albumin c)



Menurunkan serum bilirubin metode therapi pada hiperbilirubinemia Meliputi; 1. Fototherapi Fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan tranfusi pengganti untuk menurunkan bilirubin. Memaparkan neobatus pada cahaya dengan intensitas yang tinggi akan menurunkan bilirubin dalam kulit. Fototherapi menurunkan kadar bilirubin dengan cara memfasilitais eksresi biliar bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorsi jaringan mengubah bilitubin tak terkonjugasi



menjadi



dua



isomer



yang



disebut



fotobilirubin.



Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh darah melalui mekanisme difusi. Didalam darah foto bilirubin berikatan dengan albumin dan dikirim ke hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke empedu dan dieksresi kedalam deodenum untuk dibuang bersama feses



tanpa proses konjugasi oleh hati. Hasil fotodegradasi terbentuk ketika sindar mengoksidasi bilirubin dapat dikeluarkan melalui urine. Fototherapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan kadar bilirubin, tetapi tidak dapat mengubah penyebab kekuningan dan hemolisis dapat menyebabkan anemia. Secara umum fototherapi harus diberikan pada kadar bilirubin indirek 4-5mg/dl. Neonatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000gram harus di fototherapi dengan konsentrasi bilirubin 5mg/dl. Beberapa



ilmuan



mengarahkan



untuk memberikan



fototherapi



propilaksis pada 24jam pertama pada bayi risiko tinggi dan berta badan lahir rendah. 2.



Tranfusi pengganti Tranfusi pengganti atau imediat diindkasikan adanya faktor-faktor : a. Titer anti Rh lebih dari 1:16 pada ibu b. Penyakit hemolisis berat pada bayi baru lahir c. Penyakit hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama d. Tes Coombs positif e. Kadar bilirubin direk lebih besar 3,5mg/dl pada minggu pertama f. Serum bilirubin indirek lebih dari 20mg/dl pada 48jam pertama g. Hemoglobin kurang dari 12gr/dl h. Bayi dengan hidrops saat lahir i. Bayi pada risiko terjadi kern ikterus Transfusi pengganti digunakan untuk : a. Mengatasi anemia sel darah merah yang tidak suseptible(rentan) terhadap sel darah merah terhadap antibodi maternal b. Menghilangkan



sel



darah



merah



untuk



yang



tersensitisasi



(kepekaan) c. Menghilangkan serum bilirubin d. Meningkatkan



albumin



keterikatan dengan bilirubin



bebas



bilirubin



dan



meningkatkan



V.



ASUHAN KEPERAWATAN 1.



Pengkajian a. Anamnese orang tua/keluarga Ibu dengan rhesus (-) atau golongan darah O dan anak yang mengalami neonatal ikterus yang dini, kemungkinan adanya erytrolastosisfetalis (Rh, ABO, incompatibilitas lain golongan darah). Ada saudara yang menderita penyakit



hemolitik



bawaan



atau



ikterus,



kemungkinan



suspec



spherochytosis herediter kelainan enzim darah merah. Minum air susu ibu, ikterus kemungkinan karena pengaruh pregnanediol. 1. Riwayat kelahiran Ketuban pecah dini, kesukarankelahiran dengan manipulasi berlebihan merupakan predisposisi terjadinya infeksi 2. Pemberian obat anestesi, analgesikyang berlebihan akan mengakibatkan gangguan nafas (hypoksia), acidosis yang akan menghambat konjugasi bilirubin. 3. Bayi dengan apgar score rendah memungkinkan terjadinya (hypoksia), acidosis yang akan menghambat konjugasi bilirubin 4. Kelahiran prematur berhubungan juga dengan prematuritas organ tubuh (hepar) b. Pemeriksaan fisik 1. Keadaan umum tampak lemah, pucat, dan ikterus dan aktivitas menurun 2. Kepala leher Bisa dijumpai ikterus pada mata (sclera) dan selaput/mukosa pada mulut. Dapat juga diidentifikasi ikterus dengan melakukan tekanan langsung pada daerah menonjol untuk bayi dengan kulit bersih (kuning) 3. Dapat juga dijumpai cianosis pada bayi yang hypoksia 4. Dada Selain akan ditemukan tanda ikterus juga dapat ditemukan tanda peningkatan frekuensi nafas 5. Status kardiologi menunjukkan adanya tachicardia, khususnya ikterus yang disebabkan oleh adanya infeksi.



6. Perut a. Peningkatan dan penurunan bising usus/peristaltik perlu dicermati. Hal ini berhubungan dengan indikasi penatalaksanaan phototherapi. b. Gangguan membuncit,



peristaltik muntah,



tidak



diindikasikan



mencret



phototherapi.



merupakan



akibat



Perut



gangguan



metabolisme bilirubin enterohepatik 7. Splenomegali dan hepatomegali dapat dihubungkan dengan sepsis bacterial, tixoplasmosis, rubella 8. Urogenital Urine kuning dan pekat, adanya feses yang pucat/acholis/seperti dempul atau kapur merupakan akibat dari gangguan/atresia saluran empedu 9. Ekstremitas Menunjukkan tonus otot lemah 10. Kulit Tanda dehidrasi ditunjukkan dengan turgor yang jelek, elastisitas menurun 11. Pemeriksaan neurologis adanya kejang, epistotonus, lethargy dan lainlain menunjukkan adanya tanda-tanda kern ikterus 2. Diagnosa yang mungkin muncul 1. ( D.0023) Hipovolemia b.d kekurangan intake cairan d.d nadi teraba lemah, turgor kulit menurun, konsentrasi urine meningkat 2. (D.0149) Termoregulasi tidak efektif b.d dehidrasi d.d kulit hangat, pucat, frekuensi napas meningkat 3. (D.0136) Risiko cedera b.d terpapar zat kima toksik d.d kegagalan mekanisme pertahanan tubuh 3. Rencana keperawatan Diagnosa Keperawatan (SDKI) ( D.0023) Hipovolemia b.d



Kriteria Hasil (SLKI) Tujuan setelah dilakukan



Intervensi (SIKI) Manajemen hipertermia



kekurangan intake cairan d.d



tindakan keperawatan selama



(I.15506)



nadi teraba lemah, turgor



2x24jam, masalah



Observasi



kulit menurun, konsentrasi



hipovolemia teratasi. Kriteria



urine meningkat



hasil: ( Status Cairan



hipertermia



L.03028)



(penggunaan



-



-



Kekuatan nadi dari



inkubator) -



Monitor suhu tubuh



5



-



Monitor kadar



Turgor kulit dari 5



elektrolit Terapeutik -



Membran mukosa dari skala 3 membaik



-



Identifikasi penyebab



skala 3 meningkat ke



skala 3 meningkat ke -



-



Longgarkan atau lepaskan pakaian



-



Ganti linen setiap hari



ke 5



atau lebih sering jika



Kadar Hb dari skala 3



mengalami



membaik ke 5



hiperhidrosis(keringat berlebih) Edukasi -



Anjurkan tirah baring



Kolaborasi -



Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu



(D.0149) Termoregulasi



Tujuan setelah dilakukan



Edukasi termoregulasi



tidak efektif b.d dehidrasi d.d



tindakan keperawatan selama



(I.12457)



kulit hangat, pucat, frekuensi



2x24jam, masalah



Observasi



napas meningkat



termoregulasi tidak efektif



-



Identifikasi kesiapan



teratasi. Kriteria hasil:



dan kemampuan



(Termoregulasi L.14134)



menerima informasi



-



Pucat dari skala 3 menurun ke 5



-



Terapeurik -



Jadwalkan pendidikan



Suhu tubuh dari skala



kesehatan sesuai



3 membaik ke 5



kesepakatan



-



Suhu kulit dari skala



-



3 membaik ke 5



Berikan kesempatan untuk bertanya



Edukasi -



Ajarkan kompres hangat jika demam



-



Anjurkan pemberian antipiretik, sesuai indikasi



-



Anjurkan membanyak minum



(D.0136) Risiko cedera b.d



Tujuan setelah dilakukan



Pencegahan cedera (I.14537)



terpapar zat kima toksik d.d



tindakan keperawatan



Observasi



kegagalan mekanisme



2x24jam masalah risiko



pertahanan tubuh



cedera teratasi. Kriteria hasil:



lingkungan yang



(Tingkat cedera L.14136)



berpotensi



-



Kejadian cedera dari skala 3 menurun ke 5



-



Identifikasi area



menyebabkan cedera -



Identifikasi obat yang



Perdarahan dari skala



berpotensi



3 menurun ke 5



menyebabkan cedera



Frekuensi nadi dari skala 3 membaik ke 5



-



-



Terapeutik -



Sediakan



Frekuensi napas dari



pencahayaan yang



skala 3 membaik ke 5



memadai -



Pertahankan posisi tempat tidur di posisi terendah saat digunakan



-



Pastikan roda tempat tidur atau kursi roda



dalam keadaan terkunci Edukasi -



Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh ke pasien.



DAFTAR PUSTAKA



Wong. 1999. Nursing Care of Infants Children. Mosby Year Boodc Philadelphia Markum, A.H. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jilil. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Jakarta Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik. Terjemahan Tim PSIK Unpad. Jakarta:EGC Klaus and Forotaff. 1998. Penatalaksanaan Neonatus Risiko Tinggi. Edisi 4. Jakarta:EGC Wim de Jong et al. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta:EGC Atikah, Vidya dan Pongki Jaya, 2016. Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak PraSekolah. Jakarta:Trans Info Media