LP Impaksi Gigi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gigi impaksi adalah gagalnya erupsi gigi pada posisi fungsional normal, berhubungan dengan kekurangan ruang (pada arkus dental), obstruksi oleh gigi lain atau berkembang dalam posisi yang abnormal. Gigi impaksi dapat berupa impaksi seluruhnya yaitu ketika gigi seluruhnya ditutupi oleh jaringan lunak dan sebagian atau sepenuhnya ditutupi oleh tulang alveolus, atau impaksi sebagian, ketika gigi gagal untuk erupsi ke posisi fungsional normalnya. Secara normal, molar ketiga emerge antara umur 18-24 tahun. Menurut National Institute for health and Clinical Excellence (NICE), gigi molar yang mengalami impaksi ini bila tidak dicabut, maka akan menimbulkan masalah. Masalah yang ditimbulkan adalah perubahan patologis, seperti inflamasi jaringan lunak sekitar gigi, resorpsi akar, penyakit tulang alveolar dan jaringan lunak, kerusakan gigi sebelahnya, perkembangan kista dan tumor, karies bahkan sakit kepala atau sakit rahang. Insidensi gigi impaksi terjadi hampir pada seluruh ras di dunia, termasuk diantaranya ras Kaukasia. Hampir seluruh gigi dapat mengalami impaksi. Penelitian mengenai insidensi terjadinya gigi permanen yang mengalami impaksi menunjukan frekuensi yang tinggi pada gigi molar ketiga maksila dan mandibula, kemudian baru diikuti oleh gigi kaninus. Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk melihat gambaran impaksi yang terjadi di seluruh dunia. Salah satunya penelitian tersebut menyatakan telah dipastikan bahwa satu dari sebelas molar ketiga mandibula pada usia 15 sampai 35 tahun mengalami impaksi. Pencabutan gigi molar ketiga ini sudah banyak dilakukan, termasuk di Negara Inggris, yaitu pada tahun 2011-2014 ada lebih dari 36.000 pasien dan 60.000 perawatan untuk operasi pencabutan gigi molar ketiga ini, baik pada rahang atas maupun rahang bawah. Untuk gigi impaksi lainnya bervariasi dari 5,6 sampai 18,8% pada populasi di dunia. Penelitian di Swedia, tahun 2015, menyatakan walaupun gigi impaksi (selain gigi molar ketiga) hanya mempunyai persentase kecil dalam populasi, tetapi 22,4% pasien disarankan untuk melakukan evaluasi ortodontik.



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA



A. Definisi Gigi Impaksi Gigi ampaksi adalah gigi yang erupsinya terhalang oleh gigi tetangga, tulang sekitar,  jaringan patologis dan gigi yang posisinya tidak sesuai dengan lengkung rahang. Gigi permanen manusia yang paling sering mengalami impaksi adalah gigi molar ketiga bawah, lalu gigi molar ketiga atas selanjutnya gigi caninus atas. Archer menulis bahwa frekwensi impaksi gigi molar ketiga atas yang terbanyak dibandingkan dengan molar ketiga bawah (Kresnanda, 2008). Frekwensinya berturut-turut gigi molar ketiga bawah, gigi molar ketiga atas, gigi caninus atas, gigi premolar bawah, gigi caninus bawah, gigi premolar atas, gigi incisivus atas atau bawah (Rusli, 2013) B. Etiologi 1.



Penyebab lokal: a. Posisi yang tidak teratur dari gigi-geligi dalam lengkung rahang. b. Densitas (kepadatan) tulang di atas dan sekitarnya. c. Keradangan yang menahun dan terus menerus sehingga dapat menyebabkan bertambahnya jaringan mukosa di sekitarnya. d. Tanggalnya gigi sulung yang terlalu cepat, ini mengakibatkan hilang



atau



berkurangnya



tempat



untuk



gigi



permanen



penggantinya. 2.



Penyebab sistemik: a. Herediter : Dimana rahangnya sempit sedangkan gigi geliginya besar. b. Miscegenation



(percampuran



ras) :



Misalnya,



perkawinan



campuran dari satu ras yang mempunyai gen dominan c. gigi besar dan ras lainnya dominan pada rahang yang kecil atau sempit.



3.



Penyebab postnatal: Semua keadaan-keadaan yang dapat mengganggu pertumbuhan anak, misalnya penyakit: ricketsia, anemia, syphilis, TBC, gangguan kelenjar endokrin, malnutrisi. Keadaan yang jarang ditemukan: a. Cleidoncranial disostosis Keadaan kongenital yang jarang ditemukan, dimana terlihat cacat ossifikasi dari tulang tengkorak, hilangnya sebagian atau seluruhnya tulang clavicula, terlambatnya exfoliasi gigi sulung, gigi permanen tidak erupsi dan terdapat rudimenter supernumerary teeth. b. Oxycephali Suatu keadaan dimana terlihat kepala yang meruncing seperti kerucut. Pada keadaan ini terdapat gangguan pada tulang-tulang kepala. c. Progeria Bentuk tubuh yang kekanak-kanakan ditandai dengan perawakan kecil, tidak adanya rambut pubis, kulit berkerut, rambut berwarna keabu-abuan tetapi wajah, sikap serta tingkah lakunya seperti orang tua.



C. Epidemiologi Kasus-kasus gigi impaksi sering dijumpai dalam praktek dokter gigi sehari-hari. Pengertian gigi impaksi bermacam-macam tetapi artinya hampir sama. Pada prinsipnya gigi impaksi adalah gigi yang tidak dapat erupsi seluruhnya atau sebagian karena tertutup oleh tulang atau jaringan lunak atau keduanya. Semua jenis gigi dapat memiliki kemungkinan untuk tidak dapat tumbuh. Tersering adalah gigi molar ketiga rahang bawah dan rahang atas, gigi kaninus dan gigi premolar. Pada umumnya gigi molar ketiga akan tumbuh menembus gusi pada awal usia 18-20 tahun karena 28 gigi permanen lainnya sudah tumbuh keseluruhannya,



sehingga gigi molar ketiga sering sekali tidak memperoleh cukup tempat untuk tumbuh karena tertahan oleh gigi molar kedua didepannya. Sehingga gigi molar ketiga akan tumbuh sebagian atau salah arah. Keadaan semacam ini dikenal dengan sebutan gigi tertanam atau gigi impaksi (Coen 2012) D. Klasifikasi Klassifikasi menurut PELL & GREGORY Berdasarkan hubungan letak gigi molar ketiga bawah terhadap ramus mandibula dan distal molar kedua bawah : 1.



Kelas I : Dimana terdapat ruangan yang cukup untuk ukuran mesiodistal mahkota gigi molar ketiga bawah antara ramus mandibula dan permukaan distal gigi molar kedua bawah.



2.



Kelas II : Ruangan antara permukaan distal gigi molar kedua bawah dan ramus mandibula lebih kecil dari ukuran mesiodistal mahkota gigi molar ketiga bawah.



3.



Kelas III : Semua gigi molar ketiga bawah terletak dalam ramus mandibula.



Berdasarkan hubungan dengan dalamnya posisi gigi molar ketiga dalam tulang rahang. 1.



Posisi A : Bagian tertinggi dari gigi molar ketiga terletak di atas atau pada batas garis oklusal gigi rahang bawah.



2.



Posisi B : Bagian tertinggi dari gigi molar ketiga terletak di bawah garis oklusal, tetapi masih di atas garis servikal dari gigi molar kedua.



3.



Posisi C : Bagian tertinggi dari gigi molar ketiga terletak di bawah garis servikal dari molar kedua.



E. Pemeriksaan dan Diagnosa Impaksi dapat diperkirakan secara klinis apabila gigi antagonisnya sudah erupsi dan hampir bisa dipastikan apabila gigi yang terletak pada sisi yang lainnya erupsi. Pada kasus tertentu, gigi impaksi tidak dapat



terlihat secara klinis tetapi dapat menyebabkan gangguan pada daerah rongga mulut seperti rasa sakit, resorbsi gigi yang berdekatan dan abses (Bianto, 2011). Dental radiogram ini mernegang peranan yang pentjng dalam menegakkan diagnosis yang secara klinis tidak terlihat, merencanakan perawatan dan mengevaluasi hasil perawatan. Untuk menunjang ini, diperlukan radiogram yang dibuat dengan teknik yang tepat (Kresnanda, 2014) F. Penatalaksanaan Pertumbuhan rahang yang kurang sempurna atau ketidak seimbangan antara besarnya gigi dan besarnya rahang. Keadaan ini dapat menyebabkan maloklusi, sebab gigi molar ketiga adalah gigi terakhir bererupsi dan tidakmendapatkan ruangan yang cukup pada lengkung rahang, pengeluaran gigi molar ketiga hampir selalu diindikasikan sebelum perawatan orthodonti untuk merawat maloklusi oleh karena letak gigi yang berdesakan. Erupsi sebagian atau impaksi, Erupsi yang tertahan juga merupakan prophylactic gigi molar ketiga, utamanya bila operkulum di atas mahkota gigi selalu terkena trauma dan adanya hypertrophy gingival. ( Bianto, 2011) Menurut Pederson (1996) ada 6 tahap untuk pencabutan gigi molar ketiga rahang bawah impaksi, yaitu (Paramaputri, 2014) : 1.



Sedasi, persyaratan pertama untuk keberhasilan pembedahan gigi impaksi adalah pasien yang rileks dan anastesi lokal yang efektif atau pasien yang teranastesi dengan baik. Pemberian sedatif oral tertentu pada sore hari sebelum dan satu jam sebelum pembedahan merupakan teknik yang bisa diterima. Sering kali anastesi umum merupakan pilihan yang cocok untuk pembedahan impaksi.



2.



Desain flap, ada pendapat bahwa persyaratan kedua untuk pembedahan impaksi adalah flap yang didisain dengan baik dan ukurannya cukup. Flap mandibula yang sering digunakan adalah envelope tanpa insisi tambahan, direfleksikan dari leher molar pertama dan molar kedua tetapi dengan perluasan distal kearah lateral



atau bukal kedalam region molar ketiga. Aspek lingual mandibula dihindari untuk mencegah cedera pada nervous lingualis. Flap serupa digunakan pada lengkung rahang atas, tetapi diletakkan diatas tuberositas sedangkan perluasan distalnya tetap ke lateral atau bukal. Jalan masuk menuju molar ketiga impaksi yang dalam pada kedua lengkung rahang sering diperoleh dengan insisi serong tambahan ke anterior. 3.



Pengambilan tulang, pengambilan tulang mandibula terutama dilakukan dengan bur dan dibantu dengan irigasi saluran saline. Teknik yang bisa digunakan adalah membuat parit sepanjang bukal dan distal mahkota dengan maksud melindungi crista oblique externa namun tetap bisa mendapatkan jalan masuk yang cukup kepermukaan akar yang akan dipotong.



4.



Pemotongan yang terencana, gigi yang impaksi biasanya dipotongpotong.



Kepadatan



dan



sifat



tulang



mandibula



menjadikan



pemotongan terencana pada kebanyakan gigi impaksi menjadi sangat penting apabila ingin diperoleh arah pengeluaran yang tidak terhalang. Tindakan ini harus dilakukan secara hati-hati untuk menghindari fraktur dinding alveolar lingual atau tertembusnya bagian tersebut dengan bur karena ada kemungkinan terjadi cedera nervous lingualis. Dasar pemikiran dari pemotongan adalah menciptakan ruang yang bisa digunakan untuk mengungkit dan mengeluarkan segmen mahkota atau sisa akar. 5.



Tindakan sesudah pencabutan gigi, sesudah gigi impaksi berhasil dikeluarkan dengan baik, sisa-sisa folikel dibersihkan seluruhnya. Kegagalan melakukan hal ini bisa mengakibatkan penyembuhan yang lama atau perkembangan patologis dari sisa epitel odontogenik. Setelah folikel dibersihkan, alveolus diirigasi dengan saline dan diperiksa dengan teliti. Yang penting bekenaan dengan impaksi gigi bawah adalah kondisi bundel neurovascular alveolaris inferior yang sering terjadi pada kedalaman alveolus. Semua potongan gigi dan serpihan tulang juga serpihan periosteu dan mukosa harus dihilangkan. Tepi-tepi tulang harus dihaluskan dengan bur dan kikir



tulang. Penjahitan dilakukan terutama untuk menstabilkan jaringan terhadap processus alveolaris dan terhadap aspek distobukal molar kedua didekatnya. Foto sinar-X dibuat sesudah operasi selesai untuk kasus-kasus yang sulit dimana ada kemungkinan terjadi fraktur mandibula atau cedera struktur sekitarnya. 6.



Intruksi pasca bedah, tekankan perlunya meminum obat analgesik sebelum rasa sakit timbul, seperti juga aplikasi dingin untuk mengontrol pembengkakan. Obat-obat pengontrol rasa sakit sesudah pembedahan biasanya lebih potent daripada yang diresepkan sesudah pencabutan dengan tang. Puncak rasa sakit sesudah pembedahan impaksi adalah selama kembalinya sensasi daerah operasi sedangkan pembengkakan maksimal biasanya terjadi 24  jam pasca pencabutan.



7.



Tindak lanjut, kontrol dilakukan pada saat melepas jahitan, biasanya hari keempat atau kelima sesudah operasi pada kunjungan ini daerah operasi diperiksa dengan teliti yaitu mengenai penutupan mukosa dan keberadaan beku darah.



G. Diagnosa Keperawatan 1. Nyeri akut b.d. agen cedera biologi 2. Kebutuhan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh b.d. kesulitan mengunyah makanan 3. Gangguan harga diri b.d. stigma berkenaan dengan kondisi 4. Kurang pengetahuan b.d kurang terpapar informasi mengenai penyakit 5. Resiko infeksi b.d trauma pada kulit H. Intervensi Keperawatan 1. Nyeri akut b.d. agen cedera biologi NOC Definisi:  Pain Level Pengalaman  Pain control sensori dan emosional yang  Comfort level Kriteria Hasil : tidak



NIC : Pain Management 1. Kaji ulang keluhan nyeri,



perhatikan



Rasional 1. Memonitor nyeri yang



pasien



rasakan dengan



menyenangkan 1. Mampu lokasi atau karakter PQRST yang muncul dan intensitas. mengontrol akibat 2. Untuk kerusakan 2. Berikan posisi yang meningkatkan nyeri jaringan yang nyaman pada kenyamanan aktual atau 2. Melaporkan potensial atau pasien. klien bahwa nyeri digambarkan 3. Dorong 3. Meningkatkan dalam hal berkurang kerusakan menggunakan relaksasi dan dengan sedemikian teknik nonmengurangi rupa menggunakan farmakologi dan nyeri (International manajemen Association for farmakologi untuk 4. Diberikan untuk the study of nyeri memanajemen nyeri menghilangkan Pain) 4. Kolaborasi nyeri dan 3. Mampu mengenali



pemberian



nyeri



sesuai



4. Menyatakan



rasa nyaman setelah nyeri berkurang



(analgesik)



obat indikasi



memberikan relaksasi mental dan fisik.



DAFTAR PUSTAKA Ruslin, M. 2013. Ondontektomi : Penatalaksanaan Gigi Impaksi. Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Hasanuddin : PT GAKKEN Mansjoer, Arif dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. (fk). Media Aesculapius. Nurarif, Huda. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis berdasarkan penerapan diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam berbagai kasus. Yogyakarta : Mediaction Prawirohardjo Sarwono. 2010. Ilmu Kandungan Yayasan Bina Pustaka. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Wilkinson Judith M. 2007. Diagnosis Keperawatan NIC dan NOC. Jakarta. EGC. Yonika, Austin. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Ny. R Dengan Gangguan Sistem Reproduksi: Mioma Uteri Di Bangsal Dahlia Rsud Pandan Arang Boyolali. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta