LP Impetigo [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN "ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PADA KASUS IMPETIGO"



Disusun Oleh : 1) Eti Nurningsih {03} 2) Faizah {04} YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM SMK YARSI MATARAM T.A 2020/2021



LEMBAR PENGESAHAN



LAPORAN PENDAHULUAN (IMPETIGO)



Telah disetujui pada : Hari



:



Tanggal



:



Guru Mata Pelajaran Ilmu Penyakit Dan Penunjang Diagnostik



ZUHDI. S,Kep.Ners.



i KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya  penulis masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan Laporan ini. Semoga shalawat serta salam selalu dilimpahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta sahabat dan keluarganya, serta pengikutnya hingga akhir zaman. Amin. Alhamdulillah penulis telah berhasil menyelesaikan makalah Laporan Pendahuluam tentang “Impetigo”. Laporan ini disusun agar dapat menambah informasi kepada para pembaca tentang impetigo. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada : 1. Bapak Zuhdi.S,Kep.Ners. Selaku Guru IPPD Keperawatan SMK Yarsi Mataram. 2. Orang tua kami yang telah membantu baik moril maupun materi. 3. Rekan-rekan satu kelompok yang telah membantu dalam penyusunan Laporan ini. Semoga Laporan ini memberi wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun Laporan ini memiliki kelebihan dan kekurangan, namun penulis menyadari bahwa Laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan. Semoga Laporan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan dan mendapat ridho Allah. Amin.



Penyusun



ii DAFTAR IS



LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................................i



KATA PENGANTAR............................................................................................................ii Daftar Isi...................................................................................................................………..iii BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... A. Latar belakang................................................................................................................... B. Rumusan Masalah............................................................................................................. C. Tujuan Penulisan Laporan........................................................................................……. BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................ A. Definisi.............................................................................................................................. B. Anatomi Fisiologi............................................................................................………...... C. Etiologi............................................................................................................................. D. Klasifikasii........................................................................................................................ E. Patofisiologi...................................................................................................................... F.



Manifestasi Klinis ............................................................................................................



G. Pemeriksaan Penunjang..................................................................................................... H. Pencegahan…………………………….…….…………………………........................ I.



Penanganan…………………………………………………………………………......



J.



Komplikasi……………………………………………………………………………..



BAB III KONSEP DASAR KEPERAWATAN...................................................................... A. Pengkajian......................................................................................................................... B. Diagnosa Keperawatan...................................................................................................... C. Rencana Asuhan Keperawatan.......................................................................................... BAB IV PENUTUP................................................................................................................... A. Kesimpulan....................................................................................................................... B. Saran.................................................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................



iii BAB I



PENDAHULUAN 1.1



LATAR BELAKANG Pioderma merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai. Penyebab



terjadinyainfeksi kulit diakibatkan oleh bakteri gram positif, dapat pula disebabkan bakteri gram negatif. Misalnya Pseudomonas aeruginosa, Proteus vulgaris, Proteus mirabilis, E. coli dan Klebsiella. Penyebab yang umum ialah bakteri gram positif, seperti Streptokokus dan Stafilokokus. Impetigo, merupakan salah satu bentuk pioderma yang paling sering menyerang anakanak, terutama yang kurang menjaga kebersihan tubuhnya dan dapat muncul di bagian tubuh manapun setelah terjadi cidera pada kulit, seperti luka maupun pada infeksi virus herpes simpleks. Penyakit ini sering terjadi pada neonatus, bayi dan anak. Sebanyak 90% penderita impetigo Bullosa adalah anak-anak usia dibawah 2 tahun. Namun bisa juga ditemukan pada orang dewasa yang memiliki imunitas rendah. Impetigo ini sering muncul di daerah kulit wajah, lengan dan tungkai. Pada orang dewasa, impetigo bisa terjadi setelah penyakit kulit lainnya, bisa juga terjadi setelah suatu infeksi saluran pernafasan atas (misalnya flu atau infeksi virus lainnya). Di Amerika Serikat, kurang lebih 9 – 10 % dari anak-anak yang datang ke klinik kulit menderita impetigo. Perbandingan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan adalah sama. Impetigo lebih sering menyerang anak-anak, jenis yang terbanyak (kira-kira 90%) adalah impetigo bullosa yang terjadi pada anak yang berusia kurang dari 2 tahun.



1. 2 RUMUSAN MASALAH



1. Apa definisi dari impetigo ? 2. Bagaimanakah etiologi dari impetigo ? 3. Bagaimana patofisiologi dari impetigo ? 4. Apa saja manifestasi klinis dari impetigo ? 5.



Apa saja klasifikasi dari impetigo ?



6. bagaimana penatalaksanaan klinis dari impetigo ? 7. Bagaimana WOC dari impetigo ? 8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada penderita impetigo ?



1. 3 TUJUAN A. Tujuan umum : Mengetahui secara menyeluruh mengenai konsep teori dan konsep asuhan keperawatan dari impetigo. B. Tujuan khusus : 1. Mengetahui apa definisi dari impetigo. 2. Mengetahui etiologi dari impetigo. 3. Mengyetahui klasifikasi impetigo. 4. Mengetahui patofisiologi dari impetigo. 5. apa saja manifestasi klinis dari impetigo. 6. Mengetahui bagaimana penatalaksanaan klinis dari impetigo. 7. Mengetahui Bagaimana WOC dari impetigo. 8. Mengetahui bagaimana konsep asuhan keperawatan pada penderita pneumonia.



BAB II PEMBAHASAN 2.1. DEFINISI



Impetigo adalah salah satu contoh pioderma, yang menyerang lapisan epidermis kulit (Djuanda, 56:2005). Impetigo bisa terjadi akibat trauma superficial yang membuat robekan kulit dan paling sering merupakan penyakit penyerta (secondary infection) dari Pediculosis, Skabies, Infeksi jamur, dan pada Insect bites (Beheshti, 2:2007). 2.2. Anatomi Fisiologi Kulit adalah kelenjar holokrin yang cukup besar dan melakukan respirasi seperti jaringan tubuh lainnya. Organ tubuh ini merupakan yang paling besar dalam melapisi seluruh bagian tubuh, membungkus daging dan organ-organ yang ada di dalamnya. Pada orang dewasa, kulit memiliki luas 1,6-1,9 m2, dengan tebal 0,05–0,3 cm (Junquera dkk, 1997). Gambar struktur kulit dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini. Secara histologis kulit tersusun atas tiga lapisan utama yaitu lapisan epidermis, lapisan dermis, dan lapisan subkutan. Tidak ada garis tegas yang memisahkan lapisan dermis dan subkutan. Subkutan ditandai dengan adanya jaringan ikat longgar dan sel-sel yang membentuk jaringan lemak, sedangkan lapisan epidermis dan dermis dibatasi oleh taut dermoepidermal (Subowo, 1992). Epidermis merupakan jaringan epitel berlapis pipih dengan sel epitel yang mempunyai lapisan tertentu. Lapisan ini terdiri dari lima lapisan yaitu lapisan tanduk (stratum korneum), lapisan bening (stratum lusidum), lapisan berbutir (stratum granulosum), lapisan bertaju (stratum spinosum), dan lapisan benih (stratum germinativum). Lapisan bertaju memiliki celah di antara sel-sel taju yang berguna untuk peredaran jaringan ekstraseluler dan penghantaran butir-butir melanin (Connor dan Steven, 2003). Pigmen melanin sendiri disintesis oleh melanosit yang terdapat pada lapisan benih (Junquera dkk, 1997).



Dermis merupakan jaringan ikat fibroelastis yang didalamnya terdapat pembuluh darah, pembuluh limfa, serat saraf, kelenjar keringat, dan kelenjar minyak (Connor dan Steven, 2003). Lapisan ini sering disebut lapisan sebenarnya dan 95% lapisan ini membentuk ketebalan kulit. Lapisan subkutan adalah kelanjutan dari lapisan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Lapisan sel-sel lemak disebut panikulus adipose, berfungsi sebagai cadangan makanan. Sel-sel lemak merupakan sel bulat, besar dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma. Fisiologi Kulit Fungsi kulit sangat kompleks dan berkaitan satu dengan lainnya di dalam tubuh manusia. Fungsi kulit tersebut antara lain sebagai pelindung bagian dalam tubuh,



mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna atau sisa metabolisme, pengindra, pengatur suhu tubuh dengan mengeluarkan keringat dan mengerutkan otot dinding pembuluh darah kulit, pembentukan pigmen kulit, produksi vitamin K, dan sebagainya (Madison, 2003; Connor, 2003). Fungsi estetika juga merupakan fungsi kulit yang perlu diperhatikan karena dapat meningkatkan kepercayaan diri seseorang.



2.3.



ETIOLOGI Impetigo disebabkan oleh Staphylococcus aureus atau Group A Beta Hemolitik Streptococcus (Streptococcus pyogenes). Staphylococcus merupakan pathogen primer pada impetigo bulosa dan ecthyma (Beheshti, 2:2007). Staphylococcus merupakan bakteri sel gram positif dengan ukuran 1 µm, berbentuk bulat, biasanya tersusun dalam bentuk kluster yang tidak teratur, kokus tunggal, berpasangan, tetrad, dan berbentuk rantai juga bisa didapatkan. Staphylococcus dapat menyebabkan penyakit berkat kemampuannya mengadakan pembelahan dan menyebar luas ke dalam jaringan dan melalui produksi beberapa bahan ekstraseluler. Beberapa dari bahan tersebut adalah enzim dan yang lain berupa toksin meskipun fungsinya adalah sebagai enzim. Staphylococcus dapat menghasilkan katalase, koagulase, hyaluronidase, eksotoksin, lekosidin, toksin eksfoliatif, toksik sindrom syok toksik, dan enterotoksin. (Brooks, 317:2005). Streptococcus merupakan bakteri gram positif berbentuk bulat, yang mempunyai karakteristik dapat berbentuk pasangan atau rantai selama pertumbuhannya. Lebih dari 20 produk ekstraseluler yang antigenic termasuk dalam grup A, (Streptococcus pyogenes) diantaranya adalah Streptokinase, streptodornase, hyaluronidase, eksotoksin pirogenik, disphosphopyridine nucleotidase, dan hemolisin (Brooks, 332:2005).IV.



2.4. KLASIFIKASI a. Impetigo contagiosa (tanpa gelembung cairan, dengan krusta / keropeng / koreng) Impetigo krustosa hanya terdapat pada anak-anak, paling sering muncul di muka, yaitu di sekitar hidung dan mulut. Kelainan kulit berupa eritema dan vesikel yang cepat memecah sehingga penderita datang berobat yang terlihat adalah krusta tebal berwarna kuning seperti madu. Jika dilepaskan tampak erosi dibawahnya. Jenis ini biasanya berawal dari luka warna merah pada wajah anak, dan paling sering di sekitar hidung dan mulut. Luka ini cepat pecah, berair dan bernanah, yang akhirnya membentuk kulit kering berwarna kecoklatan. Bekas impetigo ini bisa hilang dan tak menyebabkan kulit seperti parut. Luka ini bisa saja terasa gatal tapi tak terasa sakit. Impetigo jenis ini juga jarang menimbulkan demam pada anak, tapi ada kemungkinan menyebabkan pembengkakan kelenjar getah bening pada area yang terinfeksi. Dan karena impetigo sangat mudah menular, makanya jangan menyentuh atau menggaruk luka karena dapat menyebarkan infeksi ke bagian tubuh lainnya. b. Bullous impetigo (dengan gelembung berisi cairan)



Impetigo jenis ini utamanya menyerang bayi dan anak di bawah usia 2 tahun. Namun ada pendapat lain yang mengatakan bahwa Impetigo bulosa terdapat pada anak dan juga pada orang dewasa, paling sering muncul di ketiak, dada, dan punggung. Kelainan kulit berupa eritema, vesikel, dan bula. Kadang-kadang waktu penderita datang berobat, vesikel atau bula telah pecah. Impetigo ini meski tak terasa sakit, tapi menyebabkan kulit melepuh berisi cairan. Bagian tubuh yang diserang seringkali badan, lengan dan kaki. Kulit di sekitar luka biasanya berwarna merah dan gatal tapi tak terasa sakit. Luka akibat infeksi ini dapat berubah menjadi koreng dan sembuhnya lebih lama ketimbang serangan impetigo jenis lain.



2.5. PATOFISIOLOGI Infeksi akibat Staphylococcus aureus atau Group A Beta Hemolitik Streptococcus dimana sebelumnya diketahui bakteri-bakteri tersebut dapat menyebabkan penyakit berkat kemampuannya mengadakan pembelahan dan menyebar luas ke dalam jaringan dan melalui produksi beberapa bahan ekstraseluler. Beberapa dari bahan tersebut adalah enzim dan yang lain berupa toksin meskipun fungsinya adalah sebagai enzim. Staphylococcus dapat menghasilkan katalase, koagulase, hyaluronidase, eksotoksin, lekosidin, toksin eksfoliatif, toksik sindrom syok toksik, dan enterotoksin. Toksin yang dihasilkan bakteri staph ini dapat menyebabkan impetigo menyebar ke area lainnya. Toksin ini menyerang protein yang membantu mengikat sel-sel kulit. Sehingga membuat protein ini rusak, dan semakin memudahkan bakteri menyebar dengan cepat. Dan enzim yang dikeluarkan oleh Stap akan membuat struktur kulit rusak dan akan timbul rasa gatal yang dapat menyebabkan  terbentuknya lesi pada kulit. Pada awalnya, rasa gatal dengan lesi berbentuk berupa makula eritematosa yang berukuran 1-2 mm, kemudian berubah menjadi bula atau vesikel. Pada Impetigo contagiosa Awalnya berupa warna kemerahan pada kulit (makula) atau papul (penonjolan padat dengan diameter