LP Kebutuhan Rasa Aman Nyaman Riska Fix [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN (KONSEP KDM) KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN Di Holistic Nursing Therapy, Probolinggo



Riska Dwi Cahyantiningrum 21101083



PRODI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER YAYASAN JEMBER INTERNATIONAL SCHOOL 2022



LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN RASA AMAN NYAMAN 1.1. Pengertian Kebutuhan akan keselamatan atau keamanan adalah kebutuhan untuk melindungi diri dari bahaya fisik. Ancaman terhadap keselamatan seseorang dapat dikategorikan sebagai ancaman mekanis, kimiawi, dan bakteriologis. Kebutuhan akan keamanan terkait dengan konteks fisiologis dan hubungan interpersonal. Keamanan seringkali didefinisikan sebagai keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis, adalah salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Lingkungan pelayanan pelayanan kesehatan dan komunitas yang aman merupakan hal penting untuk kelangsungan hidup klien (Kemenkes, 2016). 1.1.1



Keamanan Keamanan adalah bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa ologis atau bisa juga keadaan aman dan tentram. Kebutuhan fisiologis yang terdiri dari kebutuhan terhadap oksigen, kelembaban yang optimum, nutrisi dan suhu yang optimum akan mempengaruhi kemampuan seseorang. 1) Oksigen : Bahaya umum yang ditemukan di rumah adalah sistem pemanasan yang tidak berfungsi dengan baik dan pembakaran yang tidak mempunyai sistem pembuangan akan menyebabkan penumpukan karbondioksida. 2) Kelembaban : Mempengaruhi kesehatan dan keamanan klien, jika kelembaban relatif tinggi maka kulit akan berevaporasi dengan lambat. 3) Nutrisi : Makanan yang tidak disimpan Makanan yang tidak disimpan atau disiapkan atau disiapkan dengan tepat atau benda yang dapat menyebabkan kondisi yang tidak bersih akan meningkatkan resiko infeksi dan keracunan makanan.



1.1.2



Kenyamanan Kenyamanan merupakan suatu keadaan seseorang merasa sejahtera atau nyaman baik secara mental, fisik maupun sosial. Kenyamanan dapat dibagi menjadi tiga yaitu (Keliat, dkk, 2015): 1) Kenyamanan fisik; merupakan rasa sejahtera atau nyaman secara fisik.



2) Kenyamanan lingkungan; merupakan rasa sejahtera atau rasa nyaman yang dirasakan didalam atau dengan lingkungannya. 3) Kenyamanan sosial; merupakan keadaan rasa sejahtera atau rasa nyaman dengan situasi sosialnya. Contoh dari gangguan kebutuhan rasa aman dan nyaman, yaitu nyeri. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan dalam ragam yang menyangkut kerusakan, atau sesuatu yang digambarkan dengan terjadinya kerusakan (Zakiyah, 2015). Nyeri dianggap sangat mengganggu bahkan menyulitkan banyak orang karena rasa ketidaknyamanan yang dapat merespon secara biologis dan perilaku sehingga akan menimbulkan respon fisik atau psikis. Respon fisik merupakan perubahan keadaan umum, ekspresi wajah, nadi, pernapasan, suhu. Respon nyeri lainnya adalah respon psikis, respon ini dapat merangsang stress yang menekan



sistem



imun



dan



peradangan



serta



menghambat



proses



penyembuhan. Kebutuhan akan keselamatan atau keamanan adalah kebutuhan untuk melindungi diri dari bahaya fisik. Ancaman terhadap keselamatan seseorang dapat dikategorikan sebagai ancaman mekanis, kimiawi, retmal dan bakteriologis. Kebutuhan akan ke aman terkait dengan konteks fisiologis dan hubungan interpersonal. Keamanan fisiologis berkaitan dengan sesuatu yang mengancam tubuh dan kehidupan seseorang. Ancaman itu bisa nyata atau hanya imajinasi (misalnya: penyakit, nyeri, cemas, dan sebagainya). Dalam konteks hubungan interpersonal bergantung pada banyak faktor, seperti kemampuan berkomunikasi, kemampuan mengontrol masalah, kemampuan memahami, tingkah laku yang konsisten dengan orang lain, serta kemampuan memahami orang-orang di sekitarnya dan lingkungannya. Ketidaktahuan akan sesuatu kadang membuat perasaan cemas dan tidak aman sehingga mempengaruhi rasa aman dan nyaman seseorang. Selain itu, faktor fisik juga mempengaruhi seperti keterbatasan mobilitas fisik dalam melakukan aktivitas sehari-hari, kelemahan otot (Yusuf, dkk, 2015).



1.1.3



Gangguan Rasa Nyaman Akibat Nyeri a. Pengertian Nyeri Nyeri sebagai keluhan yang dapat dirasakan secara sensori dan emosional sebagai sebab adanya jaringan yang rusak yang dapat terjadi secara aktual maupun potensial sekaligus mencerminkan pemahaman seseorang terkait ancaman terhadap integritas tubuh (Cohen et al., 2018). Menurut Handayani (2015) nyeri adalah kejadian yang tidak menyenangkan, mengubah gaya hidup dan kesejahteraan individu. Sedangkan Andarmoyo (2013) mendefisinikan nyeri adalah ketidaknyamanan yang dapat disebabkan oleh efek dari penyakit-penyakit tertentu atau akibat cedera b. Klasifikasi Nyeri Klasifikasi nyeri berdasarkan waktu: 1) Nyeri akut Keluhan yang tidak mengenakkan berkaitan dengan kerusakan jaringan dengan durasi mendadak dengan intensitas nyeri ringan hingga berat dan telah dialami penderita ≤ 3 bulan (PPNI, 2016) 2) Nyeri kronik Pengalaman nyeri berkaitan dengan kerusakan aktual maupun fungsional, yang terjadi secara lambat dengan intensitas ringan hingga berat dakonstan yang telah dirasakan selama ≥ 3 bulan (PPNI, 2016) Klasifikasi nyeri berdasarkan jenisnya (Anitescu, Benzon, & Wallace, 2017) : 1) Nyeri nosiseptif Nyeri yang timbul akibat kerusakan jaringan somatic ataupun



visceral.



Stimulasi



nosiseptor



akan



mengakibatkan



tersekresinya mediator inflamasi dari jaringan, sel imun dan ujung saraf sensoris dan simpatik. 2) Nyeri neurogenik Nyeri akibat adanya disfungsi primer pada sistem saraf perifer seperti lesi pada daerah sekitar saraf perifer. Umumnya penderita akan merasakan seperti ditusuk-tusuk disertai sensasi panas dan tidak mengenakkan pada fungsi perabaan.



3) Nyeri psikogenik Nyeri yang berkaitan dengan adanya gangguan pada kejiwaan seseorang yang direpresentasikan dengan kasus depresi maupun kecemasan. 1.2. Etiologi 1.2.1 Nyeri Akut a. Melaporkan nyeri secara verbal dan non verbal b. Menunjukkan kerusakan c. Posisi untuk mengurangi nyeri d. Muka dengan ekspresi nyeri e. Gangguan tidur f. Respon otonom (penurunan tekanan darah, suhu, nadi) g. Tingkah



laku



ekspresif



(gelisah,



merintih,



nafas



panjang,



mengeluh) 1.2.2 Nyeri Kronis a. Perubahan berat badan Melaporkan secara verbal dan non verbal b. Menunjukan gerakan melindungi, gelisah, depresi, fokus pada diri sendiri c. Kelelahan d. Perubahan pola tidur e. Takut cidera f. Interaksi dengan orang lain menurun Dalam buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (PPNI, 2018) penyebab Gangguan Rasa Nyaman adalah: a.



Gejala penyakit



b.



Kurang pengendalian situasional atau lingkungan



c.



Ketidakadekuatan sumber daya (misalnya dukungan finansial, sosial dan pengetahuan).



d.



Kurangnya privasi



e.



Gangguan stimulasi lingkungan



f.



Efek samping terapi (misalnya, medikasi, radiasi dan kemoterapi).



g.



Gangguan adaptasi kehamilan.



1.3. Manifestasi Klinis 1.3.1



Tanda dan Gejala a. Gangguan tidur b. Posisi menghindari nyeri c. Gerakan menghindari nyeri d. Raut wajah kesakitan (menangis, merintih) e. Perubahan nafsu makan f. Tekanan darah meningkat g. Depresi



1.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri Pengalaman nyeri pada seseorang dapat di pengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya adalah: a. Arti Nyeri. Nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian arti nyeri merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan, merusak, dan lain-lain. Keadaan ini di pengaruhi lingkungan dan pengalaman. b. Persepsi Nyeri. Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektif



dari



seseorang



yang



merasakan



nyeri.



Dikarenakan



perawat tidak mampu merasakan nyeri yang dialami oleh pasien. c. Reaksi terhadap Nyeri. Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respon seseoran terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas 1.4. Patofisiologi Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-zat kimia seperti Bradikinin, serotonin dan enzim proteotik. Kemudian zat-zat tersebut merangsang dan merusak ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan tersebut



akan



dihantarkan



ke



hypothalamus



melalui



saraf asenden.



Sedangkan di korteks nyeri akan dipersiapkan sehingga individu mengalami nyeri. Selain dihantarkan ke hypothalamus nyeri dapat menurunkan stimulasi terhadap reseptor mekanin sensitif pada termosensitif sehingga dapat juga menyebabkan atau mengalami nyeri (Wahit Chayatin, N.Mubarak, 2007).



1.5. Pathway/W.O.C



1.6. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apabila ada nyeri tekan abdomen b. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal c. Pemeriksaan lab sebagai data penunjang pemeriksaan lainnya d. CT-Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pemnuluh darah yang pecah di otak 1.7. Komplikasi a. Oedema Pulmonal b. Kejang c. Masalah Mobilisasi d. Hipertensi e. Hipertermi



1.8. Penatalaksanaan



Medis



dan



Keperawatan/



Farmakologi



dan



Non



Farmakologi/ Konvensional dan Komplementer 1.8.1



Penatalaksanaan keperawatan :



a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri b. Identifikasi nyeri c. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri d. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (Contoh terapi komplementer invasif seperti akupuntur dan cupping (Bekam) yang menggunakan jarum dalam pengobatannya) e. Fasilitasi istirahat dan tidur f. Jelaskan penyebab, dan pemicu nyeri g. Jelaskan strategi meredakan nyeri 1.8.2 Penatalaksaan Medis a. Pemberian analgesik Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum pasien merasakan nyeri yang berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri



b. Plasebo Plasebo merupakan obat yang mengandung komponen obat analgesik seperti gula, larutan garam/normal saline, atau air. Terapi ini dapat menurunkan rasa nyeri, hal ini karena faktor persepsi kepercayaan pasien 1.9 Konsep Keperawatan 1.9.1 Pengkajian a. Riwayat nyeri untuk mendapatkan data dari klien b. Observasi langsung pada respon perilaku dan fisiologis klien. Tujuan pengkajian adalah untuk mendapatkan pemahaman objektif terhadap pengalaman subjek. Pengkajian dapat dilakukan dengan cara PQRST :



1) P (pemicu) yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri 2) Q (quality) dari nyeri, apakah rasa tajam, tumpul atau tersayat 3) R (region) yaitu daerah perjalanan nyeri 4) S (skala) adalah keparahan atau intensits nyeri 5) T (time) adalah lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri c. Pengumpulan data 1) Identitas klien : Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose medis. 2) Keluhan utama : Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi. 3) Riwayat penyakit sekarang : Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain. 4) Riwayat penyakit dahulu : Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan. 5) Riwayat penyakit keluarga : Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus. 6) Riwayat psikososial : Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga. 7) Pola-pola fungsi kesehatan : Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat. Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat kontrasepsi oral. 8) Pola nutrisi dan metabolisme : Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual muntah pada fase akut.



9) Pola eliminasi : Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus. 10) Pola aktivitas dan latihan : Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau paralise/ hemiplegi, mudah lelah 11) Pola tidur dan istirahat : Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang otot/nyeri otot. 12) Pola hubungan dan peran : Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesukaran untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. 13) Pola persepsi dan konsep diri : Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak kooperatif. 14) Pola sensori dan kognitif : Pada pola sensori klien mengalami gangguan penglihatan/kekaburan pandangan, perabaan/sentuhan menurun pada muka dan ekstremitas yang sakit. Pada pola kognitif biasanya terjadi penurunan memori dan proses berpikir. 15) Pola reproduksi seksual : Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari beberapa pengobatan stroke, seperti obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis histamin. 16) Pola penanggulangan stress : Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi. 17) Pola tata nilai dan kepercayaan : Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang tidak stabil, kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.



1.9.2



Diagnosa Keperawatan (PPNI, 2018) Diagnosa : Nyeri Akut (D.0077) 1) Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau



lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan. 2) Penyebab  Agen pencedera fisiologis (misal inflamasi, iskemia, neoplasma)  Agen pencedera kimiawi (misal terbakar, bahan kimia iritan)  Agen pencedera fisik (misal abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan) 3) Tanda dan gejala a. Tanda dan gejala mayor Subjektif :  Mengeluh nyeri Objektif :  Tampak meringis  Bersikap protektif (misal waspada, posisi menghindari nyeri)  Tampak gelisah  Frekuensi nadi meningkat  Sulit tidur b. Tanda dan gejala minor Subjektif :  (tidak tersedia) Objektif :  Tekanan darah meningkat  Pola napas berubah  Nafsu makan berubah  Proses berpikir terganggu  Menarik diri  Berfokus pada diri sendiri  Diaforesis 1.9.3



Perencanaan



Diagnosa Keperawatan



Kriteria Hasil



Intervensi Keperawatan



Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri (I. 08238) dengan



agen



fisiologis



cedera keperawatan



1x24



jam, Aktivitas:



(misal, diharapkan nyeri dapat di O :



inflamasi) ditandai oleh atasi degan kriteria hasil



 Identifikasi lokasi, karakteristik,



pasien tampak meringis Kontrol Nyeri (L. 08063) pada area yang nyeri.



dan intensitas nyeri.



Indikator



SA ST



 Identifikasi skala nyeri.



Kemampuan



2



 Monitor



5



keberhasilan



Kode Diagnosa



megenal



komplementer



Keperawatan Indonesia:



penyebab



diberikan.



D.0077



nyeri



sudah



T:



Meggunakan teknik



yang



terapi



2



5



 Berikan teknik nonfarmakologis



non



untuk



farmakologis



mengurangi



rasa



nyeri



(contoh pemberian terapi bekam



Keterangan:



atau akupuntur).



1 : Menurun



 Kontrol



2 : Cukup Menurun



lingkungan



yang



memperberat nyeri



3 : Sedang 4 : Cukup Meningkat



E:



5 : Meningkat



 Jelaskan penyebab, periode dan



Tingkat Nyeri L. 08066 Indikator Keluhan



SA ST 5



2



nyeri



pemicu nyeri  Jelaskan strategi meredakan nyeri  Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri,



meringis Ketegangan



seperti tenik relaksasi tarik napas 5



Otot Keterangan: 1 : Menurun 2 : Cukup Menurun 3 : Sedang 4 : Cukup Meningkat



2



dalam. K:  Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu.



5 : Meningkat



DAFTAR PUSTAKA Anitescu, M., Benzon, H. T., & Wallace, M. s. (2017). Challenging Cases and Complication Management in Pain Medicine (1st ed.). Chicago: Springer International Publishing.



Andarmoyo, S. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri, Ar- Ruzz, Yogyakarta Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia I. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Edisi Pertama. Jakarta Cohen, S. P., Argoff, C. E. and Carragee, E. J. (2018). Management of low back pain.’, BMJ (Clinical research ed.), 337(January). doi: 10.1136/bmj.a271. Handayani, S. 2015. Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Intensitas Nyeri Pasien post Sectio Caesarea di RSUD Moewardi. Skripsi. STIKES Kesuma Husada. Surakarta. Keliat, dkk.(2015). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas.Jakarta : EGC. Mubarak, Wahid I. Chayatin N., Rozikin K. & Supradi. (2007). Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu. PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI. PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.