20 0 137 KB
LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN EPIGASTRIC PAIN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah Profesi Di Ruang Nakula RSUD Jombang
NISA NURUL PRATIWI 173210025
PROGRAM PROFESI KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG 2021
LEMBAR PENGESAHAN Laporan Pendahuluan ini telah disetujui untuk diajukan sebagai tinjauan teoritis kasus kelolaan individu Stase Keperawatan Medikal Bedah (KMB) dengan kasus epigastric pain diruang Nakula RSUD JOMBANG untuk memenuhi tugas individu Program Studi Profesi Ners STIKES ICME JOMBANG. Disetujui Hari
:
Tanggal
: Mahasiswa
(Nisa Nurul Pratiwi) Mengetahui, Pembimbing Akademik
(
Pembimbing Ruangan
) ( Kepala Ruangan
(
)
)
1. Definisi A. Definisi Epigastric pain Epigastric pain syndrome merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit dibagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan. Epgastric pain syndrome adalah suatu penyakit saluran cerna yang disertai dengan nyeri ulu hati (epigastrium), mual, muntah, kembung, rasa penuh atau rasa cepat kenyang dan sendawa. Epigastric pain syndrome sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, keluhan ini sangat bervariasi, baik dalam jenis gejala yang ada maupun intensitas gejala tersebut dari waktu-kewaktu ( kapita selekt kedokteran, 2010) B. Etiologi Epigastric pain Faktor-faktor yang menyebabkan epigastric pain syndrome adalah : a. Gangguan pergerakan (motilitas) piloroduodenal dari saluran pencernaan bagian atas (esofagus, lambung dan usus halus bagian atas) b. Menelan terlalubanyak udra atau mempunyai kebiasaan makan salah (mengunyah dengan mulut terbuka atau berbicara) c. Menelan makanan tanpa dikunyah terlebih dahulu dapat membuat lambung terasa penuh atau bersendawa terus d. Mengkonsumsi makanan/minuman yang bisa memicu timbulnya dispensia, seperti minuman beraklkhol, bersoda (soft drink), kopi. Minuman jenis ini dapat mengiritasi dan mengikis permukaan lambung e. Obat penghisap nyeri sepert nonsteroid anti inflamatory drugs (NSAID) misalnya aspirin, ibuprofen, naproven ( Rani,2007) f. Pola makan dipagi hari kebutuhan kalori seseorang cukup banyak sehingga bila tidak sarapan, lambung akan leih banyak memproduksi asam. Tuntutan pekerjaan yang tinggi, padatnya lalu lintas, jarak tempuh rumah dan kantor yang jauh dan persaingan yang tinggi sering menjadi alasan para profesional untuk menunda makan. g. Faktor stres erat kaitannya dengan reaksi tubuh yang merugikan kesehatan. Pada waktu stres akan menyebabkan otak mengaktifkan sistem hormon untuk memicu sekresina. Proses ini memicu terjadinya penyakit pschosomatik dengan gejala dispensia seperti mual, mutah, diare, pusing, nyeri otor.
C. Tanda dan Gejala Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan atau gejala yang dominan membagi dispepsia menjadi 3 tipe : 1. Epigastric pain syndrome dan keluhan seperti ulkus (ulcus-like dyspepsia), dengan gejala : a. Nyeri epigastrium terlokalisasi b. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasid c. Nyeri saat lapar d. Nyeri episodik 2. Epigastric pain syndrome dengan GFI seperti dismotilitas (dysmotility-like dyspepsia), dengan gejala : a. Mudah kenyang b. Perut cepat terasa penuh saat makan c. Mual d. Muntah e. Upper abdominal bloating f. Rasa tak nyaman bertamba saat makan 3. Epigastric pain syndrome nonspesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe diatas) D. Patofisiologi Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung dapat menyebabkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambungkondisi demikian dapat menyebabkan peningkatan produksi HCI yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan dimedulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan.
E. Pathway Faktor resiko
faktor pemicu
Perubahan pola makan, stress
aspirin (OAINS), biomestosin
Lambung kosong lama
memblok prostaglandin
Makanan masuk
sekresi mukus
Peregangan diperut
permeabilitas dinding lambung
Merangsang syaraf lambung
HCL
Dikirim ke hipotalamus
mengikis dinding lambung
nausea regurgitasi HCL Gangguan pemenuhan kebutuhan merusak flora infeksi bakteri E.coli bakteri sisa masuk ke usus diare
HCL mengiritasi dinding esofagus (esofagitis) disfagia, anorexia
iritasi dinding lambung perasaan tidak nyaman
merangsang respon nyeri
dibagian epigastrum
medula spinallis
anorexia anorexia dalam waktu lama (hipermetabolik)
Kurangnya asupan nutrsi
pengeluaran B.P.H
penurunan pembentuksn ATP kelelahan Intoleransi aktivitas
thalamus korteks nyeri respon nyeri
nyeri
F. Komplikasi Penderita epigastric pain selama bertahun-tahun dapat memicu adanya komplikasi yang tidak ringan. Adapun komplikasi dari epigastric pain antara lain : a. Perdarahan b. Kanker lambung c. Muntah darah d. Ulkus peptiku G. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang harus bisa menyingakrkan kelainan serius, trutama epigastric pain. Sekaligus menegakkan diagnosis bila mungkin. Sebagain pasien memiliki risiko yang rendah dan dianjurkan untuk terapi empiris tanpa endoskopi. Berikut merupakan pemeriksaan penunjang : a. Tes darah Hitung darah lengkap dan LED normal membantu meyingkirkan kelainan seirus. Hsil tes serologi positif untuk helicobacter pylori menunjukkan ulkus peptikum namun belum menyingkirkan keganasan saluran pencernaan. b. Endoskopi Endoskopi adalah pemeriksaan terbaik masa kini untuk mrnyingkirkan kuasa organic pada pasien epigasrtic pain. Namun pemeriksaan pylori merupakan pendekatan bermanfaat pada penanganan kasus epigastric pain. Pemeriksaan endoskopi diindikaskan terutama pada pasien dengan keluha yang muncul pertama kali pada usia tua atau pasien dengan tanda alarm seperti penurunan berat badan, muntah, disfagia, atau perdarahan yang diduga sangat mungin terdapat penyakit struktural. c. Laboratorium Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak ditekankan untuk menyingkirkan penebab organik lainnya, seperti : pankreatitis, kronik, diabetes mellitus, dll. d. Radiologi Pemeriksaan radiologi banyak menunjang diagnosis suatu penyakit di saluran makan. Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan radiologi terhadap saluran makan bagian atas, dan sebaiknya menggunakan kontras ganda.
H. Penatalaksanaan 1. Monitor gejala epigastric pain / tanda-tanda vital 2. Kaji adanya ntake atau peradangan disekitar nyeri 3. Beri rasa aman 4. Sentuhan terapeutik Teori ini mangetaka bahwa idividu yang sehat mempunyai keseimbangan energi antara tbuh dengan lingkungan luar orang sakit berarti ada ketidakseimbangan energi. Dengan memberikan sentuhan pada pasien, diharapkan ada transfer energi. 5. Akupressure Pemberian tekanan pada pusat-pusat nyeri 6. Guided imagery Meminta pasien berimajinasi membayangkan hal-hal yang menyenangkan, tindakan ini memerlukan suasana dan rangan yang tenang, serta konsentrasi dari pasien. 7. Distraksi Mengalihkan perhatian terhada nyeri, efektif untuk nyeri ringan sampai sedang. Distraksi visual (mendengar musik) ditraksi sentuhan massage, memegang mainan) ditraksi intelektual (merangkai puzzle) 8. Anticipatory guidance Memodifikasi secara langsung cemas yang berhubungan dengan nyeri 9. Hipnotis Membantu persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif. 10. Biofeedback Terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan individu informasi tentang respon nyeri fisiologis dan cara untuk melatih control volunter terhadap respon. Terapi ini efektif untuk mengatasi ketegangan otot dan migren dengan cara memasang elektroda. I. Komplikasi epigastric pain Komplikasi epigastric pain yang tidak dapat penanganan berpotensi menimbulkan komplikasi, seperti : 1. Obstruksi usus 2. Meningkatnya rasa nyeri 3. Pembengkakan lambung
Komplikasi jua dapat terjadi akibat operasi yang dilakukan. Beberapa diantaranya: 1. Perdarahan 2. Infeksi luka operasi 3. Infeksi pada jaringan sintesis 4. Penggumpalan darah J. Prognosis Sebagian penderitaepigasric pain kronis dan kambuhan, dengan periode asimptomatik diikuti episode relpas, berdasarkan studi populsi pasien epigastric pain fungsional, 1520% mengalami gejala persisten, 50% mengalami perbaikan gejala, dan 30-35% mengalami gejala fluktuatif. Pasien dengan epigastric pain memiliki prognosis kualias hidup rendah dibandingkan dengan individu epigastric pain fungsional. 2. Konsep asuhan keperawatan A. Pengkajian 1. Anamnesa a. Bidodata : terdiri dari nama lengkap, jenis kelamin, umur, penanggung jawab, pekerjaan, pendidikan, agama, alamat, suku bangsa b. Riwayat kesehatan 1. Keluhan utama 2. Riwayat kesehatan sekarang 3. 3. Riwayat kesehatan masa lalu : penyakit (masa kanak-kanak, peyakit yag terjadi secara berulang-ulan, operasi yang pernah dialami) 4. Riwayat kesehatan keluarga orang tua, saudara kandung, anggota keluarga lain. Faktor resiko terhadap kesehatan (kanker , hypertensi, DM, penyakit jantung, TBC, epilpsi, dll ) 5. Keadaan psikologis perilaku, pola emosional, konsep diri, penampilan intelektual, pola pemecahab masalah, daya ingin) 2. Pemeriksaan fisik a. Keadaan umum b. Tanda-tanda vital : tekanan darah, suhu, nadi, respirasi c. Sistem pencernaan Bentuk bibir, lesi mukosa mulut, kelengkapan gigi, muntah, kemampuan menelan, mengunyang , benruk perut, BU, distensi abdomen, dll d. Sistem penafasan
Kesimetrisan
cuping
hidung,
defomitas,
bersin.
Warna
mukosa,
perdarahan, nyeri sinus, bentuk dada, kesimetrisan, nyeri dada, freuensi pernafasan, jenis pernafasan, bunyi nafas dll e. Sistem cardiovasuler Konjungtiva, anemis/tidak, akral dingin/hangat, CRT, JVP, bunyi jantung, tekanan darah, pembesaran jantung, cyanosis, dll f. Sistem integumen Warna kulit, turgor kulit, temperatue, luka/lesi, kebersihanyan, integritas, pweubahan warna, keringat, eritema, kuku, rambut, dll g. Sistem persyarafan Tingkat kesadaran, kepala ukuran kesimetrisan, benjolan, ketajaman mata, pergerakan bola mata, kesimetrisan, reflek, kornea, reflek pupil, nervus 1 s.d, kaku kuduk dll h. Sistem endokrin Pertumbungan dan perkembangan fisik, proporsi dan posisi tubuh, ukuran kepala dan ekstermitas, pembesaran kelenjar tiroid, tremor, ekstermitas dll i. Sistem muskuloskeletal Rentang gerak sendi, gaya berjalan, posisi berdiri, ROM, kekuatan otot, deformitas, kekuatan pembesaran tulang, atrofi, dll j. Sistem reproduksi Laki-laki : penis, testis dll. Perempuan : pembengkakan, benjolan, nyeri dll k. Sistem perkemihan Jumlah, warna , bau, frekuensi BAK, urgensi, dysuria, nyeri pinggang, inkontinensia, retensi urine, dll 3. Pemeriksaan penunjang a. Laboratorium b. Rontgen c. Terapi B. Diagnosa keperawatan 1. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukusa lambung 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah 3. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan
C. Intervensi keperawatan N
Diagnosa
SLKI
o 1.
keperawatan Nyeri berhubungan
Setalah dilakukan asuhan
dengan iritasi
keperawatan 3x24 jam,
mukosa lambung
diharapkan nyeri
karakteristik,
menurun dengan kriteria
durasi, frekuensi,
hasil :
kualitas, intensitas
Tingkat nyeri
nyeri
1. Tidak mengeluh nyeri 2. Tidak meringis 3. Tidak ada sikap protektif 4. Tidak gelisah 5. Frekuensi nadi normal 6. Pola nafas normal 7. Tekanan darah normal
SIKI Manajemen nyeri 1. Identifikasi lokasi,
2. Identifikasi skala nyeri 3. Identifikasi faktor yang mempengaruhi dan meperingan nyeri 4. Monitor tandatanda vital 5. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri 6. Fasilitasi istirahat dan tidur 7. Berikan analgetik
2
Perubahan kurang
nutrisi Setalah dilakukan asuhan dari keperawatan 3x24 jam,
kebutuhan
diharapkan nutrisi
berhubungan
membaik dengan kriteria
dengan muntah
mual hasil :
jika perlu Pemberian makanan parenatal 1. Identifikasi terapi yang diberikan sesuai dengan usia,
Status nutrisi 1. Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan
kondisi, kecepatan, rute 2. Monitor nilai laboratorium
nutrisi 2. Perasaan cepat kenyang menurun 3. Berat badan naik 4. Indeks massa
5. Anjurkan makan tapi sering
meningkat nutrisi Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam
dengan kurangnya diharapkan nutrisi asupan makanan
dan krluar
meningkat
6. Nafsu makan
berhubungan
cairanyang masuk
dalam porsi kecil
meningkat
Defisit
4. Monitor jumlah
tubuh (IMT) 5. Frekuensi makan
3.
3. Monitor berat badan
6. Kolaborasi pemberian obat mual atau muntah, jika perlu Pemberian makanan parenatal 1. Dukungan
membaik
kepatuhan program
Manajemen nutrisi
pengobatan
1. Identifikasi status nutrisi
2. Edukasi diet 3. Edukasi kemoterapi
2. Identifikasi alergi
4. Konseling laktasi
dan intoleransi
5. Konseling nutrisi
makanan
6. Konsultasi
3. Identifikasi makanan yang disukai 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrisi 5. Monitor asupan nutrisi 6. Monitor berat badan
DAFTAR PUSTAKA
7. Manajemen cairan 8. Manajemen demensia 9. Manajemen diare 10. Manajemen eliminasi fekal 11. Manajemen alergi 12. Manajemen gangguan makan
Andra.
(2006).
Epigastric
pain.
Pendekatan
Invasif
Dini
dan
Konservatif.
http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one-news.asp?IDNews=197. Carpenito. (2010). Diagnosis Keperawatan: Apliasi pada praktek klinis. Edisi VI. Jakarta:EGC Rilantono, dkk (2016). Buku ajar kardiologi. Jakart: Balai Penerbit FKUI Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia(definisi dan indikator Diagnostk). Jakata Selatan: DPP PPNI Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Definisi dan kriteria Hasil keperawatan). Jakarta Selatan: DPP PPNI Wsid. (2010). Tinjauan Pustaka Konsep Baru Penanganan Sindrom Koroner Akut. Edisi V. Jakarta. EGC
DAFTAR PUSTAKA