LP Nausea Vomiting [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN AN.B DENGAN DIAGNOSA MEDIS NAUSEA DAN VOMITING DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD RA BASOENI



DISUSUN OLEH : NISFU AZZAROH ( 201904066 )



PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO 2020/2021



LEMBAR PENGESAHAN



Laporan asuhan keperawatan ini diajukan oleh: Nama



: NISFU AZZAROH



NIM



: 201904066



Program Studi



: D-III KEPERAWATAN



Judul Laporan Pendahuluan



: Laporan Pendahuluan An.B dengan Diagnosa Medis Nausea dan Vomiting



di Instalasi Gawat Darurat RSUD RA Basoeni



Telah diperiksa dan disetuji sebagai tugas dalam praktik klinik keperawatan dasar.



Pembimbing Akademik



Pembimbing ruangan



(Eka Nur Soemah, S.Kep.Ns)



(Lestariningsih , S.Kep.Ns)



Mengetahui, Kepala ruangan



(Supriyadi , S.Kep.Ns) NIP 19760118 199803 1 002



BAB 1 LAPORAN PENDAHULUAN



Nausea dan Vomiting A. Definisi Nausea dan Vomiting Menurut Loadsman (2005) mual (nausea) adalah sensasi atau perasaan yang tidak menyenangkan dan sering merupakan gejala awal dari muntah, Keringat dingin , pucat , hipersalivasi , hilang tonus gaster , kontraksi duodenum dan reflukisi istestinal ke dalamgaster sering menyertai mual meskipun tidak selalu disertai muntah. Sedangkan muntah (vomiting) adalah kejadian yang terkoordinasi namun tidak dibawah kontrol dari aktivitas gastrointestinal dan gerakan respiratori ( inspirasi dalam ). Peningkatan dari tekanan intra abdominal , penutupan glotis dan palatum akanm naik , terjadi kontraksi dari pylorus dan relaksasi fundus , sfingter cardia dan esofagus sehingga terjadi ekspulasi yang kuat dan isi lambung B. Etiologi Mual muntah dapat disebabkan oleh banyak faktor , antara lain : 



Gangguan GI track Adanya agen yang menyerang atau mengiritasi lapisan lambung , seperti infeksi bakteri H.Pylori . gastroentritis , keracunan makanan , agen iritan lambung ( alkohol , rokok , dan oobat NSAID ). Penyakit peptic ulcer dan GERD juga dapat menyebabkan mual muntah







Sinyal dari otak - luka pada kepala . pembengkakan otak ( geger otak atau trauma kepala ) , infeksi ( meningitis atau encephalitis ) , tumor , atau keseimbangan abnormal dari elekytolit dan air dalam aliran darah - noxious stimulus : bau bau atau suara suara - kelelahan karena paans , terik matahari yang ekstrem atau dehidrasi







Terkait dengan penyakit lain Misalnya pada pasien diabetes dapat mengalami gastroparesis , yaitu kondisi dimana lambung gagal mengosongkan diri secara tepat dan kemungkinan disebabkan generized neuropathy ( kegagalan dari syaraf untuk mengirim sinyal yang tepat ke otak )







Obat dan perawatan medis -



Terapi radiasi : mual dan muntah dihubungkan dengan terapi radiasi



-



Efek samping obat , seperti pada obat nyeri narkotik , anti inflamasi (prednisone dan ibuprofen ) , dan antibiotik yang menyebabkan mual dan muntah







Kehamilan Muntah pada kehamilan terutama pada trimester pertama yang disebabkan oleh perubahan hormon dalam tubuh



C. Patofisiologi Terdapat tiga fase emesis , yaitu : -



Nausea , berupa kebutuhan untuk segera muntah atau mual. Mual biasanya terkait dengan penurunan mobilitas lambung dan peningjatan tonus di usus kecil. Selain itu , sering terjadi pembalikan gerakan peristaltik diusus kecil proksimal



-



Retcing , yaitu gerakan yang diusahakan otot perut dan dada sebelum muntah



-



Nafas kering ( dry heaves ) mengacu pada gerakan pernapasan spasmodik dilakukan dengan glotis tertutup. Sementara ini terjadi , antrum kontak perut dan fundus dan kardia relax. Studi dengan kucing telah menunjukan bahwa selama muntah-muntah terjadi herniasi balik esofagus perut dan kardia ke dalam rongga dada karena tekanan negatif yang ditimbulkan oleh upaya inspirasi dengan glotis tertutup



-



Emesis adalah ketika ini usus lambung dan sering dalam jumlah kecil didorong sampai keluar dari mulut



-



Vomiting atau muntah, yaitu pengeluaran isi lambung yang disebabkan oleh retroperistalsis GI.



Muntah di pacu oleh impuls aferen ke pusat muntah pada medulla oblongata. Impuls diterima dari pusat muntah di medulla berupa sinyal melalui CTZ (chemoreceptor trigger zone). CTZ terletak di daerah postrema ventrikel otak, merupakan kemosensor utama bagi emesis dan biasanya terkait dengan muntah akibat rangsangan kimiawi



D. Pathway



E. MANIFESTASI KLINIK Muntah umumnya didahului oleh rasa mual (nausea) dan memiliki tanda-tanda seperti : pucat, berkeringat, air liur berlebihan, takikardi, pernafasan tidak teratur, rasa tidak nyaman, sakit kepala. Jika mual muntah berlangsung terus-menerus maka akan mengakibatkan berat badan menurun, demam, dehidrasi. Gejala muntah juga tergantung pada beratnya penyakit pasien mulai dari muntah ringan sampai parah. Tanda dan gejala nausea dan vomiting antara lain:



1. Keringat dingin 2. Suhu tubuh yang meningkat 3.  Nyeri perut 4. Akral teraba dingin 5. Wajah pucat 6. Terasa tekanan yang kuat pada abdomen dan dada 7. Pengeluaran saliva yang meningkat 8. Bisa disertai dengan pusing F. Komplikasi 



Dehidrasi. Pada saat muntah, maka isi perut yang kebanyakan adalah cairan akan keluar, sehingga membuat tubuh kehilangan cairan yang tadinya penting untuk berperan dalam homeostasis. Dehidrasi ini akan berimplikasi hipovolemik pada tubuh, kulit kering, rasa haus, lemas, anak gelisah. Bila berat dapat terjadi napas cepat, tekanan darah turun, gangguan jantung, kejang, penurunan kesadaran bahkan dapat mengancam jiwa.







Acidosis metabolik, akibat kekurangan H+ pada lambung.







Kerusakan gigi akibat tergerus asam lambung (perimylolysis). Pada saat muntah, asam lambung akan keluar bersamaan dengan isi perut. Ketika asam lambung keluar dan berada di dalam mulut, maka akan merusak email gigi sehingga gigi karies.



G. Penatalaksanaan Tujuan terapi antiemetik adalah untuk mencegah atau menghilangkan mual dan muntah, tanpa menimbulkan efek samping. Terapi non farmakologi: 



Pasien dengan keluhan sederhana, menghindari makanan tertentu atau moderasi asupan makanan yang lebih baik.







Pasien dengan gejala penyakit sistemik sebaiknya mengobati kondisi yang mendasarinya.



 Antisipasi mual atau muntah pada pasien terapi kanker dengan memberi profilaksis antiemetik.  Intervensi perilaku dan termasuk relaksasi, biofeedback, self-hypnosis. Terapi farmakologi Faktor pemilihan terapi : 



Gejala berdasarkan etiologi







Frekuensi, durasi, and tingkat keparahan







Kemampuan pasien pada penggunaan obat secara oral, rektal, injeksi atau transdermal







Obat telah berhasil digunakan sebagai antiemetik sebelumnya Obat-obat yang dapat digunakan yaitu:



a.



Antasida Dapat diberikan dalam dosis tunggal atau kombinasi, terutama yang mengandung



magnesium hydroxide, aluminum hydroxide, calcium carbonate Kerjanya yaitu dengan membantu menetralisasi asam lambung. Dosis untuk membantu memulihkan mual dan muntah akut atau intermitten yaitu 15 sampai 30 mL dari produk dengan dosis tunggal atau kombinasi.  b. Antihistamine – Antikolinergik Obat antiemetik dari kategori antihistamin-antikolinergik ini bekerja dengan menghambat berbagai jalur aferenviseral yang merangsang mual dan muntah di otak. Efek samping yang dapat ditimbulkan yaitu mengantuk, gelisah, penglihatan kabur, mulut kering, retensi urin, dan takikardia, terutama pada pasien usia lanjut.



c. Butyrophenones Dua senyawa butyrophenone yang memiliki aktivitas antiemetik adalah haloperidol dan droperidol. Keduanya bekerja dengan memblokir stimulasi dopaminergik di CTZ. Meskipun setiap agen efektif dalam mengurangi mual dan muntah, haloperidol tidak dianggap sebagai terapi lini pertama untuk mual dan muntah tanpa komplikasi tetapi digunakan untuk perawatan keadaan paliatif.



d. Kortikosteroid Kortikosteroid telah menunjukkan efikasi antiemetik sejak adanya pasien yang menerima prednisone sebagai prosedur awal penanganan penyakit Hodgkin untuk mengurangi mual dan muntah. Methyl prednisolone juga telah digunakan sebagai antiemetik. Deksametason telah terbukti efektif dalam pengelolaan mual dan muntah akibat kemoterapi dan pasca operasi baik sebagai obat tunggal maupun dalam kombinasi dengan selektif serotonin reuptake inhibitor (SSRI). Penatalaksanaan awal pada pasien dengan keluhan muntah adalah mengkoreksi keadaan hipovolemi dan gangguan elektrolit. Pada penyakit gastroenteritis akut dengan muntah, obat rehidrasi oral biasanya sudah cukup untuk mengatasi dehidrasi. Pada muntah bilier atau suspek obstuksi intestinal penatalaksanaan awalnya adalah dengan tidak memberikan makanan secara peroral serta memasang nasogastic tube yang dihubungkan dengan intermittent suction. Pada keadaan ini memerlukan konsultasi dengan  bagian bedah untuk penatalaksanaan lebih lanjut. Pengobatan muntah ditujukan pada penyebab spesifik muntah yang dapat diidentifikasi. Penggunaan antiemetik pada bayi dan anak tanpa mengetahui penyebab yang jelas tidak dianjurkan. Bahkan kontraindikasi pada bayi dan anak dengan gastroenteritis sekunder atau kelainan anatomis saluran gastrointestinal yang merupakan kasus bedah misalnya, hiperthrophic pyoric stenosis  (HPS), apendisitis, batu ginjal, obstruksi usus, dan peningkatan tekanan intrakranial. Hanya pada keadaan tertentu antiemetik dapat digunakan dan mungkin efektif, misalnya pada mabuk perjalanan (motion sickness), mual dan muntah pasca operasi, kemoterapi kanker, muntah siklik, gastroparesis, dan gangguan motilitas saluran gastrointestinal. Terapi farmakologis muntah pada bayi dan anak adalah sebagai berikut : 1.Antagonis dopamin Tidak diperlukan pada muntah akut disebabkan infeksi gastrointestinal karena biasanya merupakan self limited . Obat-obatan antiemetik biasanya diperlukan pada muntah pasca operasi, mabuk perjalanan, muntah yang disebabkan oleh obat-obatan sitotoksik, dan penyakit refluks



gastroesofageal. Contohnya Metoklopramid dengan dosis pada bayi 0.1 mg/kgBB/kali PO 3-4 kali per hari. Pasca operasi 0.25 mg/kgBB per dosis IV 3 -4 kali/hari bila perlu. Dosis maksimal pada bayi 0.75 mg/kgBB/hari. Akan tetapi obat ini sekarang sudah jarang digunakan karena mempunyai efek ekstrapiramidal seperti reaksi distonia dan diskinetik serta krisis okulonergik. Domperidon adalah obat pilihan yang banyak digunakan sekarang ini karenadapat dikatakan lebih aman. Domperidon merupakan derivate benzimidazolin yang secara invitro merupakan antagonis dopamine. Domperidon mencegah refluks esophagus berdasarkan efek peningkatan tonus sfingter esophagus bagian bawah. 2,Antagonisme terhadap histamine (AH1) Diphenhydramine dan Dimenhydrinate (Dramamine) termasuk dalam golongan etanolamin. Golongan etanolamin memiliki efek antiemetik paling kuat diantara antihistamin (AH1) lainnya. Kedua obat ini bermanfaat untuk mengatasi mabuk perjalanan (motion sickness) atau kelainan vestibuler. Dosisnya oral: 1-1,5mg/kgBB/hari dibagi dalam 4-6 dosis. IV/IM: 5 mg/kgBB/haridibagi dalam 4 dosis. 3.Prokloperazin dan Klorpromerazin Merupakan derivate fenotiazin. Dapat mengurangi atau mencegah muntah yang disebabkan oleh rangsangan pada CTZ. Mempunyai efek kombinasi antikolinergik dan antihistamin untuk mengatasi muntah akibat obat-obatan, radiasi dan gastroenteritis. Hanya boleh digunakan untuk anak diatas 2 tahun d engan dosis 0.4 – 0.6 mg/kgBB/hari tiap dibagi dalam 3-4 dosis, dosis maksimal berat badan



4. Antikolinergik Skopolamine dapat juga memberikan perbaikan pada muntah karena faktor vestibular atau stimulus oleh mediator proemetik. Dosis yang digunakan adalah 0,6 mikrogram/kgBB/ hari dibagi dalam 4 dosis dengan dosis maksimal 0,3mg per dosis. 5.5-HT3 antagonis serotonin, Yang sering digunakan adalah Ondanasetron. Mekanisme kerjanya diduga dilangsungkan dengan mengantagonisasi reseptor 5-HT yang terdapat pada CTZ di area  postrema otak dan mungkin juga pada aferen vagal saluran cerna. Ondansentron tidak efektif untuk pengobatan motion sickness. Dosis mengatasi muntah akibat kemoterapi 4 – 18 tahun: 0.15 mg/kgBB IV 30 menit senelum kemoterapi diberikan, diulang 4 dan 8 jam setelah dosis pertama diberikan kemudiansetiap 8jam untuk 1-2 hari berikutnya. Dosis pascaoperasi: 2 –1  2 yr 40 kg: 4 mg IV; >12 yr: dosis dewasa8 mg PO/kali.



KONSEP ASUHAHN KEPERAWATAN A, Pengkajian :  Identifikasi pasien dan penanggung jawab Meliputi nama , jenis kelamin , alamat , umur , suku , Pendidikan , pekerjaan , no rm , diagnose medis , tanggal masuk RS , tanggal pengkajian , nama penanggung jawab , alamat , umur , pekerjaan , hubungan dengan pasien  Status kesehatan : 1



keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan pertama kali dan sedang dirasakan oleh pasien seperti



ketidaknyamanan



pada



perut



mual



dan



muntah



bahakan



hingga



pusing



disertai



dengan peningkatan tekanan intrakarnial sampai lemas. 2



riwayat penyakit sekarang adalah keluhan pasien dari sebelum terjadi penyakit mual muntah hingga mual muntah



terjadi. Seperti makanan yang di makan, adakah keluhan sebelum mual muntah, penyakit bawaan, penyakit yang di derita sekarang dengan resiko mual muntah hingga yang dirasakn seperti mulut kering keinginan muntah dan pusing karena tekanan intrakranial. 3



riwayat penyakit dahulu adalah riwayat yang pernah di derita pasien seperti kejang dan demam ssat sebelum



mual muntah terjadi atau riwayat penyakit terdahulu seperti pernah dirawat di rs dengan diagnosa khusus seperti gea, gangguan pencernaan, maag dan lain sebagainya  Pemeriksaan fisik 







Tanda-tanda vital sign -



TD : biasanya normal



-



N : biasanya normal



-



R : biasanya normal



-



S : biasanya normal



Tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit, mukosa mulut kering, kelopak mata cekung, produksi urine berkurang).







Tanda- tanda shock







Penurunan berat badan



B. Diagnose keperawatan 1. Hypovolemia berhubungan dengan kekurangan intake cairan C. Intervensi keperawatan NO



TUJUAN



1.



Setelah dilakukan Tindakan



INTERVENSI 1



keperawatan selama 1x24 jam , pasien tidak mengalami kekurangan



1



2



membaik 2



Intake cairan membaik



3



Suhu tubuh menurun



hypovolemia 2



asupan cairan oral



Memberikan asupan cairan oral



Anjurkan memperbanyak



Memeriksa tanda dan gejala



Berikan asupan cairan oral



3 Membran mukosa



1



gejala hypovolemia



status cairan dengan kriteria hasil :



Periksa tanda dan



IMPLEMENTASI



3



Menganjurkan memperbanyak asupan cairan oral



DAFTAR PUSTAKA Tim pokja SDKI DPP PPNI ( 2017 ) , Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik, Jakarta: Dewan Pengurus PPNI Tim pokja SDKI DPP PPNI ( 2017 ) , Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan Keperawatan, Jakarta: Dewan Pengurus PPNI Tim pokja SDKI DPP PPNI ( 2017 ) , Standar Luar Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Jakarta: Dewan Pengurus PPNI