LP Omsk [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN OTITIS MEDIA SUPURATIF (OMSK)



DISUSUN OLEH : YUNITA KURNIASARI P1337420115021



PRODI DIII KEPERAWATAN SEMARANG POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG TAHUN 2017



I. KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Radang



telinga



tengah



(otitis



media)



adalah peradangan telinga bagian



tengah,



peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel mastoid yang biasanya disebabkan oleh penjalaran infeksi dari tenggorokan (faringitis). Pada semua jenis otitis media juga dikeluhkan gangguan dengar (tuli) konduktif (Brunner and Suddart : 2000). Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan keluarnya sekret dari telinga tengah secara terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening, atau berupa nanah. Biasanya disertai gangguan pendengaran.(Arif Mansjoer, 2001 : 82).



B. KLASIFIKASI OMSK dibagi menjadi dua macam, yaitu : 1. OMSK tipe benigne (tipe mukosa, tipe aman) Proses peradangan terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi terletak disentral. Umumnya, OMSK tipe benigne jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe benigne tidak terdapat kolesteatom. 2. OMSK tipe maligne (tipe tulang, tipe bahaya) OMSK tipe maligne ialah OMSK yang disertai dengan kolesteatoma. Perforasi terletak mada marginal atau diatik, kadang-kadan terdapat juga kolesteatoma dengan perforasi subtotal. Sebagian komplikasi yang berbahaya atau total timbul pada atau fatal, timbul pada OMSK tipe maligna.



C. ETIOLOGI Sebagian besar Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) merupakan kelanjutan dari Otitis Media Akut (OMA) yang prosesnya sudah berjalan lebih dari 2 bulan. Beberapa faktor penyebab adalah terapi yang terlambat, terapi tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, dan daya tahan tubuh rendah. Bila kurang dari 2 bulan disebut subakut. Sebagian kecil disebabkan oleh perforasi membran timpani terjadi akibat trauma telinga tengah. Kuman penyebab biasanya



kuman gram positif aerob, pada infeksi yang sudah berlangsung lama sering juga terdapat kuman gram negatif dan kuman anaerob. (Arif Mansjoer, 2001 : 82). Kuman penyebab OMSK antara lain kuman Staphylococcus aureus (26%), Pseudomonas aeruginosa (19,3%), Streptococcus epidermidimis (10,3%), gram positif lain (18,1%) dan kuman gram negatif lain (7,8%). Biasanya pasien mendapat infeksi telinga ini setelah menderita saluran napas atas misalnya influenza atau sakit tenggorokan. Melalui saluran yang menghubungkan antara hidup dan telinga (tuba Auditorius), infeksi di saluran napas atas yang tidak diobati dengan baik dapat menjalar sampai mengenai telinga.



D. PATOFISIOLOGI Adanya disfungsi tuba Eustachius, yaitu suatu saluran yang menghubungkan rongga di belakang hidung (nasofaring) dengan telinga tengah (kavum timpani) merupakan penyebab utama terjadinya radang telinga tengah (otitis media). Pada keadaan normal, muara tuba Eustachius berada dalam keadaan tertutup dan akan membuka bila kita menelan. Tuba Eustachius ini berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara telinga tengah dengan tekanan udara luar (tekanan udara atmosfer). Fungsi tuba yang belum sempurna, tuba yang pendek, penampang relatif besar pada anak dan posisi tuba yang datar menjelaskan mengapa suatu infeksi saluran nafas atas pada anak akan lebih mudah menjalar ke telinga tengah sehingga lebih sering menimbulkan OM daripada orang dewasa. Pada saat terjadi infeksi saluran nafas atas, bakteri menyebar dari nasofaring melalui tuba Eustachius ke telinga tengah yang menyebabkan terjadinya infeksi dari telinga tengah. Pada saat ini terjadi respons imun di telinga tengah. Mediator peradangan pada telinga tengah yang dihasilkan oleh sel-sel imun infiltrat, seperti netrofil, monosit, dan leukosit serta sel lokal seperti keratinosit dan sel mastosit akibat proses infeksi tersebut akan menambah permiabilitas pembuluh darah dan menambah pengeluaran sekret di telinga tengah. Selain itu, adanya peningkatan beberapa kadar sitokin kemotaktik yang dihasilkan mukosa telinga tengah karena stimulasi bakteri menyebabkan terjadinya akumulasi sel-sel peradangan pada telinga tengah. Mukosa telinga tengah mengalami hiperplasia, mukosa berubah bentuk dari satu



lapisan,



epitel



skuamosa



sederhana,



menjadi pseudostratified respiratory



epithelium dengan banyak lapisan sel di antara sel tambahan tersebut. Epitel respirasi ini mempunyai sel goblet dan sel yang bersilia, mempunyai stroma yang banyak serta pembuluh



darah. Penyembuhan OM ditandai dengan hilangnya sel-sel tambahan tersebut dan kembali ke bentuk lapisan epitel sederhana.



E. MANIFESTASI KLINIS 1. Gangguan pendengaran/pekak. 2. Suara berdenging/berdengung (tinitus) 3. Rasa pusing yang berputar (vertigo). 4. Rasa nyeri di dalam telinga (Otalgia). 5. Keluar cairan atau nanah dari telinga tengah (otore). 6. Gendang telinga berlubang. F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Pemeriksaan Audiometri Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian tergantung besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistim penghantaran suara ditelinga tengah. 2. Pemeriksaan radiologi Pemeriksaan radiografi daerah mastoid pada penyakit telinga kronis nilai diagnostiknya terbatas dibandingkan dengan manfaat otoskopi dan audiometri. Pemerikasaan radiologi biasanya mengungkapkan mastoid yang tampak sklerotik, lebih kecil dengan pneumatisasi leb ih sedikit dibandingkan mastoid yang satunya atau yang normal. Erosi tulang, terutama pada daerah atik memberi kesan kolesteatom Proyeksi radiografi yang sekarang biasa digunakan adalah: 



Proyeksi Schuller, yang memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus lateral dan tegmen. Pada keadaan mastoid yang skleritik, gambaran radiografi ini sangat membantu ahli bedah untuk menghindari dura atau sinus lateral.







Proyeksi Mayer atau Owen, diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah kerusakan tulang telah mengenai struktur-struktur.







Proyeksi Stenver, memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang lebih jelas memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis semisirkularis. Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan melintang sehingga dapat menunjukan adanya pembesaran akibat kolesteatom.







Proyeksi Chause III, memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT scan dapat menggambarkan kerusakan tulang oleh karena kolesteatom, ada atau tidak tulang-tulang pendengaran dan beberapa kasus terlihat fistula pada kanalis semisirkularis horizontal. Keputusan untuk melakukan operasi jarang berdasarkan hanya dengan hasil X-ray saja. Pada keadaan tertentu seperti bila dijumpai sinus lateralis terletak lebih anterior menunjukan adanya penyakit mastoid.



3. Bakteriologi Walapun perkembangan dari OMSK merupakan lanjutan dari mulainya infeksi akut, bakteriologi yang ditemukan pada sekret yang kronis berbeda dengan yang ditemukan pada otitis media supuratif akut. Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa, Stapilokokus aureus dan Proteus. Sedangkan bakteri pada OMSA Streptokokus pneumonie, H. influensa, dan Morexella kataralis. Bakteri lain yang dijumpai pada OMSK E. Coli, Difteroid, Klebsiella, dan bakteri anaerob adalah Bacteriodes sp. Infeksi telinga biasanya masuk melalui tuba dan berasal dari hidung, sinus parasanal, adenoid atau faring. Dalam hal ini penyebab biasanya adalah pneumokokus, streptokokus, atau hemofilius influenza. Tetapi pada OMSK keadaan ini agak berbeda. Karena adanya perforasi membran timpani, infeksi lebih sering berasal dari luar yang masuk melalui perforasi tadi (Ballenger JJ, 1997). 4. Otoskop Untuk melihat perforasi membran timpani.



G. PENATALAKSANAAN Menurut Arief Mansjoer, dkk. 2001 halaman 82 - 83 : Terapi OSMK harus sering, lama dan berulang-ulang karena : a. Adanya perforasi membran timpani yang permanen b. Terdapat sumber infeksi di faring, nasofaring, hidung, dan sinus paranasal,



c. Telah terbentuk jaringan patologik yang ireversibel dalam rongga mastoid d. Gizi dan kebersihan yang kurang. Prinsip terapi OMSK tipe benigna ialah konservatif atau dengan medikamentosa. Bila sekret yang keluar terus menerus, maka diberikan obat pencuci telinga, berupa larutan H2O2 3% selama 3-5 hari. Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotika dan kartikosteroid. Banyak ahli berpendapat bahwa semua obat tetes yang dijual di pasaran saat ini mengandung antibiotika yang bersifat ototoksik. Oleh sebab itu, dianjurkan agar obat tetes telinga jangan diberikan secara terus menerus lebih dari 1 atau 2 minggu pada OMSK yang sudah tenang. Secara oral diberikan antibiotika dari golongan ampisilin, atau eritromisin, (bila pasien alergi terhadap penisilin), sebelum tes resistensi diterima. Pada infeksi yang dicurigai karena penyebabnya telah resisten terhadap ampisilin dapat diberikan ampisilin asam klavulanat. Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah diobservasi selama 2 bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran. Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau terjadinya infeksi berulang, maka sumber infeksi itu harus diobati terlebih dahulu, mungkin juga perlu melakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi dan tonsilektomi. Prinsip terapi OMSK tipe maligna ialah pembedahan, yaitu mastoidektomi. Jadi, bila terdapat OMSK tipe maligna, maka terapi yang tepat ialah dengan melakukan mastoidektomi dengan atau tanpa timpanoplasti. Terapi konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal retroaurikuler, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi. Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain adalah sebagai berikut : a. mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy), b. mastoidektomi radikal, c. mastoidektomi radikal dengan modifikasi,



d. miringoplasti, e. timpanoplasti, f. pendekatan ganda timpanoplasti (Combined approach tympanoplasty). Jenis operasi mastoid yang dilakukan tergantung pada luasnya infeksi atau koleasteatom, sarana yang tersedia serta pengalaman operator. Sesuai dengan luasnya infeksi atau luasnya kerusakan yang sudah terjadi, kadang-kadang dilakukan kombinasi dari jenis operasi itu atau modifikasinya. a. Mastoidektomi sederhana. Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe benigna yang dengan pengobatan konservatif tidak sembuh. Dengan tindakan operasi ini dilakukan permbersihan ruang mastoid dari jaringan patologik. Tujuannya ialah supaya infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi. Pada operasi ini fungsi pendengaran tidak diperbaiki. b. Mastoidektomi Radikal. Operasi ini dilakukan pada OMSK maligna dengan infeksi atau kolesteatom yang sudah meluas. Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga tengah tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi suatu ruangan. Tujuan operasi ini ialah untuk membuang semua jaringan patologik dan mencegah komplikasi ke intrakranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki. Kerugian operasi ini ialah pasien tidak diperbolehkan berenang seumur hidupnya. Pasien harus datang dengan teratur untuk kontrol, supaya tidak terjadi infeksi kembali. Pendengaran berkurang sekali, sehingga dapat menghambat pendidikan atau karier pasien. Modifikasi operasi ini ialah dengan memasang tandur (graft) pada rongga operasi serta membuat meatal plasty yang lebar, sehingga rongga operasi kering permanen, tetapi terdapat cacat anatomi, yaitu meatus luar liang telinga menjadi lebar. c. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (operasi Bondy) Operasi ini dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah atik, tetapi belum merusak kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding posterior liang telinga direndahkan. Tujuan operasi ialah untuk membuang semua jaringan patologik dari rongga mastoid, dan mempertahankan pendengaran yang masih ada.



d. Miringoplasti Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan, dikenal juga dengan nama timpanoplasti tipe I. Rekonstruksi hanya dilakukan pada membran timpani. Tujuan operasi ialah untuk mencegah berulangnya infeksi telinga tengah pada OMSK tipe benigna dengan perforasi yang menetap. Operasi ini dilakukan pada OMSK tipe benigna yang sudah tenang dengan ketulian ringan yang hanya disebabkan oleh perforasi membran timpani. e. Timpanoplasti Operasi ini dikerjakan pada OMSK tipe benigna dengan kerusakan yang lebih berat atau OMSK tipe benigna yang tidak bisa ditenangkan dengan pengobatan medikamentosa. Tujuan operasi ialah untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran. Menurut Fung 2004, terapi difokuskan kepada penghilangan gejala dan infeksi. Antibiotik mungkin dikesepkan untuk infeksi bakteri, terapi antibiotik biasanya untuk jangka panjang, yaitu melalui pemberian per oral atau tetes telinga jika ada perforasi membran tympani. Pembedahan untuk mengangkat adenoid mungkin cocok untuk membuka tuba eustachius. Pembedahan dengan membuka membrana tymponi (miringotomi) dengan maksud untuk mengalirkan atau mengeluarkan cairan dari daerah ditelinga dalam. Decangestan atau antibismin dapat digunakan untuk membantu mengeluarkan cairan dari tuba eustachius. Pada operasi ini selain rekonstruksi membran timpani sering kali harus dilakukan juga rekonstruksi tulang pendengaran. Berdasarkan bentuk rekonstruksi tulang pendengaran yang dilakukan maka dikenal istilah timpanoplasti tipe II, III, IV dan V. Sebelum rekonstruksi dikerjakan lebih dahulu dilakukan eksplorasi kavum timpani dengan atau tanpa mastoidektomi, untuk membersihkan jaringan patologis. Tidak jarang pula operasi ini terpaksa dilalakukan dua tahap dengan jarak waktu 6 s/d 12 bulan. f. Timpanoplasti dengan pendekatan ganda (Combined Approach Tympanoplasty) Operasi ini merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada kasus OMSK tipe maligna atau OMSK tipe benigna dengan jaringan granulasi yang luas. Tujuan operasi untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal (tanpa meruntuhkan dinding posterior ling telinga). Membersihkan kolesteatom dan jaringan granulasi di kavum timpani, dikerjakan melalui



dua jalan (combined approach) yaitu melalui liang telinga dan rongga mastoid dengan melakukan timpanotomi posterior. Teknik operasi ini pada OMSK tipe maligna belum disepakati oleh para ahli, oleh karena sering terjadi kambuhnya kolesteatoma kembali.



H. KOMPLIKASI a. Kerusakan yang permanen dari telinga dengan berkurangnya pandangan atau ketulian. b. Mastuiditis c. Cholesteatoma d. Abses apidural (peradangan disekitar otak) e. Paralisis wajah f. Labirin titis.



II. DIAGNOSA KEPERAWATAN Pre Operasi 1. Gangguan persepsi/sensori berhubungan dengan obstruksi, infeksi di telinga atau kerusakan di saraf pendengaran. Tujuan :  Persepsi/sensoris baik. Kriteria hasil :  Klien akan mengalami peningkatan persepsi/sensoris pendengaran sampai pada tingkat fungsional. Intervensi keperawatan : a. Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaran secara tepat. Rasional : Keefektifan alat pendengaran tergantung pada tipe gangguan/ketulian, serta perawatannya yang tepat. b. Instruksikan klien untuk menggunakan teknik – teknik yang aman sehingga dapat mencegah terjadinya ketulian lebih jauh. Rasional : Apabila penyebab pokok ketulian tidak progresif, maka pendengaran yang tersisa sensitif terhadap trauma dan infeksi, sehingga harus dilindungi. c. Observasi tanda – tanda awal kehilangan pendengaran yang lanjut.



Rasional : Diagnosa dini terhadap keadaan telinga atau terhadap masalah – masalah pendengaran rusak secara permanen. d. Instruksikan klien untukmenghabiskan seluruh antibiotik yang diresepkan (baik itu antibiotik sistemik maupun lokal). Rasional : Penghentian terapi antibiotika sebelum waktunya dapat menyebabkan organisme sisa berkembang biak sehingga infeksi akan berlanjut.



2. Resiko terjadi injuri / trauma berhubungan dengan ketidakseimbangan labirin : vertigo Tujuan : Pasien tidak mengalami injuri/trauma dengan :  Mengurangi / menghilangkan vertigo / pusing  Mengembalikan keseimbangan tubuh  Mengurangi terjadinya trauma Intervensi : a. Kaji ketidakseimbangan tubuh pasien Rasional : Untuk mengetahui keadaan pasien. b. Observasi tanda vital Rasional : Untuk mengetahui tanda-tanda vital pasien. c. Beri lingkungan yang aman dan nyaman Rasional : Untuk mengurangi rasa pusing pasien. d. Anjurkan teknik relaksasi untuk mengurangi pusing Rasional : Untuk mengurangi rasa pusing pasien. e. Penuhi kebutuhan pasien Rasional : Untuk meminimalisir terjadinya resiko injuri pada pasien. f. Libatkan keluarga untuk menemani saat pasien bepergian Rasional : Untuk meminimalisir terjadinya resiko injuri pada pasien. 3. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan. Tujuan :  Nyeri yang dirasakan klien berkurang rasa Kriteria hasil :  Klien mengungkapkan bahwa nyeri berkurang, klien mampu melakukan metode pengalihan suasana.



Intervensi Keperawatan : 1. Ajarkan klien untuk mengalihkan suasana dengan melakukan metode relaksasi saat nyeri yang teramat sangat muncul, relaksasi seperti menarik napas panjang Rasional : Metode pengalihan suasana dengan melakukan relaksasi bisa mengurangi nyeri yang diderita klien. 2. Kompres dingin di sekitar area telinga. Rasional : Kompres dingin bertujuan mengurangi nyeri karena rasa nyeri teralihkan oleh rasa dingin di sekitar area telinga. 3. Atur posisi klien. Rasional : Posisi yang sesuai akan membuat klien merasa nyaman 4. Kolaborasi pemberian obar analgesic sesuai instruksi dokter. Rasional : Analgesik merupakan pereda nyeri yang efektif pada pasien untuk mengurangi sensasi nyeri dari dalam.



Post Operasi : 1. Nyeri berhubungan dengan tindakan pembedahan mastoidektomi Tujuan :  Nyeri pasien berkurang Intervensi : a. Kaji tingkat nyeri pasien Rasional : Untuk mengetahui tingkat nyeri pasien. b. Kaji faktor yang memperberat dan memperingan nyeri. Rasional : Untuk mengetahui apakah ada faktor-faktor lain yang dapat memperberat nyeri. c. Ajarkan teknik relaksasi untuk menghilangkan nyeri. Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri pasien. d. Anjurkan pada pasien untuk banyak istirahat baring. Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri pasien. e. Beri posisi yang nyaman Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri pasien. f. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai advice dokter.



Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri pasien.



2. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan post operasi mastoidektomi Tujuan :  Resiko infeksi tidak terjadi Intervensi : a. Kaji kemungkinan terjadi infeksi / tanda-tanda infeksi. Rasional : Untuk mencegah dan mengetahui apakah ada tanda-tanda infeksi setelah dilakukan operasi. b. Observasi keadaan pasien. Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum pasien. c. Lakukan perawatan ganti balutan dengan teknik steril setelah 24 jam dari operasi. Rasional : Untuk mencegah terjadinya infeksi. d. Kaji keadaan daerah preoperasi Rasional : Untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda infeksi yang terjadi. e. Ganti tampon setiap hari. Rasional : Untuk kenyamanan pasien dan mencegah infeksi. f. Pasang pembalut tekan bila dilakukan insisi mastoid. Rasional : Untuk mencegah infeksi. g. Bersihkan daerah operasi setelah 2 – 3 minggu. Rasional : Untuk mencegah infeksi. h. Kolaborasi pemberian antibiotic sesuaiadvice dokter. Rasional : Untuk mencegah resiko infeksi.



III. EVALUASI 1. Pasien dapat menghadapi situasi saat ini dengan realistis. 2. Homeostasis dipertahankan. 3. Nyeri berkurang/tidak terjadi. 4. Cedera dapat dicegah. 5. Komplikasi dicegah/diminimalkan.



PATHWAY OMSK Etiologi : alergi, infeksi, trauma telinga, ISPA, dll Edema pada mukosa saluran napas, mukosa tuba eustacius, dan nasofaring tempat muara tuba Oklusi Gangguan fungsi eustacius Fungsi ventrikel



Fungsi drainase



Fungsi proteksi



Udara tidak dapat masuk



Penumpukan secret



Fungsi silia tidak efektif



Tekanan negative



Akumulasi cairan meningkat



Proses supurasi



Transudasi



Peningkatan jumlah secret purulen



Penekanan pada membrane timpani



Iskemi Nekrosis Sekret mukopurulen OMA



akan keluar dari telinga tengah ke liang telinga



Proses peradangan tidak mengalami resolusi dan penutupan membran timpani



OMSK K



Perforasi



Lanjutan… OMSK



Proses peradangan



Peningkatan produksi cairan serosa



Nyeri



Akumulasi cairan



Tekanan udara



Pengobatan tak tuntas/



telinga tengah (-)



episode berulang



Retraksi membrane timpani



Hantaran suara udara



Terjadi erosi pada



yang diterima menurun



kanalis semisirkularis



Gangguan persepsi /sensori



Resiko injuri



Infeksi berlanjut bisa sampai telinga dalam



Tindakan mastoidektomi



Resiko infeksi