LP Persalinan Normal [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PERSALINAN NORMAL DI RUANG BERSALIN RUMAH SAKIT UMUM ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH



DISUSUN OLEH: SRI WAHYUNI NIM: 22900057



STIKes MEDIKA NURUL ISLAM PROGRAM STUDI PROFESI NERS 2022



LAPORAN PENDAHULUAN PERSALINAN NORMAL A. TINJAUAN TEORI 1. PENGERTIAN Beberapa pengertian mengenai persalinan normal sebagai berikut: a Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan 37-42 minggu, lahir spontan dengan presentasi  belakang kepala yang berlangsung 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2006). b Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Arif, 2002) c Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plesenta, dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir (Bobak, 2005). d Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm (bukan prematur atau postmatur), mempunyai omset yang spontan (tidak di induksi), selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya (bukan partus presipitatus atau partus lama), mempunyai janin (tunggal) dengan persentasi verteks (puncak kepala ) dan oksiput pada bagian anterior pelvis, terlaksana tanpa bantuan artifisial (seperti forseps), tidak mencakup komplikasi (seperti perdarahan hebat), mencakup kelahiran plasenta yang normal (Forrer, 2001). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian dari persalinan normal (eutosia) adalah proses kelahiran janin pada kehamilan cukup bulan (aterm 37-42 minggu), pada janin letak memanjang dan presentasi belakang kepala, yang disusul dengan pengeluaran plasenta dan seluruh proses kelahiran itu berakhir



dalam waktu kurang dari 24 jam, tanpa tindakan atau pertolongan buatan dan tanpa komplikasi.



2. ETIOLOGI Menurut Muchtar (2002) beberapa teori mengemukakan etiologi dari persalinan adalah meliputi: a Teori penurunan hormon, pada 1-2 minggu sebelum proses persalinan mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul kontraksi otot rahim bila kadar progesterone menurun. b Teori placenta menjadi tua, dengan semakin tuanya plasenta akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang menyebabkan



kekejangan



pembuluh



darah,hal



ini



akan



menimbulkan kontraksi rahim c Teori distensi rahim, rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot rahim,sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenter d Teori iritasi mekanik, di belakang serviks terletak ganglion servikal (fleksus frankenhauser), bila ganglion ini di geser dan di tekan misalnya oleh kepala janin,akan timbul kontraksi rahim. e Induksi partus, dengan jalan gagang laminaria, aniotomi, oksitosin drip dan sexio caesarea. 3. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN Berdasarkan Winkjosastro (2005) bahwa faktor yang mempengaruhi persalinan sebagai berikut: a Power : his dan tenaga mengejan. b Passage : ukuran panggul dan otot-otot persalinan.



c Passenger : terdiri dari janin, plasenta dan air ketuban. d Personality (kepribadian) : yang diperhatikan kesiapan ibu dalam menghadapi persalinan dan sanggup berpartisipasi selama proses persalinan. e Provider (penolong) : tenaga terlatih dalam bidang kesehatan 4. FISIOLOGI PERSALINAN Fisiologi persalinan berdasarkan (Winkjosastro, 2005) yang menyatakan



bahwa



sebab-sebab



terjadinya



persalinan



masih



merupakan teori yang komplek. Perubahan-perubahan dalam biokimia dan biofisika telah banyak mengungkapkan mulai dari berlangsungnya partus antara lain penurunan kadar hormon progesteron dan estrogen. Progesteron merupakan penenang bagi otot-otot uterus. Menurunnya kadar hormon ini terjadi 1-2 minggu sebelum persalinan. Kadar prostaglandin



meningkat



menimbulkan



kontraksi



myometrium.



Keadaan uterus yang membesar menjadi tegang mengakibatkan iskemi otot-otot uterus yang mengganggu sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta  berdegenerasi. Tekanan pada ganglion servikale dari fleksus frankenhauser di belakang servik menyebabkan uterus berkontraksi. 



5. PATHWAY PERSALINAN NORMAL Kehamilan umur 36-42 minggu Progesteron menurun dan Uterus membesar dan tegang sehingga prostaglandin meningkat terjadi iskemi otot uterus, adanya sehingga menimbulkan tekanan pada ganglion servikale dari kontraksi myometrium fleksus frankenhauser di belakang servik menyebabkan uterus berkontraksi Kontraksi uterus dan tanda inpartu lainnya Dx. Nyeri akut Perdarahan Dx. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit



Partus



Dx. Ansietas Dx. Kerusakan integritas jaringan



Episiotomi Dx. Risiko infeksi



6. TANDA DAN GEJALA PERSALINAN Berdasarkan



Manuaba



(2007)



bahwa



tanda



menjelang



persalinan sebagai berikut: a Untuk primigravida kepala janin telah masuk PAP pada minggu 36 yang disebut lightening b Rasa sesak di daerah epigastrum makin berkurang. c Masuknya kepala janin menimbulkan sesak dibagian bawah dan menekan kandung kemih. d Dapat menimbulkan sering kencing atau polakisuria e Pemeriksaan tinggi fundus uteri semakin turun; serviks uteri mulai lunak, sekalipun terdapat pembukaan f Braxton Hicks semakin frekuen ditandai dengan: - Sifatnya ringan, pendek, tidak menentu jumlahnya dalam 10 menit - Pengaruhnya terhadap effescement dan pembukaan serviks dapat mulai muncul. - Kadang-kadang pada multigravida sudah terdapat pembukaan. - Dengan stripping selaput ketuban akan dapat memicu his semakin frekuen dan persalinan dapat dimulai. Berdasarkan Manuaba (2007) bahwa tanda mulai persalinan adalah timbulnya his persalinan dengan ciri : a Fundul dominant b Sifatnya teratur makin lama intervalnya makin pendek c Terasa nyeri dari abdomen dan menjalar ke pinggang d Menimbulkan



perubahan



progresif



pada



serviks



berupa



perlunakan dan pembukaan e Dengan aktivitas his persalinan makin bertambah Berdasarkan



Waspodo



(2007)



menyatakan



bahwa



persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan



berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks. Tanda dan gejala inpartu sebagai berikut: a Penipisan dan pembukaan serviks b Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit). c



Cairan lendir bercampur darah (“show”) melalui vagina



7. PROSES PERSALINAN Berdasarkan Winkjosastro (2005) dan Roestam (2002), bahwa proses persalinan terbagi menjadi 4 kala yaitu: a Kala I : Pembukaan serviks. b Kala II : Kala pengeluaran janin. c Kala III : Kala pengeluaran plasenta. d Kala IV : Hingga 1 jam setelah plasenta lahir. Tanda-tanda dan gejala inpartu : a Penipisan dan pembukaan serviks. b Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit ). c Cairan lender bercampur darah (show) melalui vagina. d Adanya HIS. His sesungguhnya a Rasa sakit :



His palsu a Rasa sakit :



 teratur







tidak teratur



 Interval makin pendek







interval panjang



 semakin lama semakin kuat







kekuatan tetap



 dirasakan paling sakit di







dirasakan kuat di daerah



 daerah punggung







perut



 intensitas makin kuat kalau







tak ada perubahan



 penderita berjalan.



walaupun



b Keluar “show” c Serviks membuka dan



menipis.







penderita berjalan



b Tidak keluar “show” c Serviks tertutup dan tak ada



pembukaan. Tabel1. Pembeda his sesungguhnya dan his palsu Berdasarkan Winkjosastro (2005) dan Roestam (2002), menyatakan bahwa fase-fase dalam persalinan: i. Kala 1 1) Fase Laten  Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks.  Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.  Pada umumnya fase laten berlangsung hampir atau hingga 8 jam. 2) Fase Aktif  Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat, memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40detik atau lebih).  Dari pembukaan 4 cm hingga mencaspai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara).  Terjadi penurunan bagian terbawah janin. Pemantauan kala 1 fase aktif persalinan dapat dilakukan dengan menggunakan partograf. Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan. Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah: a Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.



b Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian, juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama. Halaman depan partograf  untuk mencatat atau memantau : a Kesejahteraan janin, meliputi pemeriksaan denyut jantung janin (setiap ½ jam), warna air ketuban (setiap pemeriksaan dalam), penyusupan sutura (setiap pemeriksaan dalam). b Kemajuan persalinan, meliputi pemeriksaan frekuensi dan lamanya kontraksi uterus (setiap ½ jam), pembukaan serviks (setiap 4 jam), penurunan kepala (setiap 4 jam). c Kesejahteraan ibu , meliputi pemeriksaan nadi (setiap ½ jam), tekanan darah dan temperatur tubuh (setiap 4 jam), prodeksi urin , aseton dan protein ( setiap 2 sampai 4 jam), makan dan minum. Proses persalinan pada kala I : a Dimulai pada waktu serviks membuka karena his: kontraksi uterus yang teratur, makin sering, makin nyeri; disertai pengeluaran darah-lendir (tidak lebih banyak dari darah haid). b Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada periksadalam bibir porsio tidak dapat diraba lagi). Selaput ketuban biasanya pecah pada akhir kala I. c Lamanya tergantung paritas ibu : primigravida ± 12 jam, multigravida ± 7 jam. d Mekanisme



pembukaan



serviks



adalah



sebagai



berikut



:



kontraksisegmen atas uterus dan retraksi (regangan) segmen bawah uterus yang mengakibatkan pembukaan serviks. Akhirnya segmen bawah uterus makin menipis, dan segmen atas uterus (korpus) makin menebal.



Tabel 2. Perbedaan antara his dan his palsu His persalinan



His palsu



 Mules-mules teratur(1jam 5 kali)



 Tidak teratur.



 Makin lama makin sering.



 Tidak ada perubahan.



 Makin lama makin nyeri dan makin



 Tidak ada perubahan.



lama.  Nyeri dimulai dari belakang menjalar ke depan  Berjalan menambah nyeri.  Berhubungan dengan pengerasan uterus.  Keluar darah lendir.  Serviks mendatar dan membuka  Bagian terbawah sudah turun.  Kepala tidak dapat digerakkan pada



 Nyeri terutama di depan.  Tidak ada perubahan.  Tidak ada hubungan.  Tidak keluar apa-apa.  Tidak ada perubahan.  Belum turun.  Kepala tetap bebas.  Sedativa dapat menghentikan  mules-mules.



waktu mules.  Sedativa tidak menghentikan mules-mules.



Pada primigravida retraksi (regangan, penipisan) mendahului pembukaan serviks, sedangkan pada multigravida berlangsung bersamasama. Inilah yang menentukan lamanya kala I. Kecepatan pembukaan pada sepertiga pertama lambat, dan pada dua per tiga kedua cepat. Pembukaan lengkap = 10 cm. e



His - Frekuensi : 1 kali/10 menit pada permulaan persalinan 2-3 kali/10 menit pada akhir kala I. - Lamanya : kurang lebih satu menit. - Nyerinya : berasal dari regangan seviks yang membuka. - Terjadi kalau tekanan intrauterine melebihi 20 mmHg. - Biasanya dimulai dari tulang belakang yang menjalar ke depan.



- Kontraksi uterus dimulai pada tempat kira-kira batas tuba dengan uterus. - Akibatnya terhadap janin : setiap kontraksi dapat menghambat aliran darah dari plasenta ke janin. Kalau tekanannya melebihi 75 mmHg akan menyumbat aliran darah sama sekali. Kalau his terlampau kuat, terlampau lama, atau terlampau sering dapat menimbulkan gawat janin. f



Darah lendir - Darah lendir bercampur lendir yang keluar dari uterus akibat pergeseran selaput ketuban dengan dinding uterus pada waktu pembukaan seviks.



ii.



Kala 2 Persalinan kala 2 sebagai berikut: a



Dimulainya, hanya dapat diketahui dengan periksa dalam, dengan menemukan serviks yang membuka lengkap (pembukaan lengkap, pembukaan 10 cm). Tanda-tanda klinik lainnya ialah nyeri his yang sangat hebat, pasien merasa “ingin mengejan”; “darah-lendir” bertambah banyak; selaput ketuban pecah; perasaan seperti “mau buang air besar”; hemoroid fisiologik mulai tapak.



b



Berakhir dengan lahirnya janin.



c



Lamanya, pada primigravida kira-kira 1 jam, multipara ½ jam.



d



Mengejan, disebab oleh turunnya kepala yang menekan rectum. Berakibat meningkatnya tekanan intraabdominal yang memperkuat kontraksi uterus. Jangan dibiarkan kalau serviks belum membuka lengkap atau dilakukan di luar his, karena regangan yang berlebihan pada ligamentum serviks lateralis dapat menimbulkan prolapsus uteri (turun peranakan) di kemudian hari.



e



Perineum yang menggembung, terjadi pada waktu kepala janin mencapai introitus vagina. Bertambah gembung pada setiap kontraksi uterus, yang dapat mengakibatkan robekan perineum, kecuali kalau dilakukan episotomi.



f



Kepala mulai tampak diantara labia minora (crowning).



g



Mekanisme persalinan.



iii. Kala 3 Persalinan kala 3 meliputi: a



Terjadinya ketika dimulainya setelah bayi lahir lengkap, dan berakhir dengan lahirnya plasenta.



b



Lamanya biasanya 5 menit, tidak boleh lebih dari 15 menit.



c



Perlepasan plasenta merupakan akibat dari retraksi otot-otot uterus setelah lahirnya janin yang akan menekan pembuluh-pembuluh darah ibu. Kontraksinya berlangsung terus-menerus (tidak memanjang lagi ototnya).



d



Tanda lepasnya plasenta, sebagai berikut talipusat menjulur keluar, atau kalau ditarik tidak ada tahanan, segumpal darah keluar dari vagina



iv. Kala 4 Persalinan kala 4 terjadi ketika dua jam pertama setalah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan bayi. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa – si ibu melahirkan bayi dari perutnya dan bayi sedang menyesuaikan diri dari dalam perut ibu ke dunia luar. Petugas/bidan harus tinggal bersama ibu dan bayi untuk memastikan bahwa keduanya dalam kondisi yang stabil dan mengambil tindakan yang tepat untuk melakukan stabilisasi. Penanganan yang dapat dilakukan seorang penolong persalinan dalam menghadapi persalinan kala 4 sebagai berikut: -



Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20 - 30 menit selama jam kedua, jika kontraksi tidak kuat, masase uterus sampai menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi, otot uterus akan menjepit pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan. Hal ini dapat mengurangi kehilangan darah dan mencegah perdarahan pasca persalinan.



-



Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih dan perdarahan setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua.



-



Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi dan tawarkan ibu makanan dan minuman yang disukainya.



-



Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering.



-



Anjurkan ibu untuk istirahat.



-



Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi.



-



Lakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) selain bermanfaat untuk kedekatan bayi dan ibu serta dapat mencegah perdarahan karena uterus berkontraksi.



-



Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun, pastikan ibu dibantu karena masih dalam keadaan lemah atau pusing setelah persalinan. Pastikan ibu sudah buang air kecil dalam 3 jam pascapersalinan.



Catatan penilaian selama kala IV antara lain : a



kontraksi uterus



b



tinggi fundus



c



tanda – tanda vital



d



jumlah urine dan adanya distensi kandung kemih



e



jumlah darah keluar



Tanda – tanda bahaya postpartum yaitu : a



demam



b



perdarahan aktif



c



keluar banyak bekuan darah



d



bau busuk dari vagina



e



pusing



f



lemas luar biasa



g



nyeri panggul atau abdomen yang lebih hebat dari nyeri kontraksi biasa



8. MEKANISME PERSALINAN Berdasarkan Cuningham (2005) dan Winkjosastro (2005) menyatakan bahwa mekanisme persalinan normal sebagai berikut: a



Engagement (fiksasi) = masuk Engangement adalah masuknya kepala dengan lingkaran terbesar (diameter Biparietal) melalui PAP. Pada primigravida kepala janin mulai



turun pada umur kehamilan kira-kira 36 minggu, sedangkan pada multigravida pada kira-kira 38 minggu, kadang-kadang baru pada permulaan partus. Engagement lengkap terjadi bila kepala sudah mencapai Hodge III. Bila engagement sudah terjadi maka kepala tidak dapat berubah posisi lagi, sehingga posisinya seolah-olah terfixer di dalam panggul, oleh karena itu engagement sering juga disebut fiksasi. Pada kepala masuk PAP, maka kepala dalam posisi melintang dengan sutura sagitalis melintang sesuai dengan bentuk yang bulat lonjong. Seharusnya pada waktu kepala masuk PAP, sutura sagitalis akan tetap berada di tengah yang disebut Synclitismus. Tetapi kenyataannya, sutura sagitalis dapat bergeser kedepan atau kebelakang disebut Asynclitismus. Asynclitismus dibagi 2 jenis : - Asynclitismus anterior : naegele obliquity yaitu bila sutura sagitalis bergeser mendekati promontorium. - Asynclitismus posterior : litzman obliquity yaitu bila sutura sagitalis mendekati symphisis. b



Descensus = penurunan Descensus adalah penurunan kepala lebih lanjut kedalam panggul. Faktor-faktor yang mempengaruhi descensus adalah tekanan air ketuban, dorongan langsung fundus uteri pada bokong janin, kontraksi otot-otot abdomen, ekstensi badan janin.



c



Fleksi Fleksi ialah menekannya kepala dimana dagu mendekati sternum sehingga lingkaran kepala menjadi mengecil  suboksipito bregmatikus (9,5cm). Fleksi terjadi pada waktu kepala terdorong His kebawah kemudian menemui jalan lahir. Pada waktu kepala tertahan jalan lahir, sedangkan dari atas mendapat dorongan, maka kepala bergerak menekan kebawah.



d



Putaran Paksi Dalam (internal rotation) Putaran paksi dalam adalah berputarnya oksiput ke arah depan, sehingga ubun -ubun kecil berada di bawah symphisis (HIII). Faktor-faktor yang mempengaruhi : perubahan arah bidang PAP dan PBP, bentuk jalan lahir yang melengkung, kepala yang bulatdan lonjong.



e



Defleksi Defleksi ialah mekanisme lahirnya kepala lewat perineum. Faktor yang menyebabkan terjadinya hal ini ialah : lengkungan panggul sebelah depan lebih pendek dari pada yang belakang. Pada waktu defleksi, maka kepala akan berputar ke atas dengan suboksiput sebagai titik putar (hypomochlion) dibawah symphisis sehingga berturut – turut lahir ubun – ubun besar, dahi, muka dan akhirnya dagu.



f



Putaran



paksi



luar



(external



rotation)



ialah



berputarnya



kepala



menyesuaikankembali dengan sumbu badan (arahnya sesuai dengan punggung bayi). g



Expulsi adalah lahirnya seluruh badan bayi. 



DAFTAR PUSTAKA



Arif, Mansjoer. (2002). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi 3. Media Aesculapius. Jakarta. Bobak. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC. Cunningham, Gary. (2005). Obstetri Williams. Jakarta: EGC. Heardman. (2011). Diagnosa Keperawatan. Jakarta. EGC. Johnson, Meridian Maas, & Sue Moorhead. (2000). Nursing Outcame Clasification. Mosby. Philadelphia. Manuaba, Ida Bagus Gede. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC. McCloskey & Gloria M Bulechek. (1996). Nursing Intervention Clasification. Mosby. USA. Prawirohardjo, Sarwono. (2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Roestam, M. (2002). Obstetri Ginekologi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. Saifuddin, Abdul Bari. (2006). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Winkjosastro, Hanifa, (2005), Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.