LP Sinus - 0030 - Ni Komang Ayu Trisnawati [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SINUSITIS



OLEH: NI KOMANG AYU TRISNAWATI NIM. P07120120030 KELAS 2.1/ D III KEPERAWATAN



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN 2022



A. Definisi Sinusitis merupakan suatu proses peradangan pada mukosa atau selaput lender sinus paranasal. Akibat peradangan ini dapat menyebabkan pembentukan cairan atau kerusakan tulang dibawahnya. (Efiaty,2007 dalam Nurarif,2015). Sinusitas didefinisikan sebagai inflamasi/ peradangan pada satu atau lebih dari sinus paranasal.Sinus adalah suatu rongga/ruangan berisi udara dengan dinding yang terdiri dari membran mukosa. Meskipun tipe sinusitis akut yang sering terjadi adalah disebabkan oleh virus dan alergi akan tetapi diagnosa sinusitis fungal atau bacterial yang akurat sangatlah penting bagi kebaikan pasien dan pencegahan komplikasi yang mungkin terjadi, seperti sinusitis kronis atau menyebarkan infeksi ke tempat lain (misalnya meningitis). Sinusitis adalah suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi, infeksi virus, bakteri dan jamur. Sinusitis biasa terjadi pada salah satu dari keempat sinus yang ada (Cangjaya, 2002).Fungsi sinus adalah sebagai bilik personansi saat bicara.Sinus menjadi tempat terjadinya infeksi. Sinusitis mencakup proporsi yang tinggi dalam infeksi saluran pernafasan atas. Jika ostium ke dalam nasal bersih, infeksi akan hilang dengan cepat. Namun demikian bila drainase tersumbat oleh septum yang mengalami penyimpanan atau oleh turbinasi yang mengalami hipertrofi, taji atau polips, maka sinusitis akan menetap sebagai pencetus infeksi sekunder atau berkembang menjadi suatu proses supurative akut. Sinusitis dibagi menjadi : 1.



Akut (berlangsung kurang dari 4 minggu)



2.



Kronik (berlangsung lebih dari 12 minggu)



B. Etiologi Sinus paranasal salah satu fungsinya adalah menghasilkan lender yang dialirkan ke dalam hidung, untuk selanjutnya dialirkan ke belakang, ke arah tenggorokan untuk ditelan ke saluran pencernaan. Semua keadaan yang mengakibatkan tersumbatnya aliran lendir dari sinus ke rongga hidung akan



menyebabkan terjadinya sinusitis. Secara garis besar penyebab sinusitis ada 2 macam, yaitu : 1.



Faktor Lokal adalah semua kelainan pada hidung yang dapat mengakibatkan terjadinya sumbatan; antara lain infeksi, alergi, kelainan anatomi, tumor, benda asing, iritasi polutan dan gangguan pada mukosilia (rambut halus pada selaput lendir).



2.



Faktor Sistemik adalah keadaan diluar hidung yang dapat menyebabkan sinusitis; antara lain gangguan daya tahan tubuh (Diabetes, AIDS), penggunaan obat-obat yang dapat mengakibatkan sumbatan hidung.



C. Patofisiologi Kesehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya klirens mukosiliar (mucociliary clearance) di dalam KOM.Mukus juga mengandung substansi antimicrobial dan zat-zat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara pernafasan. Organ-organ yang membentuk KOM letaknya berdekatan dan bila terjadi edema, mukosa yang berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan ostium tersumbat. Akibatnya terjadi tekanan negative di dalam ronga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi, mula-mula serous.Kondisi ini biasa dianggap sebagai rinosinusitis non-bacterial dan biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa pengobatan. Bila kondisi ini menetap, secret yang terkumpul dalam sinus merupakan media baik untuk tumbuhnya dan multiplikasi bakteri.Secret menjadi purulen.Keadaan ini disebut sebagai rinosinusitis akut bacterial dan memerlukan terapi antibiotic.Jika terapi tidak berhasil (misalnya karena ada factor predisposisi), inflamasi berlanjut, terjadi hipoksia dan bacteri anaerob berkembang.Mukosa makin membengkak dan ini merupakan rantai siklus yang terus berputar sampai akhirnya perubahan mukosa menjadi kronik yaitu hipertrofi, polipoid atau pembentukan polip dan kista.Pada keadaan ini mungkin diperlukan tindakan operasi. Klasifikasi dan mikrobiologi: Consensus international tahun 1995 membagi rinosinusitis hanya akut dengan batas sampai 8 minggu dan kronik



jika lebih dari 8 minggu. Sedangkan Consensus tahun 2004 membagi menjadi akut dengan batas sampai 4 minggu, subakut antara 4 minggu sampai 3 bulan dan kronik jika lebih dari 3 bulan. Sinusitis kronik dengan penyebab rinogenik umumnya merupakan lanjutan dari sinusitis akut yang tidak terobati secara adekuat.Pada sinusitis kronik adanya factor predisposisi harus dicari dan di obati secara tuntas. Menurut berbagai penelitian, bacteri utama yang ditemukan pada sinusitis akut adalah streptococcus pneumonia (30-50%).Hemopylus influenzae (2040%) dan moraxella catarrhalis (4%).Pada anak, M.Catarrhalis lebih banyak di temukan (20%).Pada sinusitis kronik, factor predisposisi lebih berperan, tetapi umumnya bakteri yang ada lebih condong ka rarah bakteri negative gram dan anaerob.



Pathway Membran mukosa sinus



Infeksi oleh virus/ bakteri



Inflamasi



Peningkatan sekresi mukus



Hilangnya fungsi silia normal



Edema,kemerahan, demam, nyeri kepala



Pengeluaran sekresi terhambat



Bakteri dapat masuk dan berkembang



Hipertermi / Nyeri akut



Bakteri dapat tumbuh dengan baik



Obstruksi sinus pada nasal



Penyebaran bakteri secara sistemik



Iritasi sinus



Kesalahan interpretasi



Pengobatan tidak adekuat



Sekresi nasal yang purulen



Defisiensi pengetahuan /ansietas



Komplikasi



Ketidakefektifan bersihan jalan nafas Gangguan menelan



Intracranial



Orbita, osteomyelitis & abses sub periosteal pada tulang frontal



Meningitis akut Abses subdural diotak



Gangguan istirahat tidur



D. Manifestasi Klinis 1.



Sinusitis Akut Sinusitis akut sering terjadi sebagai akibat infeksi traktus respiratorius atas, terutama infeksi virus atau eksaserbasi rhinitis alergika. Manifestasi klinis sinusitis akut : a) Nyeri diatasi area sinus Nyeri biasanya sesuai dengan daerah yang terkena, yaitu : - Sinusitis maksilaris : nyeri pipi tepat di bawah mata, sakit gigi, sakit kepala. - Sinusitis frontalis : sakit kepala di dahi. - Sinusitis etmoidalis : nyeri di belakang dan diantara mata serta sakit kepala di dahi, nyeri tekan di pinggiran hidung, berkurangnya indera penciuman dan hidung tersumbat. - Sinusitis sfenoidalis : nyeri yang lokasinya tidak dapat dipastikan dan bisa dirasakan di puncak kepala bagian depan ataupun belakang atau kadang menyababkan sakit telinga dan leher b) sekresi nasal yang purulent



2.



Sinusitis Kronik Sinusitis kronik biasanya disebabkan oleh obstruksi hidung kronik akibat rabas dan edema membrane mukosa hidung. Manifestasi klinis sinusitis kronik yaitu : a) Batuk, karena tetesan konstan rabas kental kea rah nasofaring b) Sakit kepala kronis pada daerah periorbital c) Nyeri wajah, yang paling menonjol saat bangun tidur pada pagi hari d) Keletihan



Gejala yang lainnya adalah : 1.



Hidung tersumbat



2.



Hiposmia/anosmia



3.



Halitosis



E. Pemeriksa Penunjang 1.



Rinoskopi anterior : Mukosa merah, mukosa bengkak, mukosa di meatus medius



2.



Rinoskopi posterior : Mukopus nasofaring



3.



Nyeri tekan pipi sakit



4.



Transiluminasi : kesuraman pada sisi sakit



5.



X foto sinus paranasalis: Kesuraman, gambaran “airfluidlevel”, penebalan muka



F. Penatalaksanaan Prinsip pengobatan ialah menghilangkan gejala membrantas infeksi,dan menghilangkan penyebab. Pengobatan dpat dilakukan dengan cara konservatif dan pembedahan. Pengobatan konservatif terdiri dari : 1.



Istirahat yang cukup dan udara disekitarnya harus bersihdengan kelembaban yang ideal 45-55%



2.



Antibiotika ayang adekuat palingsedikit selama 2 minggu



3.



Analgetika untuk mengatasi rasa nyeri



4.



Dekongestan untuk memperbaiki saluran yang tidak boleh diberikan lebih dari pada 5harikarena dapat terjadi Rebound congestion dan Rhinitis redikamentosa. Selain itu pada pemberian dekongestan terlalu lama dapat timbul rasa nyeri, rasa terbakar,dan kering karena arthofi mukosa dan kerusakan silia



5.



Antihistamin jikaada factor alergi



6.



Kortikosteoid dalam jangka pendek jika ada riwayat alergi yang cukup parah. Pengobatan operatif dilakukan hanya jika ada gejala sakit yang kronis,



otitis media kronik, bronchitis kronis, atau ada komplikasi serta abses orbita atau komplikasi abses intracranial. Prinsip operasi sinus ialah untuk memperbaiki saluran sinus paranasalis yaitu dengan cara membebaskan muara sinus dari sumbatan. Operasi dapat dilakukan dengan alat sinoskopi (1-“ESS= fungsional endoscopic sinus surgery). Tekhnologi ballon sinuplasty digunakan



sebagai perawatan sinusitis. Tekhnologi ini, sama dengan balloon Angioplasty untuk menggunakan kateter balon sinus yang kecil dan lentur (fleksibel) untuk membuka sumbatan saluran sinus, memulihkan saluran pembuangan Sinus yang normaldan fungsi-fungsinya. Ketika balon mengembang, ia akan secaraperlahan mengubah struktur dan memperlebar dinding-dinding dari saluran tersebut tanpa merusak jalur sinus. G. Data Fokus 1.



Data Objektif a) Demam, drainage ada : Serous, Mukppurulen, Purulen b) Polip mungkin timbul dan biasanya terjadi bilateral pada hidung dan sinus yang mengalami radang → Pucat, Odema keluar dari hidng atau mukosa sinus c) Kemerahan dan Odema membran mukosa d) Pemeriksaan penunjung :



2.



-



Kultur organisme hidung dan tenggorokan



-



Pemeriksaan rongent sinus.



Data Subjektif a) Observasi nares : -



Riwayat bernafas melalui mulut, kapan, onset, frekwensinya



-



Riwayat pembedahan hidung atau trauma



-



Penggunaan obat tetes atau semprot hidung : jenis, jumlah, frekwensinyya , lamanya



b) Sekret hidung : -



warna, jumlah, konsistensi secret



-



Epistaksis



-



Ada tidaknya krusta/nyeri hidung.



c) Riwayat Sinusitis : -



Nyeri kepala, lokasi dan beratnya



-



Hubungan sinusitis dengan musim/ cuaca.



d) Gangguan umum lainnya : kelemahan



H. Analisa Data No.



Data



Etiologi



DS : -



Pembedahan



DO :



Anastesi



- Klien



Masalah Bersihan



jalan



nafas



tidak



efektif



terlihat



sulit



bernafas



Pemasangan tampon



melalui hidung dan



bernafas



Aspirasi



melalui mulut 1.



- Pernafasan



Akumulasi secret



terlihat lambat - Pasien



terlihat



tidak nyaman



Ketidakefektifan jalan nafas



- RR : 14 x/menit - TD



:



110/70



mmHg - T : 36°C - N : 60 x/menit DS : -



Infeksi saluran pernafasan atas



DO : - TD



:



100/60



mmHg 2.



Makrofag menangkap benda asing yang masuk



- Nadi : 90 x/



ke tubuh



menit - Rr : 26 x/menit - Suhu



tubuh



Merangsang pengeluaran mediator kimia



39°C Prostaglandin



Hipertermia



Peningkatan set. point hipotalamus



Suhu tubuh meningkat



3.



DS : -



Pembedahan



DO :



Terputusnya inkontinuitas



- Klien



terlihat



tidak



nyaman,



skala nyeri 6 - Klien



Nyeri



jaringan



Hormon BPH meningkat



terlihat



meringis



Merangsang SSp



kesakitan - Ekspresi wajah



Sensasi rasa nyeri



meringis DS : -



Perubahan pada status



Ansietas



kesehatan DO : - Klien



tampak



Ansietas



gelisah 4.



- Klien



terlihat



tegang - Klien



terlihat



cemas - Klien



terlihat



takut DS : -



Gelisah



Defisiensi pengetahuan



5.



DO : - Klien



Klien bingung terlihat



bingung dengan



Kurangnya informasi



penyakit



yang



dideritanya sekarang - Klien



tampak



gelisah - Klien



terus



bertanya-tanya dengan pernyataan yang sama DS : -



Inflamasi



Gangguan istirahat tidur



DO :



Rasa tidak nyaman karena



- Klien



sering



hidung tersumbat (buntu)



terbangun - Gelisah 6.



- Tidur



Kualitas tidur terganggu/ kurang



dari 6 jam - Nafas pendek - RR : 14 x/menit - TD



:



110/70



mmHg - T : 36°C - N : 60 x/menit



tidur tidak nyenyak



I.



Diagnosa Keperawatan 1.



Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi berlebihan sekunder akibat proses inflamasi



2.



Hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi, pemajanan kuman



3.



Nyeri akut berhubungan dengan iritasi jalan napas atas sekunder akibat infeksi



4.



Ansietas berhubungan dengan proses penyakit (kesulitan bernapas), perubahan dalam status kesehatan (eksudet purulen)



5.



Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit yang diderita dan pengobatannya.



6.



Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan hidung buntu., nyeri sekunder peradangan hidung



J.



Perencanaan Keperawatan No Diagnosa Keperawatan



Tujuan dan Kriteria Hasil



Bersihan jalan napas tidak Tujuan : efektif berhubungan dengan Bersihan jalan nafas kembali sekresi berlebihan sekunder efektif akibat proses inflamasi



Intervensi Manajemen Jalan Nafas - Mengidentifikasi dan mengelola kepatenan jalan nafas



- Mengetahui tingkat keparahan dan tindakan selanjutnya



-



Mengobservasi pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)



- Mengetahui pola nafas, frekuensi, kedalaman dan usaha nafas



-



Memonitor bunyi nafas



- Mengetahui adanya bunyi nafas tambahan



Kriteria Hasil : - Mendemonstrasikan



Rasional



batuk



efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis 1.



dan



dyspnea



(mampu



mengeluarkan



sputum,



mampu



dengan



bernafas



tambahan



(mis,



gurgling,



mengi,



wheezing, ronkhi)



mudah, tidak ada pursed lips)



-



- Menunjukkan jalan napas yang paten (klien tidak merasa



tercekik,



Posisikan semi fowler



- Memberikan rasa nyaman kepada pasien dan memaksimalkan menarik nanfas



irama



nafas, frekuensi pernafasan



- Kerjasama untuk menghilangkan



dalam rentang normal, tidak



-



ada suara nafas abnormal) - Mampu



menghambat



jalan



nafas. Hipertermia dengan



berhubungan Setelah



proses



pemajanan kuman



penumpukan secret/ masalah



lendir jika perlu



mengidentifikasi



dan mencegah factor yang dapat



Lakukan penghisapan



-



-



Kolaborasi pemberian



dalam obat



jika



Nebulizing dapat mengencerkan secret dan berperan sebagai bronkodilator



perlu dilakukan



tindakan - Observasi TTV



- Mengetahui keadaan umum dan perkembangan kondisi klien



inflamasi, keperawatan 1x24 jam suhu tubuh pasien kembali normal, dengan KH : - Suhu tubuh dalam rentang - Monitor



2.



normal



suhu



tubuh



sesering mungkin



- Nadi dan RR dalam rentang normal



- Suhu tubuh harus dipantau secara efektif guna mengetahui perkembangan dan kemajuan dari pasien



- Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing - Monitor intake dan output cairan



-



Mengetahui kebutuhan pasien



- Kompres pasien pada lipat paha dan aksila - Kolaborasi



- Dapat



membantu



mengurangi demam pemberian



antipiretik



- Mengurangi



demam



dengan aksi sentralnya pada



hipotalamus,



meskipun



demam



mungkin



dapat



berguna



dalam



membatasi pertumbuhan organisme



dan



autodestruksi dari selsel terinfeksi.



Nyeri



akut



berhubungan Setelah



dilakukan



tindakan



dengan iritasi jalan napas atas keperawatan 3x24 jam nyeri 3.



sekunder akibat infeks



Manajemen Nyeri -



Identfikasi



lokasi,



berkurang atau hilang, dengan



karakteristik,



durasi,



KH :



frekuensi, intensitas nyeri



kualitas,



- Mengetahui nyeri



klien



tingkat dalam



menentukan tindakan selanjutnya



- Mampu mengontrol nyeri (tahu



penyebab



mampu



Identifikasi skala nyeri



-



Identifikasi



menggunakan



teknik untuk



nyeri,



-



nonfarmakologi mengurangi



nyeri non verbal -



nyeri,



-



Berikan



sejauhmana nyeri yang



dan



- Mengetahui faktor apa yang



memperberat



nyeri



teknik



- Klien



mengetahui



dengan



nonfarmakologis untuk



teknik relaksasi dan



manajemen



mengurangi rasa nyeri



distraksi



(mis.



dapat



nyeri - Mampu



faktor



memperingan nyeri



- Melaporkan bahwa nyeri



menggunakan



Identifikasi



mengetahui



dirasakan



memperberat



mencari bantuan)



berkurang



respon



- Klen



mengenali



nyeri



Distraksi



dan



relaksasi)



(skala, intensitas, frekuensi,



sehingga



mempraktekkannya bila mengalami nyeri



dan tanda nyeri) - Menyatakan rasa nyaman



-



Fasilitasi istirahat tidur



setelah nyeri berkurang



- Menghilangkan/ mengurangi



keluhan



nyeri klien -



Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat



- Untuk nyeri



mringankan



-



Kolaborasi



dalam



pemberian



analgetik



- Untuk



meredakan



nyeri yang dirasa



jika perlu Ansietas berhubungan dengan Setelah proses



tindakan Edukasi Teknik napas



(kesulitan keperawatan 1x24 jam cemas



-



Identifikasi



kesiapan



bernapas), perubahan dalam klien berkurang atau hilang



dan



status



menerima informasi



purulen)



4.



penyakit



dilakukan



kesehatan



(eksudet dengan KH : - Klien



mampu



mengidentifikasi



dan



mengungkapkan



gejala



cemas



-



-



pendidikan



memudahkan edukasi



Jadwalkan pendidikan



-



mengontrol cemas



tindakan edukasi -



Berikan



kesempatan



-



untuk bertanya



dalam



pemahaman klien -



tubuh,



ekspresi



wajah, bahasa tubuh dan



Agar memaksimalkan



batas



normal



Membuat kesepakatan



dan



menunjukkan tehnik untuk



- Postur



Untuk



sesuai kesepakatan



mengungkapkan



sign



-



kesehatan



- Mengidentifikasi,



- Vital



Agar klien siap



kemampuan



Sediakan materi dan media



-



Agar klien lebih memahami



tingkat



aktivitas



-



dan



tindakan yang



menunjukkan berkurangnya



manfaat teknik napas



akan diberikan



kecemasan



dalam -



Jelaskan



tujuan



Jelaskan



prosedur



Memberikan pemahaman pada



teknik napas



klien tentang proedur tindakan



-



Anjurkan



posisikan



tubuh



senyaman



-



mungkin -



ekspansi paru



Ajarkan



melakukan



inspirasi



dengan



menghirup



udara



melalui hidung secara perlahan -



Ajarkan



Memaksimalkan



melakukan



ekspirasi melalui mulut



-



Memberikan pemahaman pada klien



-



Memberikan pemahaman pada klien



Defisiensi



pengetahuan Setelah



tindakan



- Berikan penjelasan pada



berhubungan dengan kurang keperawatan 1x24 jam klien



klien tentang penyakit yang



pemahaman



informasi tentang penyakit dapat lebih memahami penyakit



di



perlahan,



tentang penyakit dan



yang



tenang



gunakan



terapi untuk penyakit



kalimat yang jelas, singkat



tersebut sehingga klien



dan mudah dimengerti



lebih kooperatif



diderita



pengobatannya



dilakukan



dan yang dideritanya, dengan KH : - Klien



dan



keluarga



menyatakan



pemahaman



tentang penyakit, kondisi, 5.



prognosis,



dan



deritanya serta



program



- Mengetahui umum



- Klien dan keluarga mampu



keadaan dan



perkembangan kondisi



prosedur - Gambarkan



tanda



dan



klien



yang dijelaskan secara benar



gejala yang biasa muncul



- Meningkatkan



- Klien dan keluarga mampu



pada penyakit dengan cara



pengetahuan



menjelaskan kembali apa



klien



- Observasi TTV



pengobatan



melaksanakan



- Meningkatkan



yang tepat



yang dijelaskan perawat/ tim kesehatan lainnya Gangguan



istirahat



tidur Setelah



dilakukan



- Kaji kebutuhan tidur klien.



- Mengetahui



berhubungan dengan hidung keperawatan 1x24 jam istirahat



permasalahan



buntu.,



dalam



nyeri



peradangan hidung



sekunder tidur kembali normal, dengan KH :



kebutuhan



Klien dapat tidur 6 sampai 8



tidur



jam setiap hari 6.



tindakan



- Ciptakan



suasana



istirahat



- Agar klien dapat tidur klien



bernafas



lewat mulut - Kolaborasi



pemenuhan



yang



nyaman. - Anjurkan



klien



dengan tenang - Pernafasan



dengan



medis pemberian obat



tim



tidak



terganggu. - Pernafasan



dapat



efektif kembali lewat hidung



K. Evaluasi 1.



Potensi jalan napas dengan cairan sekret mudah dikeluarkan.



2.



Nyeri teratasi atau berkurang.



3.



Suhu tubuh kembali normal



4.



Rasa cemas berkurang



5.



Klien menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis, dan program pengobatan



6.



Istirahat tidur klien kembali normal



DAFTAR PUSTAKA



Bare, Brenda G., Suzanne C. Smeltzer. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC.



Kusuma, Hardhi., Amin Huda Nurarif. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Yogyakarta: Mediaction.



Reeves, Charlene J., Gayie Roux., Robin Lochart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika. TIM POKJA SDKI DPP PPNI. (2017). TIM POKJA SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keprawatan Indonesia. J. Raya Lenteng Agung No. 64 Jagakarsa, Jakarta Selatan 12610.



Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). (2018). Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. J. Raya Lenteng Agung No. 64 Jagakarsa, Jakarta Selatan 12610. https://www.academia.edu/9635763/LAPORAN_PENDAHULUAN_SINUSIT



IS. Diakses tanggal 23 Mei 2022 Jam 18.45 WIB https://www.slideshare.net/yabniellitjingga/lp-sinusitis?from_action=save Diakses tanggal 23 Mei 2022 Jam 19.00 WIB



Lembar Pengesahan



Semarapura , 24 Mei 2022 Nama Pembimbing / CI,



Nama Mahasiswa,



Ns.Ni Putu Ari Malini,S.Kep.



Ni Komang Ayu Trisnawati



NIP . 1947005281992032004



Nama Pembimbing / CT



I Made Mertha, Skp.M.Kep NIP 196910151993031015



NIM : P07120120030