LP Sinusitis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

sASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. F DENGAN SINUSITIS DIRUANG NURI RUMAH SAKIT SARI MULIA BANJARMASIN



Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Dasar Profesi Program Studi Profesi Ners



Disusun Oleh: Haniah 11194692110102



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS SARI MULIA BANJARMASIN 2021



LEMBAR PERSETUJUAN ASUHAN KEPERAWATAN DAN LAPORAN PENDAHULUAN SINUSITIS PADA TN F DI RUANG NURI RUMAH SAKIT SARI MULIA BANJARMASIN Tanggal 27 September 2021



Disusun oleh: Haniah NIM 11194692110102



Banjarmasin, 28 September 2021 Mengetahui,



Preseptor Akademik



Preseptor Klinik



Onieqie Ayu Dhea Manto,Ns.,M.Kep NIK.1166012014063



Angelina Indriyana,S.Kep.,Ners NIK.624.10.11.01



A. Anatomi Hidung Ada delapan sinus paranasal, empat buah pada masing-masing sisi hidung. Anatominya dapat dijelaskan sebagai berikut: sinus frontal kanan dan kiri, sinus ethmoid kanan dan kiri (anterior dan posterior), sinus maksila kanan dan kiri (antrium highmore) dan sinus sfenoid kanan dan kiri. Semua sinus ini dilapisi oleh mukosa yang merupakan lanjutan mukosa hidung, berisi udara dan semua bermuara di rongga hidung melalui ostium masing-masing. Pada meatus medius yang merupakan ruang diantara konka superior dan konka inferior rongga hidung terdapat suatu celah sempit yaitu hiatus semilunaris yakni muara dari sinus maksila, sinus frontalis dan ethmoid anterior. Sinus paranasal terbentuk pada fetus usia bulan III atau menjelang bulan IV dan tetap berkembang selama masa kanak-kanak, jadi tidak heran jika pada foto rontgen anak-anak belum ada sinus frontalis karena belum terbentuk. Pada meatus superior yang merupakan ruang diantara konka superior dan konka media terdapat muara sinus ethmoid posterior dan sinus sfenoid.



a. Sinus maksila Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar. Saat lahir sinus maksila bervolume 6-8 ml, sinus kemudian berkembang dengan cepat dan akhirnya mencapai ukuran maksimal,yaitu 15 ml saat dewasa.Sinus maksila berbentuk pyramid. Dinding anterior sinus ialah permukaan fasial os maksila yang disebut fosa kanina, dinding posteriornya



adalah



permukaan infra-temporal mkasila,



dinding



medialnya ialah dinding dinding lateral rongga hidung, dinding superiornya ialah dasar orbita dan dinding inferiornya ialah prosesus alveolaris dan palatum. Ostium sinus maksila berada di sebelah superior dinding medial sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris melalui infundibulum etmoid. Dari segi klinik yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus maksila adalah 1) dasar sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas, yaitu premolar (P1 dan P2), molar (M1 danM2), kadang – kadang juga gigi taring (C) dan gigi molar M3,bahkan akar-akar gigi tersebut dapat menonjol ke dalam sinus, sehingga infeksi gigi geligi mudah naik ke atas menyebabkan sinusitis; 2) Sinusitis maksila dapat menimbulkan komplikasi orbita; 3) Ostium sinus maksila terletak lebih tinggi dari dasar sinus, sehingga drenase hanya tergantung dari gerak silia, lagi pula dreanase juga harus melalui infundibulum yang sempit. Infundibulum



adalah



bagian



dari



sinus



etmoid



anterior



dan



pembengkakan akibat radang atau alergi pada daerah ini dapat menghalangi drainase sinus maksila dan selanjutnya menyebabkan sinusitis. b. Sinus Frontal Sinus frontal yang terletak di os frontal mulai terbentuk sejak bulan ke empat fetus, berasal dari sel-sel resesus frontal atau dari sel-sel infundibulum etmoid. Sesudah lahir, sinus frontal mulai berkembang pada usia 8-10 tahun dan akan mencapai ukuran maksimal sebelum usia 20 tahun. Sinus frontal kanan dan kiri biasanya tidak simetris, satu lebih besar dari lainya dan dipisahkan oleh sekat yang terletak di garis tengah. Kurang lebih 15% orang dewasa hanya mempunyai satu sinus frontal dan kuran lebih 5% sinus frontalnya tidak berkembang. Ukuran sinus frontal adalah 2,8 cm tingginya, lebarnya 2,4 cm dan dalamnya 2 cm. sinus fronta biasanya bersekat-sekat dan tepi sinus berlekuk-lekuk. Taidak adanya gambaran septum-septum atau lekuklekuk dinding sinus pada foto Rontgen menunjukan adanya infeksi sinus. Sinus frontal dipisahkan oleh tulang yang relative tipis dari orbita dan fosa serebri anterior, sehingga infeksi dari sinus fronta mudah menjalar ke daerah ini. Sinus frontal berdrenase melalui ostiumnya yang



terletak



di



resesus



frontal,



yang



berhubungan



dengan



infundibulum etmoid. c. Sinus Etmoid Dari semua sinus paranasal, sinus etmoid yang paling bervariasi dan akhir- akhir ini dianggap paling penting, karena dapat merupakan focus bagi sinus-sinus lainnya. Pada orang dewasa bentuk sinus etmoid seperti pyramid dengan dasarnya di bagian posterior. Ukuran dari anterior ke posterior 4-5 cm, tinggi 2,4 cm dan lebarnya 0,5 cm dibagian anterior dan 1,5 cm dibagian posterior. Sinus



etmoid



berongga-rongga,



terdiri



dari



sel-sel



yang



menyerupai sarang tawon, yang terdapat di dalam massa bagian lateral os etmoid, yang terletak diantar konka media dan dinding dinding medial orbita. Sel-sel ini jumlahnya bervariasi. Berdasarkan letaknya, sinus etmoid dibagi menjadi sinus etmoid anterior yang bermuara di meatus medius dan sinus etmoid posterior yang bermuara di meatus medius dan sinus etmoid posterior yang bermuara di meatus superior. Sel-sel sinus etmoid anterior biasanya kecil-kecil dan banyak, letaknya di depan lempeng yang menghubungkan bagian posterior konka media dengan dinding lateral ( lamina basalis), sedangkan selsel sinus etmoid posterior



biasanya lebih besar dan lebih sedikit



jumlahnya dan terletak diposterior dari lamina basalis. Dibagian terdepan sinus etmoid anterior ada bagian yang sempit, disebut resesus frontal, yang berhubungan sinus frontal. Selo etmoid yang terbesar disebut bula etmoid. Di daerah etmoid anterior terdapat suatu penyempitan yang di sebut infundibulum, tempat bermuaranya ostium sinus maksila. Pembengkakan atau peradangan diresesus frontal dapat menyebabkan sinusitis frontal dan pembengkakan di infundibulum dapat menyebabkan sinusitis maksila. Atap sinus etmoid yang disebut fovea etmoidalis berbatasan dengan lamina kribrosa. Dinding lateral sinus adalah lamina papirasea yang sangat tipis dan membatasi sinus etmoid darirongga orbita. Di bagian belakang sinus etmoid posterior berbatasan dengan sinus sfenoid. d. Sinus sfenoid Sinus sfenoid terletak dalam os sfenoid di belakang sinus etmoid posterior. Sinus sfenoid dibagi dua oleh sekat yang disebut septum intersfenoid. Ukurannya adalah 2 cm tingginya, dalamnya 2,3 cm dan



lebarnya 1,7 cm. volumenya bervariasi dari 5 sampai 7,5 ml. saat sinus berkembang, pembuluh darah dan nervus dibagian lateral os sfenoid akan menjadi sangat berdekatan dengan rongga sinus dan tampak sebagai indensitasi pada dinding sinus sfenoid. Batas-batasnya ialah, sebelah superior terdapat fosa serebri media dan kelenjar hipofisa, sebelah inferiornya atap nasofaring, sebelah lateral berbatasan dengan sinus kavernosus dan a.karotis interna (sering tampak sebagai indentasi) dan disebelah posteriornya berbatasan dengan fosa serebri posterior didaerah pons. B. Fisiologi Hidung



Ada yang berpendapat bahwa sinus paranasal ini tidak mempunyai fungsi apa-apa, karena terbentuknya sebagai akibat pertumbuhan tulang muka. Beberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi sinus paranasal antara lain : a. Sebagai pengatur kondisi udara (air conditioning)



Sinus berfungsi sebagai ruang tambahan untuk memanaskan dan mengatur kelembaban udara inspirasi. Keberatan terhadap teori ini ialah karean ternyata tidak didapati pertukaran udara yang definitive antara sinus dan rongga hidung. Volume pertukaran udara dalam ventilasi sinus kurang lebih 1/1000 volume sinus pada tiap kali bernafas, sehingga di butuhkan beberapa jam untuk pertukaran udara total dalam sinus. Lagi pula mukosa sinus tidak mempunyai vaskularisasi dan kelenjar yang sebanyak mukosa hidung. b. Sebagai penahan suhu (thermal insulators)



Sinus paranasal berfungsi sebagai penahan (buffer) panas, melindungi orbita dan fosa serebri dari suhu rongga hidung yang berubah-ubah. Akan tetapi kenyataanya sinus-sinus yang besar tidak terletak di antara hidung dan organ- organ yang di lindungi. c. Membantu keseimbangan kepala



Sinus membantu keseimbanga kepala karena mengurangi berat tulang muka. Akan tetapi bila udara dalam sinus diganti dengan tulang, hanya aka memberikan pertambahan berat sebesar 1% dari berat kepala, sehingga teori ini dianggap tidak bermakna. d. Membantu resonasi suara



Sinus ini mungkin berfungsi sebagai rongga untuk resonasi suara dan mempengaruhi kualitas suara. Akan tetapi ada yang berpendapat, posisi sinus dan ostiumnya tidak memungkinkan sinus berfungsi sebagai resonator yang efektif. Lagi pula tidaj ada kolerasi antara resonasi suara dan besarnya sinus pada hewan-hewan tingkat rendah. e. Sebagai peredam perubahan tekanan udara



Fungsi ini berjalan bila ada perubahan tekanan yang besar dan mendadak, misalnya pada waktu bersin atau membuang ingus. f.



Membantu produksi mucus Mucus



yang



dihasilkan



oleh



sinus



paranasal



memang



jumlahnya kecil dibandingkan dengan mucus dari rongga hidung, namun efektif untuk membersihkan partikel yang masuk dengan udara inspirasi karena mucus ini keluar dari meatus medius, tempat yang paling strategis. C. Kebutuhan Dasar Kenyamanan atau rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya



kebutuhan



dasar



manusia



yaitu



kebutuhan



akan



ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan seharihari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri). Kenyamanan harus dipandang secara holistik yang mencakup empat aspek yaitu: 1. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh. 2. Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan sosial. 3. Psikososial, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri yang meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan.



4. Lingkungan,



berhubungan



dengan



latar



belakang



pengalaman



eksternal manusia seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah lainnya (Wahyudi & Abd.Wahid, 2016). Dalam meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan perawat lebih memberikan kekuatan, harapan, dorongan, hiburan, dukungan dan bantuan. Secara umum dalam aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman adalah kebutuhan rasa nyaman bebas dari rasa nyeri, dan hipo/hipertermia. Hal ini disebabkan karena kondisi nyeri dan hipo/hipertermia merupakan kondisi yang mempengaruhi perasaan tidak nyaman pasien yang ditunjukkan dengan timbulnya gejala dan tanda pada pasien (Wahyudi & Abd.Wahid, 2016). a. Definsi gangguan rasa nyaman Gangguan rasa nyaman adalah perasaan kurang



senang,



lega



dan



sempurna



dalam



dimensi



fisik,



psikospiritual, lingkungan dan emosional (SDKI PPNI, 2016). b. Penyebab gangguan rasa nyaman: 1. Gejala penyakit 2. Kurang pengendalian situasional/lingkungan 3. Ketidakadekuatan sumber daya 4. Kurangnya privasi 5. Gangguan stimulus lingkungan 6. Efek samping terapi (misal medikasi, radiasi dan kemoterapi) c. Gejala dan tanda mayor Subjektif: Mengeluh tidak nyaman Objektif: Gelisah d. Gejala dan tanda minor Subjektif: 1. Mengeluh sulit tidur dan mengeluh lelah 2. Tidak mampu rileks 3. Mengeluh kedinginan/kepanasan 4. Merasa gatal 5. Mengeluh mual Objektif: 1. Menunjukkan gejala distres 2. Tampak merintih/menangis



3. Pola eleminasi berubah 4. Postur tubuh berubah 5. Iritabilitas D. Konsep Dasar Penyakit a. Definisi Sinusitis adalah peradangan pada lapisan sinus yang disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri. Sinus berukuran kecil yaitu sebuah rongga yang berisi udara dibelakang tulang pipi dan dahi yang terhubung dengan tulang hidung. Fungsi dari sinus sendri adalah untuk menjaga kelembaban hidung dan menjaga pertukaran udara didaerah hidung (Soemantri dkk, 2008). Sinusitis yang merupakan salah satu penyakit THT, yaitu peradangan pada membran mukosa yang menyerang sinus paranasal dan kavitas nasal. Sinus paranasal adalah rongga kecil berisi udara yang terletak pada tulang-tulang di wajah. Sinus ini terdiri dari sinus frontal di dahi, sinus etmoid pangkal hidung, sinus maksila pipi kanan dan kiri, sinus sfenoid di belakang sinus etmoid (Nursalam, 2005). b. Etiologi Sinusitis dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah alergi, infeksi, kelainan struktur anatomi pada bagian sinusitis dapat pula disebabkan oleh rinitis akut, tonsilitis, infeksi pada gigi (Nursalam, 2005) 1. Alergi Alergi musiman, perenial atau karena pekerjaan tertentu dapat menyebabkan terjadinya sinusitis 2. Infeksi Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae). Jika sistem pertahanan tubuh menurun atau drainase dari sinus tersumbat akibat pilek atau infeksi virus lainnya, maka bakteri yang sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak dan menyusup ke dalam sinus, sehingga terjadi infeksi sinus akut. Sinusitis akut bisa terjadi setelah adanya infeksi virus pada



saluran pernafasan bagian atas (misalnya Rhinovirus, Influenza virus, dan Parainfluenza virus). Infeksi yang menyebabkan sinusitis seperti beberapa bakteri patogen yang sering ditemukan yaitu Stafilokokus 28%, Pseudomonas aerugenosa 17% dan S. aureus 30%. Ketiganya ini mempunyai resistensi yang tinggi terhadap antibiotik, misalnya Pseudomonas aerugenosa resisten terhadap jenis kuinolon. Jenis kuman gram negatif juga meningkat pada sinusitis kronis demikian juga bakteri aerobik termasuk pada sinusitis dentogenik. Bakteri rinosinusitis kronis paling sering adalah Peptococci, Peptostreptococci, Bacteriodes dan Fusobacteria. Penyebab pada Sinusitis Kronik adalah a. Sinusitis akut yang sering kambuh atau tidak sembuh b. Alergi c. Karies dentis ( gigi geraham atas ) d. Septum nasi yang bengkok sehingga menggagu aliran mucosa. e. Benda asing di hidung dan sinus paranasal f.



Tumor di hidung dan sinus paranasal.



3. Kelainan struktur anatomi Sinusitis kronis juga dapat disebabkan oleh kelainan (Struktur anatomi, seperti variasi KOM, deviasi septum, hipertrofi konka) atau Penyebab lain (idiopatik, faktor hidung, hormonal, obat-obatan, zat iritan, jamur, emosi, atrofi). c. Manifestasi Klinis Tanda dan gejala dari sinusitis dibagi menjadi 2 bagian yaitu gejala subjektif dan gejala objektif (Nursalam, 2005). 1. Gejala Subjektif a. Nyeri Sesuai dengan daerah sinus yang terkena ada atau mungkin tidak. Secara anatomi, apeks gigi-gigi depan atas (kecuali gigi insisivus) dipisahkan dari lumen sinus hanya oleh lapisan tipis tulang atau mungkin tanpa tulang hanya oleh mukosa, karenanya sinusitis maksila sering menimbulkan nyeri hebat pada gigi. b. Sakit kepala Merupakan tanda yang paling umum dan paling penting pada sinusitis. Wolff menyatakan bahwa nyeri kepala yang timbul



merupakan akibat adanya kongesti dan udema di ostium sinus dan sekitarnya. Penyebab sakit kepala bermacam-macam, oleh karena itu bukanlah suatu tanda khas dari peradangan atau penyakit pada sinus.Jika sakit kepala akibat kelelahan dari mata, maka biasanya bilateral dan makin berat pada sore hari, sedangkan pada penyakit sinus sakit kepala lebih sering unilateral dan meluas kesisi lainnya. Sakit kepala yang bersumber di sinus akan meningkat jika membungkukkan badan kedepan dan jika badan tiba-tiba digerakkan. Sakit kepala ini akan menetap saat menutup mata, saat istirahat ataupun saat berada dikamar gelap. Nyeri kepala pada sinusitis kronis biasanya terasa pada pagi hari, dan akan berkurang atau hilang setelah siang hari. Penyebabnya belum diketahui dengan pasti, tetapi mungkin karena pada malam hari terjadi penimbunan ingus dalam rongga hidung dan sinus serta adanya statis vena. c. Nyeri pada penekanan Nyeri bila disentuh dan nyeri pada penekanan jari mungkin terjadi pada penyakit di sinus-sinus yang berhubungan dengan permukaan wajah. d. Gangguan penciuman Indra penciuman dapat disesatkan (parosmia), pasien mencium bau yang tidak tercium oleh hidung normal. Keluhan yang lebih sering adalah hilangnya penghindu (anosmia). Hal ini disebabkan adanya sumbatan pada fisura olfaktorius didaerah konka media. Oleh karena itu ventilasi pada meatus superior hidung terhalang, sehingga menyebabkan hilangnya indra penciuman. Pada kasus kronis, hal ini dapat terjadi akibat degenerasi filament terminal nervus olfaktorius, meskipun pada kebanyakan kasus, indra penghindu dapat kembali normal setelah infeksi hilang. 2. Gejala Objektif a. Pembengkakan dan udem Jika sinus yang berbatasan dengan kulit terkena secara akut, dapat terjadi pembengkakan dan udem kulit yang ringan



akibat periostitis. Palpasi dengan jari mendapati sensasi seperti pada penebalan ringan atau seperti meraba beludru.



b. Sekret nasal Mukosa hidung jarang merupakan pusat fokus peradangan supuratif, sinus- sinuslah yang merupakan pusat fokus peradangan semacam ini. Adanya pus dalam rongga hidung seharusnya sudah menimbulkan kecurigaan adanya suatu peradangan dalam sinus. Pus di meatus medius biasanya merupakan tanda terkenanya sinus maksila, sinus frontal atau sinus etmoid anterior, karena sinus-sinus ini bermuara ke dalam meatus medius



d. Pathway



e. Klasifikasi Sinusitis Berdasarkan jenisnya, sinusitis dapat dibagi sebagai berikut: 1. Sinusitis akut Sinusitis bersifat akut jika berlangsung selama 3 minggu atau lebih. Penyebab sinusitis akut menurut changjaya, 2003 adalah: - Infeksi virus - Sinusitis akut dapat terjadi setelah terinveksi suatu infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas. - Infeksi bakteri Didalam tubuh manusia terdapat beberapa jenis bakteri yang dalam keadaan normal tidak menimbulkan penyakit (misalnya streptococcus pneumonia, haemophilus influenza, dan staphilus aerus). Jika pertahanan tubuh menurun/drainase dari sinus tersumbat akibat pilek/infeksi virus lainnya, maka bakteri ysng sebelumnya tidak berbahaya akan berkembang biak dan menyusup ke dalam sinus. Bakteri bertanggung jawab terhadap meningkatnya 60% kasus sinusitis akut. - Infeksi jamur Aspergillus merupakan jamur yang bisa menyebabkan sinusitis pada penderita gangguan system kekebalan. Pada orang-orang tertentu, sinusitis jamur merupakan sejenis reaksi alergi terhadap jamur. - Peradangan menahun pada saluran hidung Pada penderita renitis alergika bisa terjadi sinusitias akut, demikian pula halnya pada penderita renitis vasomotor. - Penyakit tertentu Sinusitis akut lebih sering terjadi pada penderita - gangguan system kekebalan dan penderita kelainan sekresi lendir. Penyebab lain menurut Ballenger, 1994 adalah : - Semua keadaan anatomik/fisiologik yang dapat menimbulkan sumbatan drainase dari sinus, menyebabkan statis secret dan hal ini menyebabkan infeksi. - Polip alergi dengan posisi yang tidak menguntungkan, terutama dekat hiatus semilunaris karena menyebabkan sumbatan relatif terhadap drainase dari kelompok anterior. - Infeksi apical dari sisi yang menonjol ke dalam dasar sinus maksila dapat menyebabkan infeksi



2. Sinusitis kronik Sinusitis kronik jika berlangsung selama 3 – 8 minggu dan dapat berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Penyebab sinusitis kronik : - Asma - Penyakit alergi - Gangguan



system



kekebalan/kelainan



sekresi



maupun



pembuangan lendir. - Aktivitas silia yang rusak dapat mengganggu pembersihan sinus yang menyebabkan infeksi sinus berkepanjangan. Sebagai tambahan efek buruk dari merokok dan polusi udara terhadap aktivitas mukosiliar, deviasi septum dapat mengubah arus konveksi aliran udara inspirasi sedemikian rupa, sehingga terdapat daerah kering yang dapat merusak aktivitas silia. - Obstruksi hidung kronik akibat rabor dan edema membran mukosa hidung. f. Pemeriksaan penunjang a. Rinoskopi anterior Tampak mukosa konka hiperemis, kavum nasi sempit, dan edema. Pada sinusitis maksila, sinusitis frontal dan sinusitis ethmoid anterior tampak mukopus atau nanah di meatus medius, sedangkan pada sinusitis ethmoid posterior dan sinusitis sfenoid nanah tampak keluar dari meatus superior. b. Rinoskopi posterior : Tampak mukopus di nasofaring (post nasal drip). c. Dentogen : Caries gigi (PM1,PM2,M1) d. Transiluminasi (diaphanoscopia) Sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap. Pemeriksaan transiluminasi bermakna bila salah satu sisi sinus yang sakit, sehingga tampak lebih suram dibanding sisi yang normal. e. X Foto sinus paranasalis: Pemeriksaan



radiologik



yang



dibuat



ialah



Posisi



Water’s,



Posteroanterior dan Lateral. Akan tampak perselubungan atau



penebalan mukosa atau batas cairan udara (air fluid level) pada sinus yang sakit. Posisi Water’s adalah untuk memproyeksikan tulang petrosus supaya terletak di bawah antrum maksila, yakni dengan cara menengadahkan kepala pasien sedemikian rupa sehingga dagu menyentuh permukaan meja. Posisi ini terutama untuk melihat adanya



kelainan



kelainan di sinus maksila, frontal dan etmoid.



Posisi Posteroanterior untuk menilai sinus frontal dan Posisi Lateral untuk menilai sinus frontal, sphenoid dan etmoid f. Pemeriksaan CT –Scan Pemeriksaan



CT-Scan



merupakan



cara



terbaik



untuk



memperlihatkan sifat dan sumber masalah pada sinusitis dengan komplikasi. CT-Scan pada sinusitis akan tampak : penebalan mukosa, air fluid level, perselubungan homogen atau tidak homogen pada satu atau lebih sinus paranasal, penebalan dinding sinus dengan sklerotik (pada kasus-kasus kronik).Hal-hal yang mungkin ditemukan pada pemeriksaan CT-Scan : 1. Polip yang mengisi ruang sinus 2. Polip antrokoanal 3. Massa pada cavum nasi yang menyumbat sinus 4. Mukokel, penekanan, atrofi dan erosi tulang yang berangsurangsur oleh massa jaringan lunak mukokel yang membesar dan gambaran pada CT Scan sebagai perluasan yang berdensitas rendah dan kadang-kadang pengapuran perifer. g. Penatalaksanaan 1. Sinusitis akut Tujuan pengobatan sinusitis akut adalah mengontrol infeksi, memulihkan kondisi mukosa nasal, dan menghilangkan nyeri. Pengobatan untuk sinusitis akut biasanya diberika: a) Dekongestan untuk mengurangi penyumbatan Dekongestan oral yang umum diberikan adalah Drixoral dan Dimetapp sedangkan dekongestan harus diberikan dengan posisi kepala pasien ke belakang untuk meningkatkan drainage maksimal. b) Antibiotik untuk mengendalikan infeksi



Antibiotik pilihan adalah Amoksisilin dan Ampisilin, bagi yang alergi diganti dengan alternatif Trimetoprim/Sulfametoksazol (Baktrim OS, Spektra DS). c) Obat pereda nyeri untuk mengurangi nyeri Dekongestan dalam bentuk tetes hidung atau obat semprot hidung hanya boleh dipakai (karena



pemakaian



jangka



selama



waktu yang terbatas



panjang



bisa



menyebabkan



penyumbatan dan pembengkakan pada saluran hidung). Untuk mengurangi penyumbatan, pembengkakan dan peradangan bisa diberikan obat semprot hidung yang mengandung steroid. Kabut hangat dan irigasi salin efektif untuk membuka sumbatan saluran, sehingga memungkinkan drainage rabas pulen. 2. Sinusitis kronis Pengobatan untuk mengurangi sinusitis kronis: a) Diberikan antibiotik dan dekongestan. b) Untuk



mengurangi



peradangan



biasanya



diberikan



obat



semprot hidung yang mengandung steroid. c) Jika penyakitnya berat, bisa diberikan steroid peroral (melalui mulut).



Hal-hal berikut bisa dilakukan untuk mengurangi rasa



tidak nyaman : Menghirup uap dari sebuah vaporizer atau semangkuk air panas. d) Obat semprot hidung yang mengandung larutan garam . e) Kompres hangat di daerah sinus yang terkena. Jika tidak dapat diatasi dengan pengobatan tersebut, maka satusatunya



jalan



untuk



mengobati



sinusitis



kronis



adalah



pembedahan. Tindakan bedah jarang dilakukan pada terapi sinusitis akut, jika dikerjakan biasanya hanya setelah gagal dengan



bermacam-macam



terapi.



Pembedahan



yang



diindikasikan pada sinusitis kronis untuk memperbaiki deformitas structural yang menyumbat ostio (ostium) sinus dengan tujuan mempermudah drainage. Pembedahan dapat mencakup eksisi atau



kateterisasi



polip,



perbaikan



menginsisi serta drainase sinus..



penyimpangan



septum,