LP Skizofrenia Paranoid Print [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SKIZOFRENIA PARANOID A. PENGERTIAN Skizofrenia paranoid yaitu pada tipe ini adanya pikiran-pikiran yang absurd (tidak ada pegangannya) tidak logis, dan delusi yang berganti-ganti. Sering diikuti halusinasi dengan akibat kelemahan penilaian kritis (critical judgement)nya dan aneh tidak menentu, tidak dapat diduga, dan kadangkadang berperilaku yang berbahaya. Orang-0rang dengan tipe ini memiliki halusinasi dan delusi yang sangat mencolok,yang melibatkan tema-tema tentang penyiksaan dan kebesaran. Skizofrenia merupakan kelompok gangguan psikosis atau psikotik yang ditandai oleh distorsi-distorsi mengenai realitas, adanya perilaku menarik diri dari interaksi social serta disorganisasi dan fragmentasi dalam hal persepsi, pikiran dan kognisi. B. ETILOGI 1. Faktor biologis a. Faktor herediter 1) Kontribusi gen terhadap skizofrenia Studi terhadap keluarga, anak kembar dan anak adopsi melengkapi bukti-bukti bahwa gen terlibat dalam transmisi (penyebaran) skizofrenia. Beberapa peneliti berpendapat bahwa banyak gen (polygenic) model tambahan, yang membentuk jumlah dan konfigurasi gen abnormal untuk membentuk skizofrenia. Adanya



lebih



banyak



gen



yang



terganggu



meningkatkan



kemungkinan berkembangnya skizofrenia dan meningkatkan kerumitan gangguan tersebut. Individu yang lahir dengan beberapa gen tetapi tidak cukup untuk menunjukkan simtom-simtom bertaraf sedang atau ringan skizofrenia, seperti keganjilan dalam pola bicara atau proses berpikir dan keyakinan-keyakinan yang aneh.



b. Pembesaran Ventrikel Struktur utama otak yang abnormal sesuai dengan skizofrenia adalah pembesaran ventrikel. Ventrikel adalah ruang besar yang berisi cairan dalam otak. Perluasan mendukung atropi (berhentinya pertumbuhan), deteriorasi di jaringan otak lainnya. Orang-orang skizofrenia dengan pembesaran ventricular cenderung menunjukkan penirinan secara social, ekonomi, perilaku, lama sebelum mereka mengembangkan simtom utama atau inti dati skizofrenia. Mereka juga cenderung untuk memiliki simtom yang lebih kuat dari pada orang skizofrenialainnya dan kurang responsive terhadap pengobatan karena dianggap sebagai pergantian yang buruk dalam pemfungsian otak, yang sulit untuk ditangani/dikurangi melalui treatment. Perbedaan jenis kelamin mungkin juga berhubungan dengan ukuran ventricular. Beberapa studi menemukan bahwa laki-laki dengan skizofrenia memiliki pelebaran ventrikel yang lebih kuat. c. Faktor Anatomis Neuron Abnormalitas neuron secara otomatis pada skizofrenia memiliki beberapa penyebab, termasuk abnormalitas gen yang spesifik (khas), cedera otak berkaitan dengan cedera waktu kelahiran, cedera kepala, infeksi virus defisiensi (penurunan) dalam nutrisi dan defisiensi dalam stimulus kognitif. d. Komplikasi Kelahiran Komplikasi serius selama prenatal dan masalah-masalah berkaitan dengan kandungan pada saat kelahiran merupakan hal yang lebih sering dala sejarah orang-orang dengan skizofrenia dan mungkin berperan dalam membuat kesulitan-kesulitan secara neurologist. Komplikasi dalam pelepasan berkombinasi dengan keluarga beresiko terhadap terjadinya karena menambah derajad pembesaran ventricle. Penelitian epidemiologi telah menunjukkan angka yang tinggi dari skizofrenia dikalangan orang-orang yang memiliki ibu terjangkit virus influenza ketika hamil.



e. Neurotransmitter Neurotransmiter dopamine dianggap memainkan peran dalam skizpfrenia. Teori awal dari dopamine menyatakan bahwa simtomsimton skizofrenia disebabkan oleh kelebihan jumlah dopamine di otak, khususnya di frontal labus dan system limbic. Aktivitas dopamine yang berlebihan / tinggi dalam system mesolimbik dapat memunculkan simtom positif skizofrenia : halusinasi, delusi, dan gangguan berfikir. Karena atipikal antipsikotis bekerja mereduksi simtom-simtom skizofrenia dengan mengikat kepada



reseptor D4



dalam system mesolimbik. Sebaliknya jika aktivitas dopamine yang rendah dapat mendorong lahirnya simtom negative seperti hilangnya motivasi, kemampuan untuk peduli pada diri sendiri dalam aktivitas sehari-hari. Dan tidak adanya responsivitas emosional. Hal ini menjelaskan



bahwa



phenothiazines,



yang



mereduksi



aktivitas



dopamine, tidak meredakan atau mengurangi simtom. 2. Faktor Psikososial a. Teori Psikodinamika Ahli-ahli teori psikodinamika berpendapat bahwa skizofrenia merupakan hasil dari paksaan atau tekanan kekuetan biologis yang mencegah atau menghalangi individu untuk mengembangkan dan mengintegrasikan persaan atau pemahaman atas dirinya. Berargumen bahwa jika ibu secara ekstrim atau berlebihan kasar dan terus-menerus mendominasi, anak akan mengalami taraf regresi dan kembali ke taraf perkembangan bayi dalam hal pemfungsiannya, sehingga ego akan kehilangan kemampuannya dalam membedakan realita. b. Pola-Pola Komunikasi Orangtua



(khususnya



ibu)



pada



anak-anak



sklizofrenia



menempatkan anak mereka dalam situasi ikatan ganda (double binds) yang secara terus menerus mengkomunikasikan pesan-pesan yang bertentangan pada anak-anak. Yang dimaksud ikatan ganda adalah pemberian



pendidikan



dan



informasi



yang



nilainya



saling



bertentangan. Dalam teori doble-bind tentang pola-pola komunikasi dalam keluarga orang-orang dengan skizofrenia, menampakkan keganjilan. Keganjilan-keganjilan itu membentuk lingkungan yang penuh ketegangan yang membuat lebih besar kemungkinan seorang anak memiliki kerawanan secara biologis terhadap skizofrenia akan mengembangkan



sindrom skizofrenia sepenuhnya atau bahwa



seseorang dengan skizofrenia akan memiliki frekuensi kekambuhan psikotis yang lenih tinggi. c. Tampilan Emosi Berdasarkan beberapa penelitian bahwa gaya interaksi penderita skizofrenia dapat dilihat dari ekspresi emosinya. Keluarga-keluarga yang pengekspresian emosinya kuat terlalu melibatkan diri dengan setiap anggota keluarga lainnya, Overprotekif terhadap anggota keluarganya terganggu dan bersikap mengorbankan diri bagi anggota keluarganya yang terganggu tetapi juga suka mengkritik, bermusuhan dan memarahi anggota keluarga yang terganggu. d. Stres dan Kekambuhan Keadaan sekitar atau lingkungan yang penuh stress (stresfull) mungkin tidak menyebabkan seseorang terjangkit skizofrenia, tetapi keadaan tersebut dapat memicu episode baru pada orang-orang yang mudah terkena serangan atau rawan terhadap skizofrenia. Berdasarkan penelitian bahwa lebih dari 50 % orang yang mengalami kekambuhan skizofrenia adalah mereka yang dalam kehidupannya telah mengalami kejadian-kejadian buruk sebelum mereka kambuh. Banyak kejadian dalam hidup orang-orang skizofrenia alami dalam beberapa miggu sebelum mereka kambuh mungkin secara actual disebabkan oleh simtom-simtom prodormal yang muncul sebelum kambuh kedalam psikotis. Sebagai contoh, satu dari simtom-simtom prodormal dari kekambuhan skizofrenia adalah menarik diri dari lingkungan social yang pada gilirannya kejadian-kejadian buruk dalam kehidupannya sebagian



besar



mendahului



sebuah



kekambuhan,



seperti



pecah/hancurnya jalinan atau hubungan (relation ship) atau hilangnya sebuah pekerjaan. 3. Faktor Kesalahan Belajar Yang dimaksud kesalahan belajar adalah tidak tepatnya mempelajari yang benar atau dengan tepat mempelajari yang tidak benar. Dalam hal ini penderita mempelajari dengan baik perilaku orang-orang skizofrenia atau perilaku yang baik dengan cara yang tidak baik C. TANDA DAN GEJALA 1. Gejala primer a. Gangguan proses pikiran (bentuk,langkah dan isi pikiran) yang terganggu terutama aspek asosiasi, kadang-kadang suatu ide belum selesai diutarakan, sudah muncul ide uang lain. Sering ditandai oleh : menggunakan arti simbolik, terdapat clang association, jalan pikirannya tidak dapat dimengerti / inkoherensi, menyamakan hal-hal. Terjadi bloking beberapa detik sampai beberapa hari, ada penderita yang mengatakan bahwa seperti ada yang laindidalam dirinya yang berfikir dan tanda sejenis lainnya. b. Gangguan afek dan emosi Dapat berupa : Kedangkalan afek dan emosi, klien menjadi acuh tak acuh pada hal-hal yang penting dalam hidupnya. Parathimi ; merasa sedih atau marah yang seharusnya timbul rasa tenang dan gembira. Paramimi ; klien menangis padahal merasa senang dan bahagia. Emosi, afek dan ekspresinya tidak mengalami kesatuan. Emosi yang berlebih. Hilang kemampuan untuk mengandalkan hubungan emosi yang baik. Ambivalensi pada afek : dua hal yang bertentangan berada pada satu objek



c. Gangguan kemauan Ditandai antara lain : Tidak dapat mengambil keputusan Tidak dapat bertindak dalam suatu keadaan Melamun dalam waktu tertentu yang lama. Negativisme ; perbuatan yang berlawanan dengan perlawanan Ambivalensi kemauan ; menghendaki dua hal yang berlawanan pada waktu yang sama Otomatisme ; merasa kemauannya dipengaruhi oleh orang lain atau tenaga dari luar sehingga ia berbuat otomatis. d. Gangguan psikomotor Stupor : tidak bergerak dalam waktu yang lama. Hiperkinesa; terus bergerak dan tampak gelisah Stereotipi ; berulang melakukan gerakan atau sikap Verbigerasi ; stereotipi pembicaraan Manerisme ; stereotipi tertentu pada pada skizofrenia, grimes pada muka atau keanehan berjalan dan gaya. Katalepsi ; posisi badan dipertahankan dalam waktu yang lama. Fleksibilitas cerea ; bila anggota badan dibengkokkan terasa suatu tahanan seperti lilin. Negativisme ; menentang atau justru melakukan berlawanan dengan apa yang disuruh. Otomatisme komando ; kebalikan daari negativisme. Echolalia; meniru kata-kata yang diucapkan orang lain. 2. Gejala sekunder a. Waham atau delusi Kayakinan yang salah yang tidak dapat diubah dengan penalaran atau bujukan. Sangat tidak logis dan kacau tetapi klien tidak menyadari hal tersebut dan menganggap sebagai fakta dan tidak dapat diubah oleh siapapun. Jenis-jenis waham mencakup :



1) kebesaran ; seseorang memiliki suatu perasaan berlebih dalam kepentingan atau kekuasaan. 2) curiga ; seseorang merasa terancam dan yakin bahwa orang lain bermaksud untuk membahayakan atau menncurigai dirinya. 3) Siar ; semua kejadian dalam, lingkungan sekitarnya diyakini merujuk / terkait 4) kontrol



kepada dirinya.



; seseorang percaya bahwa objek atau oang tertentu



mengontrol perilakunya. b. Halusinasi ; istilah ini menggarbarkan persepsi sensori yang salah yang mungkin meliputi salah satu dari kelima panca indra. Halusinasi pendengaran dan penglihatan yang sering,halusinasi penciuman, perabaan, dan pengecapan juga dapat terjadi.



D. PSIKOFISIOLOGI



Factor Biologis



Genertic



Implikasi mutasi DNA Banyak gen (polygenic) model tambahan jumlah dan konfigurasi gen abnormal Kelainan gen selama di dalam kandungan



Biokimia



Genome menyaring keselurhan individu pada kromosom 6 dan 22



GABA (-)



Aktivitas obatobatan dopaminergic



Neurotransmiter dopamine tidak∞



Faal Syaraf



Reseptor serotonin Gangguan Gerakan Mencelakai diri sendiri dan orang lain



Gangguan proses berfikir



Kelainan struktur dan fungsi otot saat tumbang



Keyakinan pola bicara/proses berpikir dan keyakinan yang



Proses eksoitatorik, hambatan dan gangguan otonomik tidak seimbang



Abnormalitas neuron, abnormalitas gen yang spesifik



Gangguan kapasitas organisme



Cidera otak berkaitan dengan waktu kelahiran, cidera kepala, infeksi virus



Terganggunya tumbuhnya konsensus Distorsi kognitif dan perceptual individu (halusinasi



Perubahan persepsi sensori (pendengaran/penglihatan



Gambar : Psikofisiologi Skizofrenia (Sumber : Wiramihardjo, Sutardjo A.2005



Anatomi Syaraf



Defisiensi stimulus kognitif Panic, ketidakmampuan mempercayai orang lain, menekan rasa takut



Perubahan proses pikir



E. PSIKOPATOLOGI



Teori Psikososial



Teori system keluarga (bowen, 1978)



Konflik-konflik diantara orang tua



Anak berfokus pada ansietas



Dsifungsi sistem keluarga



Koping individu tak efektif



Teori interpersonal (Sullivan, 1953) orang tua dengan psikosis Hubungan anak dengan orang tua penuh dengan ansietas tinggi Anak menerima pesan-pesan yang membingungkan dan penuh konflik dari orang tua



Teori Psikodinamik (Hartman, 1964)



Psikosis adalah hasil dari ego lemah



Perkembangan terhebat hubungan yang mempengaruhi antara orang tau dan anak



Ansietas yang ekstim



Tidak percaya pada orang lain



Panik



Tingkat ansietas tinggi dipertahankan



Mekanisme pertahanan ego mal



Ambivalensi



Isolasi sosial



Gangguan konsep diri/menang diri



F. DIAGNOSA KEPERAWATAN NO 1



Diagnosa Keperawatan Isolasi sosial b/d ketidakberdayaan, dan keputusan terhadap anteraksi social masyarakat



Tujuan & kriteria hasil



Intervensi



Rasional



Tujuan Jangka Panjang: Klien dapat secara sukarela meluangkan waktu bersama pasien lain dan perawat dalam aktivitas kelompok Tujuan Jangka Pendek: − Setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam waktu tertentu klien diharapkan: − Klien dapat mendemonstrasikasikan keinginan dan hasrat untuk bersosialisasi dengan orang lain − Klien dapat mengikuti aktivitas kelompok tanpa disuruh. − Pasien melakukan pendekatan interaksi satusatu dengan orang lain dengan cara yang sesuai/ dapat diterima KH: − Klien dapat



1. Atur setiap hari untuk menyusun rencana waktu untuk berinteraksi dan beraktivitas dengan klien.



1. Struktur menolong klien mengatur waktu untuk berinteraksi dengan yang lain dan mengatakan bahwa partisipasi klien diharapakan dan diharapkan dan anggota yang berguna dalam komunitas.



2. Identifikasi faktor signifikan support individu klien dan mendorong mereka untuk berinteraksi dengan klien, percakapan ditelepon, beraktivitas dan mengunjunginya. 3. Bantu klien membedakan antara isolasi sosial dan hasrat untuk menyendiri. 4. Bantu klien menemukan klien lain untuk sosialisasi dengan orang yang memiliki kesukaan yang sama. 5. Perlihatkan sikap menerima dengan cara melakukan kontak yang sering tapi singkat.



2. Jaringan pendukung yang kuat menambah kontak social klien, mempertinggi kemampuan social, meningkatkan harga diri dan memfasilitasi hubungan yang positif. 3. Klien kadang memilih untuk menyendiri diwaktu yang tepat dan seharusnya diberi kesempatan untuk itu. 4. Berbagi atau kesukaan yang sama meningkatkan rasa percaya pada orang lain. 5. Sikap menerima orang lain akan



10



2



Gangguan konsep diri b.d perasaan tidak berguna dan harga diri rendah.



mendemonstrasikasikan keinginan dan hasrat untuk bersosialisasi dengan orang lain − Klien dapat mengikuti aktivitas kelompok tanpa disuruh. − Pasien melakukan pendekatan interaksi satusatu dengan orang lain dengan cara yang sesuai/ dapat diterima. Tujuan Jangka Panjang: Mengembalikan rasa percaya diri pasien. Tujuan Jangka Pendek: Setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam waktu tertentu klien diharapkan: Pasien dapat mengaktualisasikan dirinya pada orang lain. KH: Pasien dapat mengaktualisasikan dirinya pada orang lain.



6. Perlihatkan penguatan positif kepada klien. 7. Temani klien untuk memperlihatkan dukungan selama aktivitas kelompok yang mungkin merupakan hal yang menakutkan atau sulit bagi klien.



meningkatkan harga diri klien dan memfasilitasi rasa percaya pada orang lain. 6. Hal ini akan membuat pasien merasa menjadi seseorang yang berguna. 7. Kehadiran seseorang yang dipercaya akan memberikan rasa aman kepada klien.



1. Bantu klien untuk membangkitkan perasaan, terutama perasaan marah saat klien tidak punya kekuatan.



1. Mengungkapkan perasaan dari awal sampai tindakan yang membangun



2. Beri klien umpan balik positif sehingga klien siap untuk mengidentifikasi area yang sulit untuk dirinya.



2. Keinforsemen dan keinginan besar perilaku yang membantu untuk meningkatkan perilaku tersebut.



3. Tanya klien untuk 3. Klarifikasi menghindari mengklarifikasi dan merasakan kesalahpahaman terhadap apa yang diekspresikan secara samar. yang disampaikan klien 4. Jika klien bingung saat mendiskusikan topik yang



4. Suatu saat klien akan merasa sangat dapat mengekspresikan



11



sensitif atau tidak sanggup mengekspresikan dirinya, kembalikan klien kea rah topik yang netral, atau ajak klien untuk melakukan aktivitas yang tidak perlu tenaga dan menyenangkan. 5. Bangkitkan interaksi klien dengan staf atau klien lainnya dalam topik yang menarik.



6. Beri klien umpan balik untuk mengikutsertakan dalam interaksi sosial dan aktivitas saat luang. 7. Damping klien untuk mengembangkan perawatan selanjutnya yang dibutuhkan. 3



Gangguan perawatan diri b.d rasa tidak berharga, dan kurangnya perhatian



Tujuan Jangka Panjang: Klien dapat meningkatkan minat atau motivasi dan mempertahnkan kebersihan



1. Perhatikan kebutuhan fisik pasien.



dirinya dengan terapeutik dan produktif. Ini merupakan bagian dari proses perubahan organik.



5. Klien mungkin mengalami kemajuan dalam berinteraksi dan mungkin membutuhkan stimulasi eksternal untuk berkomunikasi dengan yang lainnya. 6. Umpan balik yang positif meningkatkan kemungkinan berlanjutnya interaksi dan partisipasi saat aktivitas. 7. Jika kesembuhan delirium tidak lengkap klien mungkin membutuhkan dukungan atau pendampingan saat kembali ke masyarakat. 1. Mungkin klien tidak sadar dan tidak responsive terhadap kebutuhannya. Kebutuhan fisik klien mungkin ditemukan



12



terhadap kebutuhan dirinya sendiri.



diri. Tujuan Jangka Pendek: Setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam waktu tertentu klien diharapkan: Klien mampu melakukan perawatan diri secara rutin dan teratur tanpa perinta. KH: Klien mampu melakukan perawatan diri secara rutin dan teratur tanpa perintah



penambahan kemampuan klien untuk menemukan kebutuhan emosional. 2. Observasi kebutuhan klien seperti makanan dan pemasukan minuman, mungkin diperlukan monitor dan penulisan pemasukan, pengeluaran dan berat sehari-hari.



2. Klien mungkin tidak sadar atau tidak tahau kebutuhan makanan dan cairannya.



3. Monitor eliminasi klien gunakan obat PRN untuk meningkatkan keteraturan.



3. Konstipasi yang sering terjadi dengan transqualizer mayor, pengurangan makanan dan pemasukan cairan dan mengurangi aktivitas.



4. Jelaskan latihan atau tugas dengan singkat dan mudah.



4. Latihan yang sangat sulit akan memudahkan klien mengikuti rangkaian tersebut.



5. Gunakan kalimat yang jelas dan langsung, minta klien untuk melaksanakan satu bagian dari latihan saat itu juga.



5. Klien mungkin tidak dapat mengingat semua langkah atau cara-cara.



6. Ungkapkan secara langsung keinginan perawat kepada klien.



6. Klien mungkin tidak sanggup membuat pilihan atau bahkan



13



membuat pilihan yang salah. 7. Jangan memaksa klien untuk memilih , katakana kepada klien waktu yang tepat untuk makan atau memakai baju daripada menawarkan makan atau berpakaian.



7. Ide yang abstrak tidak akan dimengerti dan akan mancampuri latihan yang lengkap.



8. Jangan membingungkan klien dengan alas an mengapa hal tersebut harus diselesaikan.



8. Mungkin klien lebih lama dalam berpakaian dan menyisir karena tidak memiliki konsentrasi dan perhatian yang sedikit.



9. Izinkan klien untuk menambah waktu untuk melengkapi latihan.



9. Mencoba akan membuat klien frustasi dan membuat latihan mustahil untuk diselesaikan.



10. Klien yang tidak bisa menyelesaikan latihan jangan terburu-buru meminta klien untuk mencoba.



10. Kesadaran klien akan harga diri dan kesejahteraan akan bertambahn.



11. Bantu klien saat klien membutuhkan untuk menjaga kelangsungan fungsi sehari-hari dan personal hygiene yang adekuat.



11. Jika pasien bersih, harum, terlihat menyenangkan dan mengalami kemajuan.



14



12. Pilihan-pilihan pengambilan alihan bantuan dan supervise klien untuk merawat diri. 13. Puji klien untuk aktivitas yang lengkap dari kehidupan seharihari untuk perawatan diri di awal.



12. Penting untuk mengambil keuntungan tertentu. Penghargaan positif meningkatkan kemungkinan yang akan datang.



15



DAFTRA PUSTAKA Baihaqi, M.I.F, Sunardi, dkk. 2005. Psikiatri (Konsep Dasar dan Gangguangangguan), Bandung : PT. Refika Aditama Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Maramis, W. F. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press Stuart, Gall. W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC



16