13 0 178 KB
LAPORAN PENDAHULUAN STUNTING I.
KONSEP MEDIS STUNTING
A. DEFINISI Stunting (tubuh pendek) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi median standar pertumbuhan anak dari WHO (Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2018). Stunting merupakan gangguan pertumbuhan karena malnutrisi kronis yang ditunjukkan dengan nilai zscore panjang badan menurut umur (PB/U) kurang dari -2 SD (AlAnshori, 2017). Balita stunting termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi social ekonomi, gizi ibu hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Balita stunting di masa yang akan dating akan mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal (Didik, 2018). Stunting dapat didiagnosis melalui indeks antropometrik tinggi badan menurut umur yang mencerminkan pertumbuhan linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan indikasi kekurangan gizi jangka panjang, akibat
dari
gizi
yang
tidak
memadai
dan
atau
kesehatan.
Stunting merupakan pertumbuhan linier yang gagal untuk mencapai potensi genetic sebagai akibat dari pola makan yang buruk dan penyakit. B. ETIOLOGI Menurut beberapa penelitian, kejadian stunted pada anak merupakan suatu proses kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang siklus kehidupan. Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunted pada anak dan peluang peningkatan stunted terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan. Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak langsung yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan
janin mengalami intrauterine growth retardation (IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Factor penyebab stunting ini dapat disebabkan oleh factor langsung maupun tidak langsung. Penyebab langsung stunting adalah pemberian asupan gizi da nada banyak penyakit infeksi sedangkan penyebab tidak langsung adalah pemberian ASI dan MP-ASI, kurang pengetahuan orang tua, faktor ekonomi, rendahnya pelayanan kesehatan dan masih banyak faktor lainnya (Mitra, 2015). Gizi buruk kronis (stunting) tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja seperti yang telah dijelaskan diatas, tetapi disebabkan oleh banyak faktor, dimana faktor-faktor tersebut saling berhubungan satu sama lainnnya. Terdapat tiga faktor utama penyebab stunting yaitu sebagai berikut : 1. Asupan makanan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam makanan yaitu karbohidrat, protein,lemak, mineral, vitamin, dan air). 2. Riwayat berat badan lahir rendah (BBLR), 3. Riwayat penyakit. C. PATOFISIOLOGI Stunting merupakan bentuk kegagalan pertumbuhan akibat akumulasi ketidakcukupan nutrisi yang berlangsung lama mulai dari kehamilan sampai usia 24 bulan. Keadaan ini diperparah dengan tidak terimbanginya kejar tumbuh yang memadai (Mitra, 2015). Masalah stunting terjadi karena adanya adaptasi fisiologi pertumbuhan atau non taologis, karena penyebab secara langsung adalah masalah asupan makanan dan tingginya penyakit infeksi kronis terutama ISPA dan diare, sehingga memberi dampak terhadap proses pertumbuhan balita (Sudirman, 2018). Pada
balita
dengan
kekurangan
gizi
akan
menyebabkan
berkurangnya lapisan lemak dibawah kulit hal ini terjadi karena kurangnya
asupan gizi sehingga tubuh memanfaatkan cadangan lemak ada, selain itu imunitas dan produksi albumin juga ikut menurun sehingga balita akan mudah terserang infeksi dan mengalami perlambatan pertumbuhan dan perkembangan. Balita dengan gizi kurang akan mengalami peningkatan kadar asam basa pada saluran cerna yang akan menimbulkan diare (Maryuni, 2016). Terjadinya stunting pada balita seringkali tidak disadari, masalah gizi yang kronis pada balita disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu yang cukup lama akibat orang tua atau keluarga tidak tahu atau
belum
sadar
untuk
memberikan
makanan
yang
sesuai dengan kebutuhan gizi anaknya. Pada ibu hamil juga terdapat 44,4% yang mengonsumsi energi di bawah kebutuhan minimal dan 49,5% wanita hamil yang mengkonsumsi protein dibawah kebutuhan minimal yang berdampak pada terhambatnya pertumbuhan janin yang di kandung. Selain asupan yang kurang, seringnya anak sakit juga menjadi penyebab terjadinya gangguan pertumbuhan. Sanitasi lingkungan mempengaruhi tumbuh kembang anak melalui peningkatan kerawanan anak terhadap penyakit infeksi. Anak yang sering sakit akibat rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan kronis dan berdampak anak menjadi pendek.
Kurangnya Asupan Nutrisi Pre Natal/Post Natal
Sosial ekonomi rendah
Defisiensi pengetahuan tentang nutrisi
Kegagalan menyusui
Stunting
B1/BREATHING Daya tahan tubuh menurun Rentan terkena bakteri/alergen Kuman berlebih dalam bronkus Proses peradangan
Akumulasi sekret di bronkus
B2/BLOOD
B3/BRAIN
Asupan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Asupan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Kebutuhan tubuh terus meningkat
O2 menurun
Mengambil cadangan makanan dibawah kulit Hilangnya lemak subkutan
Jaringan serebral hipoksia
Gangguan Perfusi Jaringan Serebral
B4/BLADDER
B5/BOWEL
B6/BONE
Nutrisi tidak adekuat
Penurunan jumlah protein
Penurunan perfusi jaringan
Intake output tidak seimbang
Energi menurun
Hipoperfusi ginjal
Metabolisme anaerob
Nutrisi tidak adekuat
Penurunan produksi urin
Gangguan Eliminasi Urin
Defisit Nutrisi
Cadangan protein otot terpakai terus menerus Konsentrasi asam amino rendah Tubuh kehilangan energi terus menerus
Kulit kering, keriput Energi tidak adekuat Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Gangguan Integritas Kulit
Kelemahan jaringan otot dan tulang Gangguan Tumbuh Kembang
D. MANIFESTASI KLINIS Menurut kementrian desa, (2017) balita stunting dikenali dengan tdan dan gejala sebagai berikut : 1. Pertumbuhan melambat, batas bawah kecepatan tumbuh adalah 5 cm/tahun. 2. Kecepatan tumbuh tinggi
badan