7 0 278 KB
LAPORAN PENDAHULUAN TERMOREGULASI
Oleh :
PUTRI NURLAELI NIM. 113119066
PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP 2019
LAPORAN PENDAHULUAN TERMOREGULASI
A. TINJAUAN TEORI 1. Definisi Termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai
keseimbangan produksi panas sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan secara konstan, termoregulasi manusia berpusat pada hipotalamus anterior. Terdapat 3 komponen atau penyusunan sistem pengaturan panas. Suhu atau termoregulasi merupakan suatu perbedaan antara jumlah suhu yang dihasilkan oleh tubuh dengan jumlah panas yang hilang pada lingkungan eksternal / substansi panas dingin / permukaan kulit tubuh. a. Hipertermia Hipertermia atau peningkatan suhu tubuh merupakan keadaan dimana seorang individu mengalami kenaikan suhu tubuh diatas 37o C. b. Hipotermia Hipotermia adalah suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin. Dimana suhu dalam tubuh dibawah 35 o C.
B. ETIOLOGI 1. Pengeluaran Panas Menurut Potter dan Perry (2005), pengeluaran dan produksi panas terjadi secara konstan, pengeluaran panas secara normal melalui radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi. a. Radiasi Adalah perpindahan panas dari permukaan suatu objek ke permukaan objek lain tanpa keduanya bersentuhan. Panas berpindah melalui gelombang elektromagnetik. Aliran darah dari organ internal inti membawa panas ke kulit dan ke pembuluh darah permukaan. Jumlah
panas yang dibawa ke permukaan tergantung dari tingkat vasokonstriksi dan vasodilatasi yang diatur oleh hipotalamus. Panas menyebar dari kulit ke setiap objek yang lebih dingi disekelilingnya. Penyebaran meningkat bila perbedaan suhu antara objek juga meningkat. b. Konduksi Adalah perpindahan panas dari satu objek ke objek lain dengan kontak langsung. Ketika kulit hangat menyentuh objek yang lebih dingin, panas hilang. Ketika suhu dua objek sama, kehilangan panas konduktif terhenti. Panas berkonduksi melalui benda padat, gas, cair. c. Konveksi Adalah perpindahan panas karena gerakan udara. Panas dikonduksi pertama kali pada molekul udara secara langsung dalam kontak dengan kulit. Arus udara membawa udara hangat. Pada saat kecepatan arus udara meningkat, kehilangan panas konvektif meningkat. d. Evaporasi Adalah perpindahan energi panas ketika cairan berubah menjadi gas. Selama evaporasi, kira-kira 0,6 kalori panas hilang untuk setiap gram air yang menguap. Ketika suhu tubuh meningkat, hipotalamus anterior member signal kelenjar keringat untuk melepaskan keringat. Selama latihan dan stress emosi atau mental, berkeringat adalah salah satu cara untuk menghilangkan kelebihan panas yang dibuat melalui peningkatan laju metabolik. Evaporasi berlebihan dapat menyebabkan kulit gatal dan bersisik, serta hidung dan faring kering. e. Diaforesis Adalah prespirasi visual dahi dan toraks atas. Kelenjar keringat berada dibawah dermis kulit. Kelenjar mensekresi keringat, larutan berair yang mengandung natrium dan klorida, yang melewati duktus kecil pada permukaan kulit. Kelenjar dikontrol oleh sistem saraf simpatis. Bila suhu tubuh meningkat, kelenjar keringat mengeluarkan keringat, yang menguap dari kulit untuk meningkatkan kehilangan panas. Diaphoresis kurang efisien bila gerakan udara minimal atau bila kelembaban udara tinggi.
C. GANGGUAN TERMOREGULASI
Menurut Potter dan Perry (2005), gangguan pada termoregulasi antara lain sebagai berikut: 1. Kelelahan akibat panas Terjadi bila diaphoresis yang banyak mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan. Disebabkan oleh lingkungan yang terpejan panas. Tanda dan gejala kurang volume caiaran adalah hal yang umum
selama
kelelahan
akibat
panas.
Tindakan
pertama
yaitu
memindahkan klien kelingkungan yang lebih dingin serta memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit. 2. Hipertermia Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas adalah hipertermi. 3. Heatstroke Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini disebut heatstroke, kedaruratan yang berbahaya panas dengan angka mortalitas yang tinggi. Heatstroke dengan suhu lebih besar dari 40,50C mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua organ tubuh. 4. Hipotermia Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus trehadap dingin mempengaruhi
kemampuan
tubuh
untuk
memproduksi
panas.,
mengakibatkan hipotermi. Dalam kasus hipotermi berat, klien menunjukkan tanda klinis yang mirip dengan orang mati (misal tidak ada respon terhadap stimulus dan nadi serta pernapasan sangat lemah). 5. Radang beku (frosbite) Terjadi bila tubuh terpapar pada suhu dibawah normal. Kristal es yang terbentuk di dalam sel dapat mengakibatkan kerusakan sirkulasi dan jaringan secara permanen. Intervensi termasuk tindakan memanaskan secara bertahap, analgesik dan perlindungan area yang terkena.
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUHU TUBUH Banyak faktor yang mempengaruhi suhu tubuh.Perubahan pada suhu tubuh dalam rentang normal terjadi ketika hubungan antara produksi panas dan kehilangan panas diganggu oleh variabel fisiologis atau prilaku. Berikut adalah faktor yang mempengarui suhu tubuh : 1. Usia Pada saat lahir, bayi meninggalkan lingkungan yang hangat, yang relatif konstan, masuk dalam lingkungan yang suhunya berfluktuasi dengan cepat.suhu tubuh bayi dapat berespon secara drastis terhadap perubahan suhu lingkungan.Bayi baru lahir mengeluaran lebih dari 30% panas tubuhnya melalui kepala oleh karena itu perlu menggunakan penutup kepala untuk mencegah pengeluaran panas. Bila terlindung dari ingkungan yang ektrem, suhu tubuh bayi dipertahankan pada 35,5 ºC sampai 39,5ºC. Produksi panas akan meningkat seiring dengan pertumbuhan bayi memasuki anak-anak. Perbedaan secara individu 0,25ºC sampai 0,55 ºC adalah normal (Whaley and Wong, 1995). 2. Regulasi suhu tidak stabil sampai pubertas Rentang suhu normal turun secara berangsur sanpai seseorang mendekati masa lansia.Lansia mempunyai rentang suhu tubuh lebih sempit daripada dewasa awal.Suhu oral 35 ºC tidak lazim pada lansia dalam cuaca dingin.Nmun rentang shu tubuh pada lansia sekitar 36 ºC. Lansia terutama sensitif terhadap suhu yang ektrem karena kemunduran mekanisme kontrol, terutama pada kontrol vasomotor ( kontrol vasokonstriksi dan vasodilatasi), penurunan jumlah jaringan subkutan, penurunan aktivitas kelenjr keringat dan penurunan metabolisme. 3. Olahraga Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dalam pemecahan karbohidrat dan lemak.Hal ini menyebabkan peningkatan metabolisme dan produksi panas.Segala jenis olahraga dapat meningkatkan produksi panas akibatnya meningkatkan suhu tubuh.Olahraga berat yang lama, seperti lari jaak jauh, dapat meningatkan suhu tubuh untuk sementara sampai 41 ºC.
4. Kadar hormone Secara umum, wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar dibandingkan pria.Variasi hormonal selama siklus menstruasi menyebabkan fluktuasi suhu tubuh.Kadarprogesteron meningkat dan menurun secara bertahap selama siklus menstruasi. Bila kadar progesteron rendah, suhu tubuh beberapa derajat dibawah kadar batas. Suhu tubuh yang rendah berlangsung sampai terjadi ovulasi.Perubahan suhu juga terjadi pada wanita menopause.Wanita yang sudah berhenti mentruasi dapat mengalami periode panas tubuh dan berkeringat banyak, 30 detik sampai 5 menit. Hal tersebut karena kontrol vasomotor yang tidak stabil dalam melakukan vasodilatasi dan vasokontriksi (Bobak, 1993) 5. Irama Sirkadian Suhu tubuh berubah secara normal 0,5 ºC sampai 1 ºC selama periode 24 jam. Bagaimanapun, suhumerupakan irama stabil pada manusia.Suhu tubuh paling rendah biasanya antara pukul 1:00 dan 4:00 dini hari.Sepanjang hari suhu tubuh naik, sampai seitar pukul 18:00 dan kemudian turun seperti pada dini hari.Penting diketahui, pola suhu tidak secara otomatis pada orang yang bekerja pada malam hari dan tidur di siang hari.Perlu waktu 1-3 minggu untuk perputaran itu berubah. Secara umum, irama suhu sirkadian tidak berubah sesuai usia. Penelitian menunjukkan, puncak suhu tubuh adalah dini hari pada lansia (lenz,1984) 6. Stres Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan persarafan.Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan panas.Klien yang cemas saat masuk rumah sakit atau tempat praktik dokter, suhu tubuhnya dapat lebih tinggi dari normal. 7. Lingkungan Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam ruangan yang sangat hangat, klien mungkin tidak mampu meregulasi suhu tubuh melalui mekanisme pengluaran-panas dan suhu tubuh akan naik. Jika kien berada di lingkungan tanpa baju hangat, suhu tubh mungkin rendah karena penyebaran yang efektif dan pengeluaran panas yang konduktif.Bayi dan
lansia paling sering dipengaruhi oleh suhu lingkungan karena mekaisme suhu mereka kurang efisien. 8. Demam Terjadi karena mekanisme pengeluaran panas tidak mampu untuk mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas yang mengakiatkan peningkatan suhu abnormal. Demam biasanya tidak berbahaya jika 24 jam, bervariasi (1-2)oC.
b. Intermitten
: demam memuncak secara berseling dengan suhu
normal. c. Remitten
: demam memuncak dan turun tanpa kembali ke
tingkat suhu normal. d. Relaps
: periode episode demam diselingi dengan tingkat
suhu normal, episode
demam dengan normotermia dapat memanjang
lebih dari 24 jam. 9. Kelelahan akibat panas Terjadi bila diaphoresis yang banyak menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan.Juga disebabkan olehlingkungan yang panas. 10. Hipertermia Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas.Setiap penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. 11. Heatstroke Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas.Kondisi ini disebut heatstroke, kedaruratan yang berbahaya panas dengan angka mortalitas yg tinggi.Klien berisiko termasuk yang masih sangat muda atau sangat tua, yang memiliki penyakit kardiovaskular, hipotiroidisme,
diabetes atau alkoholik.Yang juga termasuk beresiko adalah orang yang mengkonsumsi obat
yang menurunkan kemampuan tubuh untuk
mengeluarkan panas (mis.Fenotiasin, antikolinergik, diuretik, amfetamin, dan antagonis reseptor beta- adrenergik) dan mereka yang menjalani latihan olahraga atau kerja yang berat (mis.Atlet, pekerja kontruksi dan petani).Tanda dan gejala heatstroke termasuk gamang, konfusi, delirium, sangat
haus,
mual,
kram
otot,
gangguan
visual,
dan
bahkan
inkotinensia.Tanda yang paling dari heatstroke adalah kulit yang hangat dan kering. Penderita heatstroke tidak berkeringat karena kehilangn elektrolit sangat berat dan malfungsi hipotalamus. Heatstroke dengan suhu lebih besar dari 40,5 ºC mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua organ tubuh. Tanda vital menyatakan suhu tubuh kadang-kadang setinggi 45 ºC, takikardia dan hipotensi. 12. Hipotermia Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin mempengaruhi mengakibatkan
kemampuan
tubuh
untuk
hipotermia.Hipotermia
memproduksi
diklasifikasikan
panas, melalui
pengukuran suhu inti.Hal tersebut dapat terjadi kebetulan atau tidak sengaja selama prosedur bedah untuk mengurangi kebutuhan metabolik dan kebutuhan tubuh terhada oksigen. Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan tidak diketahui selama beberapa jam.Ketika suhu tubuh turun menjadi 35 ºC, klien menglami gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan tidak mampu menila. Jika suhu tubuh turun di bawah 34,4 ºC, frekuensi jantung, pernafasan, dan tekanan darah turun. kulit menjadi sianotik.
E. MANIFESTASI KLINIK 1. Hipertermia Keadaan dimana ketika seorang individu mengalami atau 37,8oC peroral atau 38,8oC per rectal karena factor eksternal.
Pola hipertermi: a. Terus – menerus Merupakan pola demam yang tingginya menetap lebih dari 24 jam, bervariasi 1oC – 2oC. b. Intermiten Demam secara berseling dengan suhu normal, suhu akan kembali normal paling sedikit sekali 24 jam. c. Remiten Demam memuncak dan turun tanpa kembali kesuhu normal. 2. Hipotermia Suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu, kesulitan mengatasi suhu normal ketika suhunya berada dibawah 35oC (suhu dingin) Gejala : a. Penderita berbicara nglantur b. Kulit sedikit berwarna abu – abu (pucat) c. Detak jantung lemah d. Tekanan darah menurun dan terjadi kontraksi otot sebagai usaha untuk menghasilkan panas e. Demam (hiperpireksia) f. Demam (hiperpireksia) adalah kegagalan mekanisme pengeluaran panas
untuk mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan
produksi panas. g. Kelelahan akibat panas h. Terjadi bila diaphoresis yang banyak mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan, disebabkan oleh lingkunang yang terpapar oleh panas. 3. Heat stroke Paparan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas . kondisi ini disebut heat stroke.
Tanda dan gejala : a. Konvulsi, kram otot, inkontinensia b. Delirium ( gangguan mentaql yang berlangsung singkat, biasanya mencerminkan keadaan toksik yang ditandai oleh halusinasi,dll. c. Sangat haus d. Kulit sangat hangat dan kering
F. PATOFISIOLOGI Suhu tubuh kita dalam keadaan normal dipertahankan dikisarkan 36,8oC oleh pusat pengatur suhu didalam otak yaitu hipotalamus.
Dalam
pengatauransuhu tersebut selalu menjaga keseimbangan antara jumlah panas yang diproduksi tubuh dari metabolism dengan panas yang dilepas melalui kulit dan paru – paru sehingga suhu tubuh dapat mempertahankan dalam kisaran normal. Walaupun demikian, suhu tubuh dapat memiliki fluktuasi harian , yaitu sedikit lebih tinggi pada sore hari jika dibandingkan pagi harinya. Demam merupakan suatu kedaan dimana terdapat peningkatan pengaturan dipusat pengatur suhu diotak. Hal ini sama dengan pengaturan set point ( derajat celcius ) pada remote AC yang bilamana set point tersebut dinaikkan maka temperature, ruangan akan menjadi lebih hangat, maka nilai suhu tubuh dikatakan demam jika melebihi 37,2oC pada pengukuran dipagi hari dan atau melebihi 37,7oC pada pengukuran sore hari dengan menggunakan thermometer mulut.
G. Pathway 7. agens farmaseutikal, 8. aktivitas yang berlebihan, 9. berat badan ekstrem, 10. dehidrasi, 11. pakaian yang tidak sesuai untuk suhu lingkungan, 12. peningkatan kebutuhan oksigen,
1. 2. 3. 4.
perubahan laju metabolisme, sepsis, suhu lingkungan ekstrem, usia ekstrem (bayi prematur dan lansia), 5. kerusakan hipotalamus, 6. trauma.
Termoreseptor sentral (di hipotalamus bagian lain SSP dan organ abdomen
Termoreseptor perifer (kulit)
Pusat integrasi termoregulasi hipotalamus
Adaptasi perilaku
Kontrol produksi panas/pengura ngan panas
Risiko ketidakseimbanga n suhu tubuh
Neuron motorik
Sistem saraf simpatis
Sistem saraf simpatis
Otot rangka
Pembuluh darah
Kelenjar keringat
Kontrol produksi panas
Hipertermi
Kontrol pengurangan panas
Hipotermi
Ketidakefektifan termoregulasi
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan laboratorium 2. Pemeriksaan darah perifer lengkap 3. Pemeriksaan SGOT dan SGPT 4. Pemeriksaan widal 5. Pemeriksan urin
I.
PENATALAKSANAAN MEDIS 1. Penatalaksanaan pada pasien ini meliputi pemberian parachetamol tiap 4 – 6 jam 3 x1 bila panas. Diberikan infuse RL 20 tetes / menit dan untuk membantu mencukupi kebutuhan cairan dan membantu jalur masu obat parachetamol – cefotaxime sebagai antibiotic diberikan secara intravena dengan dosis 2x 1 g/hari.diberikan makanan rendah serat dan memperbaiki gizi pasien. 2. Perawatan Tirah baring absolute sampai minimal 7 hari bebas demam / kurang lebih selama 14 hari. 3. Posisi tubuh harus diubah setiap 2 jam untuk mencegah dekubitus 4. Mobilisasi sesuai kondisi 5. Diet 6. Makanan diberikan secara bertahap sesuai dengan keadaan penyakit Makanan mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein, tidak boleh mengandung banyak serat.
J. ASUHAN KEPERAWATAN 1.
PENGKAJIAN Identitas pasien Riwayat keperawatan Keluhan utama Riwayat penyakit sekarang Riwayat penyakit dahulu Riwayat penyakit keluarga
Pola fungsi kesehatan Pola persepsi dan pelaksana kesehatan Pola nutrisi dan metabolism Pola aktivitas dan latihan Pola eliminasi Pola istirahat dan tidur Pola persepsi dan konsep diri Pola sensori koknitif Pola hubungan dan peran Pola reproduksi dan seksual Pola penanggulangan stress Pola nilaqi dan kepercayaan Pemeriksaan Fisik Keadaan umum Tingkat kesadaran Pemeriksaan kepala System respirasi System kardiovaskuler System integumen System muskuluskeletal System gastrointestinal System abdomen
2.
DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Hipertermi Faktor yang berhubungan : Agens farmaseutical Aktivitas berlebihan dehidrasi iskemia pakaian yang tidak sesuai
peningkatan laju metabolism penurunan perspirasi penyakit Ditandai dengan : apnea gelisah stupor takipnea kulit terasa hangat vasodilatasi kulit kemerahan 2. Hipotermia Berhubungan dengan : Agens farmaseutical Kurang suplai lemak subkutan Trauma Pemakaian pakaian yang tidak adekuat Terapi radiasi Ditandai dengan : kulit dingin menggigil peningkatan konsumsi oksigen vasokonstriksi perifer
3. PERENCANAAN KEPERAWATAN Diagnosa Keperawatan 1. Risiko
NOC Termoregulasi
ketidakseimbangan
Deng3an
suhu tubuh (00005)
hasil:
Faktor risiko:
Pengaturan Suhu
kriteria
tubuh
Agens
dalam
rentang
farmaseutikal
normal
Aktivitas
yang
Berat
Nadi
dan
Tidak
ekstrem
perubahan
Cedera otak akut
warna kulit
Dehidrasi
Gangguan
RR
tekanan nadi
dan
ada
Monitor suhu dan warna kulit
Monitor
dan
laporkan
adanya
tanda dan gejala yang
dari hipotermia dan hipertermia
regulasi suhu
Tingkatkan intake
Pakaian yang tidak
cairan dan nutrisi
sesuai untuk suhu
adekuat
lingkungan
Monitor
respirasi
mempengaruhi
suhu
kebutuhan
darah,
rentang normal badan
Monitor
setiap 2 jam, sesuai
Suhu
berlebihan
NIC
Peningkatan
Instruksikan pasien
area
bagaimana
tubuh
mencegah
terhadap rasio berat
keluarnya
badan
dan serangan panas
permukaan
panas
Peningkatan
Diskusikan
kebutuhan oksigen
pentingnya
Perubahan
termoregulasi dan
laju
metabolisme
kemungkinan efek
Sedasi
negatif dari demam
Sepsis
yang berlebihan
Suhu
lingkungan
ekstrem
Informasikan pasien
Suplai
lemak
indikasi
subkutan
tidak.
kelelahan
mengenai adanya akibat
Memadai
panas
Termogenesis non-
penanganan
mengigil yang tidak
emergensi
efisien
tepat
Tidak beraktivitas
Usia ekstrem
dan
yang
Sesuaikan
suhu
lingkungan
untuk
kebutuhan pasien
Berikan
medikasi
yang tepat untuk mencegah mengontrol menggigil
Berikan pengobatan
dan
antipiretik,
sesuai
kebutuhan 2. Hipertermia (00007)
Termoregulasi
Faktor yang berhubungan
Dengan
Agens farmaseutikal
hasil:
Aktivitas berlebihan
dalam
Iskemia
normal
Pakaian yang tidak
sesuai Peningkatan
laju
metabolisme Penurunan persepsi
kriteria
Nadi
tubuh rentang
lainnya
Monitor
warna
kulit dan suhu dan
RR
Monitor
asupan
rentang normal
dan
Tidak
sadari perubahan
ada
keluaran,
perubahan
kehilangan cairan
warna kulit
yang
Penyakit
tak
dirasakan
Sepsis Suhu
Pantau suhu dan tanda-tanda vital
Suhu
Dehidrasi
Perawatan Demam
lingkungan
Bari
obat
cairan
atau
IV(misal
tinggi
antipiretik,
agen
Trauma
antibakteri,
dan
agen
anti
menggigil)
Tutup
pasien
dengan
selimut
atau
pakaian
ringan
Dorong konsumsi cairan
Fasilitasi istirahat; pembatasan aktivitas
Kompres
pada
lipatan paha dan aksila
Tingkatkan sirkulasi udara
Pantau komplikasikomplikasi yang berhubungan dengan
demam
serta tanda dan gejala
kondisi
penyebab demam
Pastikan
tanda
lain dari infeksi yang
terpantau
pada orangtua
Lembabkan bibir
dan
mukosa
hidung
yang
kering 3. Hipotermia (00006)
Termoregulasi
Faktor yang berhubungan
Dengan
Agens farmaseutikal
hasil:
Berat badan ekstrem
dalam
Kerusakan
normal
hipotalamus Konsumsi alkohol Kurang pengetahuan pemberi
asuhan
tentang pencegahan
kriteria
Nadi
menggunakan alat
rentang
pengukur dan rute yang paling tepat
dan
RR
subkutan
rentang normal
dari
Tidak
yang dingin
perubahan
ada
warna kulit
lingkungan
Bebaskan pasien dari pakaian yang
Dorong yang
Lingkungan bersuhu rendah
pasien
mengalami
hipotermia uncomplicated
Malnutrisi
untuk pakaian
yang tidak adekuat
metabolisme
Bebaskan pasien
dingin dan basah
Kurang suplai lemak
Penurunan
suhu
tubuh
hipotermia
Pemakaian
Monitor pasien,
Suhu
Ekonomi rendah
Perawatan Hipotermi
laju
mengkonsumsi cairan
hangat,
tinggi karbohidrat tanpa alkohol atau
Terapi radiasi Tidak beraktivitas
kafein
Transfer panas (mis.,
Berikan pemanas yang
pasif
konduksi, konveksi,
(misalnya selimut,
evaporasi, radiasi)
pakaian
Trauma Usia ekstrem
hangat,
tutup kepala)
Berikan pengobatan dengan hati-hati
Monitor
adanya
gejala-gejala yang berhubungan dengan hipotermia ringan
Monitor syok
adanya
pemanasan
kembali
Monitor kulit
warna
dan
suhu
kulit
Identifikasi faktor medis, lingkungan dan yang
faktor
lain
mungkin
memicu hipotermia 4. Ketidakefektifan
Termoregulasi
termoregulasi (00008) Faktor yang berhubungan
Fluktuasi
suhu
Dengan
Monitor
kriteria vital
hasil:
Suhu
lingkungan
dalam
Penyakit
normal
Trauma
Usia yang ekstrem
Nadi
tubuh
Monitor
tekanan
darah, nadi, suhu,
rentang
dan
status
pernafasan dengan dan
RR
rentang normal
tanda-tanda
tepat
Monitor
dan
laporkan
tanda
perubahan
dan
gejala
warna kulit
hipotermia
Tidak
ada
dan
hipertermia
Monitor irama dan laju pernafasan
Monitor
suara
paru
Monitor
pola
pernapasan abnormal
Monitor kulit, kelembaban
warna suhu,
Monitor
sianosis
sentral dan perifer
EVALUASI Dari hasil evaluasi yang sudah tertulis yang diharapkan gangguan termoregulasi teratasi.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. 2006. Pengantar kebutuhan dasar manusia : aplikasi konsep dan proses keperawatan. Buku 2, Surabaya : Salemba Medika Potter, perry, 2005. Fundamental Keperawatan. Hal, 2. Jakarta : EGC NANDA 2015-2017. NIC 2015-2017 NOC 2015-2017