LP Gangguan Termoregulasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA GANGGUAN TERMOREGULASI



OLEH ANGGI AINUN NISA PO7120421003



PRECEPTOR RUANGAN



PRECEPTOR INSTITUSI



PROFESI NERS ANGKATAN 5 POLTEKKES KEMENKES PALU T.A 2021 - 2022



A. Konsep Gangguan Kebutuhan Dasar 1. Definisi Termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologi tubuh manusia mengenai keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat di perhatikan secara konstan (Aziz, 2012). Mekanisme fisiologis dan perilaku mengatur keseimbangan antara panas yang hilang dan dihasilkan atau lebih sering disebut sebagai termoregulasi. Mekanisme tubuh harus mempertahankan hubungan antara produksi panas dan kehilangan panas agar suhu tubuh tetap konstan dan normal. Hubungan ini diatur oleh mekanisme neurologis dan kardiovaskuler (Potter dan Perry, 2010). Normalnya suhu tubuh berkisar 36º - 37ºC, suhu tubuh sapat diartikan sebagai keseimbangan antara panas yang diproduksi dengan panas yang hilang dari tubuh. Kulit merupakan organ tubuh yang bertanggung jawab untuk memelihara suhu tubuh agar tetap normal dengan mekanisme tertentu. Produksi panas dapat meningkat atau menurun dapat dipengaruhi oleh berbagai sebab, misalnya penyakit atau stres. Suhu tubuh yang terlalu ekstrim baik panas maupun dingin dapat memicu kematian. 2. Etiologi Menurut Potter & Perry (2005) dalam Sari M (2017) : a. Usia Pada bayi dan balita belum terjadi kematangan mekanisme pengaturan suhu tubuh sehingga dapat terjadi perubahan suhu tubuh yang drastis terhadap lingkungan. Pastikan mereka mengenakan pakaian yang cukup dan hindari pajanan terhadap suhu lingkungan. Seorang bayi baru lahir dapat kehilangan 30% panas tubuh melalui kepala sehingga ia harus menggunakan tutup kepala untuk mencegah kehilangan panas. suhu tubuh bayi baru lahir antara 35,5–37,5°C. Regulasi tubuh baru mencapai kestabilan saat pubertas. Suhu normal akan terus menurun saat seseorang semakin tua. Para dewasa tua memiliki kisaran suhu tubuh yang lebih rendah dibandingkan dewasa muda. Suhu oral senilai 35°C pada lingkungan dingin cukup umum ditemukan pada dewasa tua. Namun rata - rata suhu tubuh dari dewasa tua adalah 36°C. Mereka lebih sensitif terhadap suhu yang ekstrem karena perburukan mekanisme pengaturan,



terutama pengaturan vasomotor (vasokontriksi dan vasodilatasi) yang buruk, berkurangya aktivitas kelenjar keringat dan metabolisme yang menurun. b. Olahraga Aktivitas otot membutuhkan lebih banyak darah serta peningkatan pemecahan karbohidrat dan lemak. Berbagai bentuk olahraga meningkatkan metabolisme dan dapat meningkatkan produksi panas sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh. Olahraga berat yang lama seperti lari jarak jauh dapat meningkatkan suhu tubuh sampai 41 °C. c. Kadar hormon Umumnya wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar. Hal tersebut dikarenakan adanya variasi hormonal saat siklus menstruasi. Kadar progesteron naik dan turun sesuai siklus menstruasi. Saat progesteron rendah, suhu tubuh berada dibawah suhu dasar yaitu sekitar1/10nya. Suhu ini bertahan sampai terjadi ovulasi, kadar progesteron yang memasuki sirkulasi akan meningkat dan menaikan suhu tubuh kesuhu dasar atau kesuhu yang lebih tinggi. Variasi suhu ini dapat membantu mendeteksi masa subur seorang wanita. Perubahan suhu tubuh juga terjadi pada wanita saat menopause. Mereka biasanya mengalami periode panas tubuh yang intens dan prespirasi selama 30 detik sampai 5 menit. Pada periode ini terjadi peningkatan disebut hot flashes.Hal ini diakibatkan ketidakstabilan pengaturan vasomotor. d. Irama sirkadian Suhu tubuh yang normal berubah 0,5 sampai 1°C selama periode 24 jam. Suhu terendah berada diantara pukul 1 sampai 4 pagi (gambar 32- 2). Pada siang hari suhu tubuh meningkat dan mencapai maksimum pada pukul 6 sore, lalu menurun kembali sampai pagi hari. Pola suhu ini tidak mengalami perubahan pada individu yang bekerja di malam hari dan tidur di siang hari. Dibutuhkan 1 sampai 3 minggu untuk terjadinya pembalikan siklus. Secara umum, irima suhu sirkardian tidak berubah seiring usia. e. Stres Stres fisik maupun emosional meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan saraf. Perubahan fisologis ini meningkatkan



metebolisme, yang akan meningkatkan produksi panas. Pasien yang gelisah akan memiliki suhu normal yang lebih tinggi. f. Lingkungan Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Tanpa mekanisme kompensasi yang tepat, suhu tubuh manusia berubah mengikuti suhu lingkungan. Suhu lingkungan lebih berpengaruh terhadap anak-anak dan dewasa tua karena mekanisme regulasi suhu mereka yang kurnag efisien. Selain itu sejumlah faktor yang berpengaruh terhadap produksi panas tubuh yang lain menurut Kozier, et al., (2010) antara lain : a. Laju Metabolisme Basal (BMR) Laju metabolisme basal (BMR) merupakan lagi penggunaan energi yang diperlukan tubuh untuk mempertahankan aktivitas penting seperti bernapas. Laju metabolisme akan meningkat seiring dengan peningkatan usia. Pada umumnya, semakin muda usia individu, semakin tinggi BMR- nya. b. Aktivitas otot Aktivitas otot , termasuk menggigil akan meningkatkan laju metabolisme. c. Sekresi tiroksin Peningkatan sekresi tiroksin akan meningkatkan laju metabolisme sel di seluruh tubuh. Efek ini biasanya disebut sebagai termogenesis kimiawi, yaitu stimulasi untuk menghasilkan panas di seluruh tubuh melalui peningkatan metabolisme seluler. d. Stimulasi epinefrin, norepinefrin, dan simpatis. Hormon ini segera bekerja meningkatkan laju metabolisme seluler di banyak jaringan tubuh. Epinefrin dan norepinefrin langsung bekerja mempengaruhi sel hati dan sel otot, yang kemudian akan meningkatkan laju metabolisme seluler. e. Demam Demam dapat meningkatkan laju metabolisme dan kemudian akan meningkatkan suhu tubuh. Klasifikasi demam menurut Nurarif (2015) antara lain : a. Demam septik Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.



b. Demam remiten Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal, penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik. c. Demam intermiten Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam dintara dua serangan demam disebut kuartana. d. Demam kontinyu Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia. e. Demam siklik Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.



3. Patofisiologi dan Pathway Suhu tubuh secara normal dipertahankan di kisaran 37ºC oleh pusat pengatur suhu di dalam otak yaitu hipotalamus. Pusat pengatur suhu tersebut selalu menjaga keseimbangan antara jumlah panas yang diproduksi tubuh dari metabolisme dengan panas yang dilepas melalui kulit dan paru sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan dalam kisaran normal. Walaupun demikian, suhu tubuh memiliki fluktuasi harian yaitu sedikit lebih tinggi pada sore hari jika dibandingkan pagi harinya. Demam ini terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh pirogen oksigen yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologi yang tidak berdasarkan suatu infeksi. Dewasa ini diduga bahwa pirogen adalah suatu protein yang identik dengan interleukin 1. Di dalam



hipotalamus zat ini merangsang pelepasan asam arakidonat serta mengakibatkan peningkatan sintetis prostaglandin E2 yang langsung dapat menyebabkan pireksia. Pengaruh autonom akan mengakibatkan terjadinya vasokontriksi perifer sehingga pengeluaran (dissipasion) panas menurun dan penderita merasa demam. Suhu badan dapat bertambah tinggi lagi karena meningkatnya aktivitas metabolisme yang juga mengakibatkan



penambahan



produksi



panas



dan



karena



kurang



adekuat



penyalurannya kepermukaan, maka rasa demam bertambah pada seorang penderita. Demam timbul sebagai respon terhadap pembentukan interleukin 1 yang disebut pirogen endogen. Interleukin 1 disebabkan oleh neurotrofil akif, makrofag dan sel– sel yang mengalami cidera. Interleukin 1 tampaknya menyebabkan panas dengan menghasilkan prostaglandin yang merangsang hipotalamus. Apabila sunber interleukin 1 dihilangkan (misalnya setelah sistem imun berhasil mengatasi mikroorganisme), maka kadarnya akan turun. Hal ini akan mengembalikan titik patokan suhu ke normal. Untuk jangka waktu singkat, suhu tubuh akan tertinggal dari pengembalian titik patokan tersebut dan hipotalamus akan menganggap bahwa suhu tubuh terlalu tinggi. Sebagai responnya hipotalamus akan merangsang berbagai respon misalnya berkeringat untuk mendinginkan tubuh.



Pathway Berbagai hasil pemecahan



Toksin bakteri



Komplek imun



pada kerusakan jaringan



Laju metabolik meningkat



Kerja otot meningkat Kelemahan Intoleransi aktivitas



Masukan nutrisi in adekuat



Pelepasan pirogen ke dalam tubuh



Suhu tubuh meningkat



Ketidakseimba n gan nutrisi : kurang dari kebutuhan



Pembebasan interlikulin 1 oleh neutrofil, makrofag dan sel yang cedera Menghasilkan prostaglandin Merangsang suhu di hipotalamus Mengirim impuls ke pusat vasomotor Pengaturan suhu tidak seimbang Metabolisme meningkat Hipertermi



4. Manifestasi klinik a. Demam Demam terjadi karena mekanisme pengeluaran panas tidak mampu untuk mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas, yang mengaibatkan peningkatan suhu tubuh abnormal. Demam biasanya tidak berbahaya jika berada pada suhu dibawah 39oC. demam sebenarnya merupakan akibat dari perubahan set point hipotalamus.



b. Kelelahan akibat panas Kelelahan akibat panas terjadi bila diaphoresis yang banyak mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebih.disebabkan oleh lingkungan yang terpajan panas. Tanda dan gejala kurang volume cairan adalah hal yang umum selama kelelahan akibat panas. c. Hipertermia Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas adalah hipertermia. Biasanya suhu tubuh mencapai >40oC. (Sari M, 2017) 5. Penatalaksanaan a. Pemberian obat Antipiretik seperti paracetamol, asetaminofen untuk membantu dalam penurunan panas b. Pemberian Antibiotik sesuai indikasi c. Terapi keperawatan nonfarmakologis juga dapat digunakan untuk menurunkan demam dengan cara peningkatan pengeluaran panas melalui evaporasi, konduksi, konveksi, atau radiasi. Secara tradisional perawat telah menggunakan mandi tepid sponge, mandi dengan menggunakan larutan air alkohol, kompres es pada daerah aksila dan lipatan paha. (Grainger, A. 2013. Principles of temperature monitoring. Nursing Standard, 27(50), 48-55 dalam SIKI).



6. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan Laboratorium meliputi : 1) Pemeriksaan darah lengkap Untuk mengidentifikasi kemungkinan terjadinya resiko infeksi 2) Pemeriksaan urin 3) Uji widal Uji widal aalah suatu reaksi antigen dan antibody / agglutinin. Agglutininyang spesifik terdapat salmonella terdapat serum demam pasien. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan telah diolah di laboratoriaum. Maksud uji Widal ini adalah untuk menentukan adanya agglutinin dalam serum pasien yang disangka menderita demam thypoid



4) Pemeriksaan elektrolit : Na, K, Cl e 5) Uji tourniquet 6) Pemeriksaan SGOT (Sserum glutamat Oksaloasetat Transaminase) dan ISGPT (Serum Glutamat Piruvat Transaminase) SGOT SGPT sering meningkat tetapi kembali normal setelah sembuhnya demam, kenaikan SGOT SGPT tidak memerlukan pembatasan pengobatan b. Biopsi pada tempat-tempat yang dicurigai, juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti angiografi, autografi atau limfangi giografi. 7. Komplikasi a. Kerusakan sel-sel dan jaringan b. Kematian



B. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Identitas klien Nama ,umur, jenis kelamin, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan,agama, tanggal MRS, status perkawinan, tanggal pengkajian, sumber informasi b. Riwayat kesehatan 1) Diagnosa medik Trombositopenia 2) Keluhan utama Keluhan utama yang menyebabkan klien dibawa ke rumah sakit 3) Riwayat penyakit sekarang Riwayat penyakit yang dialami sekarang dan apa ada penyakit penyerta 4) Riwayat kesehatan dahulu Klien pernah mengalami penyakit seperti ini atau tidak, penyakit yang pernah dialami klien 5) Riwayat kesehatan keluarga Terdapatnya riwayat keluarga yang mengalami DBD atau tidak c. Pemeriksaan fisik: Pemeriksaan Fisik difokuskan kepada : 1) Kulit dan



Membran



Mukosa



: Purpura,



Hemoraghi



subkutan,



Hematoma dan Sianosis akral 2) Sistem GI : Mual, muntah, nyeri pada abdomen, dan peningkatan lingkar abdomen 3) Sistem Urinaria : hematuria 4) Sistem Pernapasan : dispnea. takipnea, sputum mengandung darah (hemoptisis) 5) Sistem Kardiovaskular : hipertensi, frekuensi jantung meningkat dan nadi perifer tak teraba 6) Sistem



Saraf



:



perubahan



tingkat



kesadaran,



gelisah



dan



ketidakstabilan vasomotor 7) Sistem Muskuloskeletal : nyeri otot sendi dan punggung 2. Diagnosa keperawatan a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan suhu tubuh diatas nilai normal (D.0130) b. Resiko



defisit nutrisi berhubungan



mengabsorbsi nutrient (D.0032)



dengan



ketidakmampuan



untuk



c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen (D.0056)



3. Intervensi keperawatan N



DIAGNOSA



Tujuan dan Kriteria Hasil



Intervensi



Hipertermi



Setelah



(D.0130)



diharapkan suhu tubuh dalam rentang normal (L.14134)



O 1.



dilakukan



tindakan



keperawatan



selama



... x ...



a. Observasi



Kriteria Hasil : Meningkat



Cukup



Sedan



meningka g



Cukup



Menurun



menurun



t 1 Menggigil 1



2



3



4



5



Memburuk



Cukup



Sedan



Cukup



Membaik



memburu



g



membaik



k 2 Suhu tubuh 1



2



3



4



5



3 Suhu kulit 1



2



3



4



Manajemen Hipertermi (I.15506)



5



-



Identifikasi penyebab hipertermi



-



Monitor suhu tubuh



-



Monitor kadar elektrolit



-



Monitor keluaran urin



-



Monitor komplikasi akibat hipertermi



b. Terapeutik -



Sediakan lingkungan yang dingin



-



Longgarkan atau lepaskan pakaian



-



Basahi dan kipasi permukaan tubuh



-



Berikan cairan oral



-



Hindari pemberian antipiretik



-



Berikan oksigen jika perlu



c. Edukasi -



Anjurkan tirah baring



d. Kolaborasi -



Kolaborasi



pemberian



cairan



dan



elektrolit intravena, jika perlu 2.



Resiko defisit



Setelah



dilakukan



tindakan



keperawatan



nutrisi



diharapkan status nutrisi terpenuhi (L.03030)



(D.0032)



Kriteria hasil :



selama



... x ... a. Observasi -



Monitor asupan dan keluarnya makanan dan cairan serta kebutuhan kalori



Cukup



Sedan



Cukup



n



menuru



g



meningka t



-



Timbang berat badan secara rutin



t



-



Diskusikan perilaku makan dan jumlah



n



Meningka



b. Terapeutik



Menuru



aktivitas fisik (termasuk olahraga) yang



1 Porsi makan yang dihabiskan 1



2



3



4



-



2 Berat badan atau IMT 1



2



3



4



2



3



4



2 2



ke



kamar perilaku



mandi



untuk



memuntahkan



kembali makanan 3



4



5



-



3



Berikan



penguatan



positif



terhadap



keberhasilan target sesuai kontrak



5 Perasaan cepat kenyang 1



Dampingi pengamatan



5



4 Nafsu makan 1



Lakukan kontrak perilaku (mis. Target berat badan, tanggung jawab perilaku)



5



3 Frekuensi makan 1



sesuai



5



4



5



-



Rencanakan program pengobatan untuk perawatan di rumah



c. Edukasi



-



Anjurkan membuat catatan harian tentang perasaan dan situasi pemicu pengeluaran makanan



-



Ajarkan pengaturan diet yang tepat



-



Ajarkan



ketrampilan



koping



untuk



penyelesaian masalah perilaku makan d. Kolaborasi Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target berat badan, kebutuhan kalori dan pilihan makanan 3.



Intoleransi



Setelah



dilakukan



aktivitas



diharapkan toleransi aktivitas meningkat (L.05047)



(D.0056)



Kriteria Hasil : Menurun



1



keperawatan



selama



... x ...



-



Identifikasi



gangguan



fungsi



tubuh



yang mengakibatkan kelelahan



Cukup



Sedan



Cukup



Meningka



menurun



g



meningka t



-



Monitor pola dan jam tidur



t



-



Monitor kelelahan fisik dan emosional



2



3



4



5



Kekuatan tubuh bagian atas dan bawah 1



Manajemen energi (I.05178) a. Observasi



Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari 1



2



tindakan



2



Meningka Cukup



3



4



5



Sedan



Cukup



Menurun



b. Edukasi -



Anjurkan tirah baring



-



Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap



c. Terapeutik -



Sediakan



lingkungan



nyaman



dan



t



meningka



g



rendah stimulus



menurun



t 3



2



3



4



5



2



-



Berikan



aktivitas



distraksi



menyenangkan



Dispnea saat aktivitas 1



Lakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif



Keluhan lelah 1



4



-



3



4



5



d. Kolaborasi Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan



yang



4. Implementasi Keperawatan Implementasi keperawatan biasanya disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan.Tujuan dari pelaksanaan adalah mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping (Nursalam, 2012). 5. Evaluasi Keperawatan Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan



seberapa



jumlah



diagnosa



keperawatan,



rencana



tindakan,



dan



penatalaksanaannya sudah berhasil dicapai. Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatan, evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan (Nursalam, 2012).



DAFTAR PUSTAKA A.Azis Alimul Hidayat & Musrifatul Uliyah. 2012. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia ( KDM ), Pendekatan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Surabaya : Health Books Publishing. Grainger, A. 2013. Principles of temperature monitoring. Nursing Standard, 27(50), 48- 55 dalam SIKI Kozier, et al. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta : EGC. Nurarif. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda nic noc. Yogyakarta : MediAction. Potter & Perry. 2010. Fundamental Keperawatan Konsep, proses, dan praktik. Volume 1. Jakarta : EGC. Sari M. 2017. Asuhan Keperawatan Pada An. A dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Peningkatan Suhu Tubuh: Hipertermi di Lingkungan 1 Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : PPNI Nursalam. (2012). Konsep dan Penerapan Metodeologi Ilmu Keperawatan. Jakarta: SalembaMedika.