LP Tumor [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN Tn. “S” DENGAN TUMOR PEDIS DI RUANG PERAWATAN BEDAH AR-RAHMAN RSUD HAJI MAKASSAR



OLEH : AGATHA AYU MARIA GALA, S.Kep NS0619061



CI LAHAN



CI INSTITUSI



(…………….)



(…………….)



PROGRAM PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) NANI HASANUDDIN MAKASSR 2020



LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN 1.1 Laporan Pendahuluan 1.1.1 Konsep Penyakit/ Kasus Tumor Pedis 1.1.2 Definisi Kasus Tumor Tulang merupakan kelainan pada system musculoskeletal yang bersifat neoplastik. Dalam arti sempit berarti benjolan, sedangkan setiap pertumbuhan yang baru dan abnormal di sebut neoplasma. Pertumbuhan neoplasma dalam tulang kemungkinan beningna (jinak) atau maligna (ganas) (Nuratif & Kusuma, 2015). Pedis atau Kaki, merupakan bagian paling distal dari ekstremitas inferior. Pedis dibagi dalam dua sisi yakni dorsum pedis dan plantar pedis. (Basicmedicalkey, 2016). Kedua sisi tersebut memiliki susunan soft tissue yang sama yaitu jaringan lemak, otot, jaringan fibrous (tendon dan ligamen), jaringan synovial pada sendi, pembuluh darah, pembluh limfe, dan saraf perifer namun dengan komposisi yang berbeda sesuai dengan fungsinya (Amira, 2017). 1.1.3 Patofisiologi Perkembangan tumor belum diketahui secara pasti. Massa jaringan lunak, secara umum membentuk sekelompok lesi beragam dan kompleks yang mungkin menampakkan berbagai derajat diferensiasi mesenkim dan tidak diklasifikasikan menurut lokasi anatomisnya. Sebagian besar bersifat sporadic dan tidak memiliki definisi etiologi yang jelas. Namun, sebagian kecil lesi ini mungkin memiliki faktor predisposisi genetic, sekunder akibat trauma, serta terkait kondisi metabolik seperti diabetes mellitus atau hiperlipidemia, mungkin terkait dengan trauma tidak langsung atau yang terlokalisir, atau mungkin terkait dengan paparan karsinogen, limfedema, atau terapi radiasi sebelumnya. Gen EWSRI, juga dikenal sebagai EWS, merupakan salah satu gen yang paling sering dilibatkan dalam translikasi sarcoma. Gen ini sebenarnya juga terlibat dalam berbagai macam lesi mesenkim yang mencakup tumor sel bulat kecil desmoplastik, sarcoma sel



jernih,



histiositoma



fibrosa



angiomatoid,



kondrosarkoma



miksoid



ekstraskeletal, dan subset dari liposarkoma miksoid (Amira, 2017). 1.1.4 Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan neurologis. 2. Pemeriksaan radiologis menyatakan adanya segitiga codman dan destruksi tulang. 3. CT Scan: dapat member informasi tentang keberadaan tumor apakah intrauseus atau ekstrauseus. 4. Pemeriksaan biopsy. 5. Skrining tulang untuk melihat penyebaran tumor. 6. Pemeriksaan darah: laju endap darah, hemoglobin, serum alkali fosfatase, pemeriksaan urin. 7. MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada tulang dan penyebaran pada jaringan lunak sekitarnya. 8. Pemeriksaan dengan mikroskop electron (Nuratif & Kusuma, 2015).



1.1.5 Penatalaksanaan Medis Terbaru. Penatalaksanaan Tumor jinak biasanya tidak terlalu sulit di bandingkan tumor ganas.. Apabila suatu lesi pada tumor di curigai sebagai suatu keganasan maka penderita sebaiknya dirawat untuk pemeriksaan lengkap, pemeriksaan darah, CT scan dan biopsi tumor. 1. Terapi Operatif Eksisi tumor dengan cara operasi dapat dilakukan dengan beberapa teknik antara lain : -



Intralesional atau intrakapsuler. Teknik ini dilakukan dengan eksisi/ kuretase tumor, tidak dianjurkan pada tumor ganas dan biasanya dilakukan pada kelompok low grade tumor, misalnya giant cell tumor.



-



Eksisi marginal, adalah pengeluaran tumor diluar dari kapsulnya. Teknik ini terutama dilakukan pada tumor jinak atau tumor ganas jenis low garade malignancy.



-



Eksisi luas (eksisi en-bloc). Pada eksisi luar, tumor dikeluarkan secara utuh disertai jaringan disekitar tumor yang berupa



pseudokapsul atau jaringan yang bereaksi diluar. Tindakan eksisi luas dilakukan pada tumor ganas dan biasanya dikombinasi dengan pemberian kemoterapi atau radioterapi pada pre/ pasca operasi. -



Operasi radikal, Operasi radikal dilakukan seperti pada eksisi luas dan di tambah dengan pengeluaran seluruh tulang serta sendi dan jaringan sebagai suatu bagian yang utuh. Cara ini biasanya berupa amputasi anggota gerak di atasnya dan di sertai pengeluaran sendi atasnya. Dengan staging yang tepat serta pemberian kemoterapi untuk mengontrol penyebaran tumor, tindakan amputasi dapat di hindarkan dengan suatu teknik yang disebut limbsparin surgery (limb-saving procedure) yaitu berupa eksisi yang luas di sertai dengan penggantian anggota gerak dengan mempergunakan bone graft atau protesis yang disesuaikan dengan anggota gerak tersebut yang dibuat khusus secara individu.



2. Radioterapi Radiasi dengan energy tinggi merupakan suatu cara eradikasi tumor ganas radiosensitive dan dapat juga sebagai tindakan awal sebelum tindakan operasi di lakukan. Kombinasi radioterapi dapat diberikan dengan kemoterapi. Radioterapi dilakukan pada keadaan-keadaan yang in operable misalnya adanya metastasis atau keadaan local yang tidak memungkinkan untuk tindakan operasi (Nuratif & Kusuma, 2015). 1.1.6 Konsep Tindakan Keperawatan Yang Diberikan. a. Nyeri Akut Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan (PPNI, 2017). Penyebab -



Agen cedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma).



-



Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan).



-



Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat



berat,



prosedur



operasi,



trauma



latihan



fisik



berlebihan. Gejala dan Tanda Mayor Subjektif



Objektif



Mengeluh nyeri



Tampak meringis Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindari nyeri) Gelisah Frekuensi nadi meningkat Sulit tidur



Gejala dan Tanda Minor Subjektif



Objektif



(Tidak Tersedia)



Tekanan darah meningkat. Pola nafas berubah. Nafsu makan berubah Proses berpikir terganggu Menarik diri Berfokus pada diri sendiri Diaforesis.



Kriteria Hasil Kontrol nyeri -



Melaporkan nyeri terkontrol.



-



Kemampuan mengenali onset nyeri.



-



Kemampuan menggunakan teknik nonfarmakologi.



-



Keluhan nyeri (meningkat) menjadi (menurun) (PPNI, 2019).



Intervensi. Manajemen nyeri Observasi -



Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.



-



Identifikasi skala nyeri.



-



Identifikasi respons nyeri non verbal.



-



Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri.



-



Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri.



-



Identifikasi pengaruh nyeri dan kualitas hidup.



-



Monitor efek samping penggunaan analgetik.



Terapeutik -



Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri.



-



Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri.



-



Fasilitasi istirahat dan tidur.



-



Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri.



Edukasi -



Jelaskan strategi meredakan nyeri.



-



Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.



-



Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat.



-



Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.



Kolaborasi -



Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu (PPNI, 2018).



b. Intoleransi aktifitas. Definisi : Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas seharihari (PPNI, 2017). Penyebab : Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. Tirah baring. Kelemahan. Imobilitas. Gaya hidup monoton.



Gejala dan tanda mayor Subjektif



Objektif



Mengeluh lelah



Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat.



Gejala dan tanda minor Subjektif



Objektif



Dispnea saat/setelah aktivitas



Tekanan darah berubah >20% dari



Merasa tidak nyaman setelah



kondisi istirahat.



beraktifitas



Gambaran EKG menunjukkan



Merasa lemah



aritmia saat/ setelah aktifitas. Gambaran EKG menunjukkan iskemia. Sianosis.



Kriteria Hasil Toleransi Aktifitas -



Kemudahan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.



-



Kecepatan berjalan meningkat.



-



Kekuatan tubuh bagian atas meningkat.



-



Perasaan lemah menurun.



-



Tekanan darah membaik (PPNI, 2019).



Intervensi Manajemen Energi Observasi -



Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan.



-



Monitor kelelahan fisik dan emosional.



-



Monitor pola tidur dan jam tidur.



-



Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktifitas.



Terapeutik -



Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya, suara kunjungan).



-



Lakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif.



-



Berikan aktifitas distraksi yang menenangkan.



-



Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan.



Edukasi -



Anjurkan tirah baring.



-



Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap.



-



Anjurkan menghubungkan perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang.



-



Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan.



Kolaborasi -



Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan (PPNI, 2018).



c. Gangguan pola tidur. Definisi : Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal (PPNI, 2017). Penyebab -



Hambatan lingkungan (mis. Kelembapan lingkungan sekitar, suhu lingkungan, pencahayaan,kebisingan, bau tidak sedap, jadwal pemantauan/pemeriksaan/tindakan).



-



Gejala penyakit.



-



Kurang kontrol tidur.



-



Kurang privasi.



-



Restraint fisik.



-



Ketiadaan teman tidur.



-



Tidak familiar dengan peralatan tidur.



Gejala dan Tanda Mayor Subjektif



Objektif



Mengeluh sulit tidur.



(tidak tersedia)



Mengeluh sering terjaga. Mengeluh tidak puas tidur. Mengeluh pola tidur berubah. Mengeluh istirahat tidak cukup. Gejala dan Tanda Minor Subjektif Mengeluh kemampuan



Objektif (tidak tersedia)



beraktivitas menurun. Kriteria Hasil -



Keluhan sulit tidur menurun.



-



Keluhan pola tidur membaik.



-



Keluhan istirahat membaik.



-



Kemampuan beraktifitas meningkat (PPNI, 2019).



Intervensi Observasi -



Identifikasi pola aktivitas dan tidur.



-



Identifikasi faktor pengganggu tidur.



-



Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur.



-



Identifikasi obat tidur yang di konsumsi.



Terapeutik -



Modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaan, kebisingan, suhu, matras, dan tempat tidur).



-



Tetapkan jadwal tidur rutin.



-



Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan.



-



Sesuaikan



jadwal



pemberian



obat



dan/atau



tindakan



untuk



menunjang siklus tidur terjaga. Edukasi -



Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit.



-



Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur.



-



Anjurkan menghindari makanan/minuman yang mengganggu tidur.



-



Anjurkan penggunaan obat tidur yang tidak mengandung supresor terhadap tidur.



-



Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur (mis. Psikologis, gaya hidup, sering berubah shift bekerja).



-



Ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara nonfarmakologi (PPNI, 2018).



d. Resiko infeksi. Definisi : Beresiko mengalami peningkatan terserng organisme patogenik (PPNI, 2017). Faktor risiko -



Penyakit kronis (mis. Diabetes Melitus).



-



Efek prosedur invasive.



-



Malnutrisi.



-



Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan.



-



Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer.



-



Gangguan peristaltic.



-



Kerusakan integritas kulit.



-



Perubahan sekresi Ph.



-



Penurunan kerja siliaris. Merokok Status cairan tubuh



Kondisi klinis terkait -



Luka bakar



-



Penyakit paru obstruksi kronis



-



Diabetes mellitus



-



Tindakan invasive



-



Kondisi penggunaan terapi steroid



-



Penyalahgunaan obat



-



Kanker



-



Gagal ginjal



-



Gangguan fungsi hati



Kriteria Hasil -



Kemerahan meningkat-menurun.



-



Kultur area luka membaik.



-



Cairan berbau busuk meningkat-menurun.



-



Nyeri meningkat-menurun.



-



Gangguan kognitif meningkat-menurun (PPNI, 2019).



Intervensi Pencegahan infeksi Observasi -



Monitor tanda dan gejala infeksi.lokal dan sistemik.



Terapeutik -



Batasi jumlah pengunjung.



-



Berikan perawatan kulit pada area edema.



-



Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien.



-



Pertahankan teknik aseptic pada pasien beresiko tinggi.



Edukasi -



Jelaskan tanda dan gejala infeksi.



-



Ajarkan mencuci tangan dengan benar.



-



Ajarkan etika batuk



-



Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi.



-



Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi.



-



Anjurkan meningkatkan asupan cairan.



Kolaborasi -



Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu (PPNI, 2018).



e. Defisit pengetahuan. Definisi : Keadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu (PPNI, 2017). Penyebab Keteratasan kognitif Gangguan fungsi kognitif Kekeliruan mengikuti anjuran Kurang terpapar informasi Kurang minat dalam belajar Kurang mampu mengingat Ketidaktahuan menemukan sumber informasi Gejala dan tanda Mayor Subjektif



Objektif



Menanyakan masalah yang



menunjukkan perilaku tidak



dihadapi



sesuai anjuran Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah.



Gejala dan tanda Minor Subjektif



Objektif



(tidak tersedia)



Menjalani pemeriksaan yang tidak Tepat



Kriteria Hasil Tingkat Pengetahuan -



Perilaku sesuai anjuran menurun-meningkat.



-



Kemampuan menjelaskan tentang suatu topik menurun-meningkat.



-



Perilaku sesuai dengan pengetahuan menurun-meningkat.



-



Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun-meningkat (PPNI, 2019).



Intervensi Edukasi Kesehatan Observasi -



Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi.



-



Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat.



Terapeutik -



Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan.



-



Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan.



-



Berikan kesempatan untuk bertanya.



Edukasi -



Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan.



-



Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat.



-



Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PPNI, 2018).



1.2 Pengkajian Di dalam pengkajian meliputi data biografi seperti : 1. Data umum a. Identitas klien; nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, alamat b. Identitas keluarga ; nama, umur, jenis kelamin, hubungan dengan pasien. 2. Riwayat kesehatan a. Keluhan utama b. Riwayat Keluhan Utama c. Riwayat penyakit/gejala yang pernah di alami d. Riwayat kesehatan sekarang e. Riwayat alergi f. Riwayat medikasi g. Kesadaran : GCS :



E: M: V:



3. Pemeriksaan Head to Toe 4. Kebutuhan Dasar a. Nutrisi TB : BB : Kebiasaan makan : x/hari (teratur / tidak teratur) Keluhan saat ini antara lain; tidak nafsu makan, mual, muntah, sukar menelan, dll. Konjungtiva : Sclera : Pembesaran tyroid : Hernia/massa : Kondisi gigi/gusi : Penampilan lidah: Bising usus : Porsi makan yang di habiskan :



Makanan yang di sukai : b. Cairan Kebiasaan minum :



Jenis :



Turgor kulit : Warna : CRT : Edema : Distensi vena jugularis : Penggunaan Kateter : c. Eliminasi BAB : / hari Warna : Konsistensi : Bau : BAK : / hari Warna : Bau : Tampilan : Volume : d. Oksigenasi Bentuk dada : Bunyi nafas : Jenis pernafasan : Sputum : Respirasi : e. Istirahat dan tidur Kebiasaan tidur : Malam : (Jam:



s/d



)



Siang : (Jam:



Lama tidur : Malam : Jam



Siang : Jam



Kebiasaan tidur : Faktor yang mempengaruhi : f. Personal hygiene



s/d



)



Kebiasaan mandi -



Sebelum masuk RS :



-



Setelah Masuk RS :



Kebiasaan mencuci rambut -



Sebelum masuk RS :



-



Setelah Masuk RS :



Kebiasaan memotong kuku -



Sebelum masuk RS :



-



Setelah Masuk RS :



Kebiasaan mengganti baju -



Sebelum masuk RS :



-



Setelah Masuk RS :



g. Aktivitas dan latihan Aktivitas waktu luang : Istirahat Aktivitas/ hobby : Kesulitan bergerak : Kekuatan otot : Tonus otot : Penggunaan alat bantu : Pelaksanaan aktivitas : Terapi -



X



-



X



Pengkajian Resiko Jatuh 5. Pemeriksaan diagnostik Tanda-tanda Vital TD :



mmHg



N :



x/i



P



x/I



S



x/i



:



:



Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan CT Scan 6. Psikososial Bagaimana pasien menghadapi penyakitnya ?



Apakah tugas/peran yang di emban pasien dalam keluarga ? Bagaimana inisiatif pasien dalam memenuhi tugas/peran dan tanggung jawab tersebut ? Bagaimana hubungan pasien dengan keluarga dan masyarakat ? Apakah kondisi ini membuat anda stress ? Apakah ada yang mengganggu keyakinan spiritual anda, kebutuhan atau praktik selama sakit. 1.3 Diagnosa Keperawatan - Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (post operasi). - Intoleransi berhubungan dengan imobilitas. 1.4 Rencana Asuhan Keperawatan. No 1.



Diagnosa Keperawatan Nyeri akut



Tujuan Dan Kriteria Hasil - Melaporkan nyeri



Intervensi Observasi



berhubungan



terkontrol.



dengan agen cedera -



Kemampuan



karakteristik, durasi,



fisik (post operasi).



mengenali onset



frekuensi, kualitas,



Definisi :



nyeri.



intensitas nyeri.



Pengalaman



-



Kemampuan



sensorik atau



menggunakan



emosional yang



teknik



berkaitan dengan



nonfarmakologi.



kerusakan jaringan



- Identifikasi skala nyeri. - Identifikasi respons nyeri non verbal.



Keluhan nyeri



Terapeutik



aktual atau



(meningkat)



- Berikan teknik



fungsional, dengan



menjadi



nonfarmakologi untuk



onset mendadak



(menurun) (PPNI,



mengurangi rasa nyeri.



atau lambat dan



2019).



berintensitas ringan



-



- Identifikasi lokasi,



- Fasilitasi istirahat dan tidur.



hingga berat yang



Edukasi



berlangsung kurang



- Ajarkan teknik



dari 3 bulan



nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri. Kolaborasi - Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu



2.



Intoleransi



-



Kemudahan dalam Observasi



aktifitas.



melakukan



Definisi :



aktifitas sehari-



ketidaknyamanan



Ketidakcukupan



hari.



selama melakukan



Kecepatan



aktifitas.



energi untuk



-



-



Monitor lokasi dan



melakukan



berjalan



Terapeutik



aktivitas sehari-



meningkat.



-



hari.



-



Kekuatan tubuh



rentang gerak pasif



bagian atas



atau aktif.



meningkat. -



Lakukan latihan



-



Berikan aktifitas



Perasaan lemah



distraksi yang



menurun.



menenangkan.



Tekanan darah



Edukasi



membaik



-



Anjurkan tirah baring.



-



Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap.



1.5 Implementasi Keperawatan Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana keperawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri (independen) adalah aktivitas perawat yang didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain (Tarwoto & Wartonah, 2015).



1.6 Evaluasi Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan untuk dapat menentukan keberhasilan dalam asuhan keperawatan membandingkan status keadaan kesehatan pasien dengan tujuan atau kriteria hasil ditetapkan (Tarwoto & Wartonah, 2015).



DAFTAR PUSTAKA Amira, S. H. (2017). Laporan Kasus Ilmu Penyakit Bedah Soft Tissue Tumour Pedis. Jember. Nuratif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc (Edisi 1). Yogyakarta: MediAction. PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik (Edisi 1). Jakarta Selatan: DPP PPNI. PPNI. (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan Keperawatan (Edisi 1). Jakarta Selatan: DPP PPNI. PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: DPP PPNI. Tarwoto, & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Kperawatan. Jakarta: Salemba Medika.