Makala Sasambo [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALA



DANA TARAHA MBOJO (DORO RADE RAJA BIMA)



OLEH : Nama :Jumadi Nim :116180043



FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM 2019/2020



i



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Saya berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk para pembaca. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Saya yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Saya. Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.



Mataran, 27 Desember 2019



Penyusun



ii



DAFTAR ISI



CAVER ........................................................................................................... i KATA PENGANTAR ................................................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................................................. iii BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1 1.2 Rumusan masalah............................................................................... 1 BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 2 2.1 Teori ................................................................................................... 2 2.2 Pembahasan ........................................................................................ 2 BAB III PEUTUP .......................................................................................... 4 3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 4 3.2 Saran ................................................................................................... 5 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 6



iii



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bima adalah kota otonom dan nama sebuah kabupaten di ujung timur Pulau Sumbawa, Provinsi Nusatenggara Barat. Pada masa lalu Bima merupakan salah satu pusat kekuasaan Islam yang terpenting di Pulau Sumbawa, bahkan di kawasan Nusatenggara. 1 Menurut legenda, nama Bima diambil dari nama Sang Bima, seorang bangsawan Jawa yang berhasil mempersatukan kerajaan-kerajaan kecil di daerah itu menjadi satu kerajaan, yaitu Kerajaan Bima. Di dalam legenda itu diceritakan bahwa Sang Bima mempunyai kekasih seekor naga dari Pulau Sitonda. Naga itu hamil karena pandangan mata Sang Bima dan darinya lahir seorang putri yang cantik sekali bernama Tasi Saring Naga. Sang Bima lalu mengawini putrinya dan dari perkawinan itu lahir Indra Jamrut dan Indra Komala yang kelak menjadi cikal bakal penurun raja-raja dan sultan-sultan Bima dan Dompu. Menurut Morris (1890), selama keberadaan Kesultanan Bima, ada 49 raja dan sultan yang pernah memerintah di Bima. Maharaja Sang Bima ditempatkan pada urutan ke-11, sedangkan dalam catatan Rouffaer yang kemudian diterbitkan oleh Noorduyn (1987b), ada 26 raja atau sultan, mulai dari Maharaja Sang Bima sampai dengan Sultan Ibrahim. Sesungguhnya sejak muncul sebagai pusat kekuasaan Islam hingga tahun 1950, Kesultanan Bima diperintah oleh empat belas sultan, mulai dari Sultan Abdul Kahir (1620—1640) sampai Sultan Muhammad Salahuddin (1915—1951) sebagai Sultan Bima yang terakhir (lihat Lampiran tulisan ini). Namun, hal itu tidak 1 Setelah kemerdekaan (sekitar tahun ‚50-an) kawasan Nusatenggara dikenal sebagai kepulauan Sunda Kecil, mulai dari Pulau Bali sampai Pulau Timor, yang saat ini dibagi menjadi tiga provinsi: Bali, Nusatenggara Barat, dan Nusatenggara Timur. Nusatengara Barat meliputi Pulau Lombok, Sumbawa, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Selain Kerajaan Bima, di Pulau Sumbawa terdapat kerajaan Sumbawa, Dompu, Sanggar, Tambora, dan Papekat.



1.2 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas merupakan: 1. Untuk mengetahui sejarah dana taraha mbojo (Doro rade raja bima) 2. Untuk mengetahui objek wisata sejarah kesultanan bima.



1



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Teori a. Folklor adalah kebudayaan yang disebarkan atau diwariskan secara tradisional dalam Dana Taraha Mbojo (Doro Rade Raja Bima) b. Teori struktur Dana Taraha Mbojo (Doro Rade Raja Bima) merupakan wilayah kerajaan bima c. Teori Fungsi yaitu untuk pemakaman kerajaan kesultanan bima d. Makna dana taraha mbojo (doro rade raja) yaitu untuk di jadikan museum asi mbojo yang merupakan bangunan istana kesultanan bima. 2.2 Pembahasan Dana Taraha Mbojo (Doro Rade Raja Bima) merupakan komplek pemakaman raja-raja dan sultan Kesultanan Bima. Di tempat ini Anda dapat melihat kuburan Sultan Bima pertama yaitu Sultan Abdul Kahir, Sultan Nima kedua yaitu Sultan Abdul Sirajuddin, Sultan Nurdin yang berperan antara tahun 1682 - 1687, Sultan Abdul Kahir II putra dari Sultan Muhammad Salahuddin, para petinggi kerajaan Bima seperti Abdul Samad Ompu Lamuni yang dulunya adalah perdana menteri Kesultanan Bima, para mubalik penyiar Agama Islam, dan terakhir Sultan Bima ke XVI yaitu Sultan Ferry Zulkarnain atau yang biasa dikenal oleh masyarakat Bima dengan nama Dae Ferry.Jumlah keseluruhan nisan di Dana Taraha Mbojo lolos 22 nisan. Dana Taraha Mbojo berlokasi di kelurahan Dara, kecamatan Rasa Na'e Barat, kota Bima. Tempat ini memiliki ketinggian sekitar 50 meter dari permukaan air laut dan Jarak tempuh ke tempat ini sekitar 10 menit dari Museum Asi Mbojo Selain Anda bisa berwisata sejarah dengan berkunjung ke dalam komplek Dana Taraha Mbojo. Anda juga akan disuguhkan dengan pemandangan kota Bima dari atas bukit Dana Taraha Mbojo. Lebih dibagian depan komplek Dana Taraha Mbojo sudah dibuat sebagai tempat nongkrong yang bisa kamu kunjungi dari pagi 2



sampai sore. Bagi Anda yang ingin melihat matahari terbenam datanglah pada hari sakit karena dari atas bukit Dana Taraha Mbojo Anda dapat melihat matahari terbenam secara sempurna. Objek wisata sejarah peninggalan Kesultanan Bima saling bertautan, sesuai kebutuhan Anda untuk mengunjunginya, bahkan dalam satu hari saja, Anda sudah bisa menjelajahi semua objek wisata tersebut. Melalui objek wisata sejarah Kesultanan Bima yang kami rekomendasikan atas, semoga dapat meningkatkan keinginan Anda untuk berwisata ke Bima, Nusa Tenggara Barat. Semoga bermanfaat dan salam hangat dari Berbagi itu baik!



3



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Berdasarkan hasih pembahasan diatas merupakan komplek pemakaman raja-raja dan sultan Kesultanan Bima. Di tempat ini Anda dapat melihat kuburan Sultan Bima pertama yaitu Sultan Abdul Kahir, Sultan Nima kedua yaitu Sultan Abdul Sirajuddin, Sultan Nurdin yang berperan antara tahun 1682 - 1687, Sultan Abdul Kahir II putra dari Sultan Muhammad Salahuddin, para petinggi kerajaan Bima seperti Abdul Samad Ompu Lamuni yang dulunya adalah perdana menteri Kesultanan Bima, para mubalik penyiar Agama Islam, dan terakhir Sultan Bima ke XVI yaitu Sultan Ferry Zulkarnain atau yang biasa dikenal oleh masyarakat Bima dengan nama Dae Ferry.Jumlah keseluruhan nisan di Dana Taraha Mbojo lolos 22 nisan. Di pusat Kota Bima hingga kini masih dapat disaksikan dua buah bangunan bekas istana sultan Bima sebagai bukti autentik keberadaan Kesultanan Bimapada masa lalu. Bangunan tersebut adalah Asi Bou (Istana Baru) dan Asi Mbojo (Istana Bima) yang letaknya berdampingan dalam satu kompleks. Asi Bou, yang terbuat dari kayu, dibangun pada tahun 1904 oleh Sultan Ibrahim dan selesai dipugar oleh pemerintah pada tahun 1988—1991. Bangunan ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal ahli waris atau keturunan para sultan Bima. Sebaliknya, Asi Mbojo adalah bangunan modern dari bata, yang dibangun pada tahun 1927 oleh Sultan Salahuddin,10 kemudian pernah dipugar pada tahun 1977—1979 dan sejak tanggal 11 Agustus 1989 diresmikan atau dialihfungsikan sebagai Museum Daerah Bima dengan nama Museum Asi Mbojo



4



3.2 Saran Inilah yang dapat kelompok kami tulis meskipun tulisan ini belum dapat dikatakan sempurna dan kami membutuhkan kritik/saran agar menjadi motivasi kami untuk belajar lagi agar lebih baik pada tulisan selanjutnya.



5



AFTAR PUSTAKA



Abdullah, L.Massir Q. (1981/1982), Bo (Suatu Himpunan Catatan Kuno Daerah Bima). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Pengembangan Permuseuman Nusa TenggaraBarat. Chambert-Loir, Henry (1982), DNaskah dan Dokumen Nusantara III, Syair Kerajaan Bima. Jakarta–Bandung: ÉFEO. ----- (2004), Kerajaan Bima dalam Sastra dan Sefarah. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia-École française d’Extrême-Orient. Chambert-Loir, Henry dan Siti Maryam R. Salahuddin (ed.) (1999), Naskah dan Dokumen Nusantara Seri XVIII, Bo’ Sangaji Kai, Catatan Kerajaan Bima. Jakarta: École française d’Extrême-Orient-Yayasan Obor. Coolhaas, W. Th. (1942), “Bidrage tot de kennia van het Manggaraische Volk (West flres)”, dalam TNAG 59: 148 - 177 ; 328 - 360. Cortesão, Armando (1944), The Suma Oriental of Tomé Pires: An Account of the East from Read Sea to Japan, written in Malacca and India in 15.11 - 1644. Diterjemahkan dari Portuguese MS dalam Bibliothèque de la chambre des Députtés, Paris and disunting oleh Armando Cortesão. London: The Hakluyt Society. Couvreur, A. (1917), “Aanteekeningen Nopen de Samenstelling van het, Zelfbestuur van Bima”, dalam TBG 52: 1—18. Damste, H.T. (1941), “Islam en Sirihpoean to Bima (Soembawa) Atjehsche Invloeden?”, dalam BKI 100: 55—70. Faille, P .de Roo de la (1918), “Studie over Lomboksch Adatrecht, Bali en Lombok”, dalam Adatrecht Bundels XV, hlm. 135—140. s-Gravenhage: Martinus Nijhof. Haris, Tawalinuddin (1983/1984), Naskah Studi Kelayakan Komplek Makam Dantraha dan Tolobali Bima, Nusa Tenggara Barat. Proyek Pemugaran dan Pemeliharaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Nusatenggara Barat. Haris, Tawalinuddin et al. (1997),, Kerajaan Tradisional Indonesia: Bima. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI



6



Ismail, M. Hilir (1988), Peranan Kesultanan Bima dalam Perjalanan Sejarah Nusantara. Naskah belum diterbitkan. Jasper, J.E. (1908), “Het Elland Soembawa en zijn Bevolking”, dalam TBG 34: 60—147. Meilink-Roelofsz, M.A.P. (1962), Asian Trade ang European Inflence in The Indonesian Archipelago Between 1500 and About 1630. s-Gravenhage: Martinus-Nijhoff



7



LAMPIRAN



8