Makalah Aed-1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH AED (Automated External Defibrillator) Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat Dosen Pembimbing: Endang Suartini, SsiT, MKM



Disusun Oleh: Kelompok 4 1. Irwan Setiawan



(P27905118011)



2. Julfianas Bekti Wahyuni



(P27905118013)



3. Khaerunnisa Bakhitah



(P27905118014)



4. Komarudin



(P27905118015)



5. Melly Nur Firmawati



(P27905118018)



6. Nia Tri Juniarti



(P27905118022)



7. Riska Amalia Amanda



(P27905118026)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN 2020/2021



KATA PENGANTAR



 Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur kami ke hadirat allah SWT. Bahwa kami telah menyelesaikan tugas mata kuliah keperawatan gawat darurat dengan membahas tentang Automated External Defibrillator dalam bentuk makalah, kami susun guna memenuhi dan melengkapi salah satu tugas mata kuliah ilmu kesehatan dan juga dengan harapan dapat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini di masa-masa yang akan datang. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih, harapan kami semoga Allah SWT memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.



Tangerang, 14 september 2020



Penyusun



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...........................................................................................................i DAFTAR ISI .........................................................................................................................ii BAB I (PENDAHULUAN) A. Latar Belakang ..........................................................................................................1 B. Rumusan Masalah .....................................................................................................1 C. Tujuan Penulisan .......................................................................................................1 BAB II (PEMBAHASAN) A. Penertian aed..............................................................................................................1 B. Jenis-jenis defibrillator...............................................................................................5 C. Prinsip Prosedur Pengoperasian Defibrillator............................................................5 D. Prinsip Dasar Defibrillator.........................................................................................5 E. Bentuk Energi Yang Diberikan Ke Pasien.................................................................6 F. Metode defibrillator...................................................................................................6 BAB III (PENUTUP) A. Kesimpulan ...............................................................................................................12 B. Saran .........................................................................................................................12 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................13



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Ilmu fisika dan ilmu biologi pada awalnya terlihat sangat bertolak belakang dan sulit untuk disatukan. Tapi lain halnya ketika berada dalam ruang lingkup bidang medis. Ternyata kedua ilmu tersebut dapat disatukan, terutama dalam penggunaan aplikasinya berupa alat-alat medis yang memegang peranan penting dalam bidang medis. Alat-alat medis dibutuhkan dalam menangani pasien penderita suatu penyakit seperti aritmia jantung, fibrilasi ventricular dan takikardia ventrikal yang tidak mempunyai nadi. Ketiga contoh penyakit tersebut pada umumnya memiliki kesamaan yaitu berakibat besar pada jantung dimana denyut jantung yang seharusnya beritme normal menjadi denyut yang ritmenya tidak stabil. Untuk itu diperlukan adanya proses defibrilasi yang secara umum proses tersebut dilakukan untuk membuat ritme denyut jantung yang acak menjadi denyut jantung yang stabil. Dalam melakukan prose defibrilasi sangat diperlukan alat medis yang disebut defibrillator untuk melakukan proses defibrilasi. Defibrillator dapat eksternal, transvenous, atau implan, tergantung pada jenis perangkat yang digunakan atau dibutuhkan.beberapa unit eksternal yang dikenal dengan defibrillator eksternal otomatis (AED), alat ini bisa digunakan oleh orang bahkan tidak ada pelatihan sama sekali. B. Rumusan Masalah 1.



Apa pengertian defibrillator?



2.



Apa saja jenis-jenis defibrillator?



3.



Bagaimana prinsip dasar defibrillator?



4.



Bagaimana Metode defibrillator?



C. Tujuan Penulisan 1. Memahami pengertian defibrillator. 2. Mengetahui jenis-jenis defibrillator. 3. Memahami prinsip dasar defibrillator. 4. Memahami metode defibrillator.



1



BAB II PEMBAHASAN



A. Pengertian AED AED (Automated External Defibrillator) adalah alat stimulator detak jantung portable menggunakan listrik tegangan tinggi untuk memulihkan korban Cardiac Arrest  akibat serangan jantung dan lainnya. Penggunaan AED harus dibarengi dengan CPR (Resusitasi Jantung Paru) yang baik. Defibrilator external otomatis atau Automated external defibrilator (AED) adalah sebuah alat elektronik portabel yang secara otomatis dapat melakukan diagnosis aritmia jantung dan takikardi ventrikel pada pasien. Penerapan terapi listrik yang memungkinkan jantung untuk membangun kembali sebuah irama yang efektif. AED pertama awalnya dirancang dan diciptakan oleh ahli Biomedis Amerika : Joshua L Koelker dan seorang profesional kegawatdaruratan Italia : Jordan M Blondino, yang memungkinkan melakukan defibrilasi ditempat umum. AED dirancang mudah digunakan untuk orang awam, dan penggunaannya diajarkan pada Pertolongan Pertama, Responder dan BHD . AED hanya boleh digunakan pada anak usia 8 tahun ke atas dan aman digunkan pada wanita yang sedang hamil. Pemakaian pada anak usia 8 tahun kebawah diperlukan Sticker pad khusus untuk anak. Di negara-negara maju seperti Amerika dan Eropa, CPR dan penggunaan AED sudah dikenal dengan baik oleh masyarakat umum mulai dari anak-anak sampai orang dewasa sehingga tidak hanya Paramedik, perawat ataupun dokter yang boleh dan bisa melakukan CPR ataupun AED.



2



Pemberi pertolongan pertama atau  First Aider   dilindungi oleh Good Samaritan Law  yakni masyarakat yang menolong orang lain yang terluka atau memerlukan pertolongan pertama pada kecelakaan atau sakit tidak dapat di tuntut ke pengadilan apabila terjadi kesalahan dalam proses pertolongan pertama tersebut. Apabila korban dalam keadaan sadar, penolong harus menanyakan dulu apakah korban bersedia untuk diberi pertolongan. Belum pernah ditemukan adanya kasus patah tulang akibat kesalahan tekanan saat RJP ataupun CPR ataupun akibat buruk lainnya akibat kesalahan penggunan AED. Memberikan pertolongan pertama walau sedikit adalah lebih baik daripada tidak sama sekali dan begitu pula hendaknya yang berlaku di Indonesia.



Berbeda dengan serangan jantung (H eart Attack ) yang korbannya sulit bernafas namun masih dalam keadaan sadar akibat adanya sumbatan pada arteri jantung, Cardiac Arrest adalah kehilangan kesadaran dan kemampuan bernafas normal akibat gangguan eletrikal  pada jantung sehingga menyebabkan pompaan aliran darah yang membawa oksigen ke jantung menjadi terganggu.  Heart Attack   atau serangan jantung dapat berujung pada Cardiac Arrest. Kondisi ini tentunya mengganggu asupan Oksigen tidak hanya untuk jantung tapi juga organ tubuh penting lainnya seperti otak dan paru-paru.



3



Tidak tersedianya asupan oksigen pada otak selama 4 – 6 menit saja dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan otak yang tidak bisa diobati atau diperbaiki lagi. AED membantu mengembalikan detak jantung yang berhenti/tidak normal menjadi normal kembali melalui sengatan listrik pada jantung korban yang dialirkan dari AED melalui kabel dan bantalan sticker yang ditempelkan pada dada korban. Ada banyak jenis AED di pasaran namun demikian cara penggunaannya tetap sama dan tentunya dibuat mudah bagi masyarakat awam untuk bisa menggunakannya. Penempatan Resusitasi elektroda ditempatkan sesuai dengan salah satu dari dua skema. Skema anterior-posterior adalah skema disukai untuk jangka panjang penempatan elektroda. Satu elektroda ditempatkan di atas prekordium kiri (bagian bawah dada, di depan jantung). Elektroda lainnya ditempatkan di bagian belakang, di belakang jantung di daerah antara tulang belikat. Penempatan ini lebih disukai karena yang terbaik adalah untuk non-invasif mondar-mandir. Skema anterior-apeks dapat digunakan ketika skema anterior-posterior nyaman atau tidak perlu. Dalam skema ini, elektroda anterior ditempatkan di sebelah kanan, di bawah klavikula. Elektroda apeks diterapkan ke sisi kiri pasien, tepat di bawah dan ke kiri dari otot dada. Skema ini bekerja dengan baik untuk defibrilasi dan kardioversi, serta untuk memonitor EKG.



4



B. Jenis-jenis defibrillator a. DC Defibrillator DC defibrillator selalu dikalibrasi dalam satuan watt-detik atau joule sebagai ukuran dari energi listrik yang tersimpan dalam kapasitor. b. Advisory Defibrillator Mampu dengan akurat menganalisis ECG dan membuat keputusan menyalurkan kejutan yang handal. c. Implan Defibrillator Bisa digunakan oleh pasien yang beresiko tinggi mengalami ventricular fibrillation. C. Prinsip Prosedur Pengoperasian Defibrillator Pada Prinsipnya Prosedur Pengoperasian Defibrillator Dibagi Dalam Tiga Tahap a. Pemilihan besarnya energi dan mode pengoperasian b. Pengisian energi (charge) pada kapasitor c. Pembuangan energi dari kapasitor ke pasien (discharge). D. Prinsip Dasar Defibrillator a. Besarnya energi dilakukan dengan memutar selector pemilihan energi R3, set Level yang akan mengatur besarnya tegangan yang akan timbul pada pengisian kapasitor C1. b. Bila tombol charge ditekan maka akan terjadi pengisian kapasitor C 1, dan tegangan pada kapasitor C1, dideteksi oleh detector A1 melalui pembagi tegangan R1 dan R2yang bersesuaian dengan tegangan pada C1. c. Bila tegangan pada pembagi tegangan telah lebih besar dari tegangan R3, maka A1 keluarannya akan menyebabkan High-voltage DC supply tidak lagi mensupply tegangan ke kapasitror C1. d. Bila ditekan tombol discharge tegangan pada kapasitor C1 akan berpindah sehingga tubuh atau jantung akan mendapatkan energi listrik dari kapasitor C1. Bentuk tegangan yang diberikan pada pasien dipengaruhi oleh adanya inductor



5



E. Bentuk Energi Yang Diberikan Ke Pasien a. Satu phase (Monophasic) b. Dua phase (Biphasic) Untuk besarnya energi listrik Biphasic yang diberikannya berkisar 2 sampai dengan 200 joule. Mempunyai 2 buah elektroda yang telah terpasang pada dada pasien (pads electrode) 1.



Strenum



2.



Apeks



F. Metode defibrillator a. Asinkron Pemberian shock listrik jika jantung sudah tidak berkontraksi lagi, secara manual setelah pulsa R. b. Sinkron Pemberian shock listrik harus disinkornkan dengan signal ECG dalam keadaan berfibrasi, jadi bila tombol discharge ditekan kapanpun maka akan membuang setelah pulsa R secara otomatis. Temukan ketiga benda ini pada AED sebelum anda mulai menggunakannya 1. Tombol ON/OFF untuk mematikan dan menghidupkan. AED akan membimbing anda dengan mengeluarkan suara perintah dan aba-aba (prompt) langkah apa yang harus anda lakukan. 2. Sticker Pad atau bantalan tempel berbentuk seperti sticker yang harus dilepaskan lapisan stickernya sebelum direkatkan; satu pada dada sebelah kanan korban sekitar 5 cm di bawah tulang bahu, dan satu lagi di area bawah ketiak dekat perut sebelah kiri korban. 3. Tombol Shock.  Tombol ini ditekan saat mesin AED memerintahkan anda dengan aba-aba “Shocking Advised.” Pastikan kedua hal ini pada korban sebelum menggunakan AED 1. Korban tidak bernafas, tidak sadarkan diri atau tidak bernafas dengan normal seperti mendengkur atau mengeluarkan suara-suara yang tidak normal lainnya. 2. Korban tidak berbaring di area yang basah sebab Shock  atau kejutan yang dihasilkan AED mengandung listrik.



6



Tata cara penggunaan AED 1. Pastikan anda dan korban tidak berada dalam situasi yang bisa membahayakan hidup anda berdua seperti misalnya pada korban yang tersengat listrik, pastikan aliran listrik yang masih menempel pada korban telah diputuskan terlebih dahulu. Korban kecelakaan yang berada di tengah keramaian lalu lintas harus dipinggirkan ke tempat yang aman sebelum mulai diberikan pertolongan pertama. 2. Cek respon dengan menepuk-nepuk bahu korban sambil berteriak apakah korban baik-baik saja. 3. Mintalah bantuan dengan berteriak minta tolong dan perintahkan pada seeorang untuk menghubungi ambulan maupun paramedik serta mengambil AED. 4. Bila korban tidak memberikan respon periksa apakah korban yang tidak sadarkan diri ini bernafas dengan cara melihat pergerakan dada dan mendengarkan suarasuara yang keluar dari mulut korban. 5. Aktifkan AED dengan menekan tombol ON. 6. Ambil stiker pad, tempelkan pada dada korban dan pastikan pad menempel kuat dengan kulit dada korban (alat pencukur jenggot tersedia dalam paket plastik kecil di kotak AED, termasuk handuk kecil untuk mengeringkan dada korban apabila basah). 7. Ikuti perintah yang diberikan AED yaitu lakukan Resusitasi Jantung Paru atau CPR sampai selama kurang lebih 2 menit. AED kemudian akan memeriksa kondisi detak  jantung korban dan memerintahkan semua orang yang terlibat untuk tidak menyentuh korban: “Don’t Touch Patient Analyzing.” 8. AED akan memutuskan bila korban membutuhkan shock atau tidak dengan menganalisa detak jantung korban. Apabila AED menemukan salah satu dari dua jenis detak jantung ini yaitu Ventricular Febrillation  (tidak teratur), Ventricular Tachycardia  (sangat cepat), AED akan memerintahkan penolong untuk menekan tombol Shock dengan perintah: “Shocking Advised”. 9. Saat penolong menekan tombol Shock, AED akan memberikan sengatan listrik ke jantung korban dan penolong tidak boleh menyentuh korban saat pemberian sengatan berlangsung. 10. Bila hal ini tidak berhasil membuat korban bernafas/sadarkan diri (biasanya ditandai dengan pergerakan pada tangan dan mata korban, AED akan memerintahkan penolong untuk kembali melanjutkan RJP/CPR dengan perintah: “Continue CPR”. 7



11. Penolong harus terus melanjutkan set yang sama sesuai perintah AED sampai paramedik datang memberikan bantuan tambahan dan mengambil alih proses pertolongan pertama. 12. AED tidak akan memberikan perintah berhenti RPJ atau “Stop CPR”  atau memberitahu penolong bahwa korban sudah meninggal. AED akan terus memerintahkan penolong untuk tetap melakukan RJP/CPR sampai korban sadarkan diri.



G. Langkah-langkah penggunaan AED Langkah 1: Setelah menelepon ambulans, ambil AED dan tempatkan di samping korban.



8



Langkah 2: Buka pakaian pasien. Penting dada pasien terlihat.



Langkah 3: Buka tutup pelindung (elektroda)



9



Langkah 4: pasang elektroda ke daerah yang ditentukan



Langkah 5: Secaraotomatis AED akan menganalisa irama jantung korban dan menentukan apakah shock diperlukan. Jika kejutan diperlukan, tekan tombol shock. Jangan sentuh pasien sampai ada dii nstruksikan aman.



10



Langkah 6: Jika perlu, mulailah CPR. Tekan tombol biru berkedip untuk instruksi langkah- langkah CPR. ikuti instruksi AED sampai tenaga profesional tiba.



11



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Defibrillator adalah peralatan elektronik yang dirancang untuk memberikan kejut listrik dengan waktu yang relatif singkat dan intensitas yang tinggi kepada pasien penyakit jantung. Pengulangan pemberian kejut listrik paling lama 45 detik sejak jantung berhenti. Energi Externalyang diberikan antara 50 sampai 400 Joule. Energi Internal yang diberikan maximum 1/10 External Sebelum Pemberian pulse defibrillator pada permukaan elektroda diberikan gel elektrolit. Ada dua jenis defibrillator: a.c defibrillator dan d.c defibrillator. Untuk a.c defibrillator sudah tidak digunakan lagi. Mempunyai elektroda (paddles) yang mempunyai diameter 8 - 10 cm (untuk dewasa). Energi yang diberikan berkisar antara : 50- 400 Joules. Pemberian defibrillator



dapat dilakukan



dengan cara sinkronisasi atau



asinkronisasi. Posisi elektroda (Paddles) dapat diletakkan pada posisi anterior anterior (Apex-sternum) atau posterior anterior. Pada saat pemberian defibrillator hindari bersentuhan antara pengguna alat dengan pasien. Energi yang tersimpan pada C: W = ½ CV² B. Saran Defibrillator merupakan salah satu peralatanyang tergolong teknologi canggih, dalam pengoperasiannya pun harus memakai prosedur yang telah ada.Maka dari itu kita sebagai pengoperasiannya.



12



DAFTAR PUSTAKA Gabriel, J.F. (1996). FisikaKedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta



13