MAKALAH Akidah Akhlak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH INDUK-INDUK AKHLAK TERCELA Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah : Pemb. Akidah Akhlak di MI/SD Dosen Pengampu : Abdul Hanan, M.Pd.I



Disusun oleh: Hafidz Ali Mustofa (2122.03.0192) Ade Romadoni (2122.03.0187)



PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MIFTAHUL HUDA PAMANUKAN 2023



KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji syukur kami (penulis) panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat-Nya yang berlimpah, kami (penulis) dapat menyusun makalah ini dengan baik sesuai dengan kemampuan kami untuk menyelesaikan tugas Mata Kuliah kami, dengan judul tugas makalah “Pembelajaran Akidah Akhlak di MI/SD”. Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan kepada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Untuk selanjutnya kami (penulis) mengharapkan semoga makalah ini dapat menambah wawasan bagi kami sendiri dan juga mahasiswa STAI Miftahul Huda Subang. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik agar makalah ini mendekati sempurna, kami sadar bahwa kesempurnaan hanya milik Allah. Atas doa dan dukungannya kami haturkan jazaakumullahu khairan katsiran, semoga makalah yang kami susun ini berguna bagi kita semua. Aamiin Yarabbal‘alamiin.



Subang, 11 April 2023



Penyusun



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.............................................................................................. ..................................................................................................................................i DAFTAR ISI............................................................................................................. .................................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... ..................................................................................................................................1 A. Latar Belakang Masalah ....................................................................................... ..................................................................................................................................1 B. Rumusan Masalah................................................................................................. ..................................................................................................................................2 C. Tujuan Pembahasan .............................................................................................. ..................................................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... ..................................................................................................................................3 A. Hubbu Ad Dunya........................................................................................... ......................................................................................................................3 B. Hasad.............................................................................................................. ......................................................................................................................4 C. Ujub................................................................................................................ ......................................................................................................................6 D. Riya................................................................................................................ ......................................................................................................................8 BAB III PENUTUP.................................................................................................. ................................................................................................................................10 A. Kesimpulan ........................................................................................................... ...........................................................................................................................10 B. Saran...................................................................................................................... ...........................................................................................................................11



3



DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... ................................................................................................................................12



4



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhlak Tercela adalah perbuatan/perilaku yang tidak Diridhoi oleh Allah SWT. Seseorang yang berbohong, sombong, pamer, menyiksa, menyakiti dan berbagai bentuk ketidakadilan seperti menindas, mengambil hak orang lain dengan paksa dan lain-lain. Itu semua adalah perbuatan tercela. Sungguh moral manusia sudah sangat rusak akibat akhlak-akhlak tercela tersebut. Seseorang tidak akan mendapatkan kebahagiaan, jika ia selalu melakukan perilakuperilaku tercela. Baik ketika di dunia maupun di akhirat. Kebahagiaan yang diperoleh dari perilaku tercela tersebut hanya bersifat sementara. Dan akan mendapat kesedihan dan penyesalan yang tak ada hentinya. Disisi lain, Al-Qur’an juga mengemukakan dan memberi peringatan tentang akhlak-akhlak tercela yang dapat merusak iman seseorang dan pada akhirnya akan merusak dirinya serta kehidupan masyarakat. Seperti akhlak buruk kaum Quraisy dahulu untuk memojokkan kebenaran yang disampaikan Rasulullah sebagaimana yang dilakukan oleh tokoh-tokoh Quraisy seperti Abu Jahal, Walid bin Mugirah, Akhnas bin Syariq, Aswad bin Abdi Yaquts. Oleh karena itu, iman merupakan suatu pengakuan terhadap kebenaran dan harus dipelihara serta di tingkatkan kualitas nya melalui sikap dan perilaku terpuji. Sifat terpuji dan tercela yang tertanam dalam diri manusia selalu berdampingan dan terlihat dalam perilaku sehari-hari. Apabila perilaku seseorang menampilkan kebaikan, maka terpujilah sikap orang tersebut. Sebaliknya, apabila perilaku seseorang menampilkan kebaikan atau kejahatan, maka tercelalah sikap orang tersebut. Sifat tercela sangat dilarang oleh Allah SWT dan harus dihindari dalam pergaulan sehari-hari karena akan merugikan diri sendiri maupun orang lain.



5



B. Rumusan Masalah 1. Apa itu Hubbu Ad Dunya? 2. Apa itu Hasad? 3. Apa itu Ujub? 4. Apa itu Riya? C. Tujuan Pembahasan 1. Untuk mengetahui tentang Hubbu Ad Dunya. 2. Untuk mengetahui tentang Hasad. 3. Untuk mengetahui tentang Ujub. 4. Untuk mengetahui tentang Riya. 5.



6



BAB II PEMBAHASAN A. Hubbu Ad Dunya 1. Pengertian Hubbu Ad Dunya Hubbu ad-Dunya berarti cinta dunia, yaitu menganggap harta benda adalah segalanya. Penyakit Hubbu ad-Dunya (cinta pada dunia) berawal dari penyakit iman, yang berakar pada persepsi yang salah bahwa dunia ini adalah tujuan akhir kehidupan, sehingga akhirat dilupakan. sebagaimana di singgung pada hadis berikut, “Akan datang suatu masa umat lain akan memperebutkan kamu ibarat orang-orang lapar memperebutkan makanan dalam hidangan.” Sahabat bertanya, “Apakah lantaran pada waktu itu jumlah kami hanya sedikit Ya Rasulullah?”. Dijawab oleh beliau, “Bukan, bahkan sesungguhnya jumlah kamu pada waktu itu banyak, tetapi kualitas kamu ibarat buih yang terapung-apung di atas laut, dan dalam jiwamu tertanam kelemahan jiwa.” Sahabat bertanya, “Apa yang dimaksud kelemahan jiwa, Ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati!”. (HR. Abu Daud). Hubbud dunya adalah sumber kehancuran umat. Penyakit ini sangat berbahaya karena dapat melemahkan sekaligus menggerus keimanan umat Muslim kepada Allah SWT. Bahkan, Rasulullah SAW sangat risau jika umat-Nya sampai terkena hubbud dunya. Rasulullah SAW bersabda, “Demi Allah, bukan kemiskinan yang aku khawatirkan akan menimpa diri kalian. Akan tetapi, aku khawatir jika dunia ini dibentangkan untuk kalian sebagaimana ia dibentangkan untuk orang-orang sebelum kalian sehingga kalian berlomba sebagaimana mereka berlomba, dan akhirnya kalian hancur sebagaimana mereka hancur.” (HR Bukhari-Muslim) 2. Ciri-ciri Hubbu Ad Dunya a) Menganggap dunia sebagai tujuan utama, bukan sebagai sarana mencapai kebahagiaan akhirat 7



b) Suka mengumpulkan harta benda dengan menghalalkan segala cara tanpa memperhatikan halal dan haramnya. Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke dalam kubur. (QS. AtTakastur : 1-2) c) Kikir, tidak rela sediki pun hartanya lepas atau berkurang. 3. Bahaya Hubbu Ad Dunya a) Cinta dunia adalah segala sesuatu yang membuat kita lalai kepada Allah. b) Jika seorang telah dikuasai (hatinya) oleh iblis, maka akan menjadi lemah, iblis akan membolak-balikan hatinya bagaikan seorang anak kecil mempermainkan bola. c) Cinta dunia merupakan sumber segala kesalahan karena cinta dunia, sering mengakibatkan seseorang cinta terhadap harta benda dan di dalam harta benda terdapat banyak penyakit. 4. Cara Menghindari Hubbu Ad Dunya a) Mengingat kehidupan di dunia itu hanya sementara. (QS. Al-hadid : 20) b) Perbanyak mengingat kematian. (QS. Ali Imran: 185) c) Meyakini dan menyadari bahwa setiap tindakan kita direkam oleh anggota badan kita, yang nanti di hari akhir akan bersaksi di depan Allah (QS. Fushshilat: 20 - 22) d) Qana’ah, yaitu rela menerima dan merasa cukup dengan apa yang dimiliki, serta menjauhkan diri dari sifat tidak puas dan merasa kurang yang berlebihan. B. Hasad 1. Pengertian Hasad Hasad berarti dengki maksudnya suatu sikap atau perbuatan yang mencerminkan rasa marah, tidak suka karena rasa iri. Orang yang hasut menginginkan kenikmatan yang diperoleh orang lain dan berharap supaya berpindah kepadanya. Sifat inilah yang menempel pada diri Iblis. Ketika ia 8



diperintahkan oleh Allah untuk menundukkan diri kepada Adam, ia menolak mentah-mentah. Sifat angkuhnya keluar menjadi pernyataan yang sangat vokal. Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu aku menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang Dia Engkau ciptakan dari tanah". (Q.S. Al-A’raf: 12) Sementara



itu,



menurut



Imam



An-Nawawi



sebagaimana



disebutkan dalam Riyadhus Shalihin, hasad adalah menginginkan hilangnya nikmat dari yang memperolehnya, baik itu nikmat dalam agama ataupun dalam perkara dunia. Mengenai definisi hasad ini, Imam Al-Ghazali pernah mengatakan, "Ketahuilah, tidaklah hasad itu kecuali kepada perkara nikmat. Jika Allah memberikan suatu nikmat kepada saudaramu, maka engkau akan mengalami satu dari dua hal. Pertama, engkau membenci nikmat tersebut dan menginginkan nikmat itu hilang, maka inilah yang disebut hasad," ucapnya



sebagaimana



dikutip



Rik



Suhadi



dalam



buku



Akhlak



Madzmumah dan Cara Pencegahannya. 2. Ciri-ciri Hasad (Sifat Perusak) a) Orang sombong, sebagaimana yang dinyatakan dalam hadis, bukanlah mereka yang selalu berpakaian bagus dan berpenampilan trendi. Yang dimaksud orang sombong adalah mereka yang menolak kebenaran dan memandang rendah orang lain. b) Orang yang serakah. Ia tak pernah puas dengan kekayaannya. Dalam perhitungannya, harta yang dimilikinya selalu belum genap. Dalam pikirannya



selalu



menari-nari



berbagai



keinginan



untuk



menggenapinya. Sifat perusak ketigaadalah hasut, iri dan dengki. Setiap negara mengandung tiga golongan masyarakat, yaitu penguasa, pengusaha,



dan



rakyat



biasa.



Jika



penguasanya



sombong,



pengusahanya serakah, dan rakyatnya iri hati, maka negara itu pasti hancur. Inilah yang barangkali terjadi sekarang. 9



3. Bahaya Hasad Larangan melakukan hasad disebabkan karena mengandung beberapa efek negatif, di antaranya: a) Hasad salah satu sifat Iblis yang akan merusak amal kebaikan. “Jauhilah olehmu sifat dengki, sesungguhnya dengki itu akan memakan kebajikan sebagaimana api memakan kayu bakar“ (HR. Abu Daud) b) Di samping itu hasad juga merusak tatanan masyarakat. Hasad merusak pergaulan menjadi tidak harmonis dan tidak tulus. c) Orang yang memiliki sifat hasad pasti tidak pernah merasa bahagia, sebab hatinya selalu gelisah jika ada orang lain memperoleh kebahagiaan. 4. Cara Mengobati Penyakit Hasad a) Menanamkan kesadaran bahwa sifat dengki akan membuat seseorang menderita batin; b) Menumbuhkan kesadaran bahwa akibat dari dengki itu adalah permusuhan dan permusuhan akan membawa petaka; c) Kita saling mengingatkan dan saling menasehati. C. Ujub 1. Pengertian Ujub-Takabur Secara bahasa (etimologi), ‘Ujub, berasal dari kata “’ajaba”, yang artinya “kagum, terheran-heran, takjub”.



Al-I’jabu bin Nafsi berarti



kagum pada diri sendiri. Sedangkan takabur berarti “sombong” atau “berusaha menampakkan keagungan diri”. Dalam kitab lisanul Arab, antara lain disebutkan bahwa at-takabur wal istikbar berarti at-ta’azzhum (sombong/Kibr). Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda; “Tiga perkara yang membinasakan, rasa pelit yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti dan ujubnya seseorang terhadap dirinya sendiri”. Menurut Ibnul Mubarak sifat `ujub adalah 10



ketika seseorang merasa bahwa dirinya mempunyai suatu kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Dan `ujub termasuk penyakit batin. Rasulullah (saw) pernah berwasiyat kepada Mu'az (ra) bahwa Ujub merupakan salah satu sifat penyebab amalan manusia tidak diterima Allah. Secara istilah dapat kita pahami bahwa ‘ujub yaitu suatu sikap membanggakan diri, dengan memberikan satu penghargaan yang terlalu berlebihan kepada kemampuan diri. Jadi seorang yang memiliki akhlak Kibr melihat dirinya lebih tinggi dari orang lain, karenanya ia merasa bangga berlebihan, gembira dan puas terhadap apa yang diyakininya. 2. Penyebab Ujub-Takabur a) Ujub dan takabur karena kelebihan fisik, misalnya tampan, cantik dan kuat. b) Ujub dan takabur karena kekuatan fisiknya dalam melawan musuh. c) Ujub dan takabur karena ilmu, akal dan kecerdikannya dalam memahami ilmu-ilmu agama dan juga urusan-urusan keduniaannya. 3. Bahaya Ujub-Takabur a) ‘Ujub menyebabkan timbulnya rasa sombong (takabur). b) Bila seseorang sudah dihinggapi penyakit ‘ujub dan takabur, ia lupa pada bahaya-bahaya ‘ujub dan takabur itu sendiri. c) Karena ‘ujubdan takabur membuat seseorang kurang sadar terhadap kedudukan dirinya, ia akan memuji-muji dirinya, menyanjung dirinya sendiri dan menganggap suci dirinya. 4. Cara Menghindari-Takabur a) Kita harus memiliki sifat percaya diri, tetapi jika sudah memasuki ketakaburan dan menganggap rendah terhadap yang lain, inilah yang dikatakan ujub yang di larang agama. Hal tersebut harus dihindari dengan cara bahwa kita harus percaya diri tetapi ingat bahwa kita tetap punya sisi lemah. Orang lain juga mempunyai potensi dan kita harus menghargai potensi tersebut. Ada pepatah yang mengatakan bahwa di atas langit masih ada langit. 11



b) Kita harus ingat dan sadar, bahwa dalam sejarah, orang yang ujub, takabur



dengan



kekuatannya,



maka



Allah



yang



akan



menghancurkannya, karea Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong. c) Kita juga harus sadar bahwa ilmu yang kita miliki sangatlah sedikit dibandingkan dengan ilmu Allah Swt. Bakhan sesungguhnya ilmu kita lebih sedikit dibandingkan dengan orang-orang sekitar kita. D. Riya’ 1. Pengertian Riya’ Riya berasal dari bahasa Arab ra'a-yara-ruyan-wa ru'yatan yang artinya melihat. Menurut istilah riya adalah memperlihatkan diri kepada orang lain agar keberadaannya baik ucapan, tulisan, sikap, maupun amal perbuatannya diketahui. Riya’ adalah mengerjakan suatu perbuatan atau ibadah untuk mendapatkan pujian dari orang lain, bukan karena Allah semata. Orang riya’ tidak ikhlas dalam beramal, ia senantiasa pamer dan cari perhatian supaya mendapat pujian, sanjungan dan pengakuan. Ada beberapa ayat yang membahas tentang riya’ antara lain : QS. Al-Ma’un : 4-7, QS. AlBaqarah : 264, dan QS. An-Nisa’ : 142. 2. Bentuk Riya’ a) Riya’ dalam niat Ketika seseorang akan melakukan sebuah amal dalam hatinya telah ada keinginan atau tujuan selain mencari ridha Allah. Ia sejak awal telah mempunyai niat tidak ikhlas. Padahal diterima atau tidaknya amal ibadah



yang



kita



lakukan



sangatlah



bergantung



pada



niat.



“Sesungguhnya sahnya segala perbuatan itu bergantung pada niatnya” (HR. Muslim) b) Riya’ dalam perbuatan Yang dimaksud dengan riya’ dalam perbuatan adalah ketika kita melakukan sebuah amal ibadah ia berharap mendapat perhatian dari 12



orang lain. Ciri-cirinya adalah ia melakukan amal ibadah dengan sungguh-sungguh, penuh semangat tatkala ada orang lain yang melihatnya. Contoh: seorang anak belajar sungguh-sungguh ketika orang tuanya ada di rumah. Namun tatkala orang tuanya tidak ada, ia tidak belajar lagi atau menjadi kendor semangatnya. Salah satu sifat lagi yang erat kaitannya dengan riya’ adalah sum’ah, yaitu suka memperdengarkan



atau



menceritakan



kebaikan-kebaikannya,



keberhasilannya kepada orang lain dengan tujuan ia mendapat pujian dari orang yang mendengarkan atau ia ingin dikatakan hebat. 3. Bahaya Riya’ a) Akan merasa hampa dan kecewa dalam batinnya apabila perhatian atau pujian yang ia harapkan ternyata tidak ia dapatkan; b) Muncul rasa tidak puas terhadap apa yang ia lakukan; c) Muncul sikap keberpura-puraan. 4. Cara Menanggulangi Penyakit Riya’ Upaya-upaya agar penyakit ruhani tersebut lenyap dari diri kita,di antaranya dengan cara: a) Memfokuskan niat ibadah, bahwa ibadah kita hanya untuk Allah; b) Hindari sikap suka memamerkan sesuatu yang kita punya, karena pada hakikatnya yang kita punya itu hanyalah milik Allah; c) Tidak menimbulkan kecemburuan sosial bagi orang lain.



13



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari materi diatas, dapat kita tarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Hubbud dunya adalah sumber kehancuran umat. Penyakit ini sangat berbahaya karena dapat melemahkan sekaligus menggerus keimanan umat Muslim kepada Allah SWT. Bahkan, Rasulullah SAW sangat risau jika umat-Nya sampai terkena hubbud dunya. Rasulullah SAW bersabda, “Demi Allah, bukan kemiskinan yang aku khawatirkan akan menimpa diri kalian. Akan tetapi, aku khawatir jika dunia ini dibentangkan untuk kalian sebagaimana ia dibentangkan untuk orang-orang sebelum kalian sehingga kalian berlomba sebagaimana mereka berlomba, dan akhirnya kalian hancur sebagaimana mereka hancur.” (HR Bukhari-Muslim) 2. Menurut Imam An-Nawawi sebagaimana disebutkan dalam Riyadhus Shalihin, hasad adalah menginginkan hilangnya nikmat dari yang memperolehnya, baik itu nikmat dalam agama ataupun dalam perkara dunia. Imam Al-Ghazali pernah mengatakan, "Ketahuilah, tidaklah hasad itu kecuali kepada perkara nikmat. Jika Allah memberikan suatu nikmat kepada saudaramu, maka engkau akan mengalami satu dari dua hal. Pertama, engkau membenci nikmat tersebut dan menginginkan nikmat itu hilang, maka inilah yang disebut hasad," 3. Menurut Ibnul Mubarak sifat `ujub adalah ketika seseorang merasa bahwa dirinya mempunyai suatu kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Dan `ujub termasuk penyakit batin. 4. Riya’ adalah mengerjakan suatu perbuatan atau ibadah untuk mendapatkan pujian dari orang lain, bukan karena Allah semata. Orang riya’ tidak ikhlas dalam beramal, ia senantiasa pamer dan cari perhatian supaya mendapat pujian, sanjungan dan pengakuan. Ada beberapa ayat yang membahas 14



tentang riya’ antara lain : QS. Al-Ma’un : 4-7, QS. Al-Baqarah : 264, dan QS. An-Nisa’ : 142. B. Saran Dengan adanya pembuatan makalah ini kami dapat mengetahui lebih mendalam tentang Induk-Induk Akhlak Tercela, serta kami berharap dengan adanya karya tulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah ini. Kami sebagai penulis menyadari masih ada kekurangan maupun ketidaksempurnaan dalam hal penyusunan karya ilmiah ini, oleh karena itu kami harap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang menjadi acuan untuk kami sebagai penulis lebih baik lagi kedepannya dalam membuat karya ilmiah.



15



DAFTAR PUSTAKA https://id.wikipedia.org/wiki/Ujub, diakses pada 11 April 2023 https://kumparan.com/berita-hari-ini/hubbud-dunya-arti-ciri-ciri-dan-caramenghindarinya-1x559oJ7Ul8, diakses pada 11 April 2023 https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5798540/riya-adalah-penyakit-hatiyang-harus-dihindari-ini-ciri-cirinya, diakses pada 11 April 2023 https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6316114/pengertian-hasad-akibat-dancara-mencegahnya, diakses pada 11 April 2023



16