Makalah Alkohol Dan Eter [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ALKOHOL DAN ETER



DISUSUN OLEH : IHRAM MAULANA KELAS : XII IPS 3



DIBIIMBING OLEH: Bpk SAHBUDIN, S.Pd



SMA NEGERI 1 WOHA TAHU AJARAN 2020 / 2021



KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi kesempatan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan tugas ini. Untuk memenuhi nilai, kami membuat tugas ini dengan judul “Makalah Kimia Alkohol Eter”. Kami mendapatkan banyak pengarahan dan bantuan dalam penyusunan tugas makalah ini. Untuk itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh rekan dan guru. Kami berusaha untuk dapat menyelesaikan tugas ini dengan sebaikbaiknya dan semaksimal mungkin. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam proses pembuatan dan penulisan makalah ini. Sehingga kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak yang bertujuan untuk kesempurnaan dari tugas ini. Kami selaku penulis makalah ini, meminta maaf apabila ada kesalahan. Kami berharap semoga pembaca mendapatkan pelajaran, materi dan hikmah dari tugas ini.



Bima, Januari 2021



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah senyawa karbon itu sangat banyak, sehingga untuk memudahkannya senyawasenyawa tersebut dikelompokkan berdasarkan sifat khas yang dimiliki oleh senyawa-senyawa tersebut. Misalnya saja senyawa karbon alkohol dan eter. Cara pengelompokkan itu dapat dilihat dari sudut pandang tentang ketatanamaan senyawa karbon tersebut atau dilihat juga dari sifatnya, baik sifat secara fisik maupun kimia. Kimia senyawa karbon tersebut sebenarnya meliputi hampir setiap aspek kehidupan kita. Misalnya saja dalam dunia medis, makanan, bahkan bahan bakar pun banyak yang terbuat dari senyawa-senyawa karbon tersebut. Sehingga banyak manusia yang tidak memperhatikan dan menyadari akan adanya senyawa-senyawa karbon tersebut. B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas, maka timbullah berbagai masalah yang dapat di identifikasi, yaitu sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan alkohol? 2. Bagaimana struktur, rumus umum, serta ketatanamaan dari alkohol? 3. Apa saja sifat-sifat yang dimiliki oleh alkohol? 4. Bagaimana pembuatan alkohol? 5. Apa kegunaan senyawa karbon alkohol bagi kehidupan? 6. Apa yang dimaksud dengan eter? 7. Bagaimana struktur, rumus umum, serta ketatanamaan dari eter? 8. Apa saja sifat-sifat yang dimiliki oleh eter? 9. Bagaimana pembuatan eter? 10. Apa kegunaan senyawa karbon eter bagi kehidupan?



C. Tujuan Makalah ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui tentang alkohol. 2. Untuk mengetahui struktur, rumus umum, serta tata nama dari alkohol. 3. Untuk mengetahui sifat-sifat yang dimiliki oleh alkohol. 4. Untuk mengetahui cara pembuatan alkohol. 5. Untuk mengetahui kegunaan alkohol bagi kehidupan manusia. 6. Untuk mengetahui tentang eter 7. Untuk mengetahui struktur, rumus umum, serta tata nama dari eter. 8. Untuk mengetahui sifat-sifat yang dimiliki oleh eter. 9. Untuk mengetahui cara pembuatan eter. 10. Untuk mengetahui kegunaan eter bagi kehidupan manusia. D. Manfaat 1. Kita dapat mengetahui tentang alkohol. 2. Kita dapat mengetahui struktur, rumus umum, serta tata nama dari alkohol. 3. Kita dapat mengetahui sifat-sifat yang dimiliki oleh alkohol. 4. Kita dapat mengetahui cara pembuatan alkohol. 5. Kita dapat mengetahui kegunaan alkohol bagi kehidupan manusia. 6. Kita dapat mengetahui tentang eter 7. Kita dapat mengetahui struktur, rumus umum, serta tata nama dari eter. 8. Kita dapat mengetahui sifat-sifat yang dimiliki oleh eter. 9. Kita dapat mengetahui cara pembuatan eter. 10. Kita dapat mengetahui kegunaan eter bagi kehidupan manusia.  



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ALKOHOL Alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebut grain alcohol; dan kadang untuk minuman yang mengandung alkohol. Hal ini disebabkan karena memang etanol yang digunakan sebagai bahan dasar pada minuman tersebut, bukan metanol, atau grup alkohol lainnya. Begitu juga dengan alkohol yang digunakan dalam dunia famasi. Alkohol yang dimaksudkan adalah etanol. Sebenarnya alkohol dalam ilmu kimia memiliki pengertian yang lebih luas lagi. Dalam kimia, alkohol (atau alkanol) adalah istilah yang umum untuk senyawa organik apa pun yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon, yang ia sendiri terikat pada atom hidrogen dan/atau atom karbon lain. 1. STRUKTUR Gugus fungsional alkohol adalah gugus hidroksil yang terikat pada karbon hibridisasi sp3. Ada tiga jenis utama alkohol - 'primer', 'sekunder, dan 'tersier'. Nama-nama ini merujuk pada jumlah karbon yang terikat pada karbon C-OH. Alkohol primer paling sederhana adalah metanol. Alkohol sekunder yang paling sederhana adalah 2-propanol, dan alkohol tersier 2. RUMUS KIMIA UMUM Rumus kimia umum alkohol adalah CnH2n+1-OH' 3. NAMA-NAMA UNTUK ALKOHOL a. Nama Sistematik Dalam sistem tatanama IUPAC, nama-nama senyawa alkana kehilangan akhiran "e" dan diganti dengan "ol", contohnya metana menjadi metanol dan etana menjadi etanol. Ketika dibutuhkan, posisi dari gugus hidroksil dapat diketahui dari nomor diantara nama alkana dan "ol": 1-propanol untuk CH3CH2CH2OH, 2-propanol untuk CH3CH(OH)CH3. Jika ada gugus fungsi yang lebih tinggi (seperti aldehida, keton, atau asam karboksilat, maka awalannya adalah "hidroksi", contohnya: 1-hidroksi-2-propanon (CH3COCH2OH).[2]



Beberapa contoh senyawa alkohol dan bagaimana menamainya Penggunaan tatanama IUPAC dipakai di publikasi-publikasi ilmiah dan diperlukan identifikasi detail terhadap substansi tersebut. Pada konteks lainnya, alkohol biasanya disebut dengan gugus alkil ditambah dengan kata "alkohol", misalnya metil alkohol, etil alkohol. Propil alkohol dapat disebut n-propil alkohol atau isopropil alkohol, tergantung dari dimana gugus fungsinya berikatan, berikatan pada karbon pertama atau kedua pada rantai propana. Alkohol dapat dikelompokkan menjadi alkohol primer, alkohol sekunder, dan alkohol tersier, tergantung dari berapa banyak atom karbon lain yang berikatan dengan atom karbon yang juga mengikat gugus hidroksil. Alkohol primer mempunyai rumus umum RCH 2OH; alkohol sekunder rumus umumnya RR'CHOH; dan alkohol tersier rumus umumnya RR'R"COH, dimana R, R', dan R" melambangkan gugus alkil. Etanol dan n-propil alkohol adalah contoh alkohol primer; isopropil alkohol adalah contoh alkohol sekunder. Penggunaan awalan sek- (atau s-) dan tert- (atau t-), biasanya ditulis dalam huruf miring, dapat digunakan sebelum nama gugus alkil untuk membedakan alkohol sekunder dan alkohol tersier dari alkohol primer. Contohnya, isopropil alkohol juga dapat disebut sek-propil alkohol, dan alkohol tersier (CH3)3COH, atau 2-metil-2-propanol juga dapat disebut dengan tert-butil alkohol atau tert-butanol. b. Nama Umum/Trivial/Perdagangan  Rumus kimia   Nama IUPAC  Alkohol monohidrik CH3OH Metanol C2H5OH Etanol C3H7OH Isopropil alkohol C5H11OH Pentanol C16H33OH 1-Heksadekanol Alkohol polihidrik



 Nama umum  Alkohol kayu Alkohol gandum Alkohol gosok Amil alkohol Cetil alkohol



C2H4(OH)2 1,2-etadienol C3H5(OH)3 1,2,3-propatrienol C4H6(OH)4 1,2,3,4-butatetraenol C5H7(OH)5 1,2,3,4,5-pentapentanol C6H8(OH)6 1,2,3,4,5,6-heksaheksanol C7H9(OH)7 1,2,3,4,5,6,7-heptaheptanol Alkohol alifatik tidak tersaturasi C3H5OH Prop-2-ene-1-ol C10H17OH 3,7-Dimethylocta-2,6-dien-1-ol C3H3OH Prop-2-in-1-ol Alkohol alisiklik C6H6(OH)6 Cyclohexane-1,2,3,4,5,6-geksol C10H19OH 2 - (2-propyl)-5-methyl-cyclohexane-1-ol



Etilen glikol Gliserol Eritritol Xylitol Mannitol, Sorbitol Volemitol Alil alkohol Geraniol Propargil alkohol Inositol Mentol



4. KEASAMAN Alkohol adalah asam lemah, karena perbedaan keelektronegatifan antara Oksigen dan Hidrogen pada gugus hidroksil, yang memampukan Hidrogen lepas dengan mudah. Bila di dekat Karbon Hidroksi terdapat gugus penarik elektron seperti fenil atau halogen, maka keasaman meningkat. Sebaliknya, semakin banyak gugus pendorong elektron seperti rantai alkana, keasaman menurun. 5. METANOL DAN ETANOL Dua alkohol paling sederhana adalah metanol dan etanol (nama umumnya metil alkohol dan etil alkohol) yang strukturnya sebagai berikut: H



HH



|



||



H-C-O-H |



H-C-C-O-H



||



H



HH



metanol



etanol



Dalam peristilahan umum, "alkohol" biasanya adalah etanol atau grain alcohol. Etanol dapat dibuat dari fermentasi buah atau gandum dengan ragi. Etanol sangat umum digunakan, dan telah dibuat oleh manusia selama ribuan tahun. Etanol adalah salah satu obat rekreasi (obat yang digunakan untuk bersenang-senang) yang paling tua dan paling banyak digunakan di dunia. Dengan meminum alkohol cukup banyak, orang bisa mabuk. Semua alkohol bersifat toksik (beracun), tetapi etanol tidak terlalu beracun karena tubuh dapat menguraikannya dengan cepat.







isopropil alkohol (sec-propil alcohol, propan-2-ol, 2-propanol) H3C-CH(OH)-CH3, atau alkohol gosok







etilena glikol (etana-1,2-diol) HO-CH2-CH2-OH, yang merupakan komponen utama dalam antifreeze







gliserin (atau gliserol, propana-1,2,3-triol) HO-CH2-CH(OH)-CH2-OH yang terikat dalam minyak dan lemak alami, yaitu trigliserida (triasilgliserol)







Fenol adalah alkohol yang gugus hidroksilnya terikat pada cincin benzena



Alkohol digunakan secara luas dalam industri dan sains sebagai pereaksi, pelarut, dan bahan bakar. Ada lagi alkohol yang digunakan secara bebas, yaitu yang dikenal di masyarakat sebagai spirtus. Awalnya alkohol digunakan secara bebas sebagai bahan bakar. Namun untuk mencegah penyalahgunaannya untuk makanan atau minuman, maka alkohol tersebut didenaturasi. denaturated alcohol disebut juga methylated spirit, karena itulah maka alkohol tersebut dikenal dengan nama spirtus. 6. SIFAT-SIFAT ALKOHOL A. Sifat Fisik a.  Tiga suku pertama alkohol (metanol, etanol, dan propanol) mudah larut dalam air dengan semua perbandingan. Alkohol merupakan cairan tidak berwarna (jernih) dan berbau khas. b. Titik cair dan titik didihnya meningkat sesuai dengan bertambahnya Mr alkanol. B. Sifat Kimia a.  Ikatan Hidrogen Antarmolekul hidrogen terdapat ikatan hidrogen. b. Kepolaran Alkohol bersifat polar karena memiliki gugus OH. Kepolaran alkohol akan makin kecil jika suhunya makin tinggi. c.  Reaksi Dengan Logam Alkohol kering dapat bereaksi dengan logam K dan Na. d. Oksidasi Alkohol primer dan sekunder dapat dioksidasi dengan menggunakan oksidator, tetapi alkohol tersier tidak.



7. PENGGUNAAN a. Pengawet Alkohol juga dapat digunakan sebagai pengawet untuk hewan koleksi (yang ukurannya kecil). b. Otomotif Alkohol dapat digunakan sebagai bahan bakar otomotif. Etanol dan metanol dapat dibuat untuk membakar lebih bersih dibanding bensin atau diesel. Alkohol dapat digunakan sebagai antibeku pada radiator. Untuk menambah penampilan mesin pembakaran dalam, metanol dapat disuntikan kedalam mesin Turbocharger dan Supercharger. Ini akan mendinginkan masuknya udara kedalam pipa masuk, menyediakan masuknya udara yang lebih padat. B. ETER Eter adalah suatu senyawa organik yang mengandung gugus R—O—R', dengan R dapat berupa alkil maupun aril. Contoh senyawa eter yang paling umum adalah pelarut dan anestetik dietil eter (etoksietana, CH3-CH2-O-CH2-CH3). Eter sangat umum ditemukan dalam kimia organik dan biokimia, karena gugus ini merupakan gugus penghubung pada senyawa karbohidrat dan lignin. Struktur dan ikatan Eter memiliki ikatan C-O-C yang bersudut ikat sekitar 110° dan jarak C-O sekitar 140 pm. Sawar rotasi ikatan C-O sangatlah rendah. Menurut teori ikatan valensi, hibridisasi oksigen pada senyawa eter adalah sp3. Oksigen lebih elektronegatif daripada karbon, sehingga hidrogen yang berada pada posisi alfa relatif terhadap eter bersifat lebih asam daripada hidrogen senyawa hidrokarbon. Walau demikian, hidrogen ini kurang asam dibandingkan dengan alfa hidrogen keton. Struktur Serupa Eter tidak boleh disamakan dengan gugus-gugus sejenis berikut yang mempunyai stuktur serupa - R-O-R. 



Senyawa aromatik seperti furan di mana oksigen adalah sebahagian daripada sistem aromatik.







Senyawa dengan atom-atom karbon yang bersebelahan dengan oksigen terikat dengan oksigen, nitrogen, atau sulfur:



o Ester R-C(=O)-O-R o Asetal R-CH(-O-R)-O-R o Aminal R-CH(-NH-R)-O-R o Anhidrida R-C(=O)-O-C(=O)-R Sifat-sifat fisika Molekul-molekul eter tidak dapat berikatan hidrogen dengan sesamanya, sehingga mengakibatkan senyawa eter memiliki titik didih yang relatif rendah dibandingkan dengan alkohol. Eter bersifat sedikit polar karena sudut ikat C-O-C eter adalah 110 derajat, sehingga dipol CO tidak dapat meniadakan satu sama lainnya. Eter lebih polar daripada alkena, namun tidak sepolar alkohol, ester, ataupun amida. walau demikian, keberadaan dua pasangan elektron menyendiri pada atom oksigen eter, memungkinkan eter berikatan hidrogen dengan molekul air.Eter dapat dipisahkan secara sempurna melalui destilasi. Eter siklik seperti tetrahidrofuran dan 1,4-dioksana sangat larut dalam air karena atom oksigennya lebih terpapar ikatan hidrogen dibandingkan dengan eter-eter alifatik lainnya. Beberapa alkil eter Eter Struktur Dimetil eter Dietil eter Tetrahidrofura n Dioksana



CH3-O-CH3 CH3CH2-OCH2CH3 O(CH2)4 O(C2H4)2O



Titik lebur (°C) -138,5 -116,3



Titidk didih (°C) -23,0 34,4



Kelarutan dalam Momen 1 L H2O dipol (D)



-108,4



66,0



11,8



101,3



Larut pada semua 1,74 perbandingan Larut pada semua 0,45 perbandingan



70 g 69 g



1,30 1,14



Reaksi Eter secara umumnya memiliki reaktivitas kimia yang rendah, walaupun ia lebih reaktif daripada alkana. Beberapa contoh reaksi penting eter adalah sebagai berikut.[2] Pembelahan eter Walaupun eter tahan terhadap hidrolisis, ia dapat dibelah oleh asam-asam mineral seperi asam bromat dan asam iodat. Asam klorida hanya membelah eter dengan sangat lambat. Metil eter umumnya akan menghasilkan metil halida: ROCH3 + HBr → CH3Br + ROH



Reaksi ini berjalan via zat antara onium, yaitu [RO(H)CH3]+Br-. Beberapa jenis eter dapat terbelah dengan cepat menggunakan boron tribomida (dalam beberapa kasus aluminium klorida juga dapat digunakan) dan menghasilkan alkil bromida. Berganting pada substituennya, beberapa eter dapat dibelah menggunakan berbagai jenis reagen seperti basa kuat. Pembentukan peroksida Eter primer dan sekunder dengan gugus CH di sebelah oksigen eter, dapat membentuk peroksida, misalnya dietil eter peroksida. Reaksi ini memerlukan oksigen (ataupun udaara), dan dipercepat oleh cahaya, katalis logam, dan aldehida. Peroksida yang dihasilkan dapat meledak. Oleh karena ini, diisopropil eter dan tetrahidrofuran jarang digunakan sebagai pelarut. Sebagai basa Lewis Eter dapat berperan sebagai basa Lewis maupun basa Bronsted. Asam kuat dapat memprotonasi oksigen, menghasilkan "ion onium". Contohnya, dietil eter dapat membentuk kompleks dengan boron trifluorida, yaitu dietil eterat (BF3.OEt2). Eter juga berkooridasi dengan Mg(II) dalam reagen Grignard. Polieter (misalnya eter mahkoya) dapat mengikat logam dengan sangat kuat. Sintesis Eter dapat disintesis melalui beberapa cara: Dehidrasi alkohol Dehidrasi senyawa alkohol dapat menghasilkan eter: 2 R-OH → R-O-R + H2O Reaksi ini memerlukan temperatur yang tinggi (sekitar 125 °C). Reaksi ini dikatalisis oleh asam, biasanya asam sulfat. Metode ini efektif untukn menghasilkan eter simetris, namun tidak dapat digunakan untuk menghasilkan eter tak simetris. Dietil eter dihasilkan dari etanol menggunakan metode ini. Eter siklik dapat pula dihasilkan menggunakan metode ini. Sintesis eter Williamson Eter dapat pula dibuat melalui substitusi nukleofilik alkil halida oleh alkoksida R-ONa + R'-X → R-O-R' + NaX



Reaksi ini dinamakan sintesis eter Williamson. Reaksi ini melibatkan penggunaan alkohol dengan basa kuat, menghasilkan alkoksida, yang diikuti oleh adisi pada senyawa alifatik terkait yang memiliki gugus lepas (R-X). Gugus lepas tersebut dapat berupa iodida, bromida, maupun sulfonat. Metode ini biasanya tidak bekerja dengan baik dengan aril halida (misalnya bromobenzena). Reaksi ini menghasilkan rendemen reaksi yang tinggi untuk halida primer. Halida sekunder dan tersier sangat rawan menjalani reaksi eliminasi E2 seketika berpaparan dengan anion alkoksida yang sangat basa. Dalam reaksi lainnya yang terkait, alkil halida menjalani substitusi nukleofilik oleh fenoksida. R-X tidak dapat digunakan untuk bereaksi dengan alkohol. Namun, fenol dapat digunakan untuk menggantikan alkohol. Oleh karena fenol bersifat asam, ia dapat bereaksi dengan basa kuat seperti natrium hidroksida, membentuk ion fenoksida. Ion fenoksida ini kemudian mensubstitusi gugus -X pada alkil halida, menghasilkan eter dengan gugus aril yang melekat padanya melalui mekanisme reaksi SN2. C6H5OH + OH- → C6H5-O- + H2O C6H5-O- + R-X → C6H5OR Kondensasi Ullmann Kondensasi Ullmann mirip dengan metode Williamson, kecuali substratnya adalah aril halida. Reaksi ini umumnya memerlukan katalis, misalnya tembaga. Adisi elektrofilik alkohol ke alkena Alkohol dapat melakukan reaksi adisi dengan alkena yang diaktivasi secara elektrofilik. R2C=CR2



+ R-OH → R2CH-C(-O-R)-R2



Katalis asam diperlukan agar reaksi ini dapat berjalan. Biasanya merkuri trifluoroasetat (Hg(OCOCF3)2) digunakan sebagai katalis. Pembuatan epoksida Epoksida biasanya dibuat melalui oksidasi alkena. Eposida yang paling penting dalam industri adalah etilena oksida, yang dihasilkan melalui oksidasi etilena dengan oksigen. Epoksida lainnya dapat dihasilkan melalui dua cara: 



Melalui oksidasi alkena dengan peroksiasam seperti Asam meta-kloroperoksibenzoat (m-CPBA).







Melalui substitusi nukleofilik intramolekuler halohidrin.



Beberapa eter penting Etilena oksida



Eter siklik yang paling sederhana.



Dimetil eter



Merupakan propelan pada aerosol. Merupakan bahan bakar alternatif yang potensial untuk mesin diesel karena mempunyai bilangan cetan sebesar 56-57. Merupakan pelarut umum pada suhu rendah (b.p. 34.6°C), dan dulunya merupakan zat anestetik. Digunakan sebagai cairan starter kontak pada mesin diesel. Pelarut pada suhu tinggi (b.p. 85°C):



Dietil eter



Dimetoksimetana (DME) Dioksana



Merupakan eter siklik dan pelarut pada suhu tinggi (b.p. 101.1°C).



Tetrahidrofuran (THF)



Eter siklik, salah satu eter yang bersifat paling polar yang digunakan sebagai pelarut.



Anisol (metoksibenzena)



Merupakan eter aril dan komponen utama minyak esensial pada biji adas manis.



Eter mahkota Polietilen (PEG)



Polieter siklik yang digunakan sebagai katalis transfer fase. glikol Merupakan polieter linear, digunakan pada kosmetik dan farmasi.



BAB III PEMBAHASAN A. ALKOHOL 1. Rumus Umum Alkohol mempunyai rumus umum R-OH. Dengan gugus fungsi –OH. Contoh: CH3-CH2-OH 2. Tata Nama a. Penamaan secara IUPAC, yaitu dengan mengganti akhiran a pada alkana dengan akhiran ol (alkana menjadi alkanol). b. Penamaan secara trivial, yaitu dimulai dengan menyebut nama gugus alkil yang terikat pada gugus –OH kemudian diikuti kata alkohol. Contoh: CH3-CH2-OH



“Etanol” (IUPAC) “Etil Alkohol” (TRIVIAL)



3. Jenis-jenis Alkohol a.       Alkohol Primer Alkohol Primer, yaitu alkohol yang gugus fungsinya (-OH) terikat pada atom C primer. Contoh: CH3-CH2-OH b.      Alkohol Sekunder Alkohol sekunder, yaitu alkohol yang gugus fungsinya (-OH) terikat pada atom C sekunder. Contoh: CH3-CH3-CH-OH   CH3 c.       Alkohol Tersier Alkohol tersier, yaitu alkohol yang gugus fungsinya (-OH) terikat pada atom C tersier. Contoh: CH3   CH3-CH3-C-OH CH3



4. Sifat-Sifat a.       Sifat Fisik - Tiga suku pertama alkohol (metanol, etanol, dan propanol) mudah larut dalam air dengan semua perbandingan. Alkohol merupakan cairan tidak berwarna (jernih) dan berbau khas. - Titik cair dan titik didihnya meningkat sesuai dengan bertambahnya Mr alkohol. b.      Sifat Kimia IKATAN HIDROGEN



KEPOLARAN



Antarmolekul Alkohol bersifat polar hidrogen terdapat karena memiliki gugus OH. ikatan hidrogen. Kepolaran alkohol akan makin kecil jika suhunya makin tinggi.



REAKSI DENGAN LOGAM



OKSIDASI



Alkohol kering dapat bereaksi dengan logam K dan Na.



Alkohol primer dan sekunder dapat dioksidasi dengan menggunakan oksidator, tetapi alkohol tersier tidak.



5. Alkohol Utama dan Kegunaan a.       Metanol Metanol merupakan zat cair tidak berwarna, berbau khas alkohol, bersifat racun karena dosis sedikit saja mata dapat menjadi buta bahkan kematian. Penggunaan metanol antara lain sebagai pelarut, membuat pernis, dan membuat formalin. b.      Etanol Etanol merupakan senyawa alkanol dan diperoleh melalui reaksi peragian (fermentasi) dengan bantuan enzim yang dihasilkan mikroorganisme dan biasa disebut sebagai ragi. Dalam industri etanol diperoleh dengan cara industri gas etena dengan katalis asam sulfat atau phospat.   c.       Alkanol Poliven GLIKOL Glikol dibuat melalui oksidasi etena dengan katalis perak, etilen oksida yang dihasilkan kemudian dihidrolisis pada suasana asam menjadi glikol. Fungsi utamanya adalah sebagai cairan anti beku, bahan industri plastik, serat poliester, dan etilen glikol digunakan sebagai bahan baku serat sintetik poliester (tetoron), atau cairan tambahan pada radiator mobil agar tahan terhadap over heating.



GLISEROL Gliserol merupakan cairan tidak berwarna, kental, dan rasanya manis. Gliserol dihasilkan dari hidrolisis lemak/minyak. Gliserol digunakan untuk pelarut obatobatan seperti obat batuk, body lotion, juga sebagai bahan baku pembuat bahan peledak/dinamit (trinitrogliserin).



B. ETER 1. Rumus Umum Eter mempunyai rumus umum R-O-R’. Dengan gugus fungsi –O- dapat sama dan dapat berbeda. Contoh: CH3-0-CH3 2. Tata Nama Ada 2 cara pemberian nama eter, yaitu: a. Penamaan secara trivial dimulai dengan menyebut nama alkil yang terikat pada gugus –O- kemudian diikuti oleh kata eter. b. Penamaan berdasarkan IUPAC, yaitu dengan mengganti akhiran ana pada alkana asal dengan akhiran oksi. Contoh: CH3-O-CH3



“Metoksi Metana” (IUPAC) “Dimetil Eter” (TRIVIAL)



3. Sifat-Sifat a. Eter mudah menguap, mudah terbakar, dan beracun. b. Bereaksi dengan HBr atau HI. c. Eter tidak membentuk ikatan hidrogen di antara molekul-molekulnya, sehingga titik didihnya lebih rendah jika dibandingkan dengan titik didih alkohol yang massa molekul relatifnya sama. Titik didih eter sebanding dengan titik didih alkana. 4. Pembuatan Eter dapat dibuat dengan jalan mereaksikan alkohol primer dengan asam sulfat pada suhu 140 0



C. 2CH3-CH2-OH



CH3-CH2-O-CH2-CH3+H2O



5. Kegunaan a. Eter dalam laboratorium digunakan sebagai pelarut yang baik untuk senyawa kovalen dan sedikit larut dalam air. b. Dalam bidang kesehatan, eter banyak digunakan untuk obat pembius atau anestetik. 



BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN 1. ALKOHOL Menurut ketatanamaannya alkohol dibagi menjadi 2 cara, yaitu cara IUPAC dan cara trivial. Dalam cara IUPAC, nama alkohol diturunkan dari nama alkana, dengan kahiran –a diganti dengan –ol. Sedangkan, dalam cara trivial nama alkohol selalu diawali dengan nama alkil diikuti kata alkohol. Gugus fungsi alkohol adalah –OH dengan menambahkan alkil pada rantainya maka terbentuklah rumus umum alkohol yaitu R-OH. Alkohol memiliki 2 sifat yaitu sifat fisik dan sifat kimia. Alkohol dapat digunakan sebagai bahan pelarut, disinfektan, dan bahan bakar. 2. ETER Menurut ketatanamaannya eter dibagi menjadi 2 cara, yaitu cara IUPAC dan cara trivial. Tata nama menurut IUPAC dilakukan dengan menetapkan alkil yang lebih kecil sebagai alkoksi dan alkil yang lebih besar sebagai alkana. Sedangkan, dalam tata nama dengan nama trivial dilakukan dengan menyebutkan nama alkil sesuai urutan abjad dan diakhiri eter. Jika kedua alkil sama digunakan awalan –di. Gugus fungsi eter adalah -Odengan menambahkan alkil pada rantainya maka terbentuklah rumus umum eter yaitu R-OR’. Eter memiliki 2 sifat yaitu sifat fisik dan sifat kimia. Eter dapat digunakan sebagai pelarut dan pengganti TEL. B. Saran Laporan hasil diskusi ini masih belum mencapai sempurna, sehingga pembaca dapat menambahkan atau menghapus bagian yang kurang.



DAFTAR PUSTAKA Kusnawan, E. 2008. Panduan Pembelajaran KIMIA untuk SMA/MA kelas XII. Bogor: PT.Siem & Co.Jakarta Utami, budi, dkk. 2010. KIMIA untuk SMA/MA kelas XII Program Ilmu Alam. Bandung: Buku Sekolah Elektronik Novianto, Ipung S.Pd. 2011. Buku Kerja SMA KIMIA kelas XII. Surakarta: Suara Media Sejahtera http://www.wikipedia.co.id