Makalah Amphibi Kelompok 6 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ZOOLOGI VETEBRATA ‘’AMPHIBI’’ Dosen : M. Hasyim Ansari Berutu, M.Pd.



Disusun Oleh : Kelompok 6 ( IV / P. BIOLOGI 1 ) Dian Kusuma wardana



(0310181041)



Fera Hastini



(0310182094)



Indah Sari Siregar



(0310182045)



Muhammad Fahmi Nasution



(0310182064)



Nurin Firzanah



(0310182054)



Rizka Riswani Lubis



(0310182082)



PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN 2020 1



Kata Pengantar Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kami kesehatan dan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami yang berjudul ‘’Amphibi ’’ Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak



selaku dosen mata kuliah



Zoology Vetebrata jurusan tadris biologi di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, atas dorongan, bimbingan dan bantuannya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Disadari bahwa dalam penyelesaian dan penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan.Disamping itu juga diperlukan lebih banyak referensi dalam penulisan makalah ini.Kritik dan saran sangat kami perlukan, agar makalah ini menjadi lebih baik ke depannya. Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi mahasiswa/i dalam proses pembelajaran, dan kiranya dapat digunakan juga sebagai bahan dalam penyelesaian persoalan.



Medan, 8 April 2020



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................i DAFTAR ISI ................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..................................................................................iii B. Rumusan Masalah .............................................................................iii C. Tujuan ..............................................................................................iii BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan Umum Amphibi .................................................................1 B. Manfaat Amphibi...............................................................................5 C. Integrasi Ayat Al-Quran ...................................................................6 D. Klasifikasi Amphibi ..........................................................................6 BAB III PENUTUP Kesimpulan.............................................................................................18 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................19



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Amfibi adalah kelompok terkecil di antara vertebrata, dengan jumlah hanya 3.000 spesies. Seperti ikan dan reptilia, amfibi adalah hewan berdarah dingin. Ini berarti amfibi tidak dapat mengatur suhu badannya sendiri. Untuk itu, amfibi memerlukan matahari untuk menghangatkan badan. Sebagai hewan yang berdarah dingin, amfibi tidak aktif dalam kondisi dingin. Pada kondisi ini mereka melakukan hibernasi, biasanya dalam lumpur di dasar kolam. Musim kawin amfibi sering berlangsung kacau. Amfibi jantan dan betina berkumpul bersama dalam jumlah besar. Setelah membuahi telur, biasanya amfibi tidak lagi mempedulikan telurnya. Hanya sedikit jenis amfibi yang melindungi telur. Umumnya spesies amfibi kecil mengandalkan penyamaran atau melarikan diri saat terancam pemangsa. Ada pula amfibi yang mengandalkan kulit yang mencolok untuk menakuti musuh. Ada jenis amfibi yang mempunyai racun dalam tubuhnya di dalam makalah ini akan membahas tentang amphibi. B. Rumusan masalah 1. Apa yang dimaksud dengan amphibi? 2. Apa ciri ciri dari amphibi? 3. bagaiman struktur tubuh ampibi? 4. Apa klasifikasi dari amphibi? 5. Apa integrasi al-quran tentang amphibi? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui apa itu amphibi 2. Untuk mengetahui ciri-ciri amphibi 3. Untuk mengetahui struktur tubuh amphibi 4. Untuk mengetahui klasifikasi dari amphibi 5. Untuk metahui integrasi al-quran tentang amphibi



iii



BAB II PEMBAHASAN A. TINJAUAN UMUM AMPHIBI Amfibi seperti kata harfiahnya yaitu: amphi ganda, bios hidup artinya adalah hewan yang hidup di dua alam yaitu di air dan darat. Amphibia adalah salah satu hewan bertulang belakang (vertebrata) yang suhu tubuhnya tergantung pada suhu lingkungan atau ectoterm. Sebagaimana jenis hewan lainnya, amfibi pada umumnya sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim, tanah, topografi dan vegetasi, baik dalam areal sempit maupun luas, akan saling berhubungan dan membentuk komunitas biotik. Amfibi dikenal sebagai hewan bertulang belakang yang suhu tubuhnya tergantung pada lingkungan, mempunyai kulit licin dan berkelenjar serta tidak bersisik. Sebagian besar mempunyai anggota gerak dengan jari. Amfibi terdiri dari tiga bangsa yaitu: Pertama, Caudata atau salamander merupakan satu-satunya amfibi yang tidak terdapat di Indonesia. Daerah terdekat yang di huni salamander adalah Vietnam, Laos dan Thailand Utara. Kedua, Gymnophiona atau sesilia, adalah amfibi seperti cacing, kepala dan mata yang tanpak jelas. Ketiga, Anura yang paling umum dijumpai dan dikenal dengan nama katak atau kodok. Amphibi mempunyai ciri-ciri umum sebagai berikut: a. Berdarah dingin (poikiloterm) b. Kulit halus dan kasar serta banyak mengandung kelenjar c. Sisik-sisik bila ada tersembunyi di dalam kulit d. Tengkorak berartikulasi dengan tulang atlas melalui dua condylus occipitalis e. Tungkai bila ada bertipe fentadactyla f. Eritrosit bikonveks, oval, dan bernukleus g. Jantung terdiri atas dua atrium, satu ventrikel dan satu konus h. Arcus artat simetris i. Pada stadium awal, pernafasan melalui insang j. Telur-telur amfibi dibungkus oleh bahan gelatin Ciri-ciri lain pada amfibi yaitu mempunyai dua pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat selaput renang yang terdapat diantara jari-jari kakinya, berfungsi untuk melompat dan berenang, matanya mempunyai selaput tambahan yang disebut 1



membrana niktitans yang sangat berfungsi waktu menyelam. Alat pernafasan pada saat dewasa berupa paru-paru dan kulit. Hidung amfibi mempunyai katup yang mencegah air masuk ke dalam rongga mulut ketika menyelam, dan berkembang biak dengan cara melepaskan telurnya dan dibuahi oleh yang jantan di luar tubuh induknya. a. Sistem Sirkulasi Amphibi Sistem sirkulasi pada amphibi menunjukkan adaptasi yang luar biasa untuk kehidupannya yang terbagi antara habitat akuatik dan terestrial. Pemisahan paru-paru dan sistemik sirkuit dianggap kurang efisien pada amphibi ketimbang ikan. Atrium terbagi secara sebagian pada Urodeles dan terbagi secara sempurna pada Anura. Ventrikelnya



tidak



memiliki



septa.



Katub



spiral



pada



conus



arteriosus atau pada ventral aorta membantu mengarahkan darah pada



paru-paru



dan



sistemik



sirkuit.



Sebagaimana



yang



didiskusikan nanti, pertukaran gas pada kulit pada amphibi, sama baiknya dengan pertukaran gas di paru-paru. Oleh karena itu, darah memasuki jantung bagian kanan hampir sama terisinya dengan baik oleh oksigen dengan darah yang memasuki jantung dari paru-paru! Ketika amphibi benar-benar tenggelam, semua pertukaran gas terjadi di seluruh kulit dan permukaan yang lembab lain dari tubuhnya; leh sebab itu, darah datang dari atrium kanan memiliki oksigen dengan konsentrasi tinggi daripada darah yang kembali pada atrium kiri dari paru-paru.



2



Gambar Sistem Sirkulasi Amphibi b.Sistem Pencernaan Amphibi Kebanyakan



amphibia



dewasa



adalah



karnivora



yang



memakan berbagai varietas dari hewan invertebrata. Diet beberapa Anura, bagaimanapun juga, lebih beragam. Misalnya, bullfrog akan memangsa mamalia kecil, burung, dan anggota Anura lain. Faktor utama yang menentukan apa yang akan amphibia makan adalah berdasarkan ukuran dan ketersediaan mangsa. Hampir semua larva adalah



herbivora



Kebanyakan mengandalkan



dan



amphibi



memakan



alga



mencari



mangsa



penglihatan



dan



dengan



serta



tanaman



mereka



gampang



lain.



dengan menunggu



mangsa hingga lewat. Organ penciuman pada salamander akuatik dan sesilia memainkan peran penting dalam mendeteksi mangsa. Banyak



salamander



secara



relatif



tidak



terspesialisasi



dalam



metode makan-memakan mereka. hanya menggunakan rahang mereka untuk menangkap mangsa.



Gambar Sistem Pencernaan Amphibi c. Sistem Pernafasan Amphibi Selama tahap larva sebagian besar amfibi bernafas dengan insang. Insang ini bukan tipe internal seperti pada ikan, tetapi insang eksternal.Struktur insang luar adalah filamenous, bertutup epitelium bersilia, umumnya mereduksi selama metamorphosis. Beberapa amfibi berekor, insang luar ini ada selama hidupnya. 3



Masalah fisiologis dari metamorphosis amfibi yang berubah dari kehidupan larva akuatik kekehidupan katak dewasa di darat, memang menarik untuk dipelajari. Umumnya pada larva akuatik, kadar hemoglobin lebih rendah sebagai akibat sedikitnya sirkulasi eritrosit sehingga insang lebih efisien, sebab secara umum aktivitas di lingkungan air lebih sedikit dibandingkan di darat. Struktur paru-paru pada amfibi masih sederhana. Amfibi yang hidup di air, permukaan dalam dari paru-paru lembut, tetapi sebagian besar dinding paru-paru pada katak dan kodok berisi lipatan alveoli sehingga meningkatkan permukaan pernafasan. Beberapa amfibi dari ordo Caudata memiliki trakhea pendek, disokong oleh kartilago terbagi dalam dua cabang yang membuka kearah paru-paru. Ujung dari trakhea atas diperluas, khususnya pada katak dan kodok, untuk membentuk larink atau voice box (sakusvocalis = kotaksuara), dimana pita suara berada. Pertemuan antara farink dan larink disebut glottis. Pada umumnya udara dipompa ke dalam paru-paru melalui proses yang sederhana. Sebagian besar amfibi bernafas melalui kulit, tetapi salamander ketika dewasa mendapatkan oksigen melalui kulit dan epitelium oral. Oleh sebab itu, berarti kulit harus dijaga kelembabannya. Amfibi darat dalam menjaga kelembaban tubuh ini dilengkapi dengan



sejumlah



kelenjar



rmukus



permukaan tubuh.



4



yang



didistribusikan



dari



Gambar Sistem Pernafasan Amphibi d.Sistem Reproduksi Fertilisasi berlangsung secara eksternal pada sebagian besar amfibia; jantan memegang erat-erat betina dan menumpahkan spermanya di atas telur-telur yang sedang dikeluarkan oleh betina. Amfibia biasanya bertelur di dalam air atau dilingkungan darat yang lembab. Telur tidak memiliki cangkang dan cepat mengering di dalam udara kering. Beberapa spesies amfibia bertelur dalam jumlah yang sangat banyak di kolam sementara, dan mortalitas telurnya tinggi. Sebaliknya, spesies-spesies yang bertelur dalam jumlah yang relatif sedikit dan menunjukkan berbagai macam pengasuhan anak. Bergantung pada spesies, jantan atau betina, mungkin membawa telur-telurnya di punggung, di dalam mulut, atau bahkan di dalam lambung. Katak-katak pohon tropis terbentuk mengaduk-aduk massa telurnya menjadi jaring-jaring berbuih yang tahan kekeringan. Ada pula spesies ovovivipar dan vivipar yang menyimpan telur-telurnya di dalam saluran reproduksi betina, tempat embrio dapat berkembang tanpa mengalami kekeringan.



Gambar Sistem Reproduksi Amphibi B. MANFAAT DAN PERAN AMPHIBI Dalam rantai makanan, peranan amphibi cukup penting untuk mengatur populasi serangga. Amphibi juga merupakan makanan bagi berbagai vertebrata lain, misalnya ular atau burung. Sebagian orang menjadikan amphibi (misalnya katak hijau) sebagai makanan untuk memperoleh asupan protein. Kemudian ada manfaat 5



dari beberapa katak, misalnya katak pelangi, katak ini akan mengembangkan diri sebagai mekanisme pertahanan sebagai predator. Kemudian katak beracun, amphibi ini sering disebut “katak panah” oleh pribumi Indian akibat penggunaan sekresi beracun mereka untuk meracuni ujung panahnya. Katak transparan biasanya digunakan oleh para ilmuan untuk melakukan penelitian mulai katak tersebut kecil hingga besar. Katak transparan yang berkilau bermanfaat untuk penelitian terhadap perkembangan sel kanker. Axolotl masih bersepupu dekat dengan tiger salamander. Salamander jenis ini adalah salamander yang digolongkan didalam salamander jenis berbahaya, karena dapat menyemburkan racun asin dari mulutnya, namun jika kelenjarnya dibuang dengan benar maka hewan ini dapat dijadikan peliharaan yang lucu. Mengatur populasi serangga, sebagai hewan vetebrata lain, sebagian orang menjadikan amphibi (seperti katak hijau) sebagai makanan untuk memperoleh makanan.



C. INTEGRASI AL-QUR’AN QS. Al-A'raf [7]:133 ٍ ٍ ‫الض َف ِادع والد‬ ‫استَكَْب ُروا َو‬ ْ َ‫َّم آيَات ُّم َفصَّاَل ت ف‬ َ َ َ َّ ‫فَأ َْر َسْلنَا َعلَْي ِه ُم الطُّوفَا َن َواجْلََر َاد َوالْ ُق َّم َل َو‬ ِ ‫ني‬ َ ‫َكانُوا َق ْو ًما جُّمْ ِرم‬ Artinya: Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa. Kemudian Kami kirimkan air bah kepada mereka hukuman atas penolakan dan pembangkangan mereka sehingga menenggelamkan lahan pertanian dan buah-buahan mereka. Lalu Kami kirimkan kepada mereka belalang untuk memakan hasil pertanian mereka. Kami juga mengirim kutu yang menyerang tanaman serta menyakiti manusia di rambut kepalanya. Lalu Kami kirimkan kepada mereka katak yang memenuhi wadah-wadah mereka, merusak makanan mereka dan mengganggu tidur mereka. Dan juga Kami kirimkan kepada mereka darah yang membuat air sumur dan sungai mereka berubah menjadi darah. Kami mengirimkan itu semua sebagai bukti yang 6



nyata dan datang silih berganti secara berturut-turut. Meskipun begitu banyak hukuman yang menimpa mereka, tetapi mereka tetap enggan untuk beriman kepada Allah dan percaya kepada ajaran yang dibawa oleh Musa -‘Alaihissalām-. Mereka adalah orang-orang yang suka berbuat maksiat, tidak mau meninggalkan kebatilan dan enggan mengikuti jalan yang benar. D. KLASIFIKASI AMPHIBI Adapun kedudukan amphibia dalam sistem klasifikasi yaitu: Kerajaan    : Animalia Filum         : Chordata Upafilum   : Vertebrata Superkelas : Tetrapoda Kelas         : Amphibia a.



Superordo Labyrintho 1. Ordo Temnospondyli Temnospondyli (dari bahasa Yunani τέμνειν ( temnein , "to cut") dan



σπόνδυλος ( spondylos , "vertebra") adalah urutan beragam tetrapoda kecil hingga raksasa — sering kali dianggap sebagai amfibi primitif —yang berkembang di seluruh dunia selama periode Karbon , Permian , dan Triasik. . Beberapa spesies berlanjut ke Cretaceous . Fosil telah ditemukan di setiap benua. Selama sekitar 210 juta tahun sejarah evolusi, mereka beradaptasi dengan berbagai habitat, termasuk air tawar, darat, dan bahkan lingkungan laut pesisir. Sejarah kehidupan mereka dipahami dengan baik, dengan fosil yang diketahui dari tahap larva , metamorfosis , dan kematangan. Sebagian besar temnospondyl bersifat semiquatic , meskipun beberapa hampir sepenuhnya terestrial, kembali ke air hanya untuk berkembang biak. Temnospondyl ini adalah beberapa vertebrata pertama yang sepenuhnya beradaptasi dengan kehidupan di darat. Meskipun temnospondyl dianggap amfibi, banyak yang memiliki karakteristik, seperti sisik, cakar, dan lempeng bertulang seperti baju besi, yang membedakan mereka dari amfibi modern. Temnospondyl telah dikenal sejak awal abad ke-19, dan pada awalnya dianggap reptil . Mereka digambarkan pada berbagai waktu sebagai batrachian , stegocephalians , dan labyrinthodonts , meskipun nama-nama ini sekarang jarang digunakan. Hewan-hewan yang sekarang dikelompokkan di Temnospondyli tersebar di antara beberapa kelompok amfibi hingga awal abad ke-20, ketika mereka 7



ditemukan milik takson yang berbeda berdasarkan pada struktur tulang belakang mereka. Temnospondyli berarti "memotong tulang belakang", karena setiap tulang belakang dibagi menjadi beberapa bagian. Para ahli tidak setuju apakah temnospondyl adalah leluhur amfibi modern ( katak , salamander , dan caecilian ), atau apakah seluruh kelompok mati tanpa meninggalkan keturunan apa pun. Hipotesis yang berbeda telah menempatkan amfibi modern sebagai keturunan temnospondyl, kelompok lain tetrapoda awal yang disebut lepospondyl , atau bahkan sebagai keturunan kedua kelompok (dengan caecilian berevolusi dari lepospondyl dan katak dan salamander yang berevolusi dari temnospondyl). Studi terbaru menempatkan keluarga temnospondyl yang disebut amfibiamid sebagai kerabat terdekat amfibi modern. Kesamaan pada gigi, tengkorak, dan struktur pendengaran menghubungkan kedua kelompok. Ordo Temnospondyli Masih terjadi perdebatan dalam sistem klasifikasi hewan Amfibi untuk ordo Temnospondyli ini. Di abad modern ini, Temnospondyli terbagi ke dalam kelas Reptil dan Amfibi. Jadi ada dua macam kelas yang disepakati. Bisa masuk Reptilian maupun Amfibian. Temnospondyli Amphibia, Contoh yang masuk ke dalam kategori kelas Amfibi adalah Edopoid, Euskelian, Dvinosaurian, Limmanarchian dan Stereospondyl. Kelimanya adalah binatang Amfibi purba yang telah punah. Bentuknya sangat mirip dengan Buaya. Tergolong vertebrata yang berdarah dingin pula. Semua ordo di atas sangat penting dalam perkembangan taksonomi atas hewan Amfibi. Uniknya, dalam ilmu taksonomi modern, ada pula yang menciptakan gagasan tentang kelas baru. Sub kelas Lissamphibia mencakup tiga ordo Amfibi yang masih hidup, yakni: Katak/Kodok, Sesilia dan Salamander. Namun terlepas dari perbedaan pendapat mengenai klasifikasi hewan Amfibi ini, memang hanya ada 3 ordo yang masih bisa diamati hingga hari ini. Karakteristik, Tengkorak temnospondyl berbentuk segitiga hingga parabola, dan sering kali sangat berornamen (dalam jumlah besar, individu dewasa) dengan pola poligonal dari punggung bukit juga ditemukan di banyak stegocephalian awal lainnya (baphetid, seymouriamorphs, amnion captorhinid, dll. ). Ornamen ini menunjukkan bahwa kulit melekat erat pada tengkorak. Alur garis sensorik terlihat pada tengkorak dewasa (serta remaja) dari beberapa spesies Ini menunjukkan gaya hidup sepenuhnya 8



akuatik dari taksa ini (setidaknya beberapa larva memiliki insang luar, sehingga mereka juga akuatik). Temnospondyl mempertahankan semua tulang dermal yang ditemukan pada sebagian besar kelompok stegocephalians lainnya, dengan kemungkinan tambahan tulang (seperti internasal, interfrontal, interparietal, dll.). Tulang ekstra ini telah diamati di banyak taksa, seperti Eryops beberapa dissorofoid dan beberapa stereospondyl trias. Langit-langit ditusuk oleh fenestra interpterygoidal luas (autapomorphy paling jelas dari kelompok ini. dan itu mempertahankan gading palatal besar. Tajam, kerucut, banyak gigi, dan taring palatal besar dari temnospondyl menunjukkan bahwa mereka adalah predator (karnivora, insektivora, piscivora, atau kombinasi dari semuanya). Temnospondyl air telah dianggap sebagai pemangsa penyergap pasif, bentik, pemangsa nektonik aktif, atau pemburu permukaan.



Gambar . Tengkorak Temnospondyl pada pandangan dorsal. A, Dendrerpeton acadianum . B, Eryops Eryops megacephalus . C, Tersomius texensis yang dissorophoid. D, archegosaurid Melosaurus vetustus 2. Ordo Anthracosauria Anthracosauria adalah suatu urutan amfibi seperti reptil yang punah (dalam arti luas) yang berkembang selama periode Karbon dan awal Permian , meskipun spesies mana yang dimasukkan tergantung pada definisi takson seseorang. "Anthracosauria" kadang-kadang digunakan untuk merujuk pada semua tetrapoda yang lebih dekat hubungannya dengan amniotes seperti reptil , mamalia , dan burung , daripada lissamphibia seperti katak dan salamander . Istilah yang setara dengan definisi ini adalah Reptiliomorpha . Anthracosauria juga telah digunakan untuk 9



merujuk pada kelompok yang lebih kecil dari tetrapoda akuatik seperti buaya yang juga dikenal sebagai embolomer.



contoh hewan amfibi, Anthracosauria Anthracosaurus ini adalah contoh hewan amfibi yang mirip dengan reptil. Memiliki



julukan



lain



sebagai



“coal



lizards“.



Bentuknya



mirip



dengan



Labyrinthodontia, hanya saja ukuran tubuhnya lebih besar. Ada banyak perdebatan di kalangan ilmuwan karena bingung memasukkan hewan ini ke dalam kelas reptil atau amfibi. Pada akhirnya mereka malah menjuluki binatang purba ini sebagai “reptil yang mirip amfibi”. Hewan amfibi era jurassic ini berdasarkan hasil uji karbon dating terhadap fosilnya menunjukkan bahwa ia hidup di periode awal Permian. Hewan ini tergolong ke dalam filum tetrapoda, alias hewan yang berkaki 4. Spesies mirip kadal raksasa ini di zamannya dulu cukup mendominasi, ia hidup di daerah yang kaya dengan batubara, makanya dijuluki juga sebagai Kadal Batubara. b. Superordo Sailentia 1. Ordo proanura Anggota-anggota ordo ini tidak dapat diketemukan atau dapat dikatakan telah punah. Anggota-anggota ordo ini hidupnya di habitat akuatik sebagai larva dan hanya sedikit saja yang menunjukkan perkembangan ke arah dewasa. Ciri-ciri umumnya adalah mata kecil, tungkai depan kecil, tanpa tungkai belakang, kedua rahang dilapisi bahan tanduk, mempunyai 3 pasang insang luar dan paru-paru mengalami sedikit perkembangan. Amphibi ini tidak menunjukkan adanya dua bentuk dalam daur hidupnya. 10



2. Ordo anura Nama anura mempunyai arti tidak memiliki ekor. Seperti namanya, anggota ordo ini mempunyai ciri umum tidak mempunyai ekor, kepala bersatu dengan badan, tidak mempunyai leher dan tungkai berkembang baik. Tungkai belakang lebih besar daripada tungkai depan. Hal ini mendukung pergerakannya yaitu dengan melompat. Pada beberapa famili terdapat selaput diantara jari-jarinya. Membrana tympanum terletak di permukaan kulit dengan ukuran yang cukup besar dan terletak di belakang mata. Kelopak mata dapat digerakkan. Mata berukuran besar dan berkembang dengan baik. Fertilisasi secara eksternal dan prosesnya dilakukan di perairan yang tenang dan dangkal. Ordo Anura dibagi menjadi 27 famili, yaitu: 



Ascaphidae







Leiopelmatidae







Bombinatoridae                      







Discoglossidae







Pipidae                                                







Rhinophrynidae







Megophryidae                         







Pelodytidae







Pelobatidae                             







Allophrynidae







Bufonidae                               







Branchycephalidae







Centrolenidae                          







Heleophrynidae







Hylidae







Leptodactylidae        







Myobatrachidae







Pseudidae                                







Rhinodermatidae







Sooglossidae                          







Arthroleptidae 11







Dendrobatidae                                    







Hemisotidae







Hyperoliidae                          







Microhylidae,







Ranidae                                  







Rachoporidae Kodok dan katak mengawali hidupnya sebagai telur yang diletakkan induknya



di air, di sarang busa, atau di tempat-tempat basah lainnya. Beberapa jenis kodok pegunungan menyimpan telurnya di antara lumut-lumut yang basah di pepohonan. Sementara jenis kodok hutan yang lain menitipkan telurnya di punggung kodok jantan yang lembab, yang akan selalu menjaga dan membawanya hingga menetas bahkan hingga menjadi kodok kecil. Katak mampu menghasilkan 5000-20000 telur, tergantung dari kualitas induk dan berlangsung sebanyak tiga kali dalam setahun. Telur-telur kodok dan katak menetas menjadi berudu atau kecebong yang bertubuh mirip ikan gendut, bernafas dengan insang dan selama beberapa lama hidup di air. Perlahan-lahan akan tumbuh kaki belakang, yang kemudian diikuti dengan tumbuhnya kaki depan, menghilangnya ekor dan bergantinya insang dengan paruparu. Kodok dan katak kawin pada waktu-waktu tertentu, misalnya pada saat bulan mati atau pada ketika menjelang hujan. Pada saat itu kodok-kodok jantan akan berbunyi-bunyi untuk memanggil betinanya, dari tepian atau tengah perairan. Beberapa jenisnya, seperti kodok tegalan (Fejervarya limnocharis) dan kintel lekat alias belentuk (Kaloula baleata), kerap membentuk ‘grup nyanyi’, dimana beberapa hewan jantan berkumpul berdekatan dan berbunyi bersahut-sahutan. Suara keras kodok dihasilkan oleh kantung suara yang terletak disekitar lehernya, yang akan menggembung besar manakala digunakan. Pembuahan pada kodok dilakukan diluar tubuh. Kodok jantan akan melekat dipunggung betinanya dan memeluk erat ketiak betina dari belakang. Sambil berenang di air, kaki belakang kodok jantan akan memijat perut kodok betina dan merangsang pengeluaran telur. Pada saat yang bersamaan kodok jantan akan melepaskan spermanya ke air, sehingga bisa membuahi telur-telur yang dikeluarkan si betina.



12



Ada 5 Famili yang terdapat di indonesia yaitu Bufonidae, Megophryidae, Ranidae, Microhylidae dan Rachoporidae. Adapun penjelasan mengenai kelima famili tersebut adalah sebagai berikut: a. Bufonidae Famili ini sering disebut kodok sejati. Ciri-siri umumnya yaitu kulit kasar dan berbintil, terdapat kelenjar paratoid di belakang tympanum dan terdapat pematang di kepala. Mempunyai tipe gelang bahu arciferal. Sacara diapophisis melebar, Bufo mempunyai mulut yang lebar akan tetapi tidak memiliki gigi. Tungkai belakang lebih panjang dari pada tungkai depan dan jari-jari tidak mempunyai selaput. Fertilisasi berlangsung secara eksternal. Famili ini terdiri dari 18 genera dan kurang lebih 300 spesies. Beberapa contoh famili Bufo yang ada di Indonesia antara lain: Bufo asper, Bufo biporcatus, Bufo melanosticus dan Leptophryne borbonica.



Klasifikasi Kingdom



: Animalia



Filum



: Chordata



Kelas



: Amphibi



Ordo



: Anura



Famili



: Bufonidae



Genus



: Bufo



Spesies



: Bufo melanostictus



b. Megophryidae Ciri khas yang paling menonjol adalah terdapatnya bangunan seperti tanduk di atas matanya, yang merupakan modifikasi dari kelopak matanya. Pada umumnya famili ini berukuran tubuh kecil. Tungkai relatif pendek sehingga pergerakannya lambat dan kurang lincah. Gelang bahu bertipe firmisternal. Hidup di hutan dataran tinggi. Pada fase berudu terdapat alat mulut seperti mangkuk untuk mencari makan di permukaan air. Adapun contoh spesies anggota famili ini adalah Megophrys montana dan Leptobranchium hasselti     Megophrys montana. Klasifikasi Kingdom



: Animalia 13



Filum



: Chordata



Kelas



: Amphibi



Ordo



: Anura



Famili



: Megophryidae



Genus



: Megophrys



Spesies



: Megophrys montana 



c. Ranidae Famili ini sering disebut juga katak sejati. Bentuk tubuhnya relatif ramping. Tungkai relatif panjang dan diantara jari-jarinya terdapat selaput untuk membantu berenang. Kulitnya halus, licin dan ada beberapa yang berbintil. Gelang bahu bertipe firmisternal. Pada kepala tidak ada pematang seperti pada Bufo.Mulutnya lebar dan terdapat gigi seperti parut di bagian maxillanya. Sacral diapophysis gilig.Fertilisasi secara eksternal dan bersifat ovipar. Famili ini terdiri dari 36 genus. Adapun contoh spesiesnya



adalah: Rana



chalconota,



Rana



hosii,



Rana



erythraea,



Rana



nicobariensis, Fejervarya cancrivora, Fejervarya limnocharis, Limnonectes kuhli, Occidozyga sumatrana. Klasifikasi Kingdom



: Animalia



Filum



: Chordata



Kelas



: Amphibi



Ordo



: Anura



Famili



: Ranidae



Genus



: Rana



Spesies



: Rana chalconota



d. Microhylidae Famili ini anggotanya berukuran kecil, sekitar 8-100 mm. Kaki relatif panjang dibandingkan dengan tubuhnya. Terdapat gigi pada maxilla dan mandibulanya, tapi beberapa genus tidak mempunyai gigi. Karena anggota famili ini diurnal, maka pupilnya memanjang secara horizontal. Gelang bahunya firmisternal. Contoh spesiesnya adalah: Microhyla achatina. Klasifikasi Kingdom



: Animalia



Filum



: Chordata 14



Kelas



: Amphibi



Ordo



: Anura



Famili



: Microhylidae



Genus



: Microhyla



Spesies



: Microhyla achatina



e. Rachoporidae Famili ini sering ditemukan di areal sawah. Beberapa jenis mempunyai kulit yang kasar, tapi kebanyakan halus juga berbintil. Tipe gelang bahu firmisternal. Pada maksila terdapat gigi seperti parut. Terdapat pula gigi palatum. Sacral diapophysis gilig. Berkembang biak dengan ovipar dan fertilisasi secara eksternal.



3. Ordo Caudata (Urodela) Caudata disebut juga urodela. Ordo ini mempunyai ciri bentuk tubuh memanjang, mempunyai anggota gerak dan ekor serta tidak memiliki tympanum. Tubuh dapat dibedakan antara kepala, leher dan badan. Beberapa spesies mempunyai insang dan yang lainnya bernafas dengan paru-paru. Pada bagaian kepala terdapat mata yang kecil dan pada beberapa jenis, mata mengalami reduksi. Fase larva hampir mirip dengan fase dewasa. Anggota ordo Urodela hidup di darat akan tetapi tidak dapat lepas dari air. Pola persebarannya meliputi wilayah Amerika Utara, Asia Tengah, Jepang dan Eropa.  Urodella mempunyai 3 sub ordo yaitu Sirenidea, Cryptobranchoidea dan Salamandroidea. Sub ordo Sirenidae hanya memiliki 1 famili yaitu Sirenidae, sedangkan sub ordo Cryptobranchoidea memiliki 2 famili yaitu Cryptobranchidae dan Hynobiidae. Sub ordo Salamandroidea memiliki 7 famili yaitu Amphiumidae,



Plethodontidae,



Rhyacotritoniade,



Proteidae,



Ambystomatidae,



Dicamptodontidae dan Salamandridae. Salamander memiliki tubuh yang memanjang dan memiliki ekor. Sebagian besar Salamander memiliki empat kaki, meskipun tungkai pada beberapa spesies akuatik jelas sekali mereduksi. Ada 2 kecenderungan yang cukup menonjol dalam proses evolusi Salamander yaitu hilangnya (mereduksi) paru-paru serta adanya paedomorphosis (adanya karakteristik larva pada Salamander dewasa). Sangat 15



mengherankan jika suatu hewan terestrial dapat bertahan hidup tanpa adanya paruparu akan tetapi pada family terbesar Salamander yaitu Plethodontidae memiliki karakteristik tidak adanya paru-paru. Tidak adanya paru-paru mungkin terjadi pada Salamander karena kulit Salamander memungkinkan terjadinya pertukaran gas. Beberapa penjelasan telah disusun untuk menunjukkan keuntungan dari hilangnya paru-paru pada Plethodontidae, hipotesis yang paling mudah diterima berkaitan dengan evolusi hilangnya paru-paru adalah spesialisasi dari apparatus hyoideus yang terdapat di dalam tenggorokan sebagai suatu mekanisme dalam menjulurkan lidah untuk menangkap mangsa. Kartilago hyoideus merupakan bagian dari alat bantu pernapasan pada Salamander yang memiliki paru-paru. Jadi pada Plethodontidae, apparatus hyoideus yang seharusnya berperan sebagai alat bantu pernapasan jika dia memiliki paru-paru mengalami modifikasi menjadi mekanisme penjuluran lidah untuk menangkap mangsa dikarenakan paru-paru mereduksi. Anggota dari Pletodhontidae yang mampu menjulurkan lidah lebih jauh daripada panjang kepala dan tubuh dikelompokkan dalam Bolitoglossine.  Paedomorphosis adalah salah satu contoh dari fenomena evolusi yang disebut dengan heterochrony. Herterochorny terkait dengan perubahan waktu dan tingkat dari proses perkembangan (terutama dalam masa embryonik) yang merubah bentuk tubuh hewan dewasanya. Hewan dewasa yang paedomorphic biasanya memiliki habitat aquatic dan memiliki karakteristik larva seperti adanya insang luar, hilangnya kelopak mata serta perubahan pola gigi dewasanya. Paedomorphosis merupakan karakteristik pada beberapa Salamander aquatic seperti Proteidae. Pada family lain, seperti Ambystomatidae, beberapa spesies paedomorphic tetap bermetamorfosis menjadi Salamander dewasa yang terrestrial. Caudata atau Urodela mempunya anggota sekitar 350 spesies, tersebar terbatas di belahan bumi utara; Amerika Utara, Amerika Tengah, Asia Tengah (Cina, Jepang) dan Eropa. Bentuk tubuh setiap anggota Salamander sangat berbeda, sehingga mudah untuk mengidentifikasi. Kebanyakan family-family dari urodela terdapat di amerika dan tidak terdapat di Indonesia. Sebagian besar masa hidupnya di darat. Pembuahan ada yang eksternal dan ada yang internal. Reproduksinya ovipar dan ovovivipar. Ciri yang lainnya yaitu tidak memiliki tympanum, mempunyai insang atau tanpa insang dan mata kecil atau mereduksi. Salamander merupakan kelompok Amphibia yang berekor. Semua anggota dari family ini memiliki ekor yang panjang, tubuh silinder yang memanjang serta kepala yang berbeda. Sebagian besar memiliki tungkai yang 16



berkembang dengan baik, biasanya pendek tergantung pada ukuran tubuh. Tengkoraknya mereduksi dikarenakan adanya beberapa bagian yang menghilang. Sebagian besar anggotanya memiliki fertilisasi internal meski tak satu pun anggota dari family ini yang memiliki organ kopulasi. Fertilisasi internal terjadi ketika jantan mendepositkan spermatopora yang kemudian akan diterima oleh betina melalui bibir kloakanya. System saraf pada terdiri atas system saraf sentral dan system saraf periforium. System saraf sentral terdiri dari: encephalon (otak) dan medulla spinalis. Enchephalon terdapat pada kotak otak (cranium). Pada sebelah dorsal akan tampak dua lobus olfactorium menuju saccus nasalis, dua haemisperium cerebri atau cerebrum kanan kiri yang dihubungkan dengan comisure anterior,



sedangkan



bagian



anteriornya



dergabung dengan dienchepalon medialis. Dibagian belakang ini terdapat dua bulatan lobus opticus yang ditumpuk otak tengah tengah (mesenchepalon) sebelah bawahnya merupakan



cerebreum



(otak



kecil).



Dibelakang terdapat bagian terbuka sebelah atas yakni medulla oblongata yang berhubungan dengan medulla spinalis dan berakhir disebelah felium terminale.



Gambar Andrias japonicas



Gambar P. Cinerus.



17



Gambar Cryptobranchus alleganiensis



BAB III PENUTUP Kesimpulan Amphibia adalah salah satu hewan bertulang belakang (vertebrata) yang suhu tubuhnya tergantung pada suhu lingkungan atau ectoterm. Amphibia diklasifikasikan menjadi Sub Kelas Apsidospondyli terdiri dari



Ordo Temnospondyli dan Ordo



Anthracosauria yang merupakan amphibi purba. Superordo Sailentia terdiri dari Ordo proanura (telah punah), ordo anura (katak dan kodok), dan ordo urodela (salamander).



18



DAFTAR PUSTAKA Campbell, Reece, Michele. 2003. Biologi Edisi Kelima-Jilid III. Jakarta: Erlangga. Djarubito Brotowidjoyo, Mukayat.1994. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga. Inger RF dan Stuebing RB. 2005. Panduan Lapangan Katak-katak Borneo. Penyunting: Wong A, Mohd. Sah S, A, Natural History Publications (Borneo). 225 p. Kurniawan ES. 2005. Inventarisasi Anura di Bendungan Batu Tegi Kabupaten Tanggamus, Lampung. Skripsi. Jurusan Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Mistar. 2008. Panduan Lapangan Amfibi dan Reptil di Area Mawas Provinsi Kalimantan Tengah. Mawas: Kalimantan Tengah. Miller, H. 2001. Zoology Fifth Edtion. New York: Mc Graw Hill.



19



Sennikov, AG 1996. Evolusi komunitas tetrapoda Permian dan Trias di Eropa Timur. Palaeogeografi, Palaeoclimatology, Palaeoecology 120: 331-351. Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Malang: UM Press. Tuti



Kurniati,



M.Pd,



Bintarti



Yusriana,



M.Si,



Sumiyati



Sa’adah



M.Si.



2011. Zoologi   Vertebrata.Prodi Pendidikan Biologi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. UIN SGD Bandung.



20