20 0 195 KB
MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II “ASKEP AMPUTASI” Makalah ini disusun untuk memenuhi mata kuliah KMB II Dosen pengampu : Sri Andayani, s.Kep., Ners., M.Kep
Kelompok Anggota 1. Muhamad Ali Santoso 19613335 2. Desi Aifiya Oktafiana 19613321 3. Eplin Febriana putri 18613220 4. Arifin Ramdhani
19613277
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN B FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO 2021
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Footner (1992), mengemukakan 60% amputasi dilakukan pada klien dengan usia diatas 60 tahun dan umumnya akibat iskemia (kematian jaringan) atau akibat penyakit vascular perifer progresif (sering sebagai gejala sisa diabetes militus), gangren, trauma, (cedera,remuk dan luka bakar) dan tumor gamas. Dari semua penyebab tadi penyakit vascular parifer merupakan penyebab yang tertinggi amputasi pada ekstremitas bawah. Kehilangan ekstremitas atas memberikan masalah yang berbeda bagi pasien dari pada kehilangan ekstremitas bawah karena ekstremitas atas mempunyai fungsi yang sangat spesialistis. Amputasi dapat dianggap sebagai jenis pembedahan rekonstruksi drastis dan digunakan untuk menghilangkan gejala, memperbaiki fungsi dan menyelamatkan atau memperbaiki kwalitas hidup pasien. Bila tim perawat kesehatan mampu berkomunikasi dengan gaya positif maka pasien akan lebih mampu menyesuaikan diri terhadap amputasi dan berpartisipasi aktif dalam rencana rehabilitasi. Karena kehilangan ektremitas memerlukan penyesuaian besar. Presepsi pasien mengenai amputasi harus di pahami oleh tim perawat kesehatan. Pasien harus menyesuaikan diri dengan adanya perubahan citra diri permanen, yang harus diselaraskan sedemikian rupa sehingga tidak akan menimbulkan harga diri rendah pada pasien akibat perubahan citra tubuh. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat diuraikan rumusan masalah sebagai berikut. 1.
Apa yang dimaksud dengan amputasi?
2.
Apa etiologi Amputasi?
3.
Bagaimana Manifestasi klinik Amputasi?
4.
Bagaimana Pathofisiologi Amputasi
5.
Bagaimana Komplikasi Amputasi?
6.
Bagaimana Penatalaksanaan Amputasi?
7.
Bagaimana Pemeriksaan penunjang Amputasi?
8.
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien Amputasi?
C. Tujuan Untuk mengetahui konsep dasar amputasi dan asuhan keperawatan pada pasien amputasi.
BAB II KONSEP DASAR A. DEFINISI. Amputasi adalah perlakuan yang mengakibatkan cacat menetap. ( R.Sjamsudiat dan Wim de jong, 1997 : 1288).Amputasi adalah pemisahan anggota badan atau bagian lain dengan pembedahan. (H.T. Laksman, 2000 : 13). Amputasi merujuk pada pengangkatan semua atau sebagian ekstremitas. ( Barbara Engram, 1999 : 343). Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi. Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem tubuh seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal dan sisten cardiovaskuler. Labih lanjut ia dapat menimbulkan madsalah psikologis bagi klien atau keluarga berupa penurunan citra diri dan penurunan produktifitas. B. ETIOLOGI Penyebab atau faktor predisposisi terjadinya amputasi adalah pada kondisi : 1. Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki. 2. Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki. 3. Gangguan vaskuler/sirkulasi pada ekstremitas yang berat. 4. Infeksi yang berat atau beresiko tinggi menyebar ke anggota tubuh lainnya. 5. Iskemia karena penyakit reskularisasi perifer, biasanya pada orang tua, seperti klien dengan artherosklerosis, Diabetes Mellitus. 6. Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif. 7. Deformitas organ. 8. Trauma amputasi, bisa diakibatkan karena perang, kecelakaan, thermal injury seperty terbakar, tumor, infeksi, gangguan metabolisme seperti pagets diesease dan kelainan kongenital.
C. MANIFESTASI KLINIS Pada umumnya pada pasien amputasi akan merasa adanya gangguan harga diri, nyeri pada bagian amputasi karena adanya gangguan perfusi jarigan dan immobilitas. a.
Kehilangan anggota gerak (ektremitas atas atau bawah)
b.
Nyeri pada bagian yang diamputasi yang berasal dari neuroma ujung saraf yang dekat dengan permukaan.
c.
Edema yang apabila tidak ditangani menyebabkan hiperplasia varikosa dengankeronitis.
d.
Dermatitis pada tempat tekanan ditemukan kista (epidermal atau aterom)
e.
Busitis (terbentuk bursa tekanan antara penonjolan tulang dan kulit)
f.
Bila kebersihan kulit diabaikan terjadi folikulitis dan furunkulitis.
g.
Sedih dan harga diri rendah (self esteem) dan diikuti proses kehilangan
D. PATOFISIOLOGI Amputasi terjadi karena kelainan extremitas yang disebabkan penyakit pembuluh darah, cedera dan tumor oleh karena penyebab di atas, Amputasi harus dilakukan karena dapat mengancam jiwa manusia. Adapun pengaruhnya meliputi : a. Kecepatan metabolism Jika seseorang dalam keadaan immobilisasi maka akan menyebabkan penekanan pada fungsi simpatik serta penurunan katekolamin dalam darah sehingga menurunkan kecepatan metabolisme basal. b. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit Adanya penurunan serum protein tubuh akibat proses katabolisme lebih besar dari anabolisme, maka akan mengubah tekanan osmotik koloid plasma, hal ini menyebabkan pergeseran cairan intravaskuler ke luar keruang interstitial pada bagian tubuh yang rendah sehingga menyebabkan oedema. Immobilitas menyebabkan sumber stressor bagi klien sehingga menyebabkan kecemasan yang akan memberikan rangsangan ke hypotalamus posterior untuk menghambat pengeluaran ADH, sehingga terjadi peningkatan diuresis. c. Sistem respirasi 1. Penurunan kapasitas paru Pada klien immobilisasi dalam posisi baring terlentang, maka kontraksi otot intercosta relatif kecil, diafragma otot perut dalam rangka mencapai inspirasi maksimal dan ekspirasi paksa.
2. Perubahan perfusi setempat Dalam posisi tidur terlentang, pada sirkulasi pulmonal terjadi perbedaan rasio ventilasi dengan perfusi setempat, jika secara mendadak maka akan terjadi peningkatan metabolisme (karena latihan atau infeksi) terjadi hipoksia. 3. Mekanisme batuk tidak efektif Akibat immobilisasi terjadi penurunan kerja siliaris saluran pernafasan sehingga sekresi mukus cenderung menumpuk dan menjadi lebih kental dan mengganggu gerakan siliaris normal. d. Sistem Kardiovaskuler 1. Peningkatan denyut nadi Terjadi sebagai manifestasi klinik pengaruh faktor metabolik, endokrin dan mekanisme pada keadaan yang menghasilkan adrenergik sering dijumpai pada pasien dengan immobilisasi. 2. Penurunan cardiac reserve Dibawah pengaruh adrenergik denyut jantung meningkat, hal ini mengakibatkan waktu pengisian diastolik memendek dan penurunan isi sekuncup. 3. Orthostatik Hipotensi Pada keadaan immobilisasi terjadi perubahan sirkulasi perifer, dimana arteriol dan venula tungkai berkontraksi tidak adekuat, vasodilatasi lebih panjang dari pada vasokontriksi sehingga darah banyak berkumpul di ekstremitas bawah, volume darah yang bersirkulasi menurun, jumlah darah ke ventrikel saat diastolik tidak cukup untuk memenuhi perfusi ke otak dan tekanan darah menurun, akibatnya klien merasakan pusing pada saat bangun tidur serta dapat juga merasakan pingsan. b. Sistem Muskuloskeletal 1. Penurunan kekuatan otot Dengan adanya immobilisasi dan gangguan sistem vaskuler memungkinkan suplai O2 dan nutrisi sangat berkurang pada jaringan, demikian pula dengan pembuangan sisa metabolisme akan terganggu sehingga menjadikan kelelahan otot. 2. Atropi otot Karena adanya penurunan stabilitas dari anggota gerak dan adanya penurunan fungsi persarafan. Hal ini menyebabkan terjadinya atropi dan paralisis otot.
3. Kontraktur sendi Kombinasi dari adanya atropi dan penurunan kekuatan otot serta adanya keterbatasan gerak. 4. Osteoporosis Terjadi penurunan metabolisme kalsium. Hal ini menurunkan persenyawaan organik dan anorganik sehingga massa tulang menipis dan tulang menjadi keropos. f. Sistem Pencernaan 1. Anoreksia Akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi serta penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan menurunnya nafsu makan. 2. Konstipasi Meningkatnya jumlah adrenergik akan menghambat pristaltik usus dan spincter anus menjadi kontriksi sehingga reabsorbsi cairan meningkat dalam colon, menjadikan faeces lebih keras dan orang sulit buang air besar. g. Sistem perkemihan Dalam kondisi tidur terlentang, renal pelvis ureter dan kandung kencing berada dalam keadaan sejajar, sehingga aliran urine harus melawan gaya gravitasi dan pelvis renal banyak menahan urine sehingga dapat menyebabkan : - Akumulasi endapan urine di renal pelvis akan mudah membentuk batu ginjal. - Tertahannya urine pada ginjal akan menyebabkan berkembang biaknya kuman dan dapat menyebabkan ISK. h. Sistem integumen Tirah baring yang lama, maka tubuh bagian bawah seperti punggung dan bokong akan tertekan sehingga akan menyebabkan penurunan suplai darah dan nutrisi ke jaringan. Jika hal ini dibiarkan akan terjadi ischemia, hyperemis dan akan normal kembali jika tekanan dihilangkan dan kulit dimasase untuk meningkatkan suplai darah.
E. KOMPLIKASI Komplikasi amputasi meliputi perdarahan, infeksi dan kerusakan kulit. Perdarahan dapat terjadi akibat pemotongan pembuluh darah besar dan dapat menjadi masif. Infeksi dapat
terjadi pada semua pembedahan dengan peredaran darah yang buruk atau adanya kontaminasi serta dapat terjadi kerusakan kulit akibat penyembuhan luka yang buruk dan iritasi penggunaan protesis. F. PENATALAKSANAAN Tujuan
utama
pembedahan
adalah
mencapai
penyembuhan
luka
amputasi
dan menghasilkan sisa tungkai (puntung) yang tidak nyeri tekan dengan kulit yang sehat . pada lansia mungkin mengalami kelembatan penyembuhan luka karena nutrisi yang buruk dan masalah kesehatan lainnya. Percepatan penyembuhan dapat dilakukan dengan penanganan yang lembut terhadap sisa tungkai, pengontrolan edema sisa tungkai dengan balutan kompres lunak (rigid) dan menggunakan teknik aseptik dalam perawatan luka untuk menghindari infeksi. Balutan rigid tertutup Balutan rigid adalah balutan yang menggunakan plaster of paris yang dipasang waktu dikamar operasi. Pada waktu memasang balutan ini harus direncanakan apakah penderita harus imobilisasi atau tidak dan pemasangan dilengkapi tempat memasang ekstensi prosthesis sementara (pylon) dan kaki buatan. Balutan ini sering digunakan untuk mendapatkan kompresi yang merata, menyangga jaringan lunak dan mengontrol nyeri dan mencegah kontraktur. Kaoskaki steril dipasang pada sisi steril dan bantalan dipasang pada daerah peka tekanan. Sisa tungkai (punting) kemudian dibalut dengan gips elastic yang ketika mengeras akan memberikan tekanan yang merata. Hati-hati jangan sampai menjerat pembuluh darah. Gips diganti sekitar 10-14 hari. Bila terjadi peningkatan suhu tubuh, nyeri berat atau gips mulai longgar harus segara diganti. Balutan lunak Balutan lunak dengan atau tanpa kompresi dapat digunakan bila diperlukan inspeksi berkala sisa tungkai (puntung) sesuai kebutuhan. Bidai imobilisasi dapat dibalutkan pada balutan. Hematoma puntung dikontrol dengan alat drainase luka untuk meminimalkan infeksi. Amputasi bertahap Amputasi bertahap dilakukan bila ada gangren atau infeksi. Pertama-tama dilakukan amputasi guillotine untuk mengangkat semua jaringan nekrosis dan sepsis. Luka didebridemen dan dibiarkan mengering. Jika dalam beberapa hari infeksi telah terkontrol dank lien telah stabil, dilakukan amputasi definitife dengan penutupan kulit. 2.8.4
Protesis Kadang diberikan pada hari pertama pasca bedah sehingga latihan segera dapat
dimulai. Keuntungan menggunakan protesis sementara adalah membiasakan klien
menggunakan protesis sedini mungkin. Kadang protesis darurat baru diberikan setelah satu minggu luka sembuh. Pada amputasi, untuk penyakit pembuluh darah proteis sementara diberikan setelah 4 minggu. Protesis ini bertujuan untuk mengganti bagian ekstremitas yang hilang. Artinya defek system musculoskeletal harus diatasi, temasuk defek faal. Pada ekstremitas bawah, tujuan protesis ini sebagian besar dapat dicapai. Sebaliknya untuk ekstremitas atas tujuan itu sulit dicapai, bahkan dengan tangan miolektrik canggih yang bekerja atas sinyal miolektrik dari otot biseps dan triseps. G. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pre operasi : a. CBC dilakukan untuk mengukur WBC, hemoglobin dan hematokrit. b. Kadar asam serum ditunjukkan untuk mengkaji pasien yang mengalami gannguan kseseimbangan cairan c. Waktu pembekuan di order untuk mengetahui penggumpalan darah d. Analisa urin digunakan untuk mendeteksi adanya sel darah merah, darah putih atau protein yang mungkin mengindikasikan protein e. Elektrokardiogram untuk mengkaji jantung terhadap tanda- tanda luka atau iskemik f. X-rays dada membantu mengidentifikasi adanya ineksi di paru seperti pneumonia Post operasi : a. CBC penurunan darah yang tiba-tiba menandakan hemoragi dan peningkatan sel darah puih yang tiba- tiba mengidentifikasikan adanya infeksi b. Kimia darah: ukuran elektrolit dan pengisian cairan seimbang , selama operasi klien sering menerima iv
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS A. PENGKAJIAN Kegiatan keperawatan yang dilakukan pada klien dapat dibagi dalam tiga tahap yaitu pada tahap preoperatif, tahap intraoperatif, dan pada tahap postoperatif. a. Pre Operatif Pada
tahap praoperatif, tindakan keperawatan lebih ditekankan pada upaya untuk
mempertahankankondisi fisik dan psikolgis klien dalam menghadapi kegiatan operasi. Pada tahap ini, perawat melakukan pengkajian yang erkaitan dengan kondisi fisik, khususnya yang berkaitan erat dengan kesiapan tubuh untuk menjalani operasi. Identitas Pasien yang meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, status.dll a) Pengkajian Riwayat Kesehatan Perawat memfokuskan pada Keluhan utama yaitu keluhan pada pertama kali masuk rumah sakit,Riwayat kesehatan sekarang ,Riwayat kesehatan dahulu apakah klien pernah
dulu menderita diabetes mellitus, Riwayat kesehatan keluarga apakah ada
keluarga pasien yan riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat mempengaruhi resiko pembedahan seperti adanya penyakit diabetes mellitus, penyakit jantung, penyakit ginjal dan penyakit paru. Perawat juga mengkaji riwayat penggunaan rokok dan obat-obatan. b) Pengkajian Fisik Pengkajian fisik dilaksanakan untuk meninjau secara umum kondisi tubuh klien secara utuh untuk kesiapan dilaksanakannya tindakan operasi manakala tindakan amputasi merupakan tindakan terencana/selektif, dan untuk mempersiapkan kondisi tubuh sebaik mungkin manakala merupakan trauma/ tindakan darurat. Kondisi fisik yang harus dikaji meliputi : 1. Integumen : a. Kulit secara umum Lokasi amputasi b. Mengkaji kondisi umum kulit untuk meninjau tingkat hidrasi. Lokasi amputasi mungkin
mengalami keradangan akut atau kondisi semakin buruk, perdarahan atau kerusakan progesif. c. Kaji kondisi jaringan diatas lokasi amputasi terhadap terjadinya stasis vena atau gangguan venus return. 2. Sistem Cardiovaskuler a. Cardiac reserve b. Pembuluh darah c. Mengkaji tingkat aktivitas harian yang dapat dilakukan pada klien sebelum operasi sebagai salah satu indikator fungsi jantung. d. Mengkaji kemungkinan atherosklerosis melalui penilaian terhadap elastisitas pembuluh darah 3. Sistem Respirasi a. Mengkaji kemampuan suplai oksigen dengan menilai adanya sianosis. b. Riwayat gangguan nafas 4. Sistem Urinaria a. Mengkaji jumlah urine 24 jam. b. Mengkaji adanya perubahan warna, BJ urine. 5. Cairan dan Elektrolit a. Mengkaji tingkat hidrasi. b. Memonitor intake dan output cairan. 6. Sistem Neurologis a. Mengkaji tingkat kesadaran klien. b. Mengkaji sistem persyarafan, khususnya sistem motorik dan sensorik daerah yang akan diamputasi. 7. Sistem Mukuloskeletal a. Mengkaji kemampuan otot kontralateral c) Pengkajian Psikologis, Sosial, Spiritual
Disamping pengkajian secara fisik perawat melakukan pengkajian pada kondisi psikologis ( respon emosi ) klien yaitu adanya kemungkinan terjadi kecemasan pada klien melalui penilaian klien terhadap amputasi yang akan dilakukan, penerimaan klien pada amputasi dan dampak amputasi terhadap gaya hidup. Kaji juga tingkat kecemasan akibat operasi itu sendiri. Disamping itu juga dilakukan pengkajian yang mengarah pada antisipasi terhadap nyeri yang mungkin timbul.
b. Intra Operatif Pada masa ini perawat berusaha untuk tetap mempertahankan kondisi terbaik klien. Tujuan utama dari manajemen (asuhan) perawatan saat ini adalah untuk menciptakan kondisi optimal klien dan menghindari komplikasi pembedahan. Perawat berperan untuk tetap mempertahankan kondisi hidrasi cairan, pemasukan oksigen yang adekuat dan mempertahankan kepatenan jalan nafas, pencegahan injuri selama operasi dan dimasa pemulihan kesadaran. Khusus untuk tindakan perawatan luka, perawat membuat catatan tentang prosedur operasi yang dilakukan dan kondisi luka, posisi jahitan dan pemasangan drainage. Hal ini berguna untuk perawatan luka selanjutnya dimasa post operatif. c. Post Operatif Tindakan amputasi merupakan bentuk operasi dengan resiko yang cukup besar bagi klien sehingga asuhan keperawatan perioperatif harus benar-benar adekuat untuk memcapai tingkat homeostatis maksimal tubuh. Manajemen keperawatan harus benar-benar ditegagkkan untuk membantu klien mencapai tingkat optimal dalam menghadapi perubahan fisik dan psikologis akibat amputasi.
d) Diagnosa keperawatan a. Pre Operasi 1. Nyeri akut b.d terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan otot 2. Gangguan mobilitas fisik b.d dengan penurunan fungsi otot dan pergerakan b. Post Operasi 1. Gangguan rasa aman b.d dengan insisi bedah sekunder terhadap amputasi
2. Gangguan citra tubuh b.d kehilangan anggota tubuh e) Perencanaan 1. Pre Operasi No Diagnosa (SDKI)
Kriteria (SLKI)
Intervensi (SIKI)
1.
D.0077
Luaran utama :
I.08238
Nyeri akut
L.08066
Manajemen nyeri
Definisi :
Tingkat nyeri
Tindakan
Pengalaman sensorik atau Ekspektasi
Observasi
emosional yang berkaitan Menurun dengan kerusakan jaringan Kriteria hasil actual
atau
fungsional,
Identifikasi lokasi, karakteristik,
Kemampuan
durasi, frekuensi,
dengan onset mendadak atau
menuntaskan
kualitas, intensitas
lambat
aktivitas meningkat
nyeri
dan
berintensitas
ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3
Keluhan
nyeri
menurun
Meringis menurun
Penyebab :
Sikap
pencedera
fisiologis Inflamasi, 2. Agen
verbal
Gelisah menurun
iskemia,
Kesulitan
(mis.
Terbakar,
bahan
kimia iritan) 3. Agen pencedera fisik (mis. amputasi,
Abses, terbkar,
terpotong, mengangkat
berat,
dan memperingan
berlebihan) Gejala dan tanda mayor
Menarik
nyeri
diri
menurun
Identifikasi
Berfokus pada diri
pengetahuan
sendiri menurun
keyakinan tentang
Diaforesis menurun
nyeri
Perasaan
depresi
dan
Identifikasi
(tertekan) menurun
pengaruh budaya
Perasaan
terhadap
mengalami
operasi,
trauma, Latihan fisik
Identifikasi faktor yang memperberat
tidur
menurun pencedera
Identifikasi respons nyeri non
protektif
(mis.
kimiawi
prosedur
menurun
neoplasma)
Identifikasi skala nyeri
bulan 1. Agen
takut
nyeri
cedera
berulang menurun
Anoreksia menurun
Perinium
terasa
respon
Identifikasi pengaruh pada hidup
nyeri kualitas
Subjektif
tertekan menurun
1. Mengeluh nyeri Objektif 1. Tampak meringis 2. Bersikap
protektif
(mis.
Waspada,
posisi
3. Gelisah 4. Frekuensi
nadi
Gejala dan tanda minor Subjektif
Ketegangan
yang
otot
Pupil
darah
meningkat 2. Pola napas berubah makan
berubah berpikir
diberikan dilatasi
penggunaan
Mual menurun
analgetik
Frekuensi
nadi Terapeutik Berikan
Pola napas membaik
non fakmakologis
Tekanan
untuk mengurangi
darah
rasa nyeri (mis:
Proses
TENS,
berpikir
hypnosis,
akupressur, terapi
membaik
Fokus membaik
Fungsi
music, biofeedback,
berkemih
terapi
membaik
Perilaku membaik
Nafsu
teknik
2. Cedera traumatis
Penyembuhan luka
3. Infeksi
Perfusi miokard
4. Sindrom
Perfusi perifer Pola tidur Status kenyamanan Tingkat cedera
imajinasi
terbimbing, kompres
Pola tidur membaik
1. Kondisi pembedahan
pijat,
aromaterapi,
makan
Mobilitas fisik
Keterangan
teknik
6. Berfokus pada diri Luaran tambahan Fungsi sendiri gastrointestinal 7. Diaforesis Control nyeri Kondisi klinis terkait
5. Glaukoma
efek
Muntah menurun
koroner
Monitor
terganggu
akut
membaik
5. Menarik diri
sudah
samping
Objektif
4. Proses
terapi komplemter
membaik
(tidak tersedia)
3. Nafsu
keberhasilan
membulat menurun
membaik
5. Sulit tidur
Monitor
menurun
meningkat
1. Tekanan
teraba
menurun
menghindari
nyeri)
Uterus
hangat/
dingin,
terapi
bermain)
Kontrol lingkungan
yang
memperberat rasa nyeri (mis: suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
Fasilitasi
istrahat
dan tidur
Pertimbangkan
Pengkajian
nyeri
menggunakan
dapat
jenis dan sumber
instrument
nyeri
skala nyeri, seperti : -
FLACC
kurang dari 3 tahun -
-
pemilihan strategi
Behavioral
Pain Scale untuk usia
dalam
meredakan nyeri Edukasi
Jelaskan
Baker-Wong-FACES
penyebab,
scale untuk usia 3-7
periode,
tahun
pemicu nyeri
Visual analogue scale
atau numeric rating scare untuk usia di
dan
Jelaskan
strategi
meredakan nyeri
atas 7 tahun
Anjurkan memonitor
nyeri
secara mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik
secara
tepat
Ajarkan
teknik
non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi Kolaborasi 2.
D.0056 Gangguan mobilitas fisik Definisi : Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstermitas secara mandiri.
L.05042 Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 kunjungan, maka Mobilitas Fisik meningkat,dengan kriteria hasil : Pergerakan Penyebab : ekstremitas 1. Kerusakan integritas meningkat struktur tulang Kekuatan otot 2. Perubahan meningkat metabolisme Nyeri menurun 3. Ketidakbugaran fisik Kecemasan menurun 4. Penurunan kendali
pemberian
analgesic I.05173 Dukungan Mobilisasi memfasilitasi pasien untuk meningkatkan aktivitas fisik Observasi 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan 3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan
5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
14. 15. 16. 17.
18. 19. 20.
21.
otot darah sebelum Kaku sendi menurun Penurunan massa otot memulai mobilisasi Gerakan tidak Penurunan kekuatan 4. Monitor kondisi terkoordinasi otot umum selama menurun Keterlambatan melakukan mobilisasi Gerakan terbatas perkembangan menurun Terapeutik Kekakuan sendi 1. Fasilitasi aktivitas Kelemahan fisik menurun kontraktur mobilisasi dengan alat Malnutrisi bantu (misalnya Gangguan tongkat) muskuloskeletal 2. Fasilitasi melakukan Gangguan pergerakan, jika perlu neuromuskkular 3. Libatkan keluarga Indeks masa tubuh untuk membantu diatas persentil ke 5 pasien dalam sesuai usia meningkatkan Efek agen pergerakan farmakologis Nyeri Edukasi Program pembatasan 1. Jelaskan tujuan dan gerak prosedur mobilisasi Kurang terpapar 2. Anjurkan melakukan informasi tentang mobilisasi dini aktivitas fisik Kecemasan Anjurkan mobilisasi Gangguan kognitif sederhana Keengganan melakukan pergerakan Gangguan sensori persepsi
Gejala dan tanda mayor Subyektif 1.mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas Obkyetif 1. kekuatan otot menurun 2. rentang gerak menurun Gejala dan tanda minor Subyektif 1. nyeri saat bergerak
2. enggan melakukan pergerakan 3. merasa cemas saat bergerak Obyektif 1. sendi kaku 2. gerakan terkoodinasi 3. gerakan terbatas 4. fisik lemah
tidak
Kondisi klinis terkait 1. stroke 2. cedera meduls spinalis 3. trauma 4. fraktur 5. ostearthritis 6. ostemalasia 7. keganasan 2. Post Operasi N
Diagnosa (SDKI)
Kriteri(SLKI)
Intevensi(SIKI)
o 1
D.0074 Gangguan rasa aman
L.08064
I.08238
Definisi
Status kenyamanan
Manajemen nyeri
Perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual,
lingkungan
dan
sosial
dengan
kriteria
hasil Observasi
yaitu 1. Kesejahteraan 2. Keluhan
1. Gejala penyakit pengendalian
situasional/ lingkungan
kualitas,
menurun
intensitas nyeri
3. Gelisah menurun
4. Kurangnya privasi
5. Lelah menurun
lingkungan 6. Efek samping terapi
durasi, frekuensi,
nyaman
4. Mual menurun
stimulus
karakteristik,
tidak
3. Ketidakdekuatan sumber daya 5. Gangguan
Identifikasi lokasi,
fisik meningkat
Penyebab
2. Kurang
Ekspektasi : meningkat, Tindakan
nyeri
6. Merintih
Identifikasi respons nyeri non
menurun 7. Kebisingan
Identifikasi skala
verbal
Identifikasi faktor
7. Gangguan adaptasi kehamilan
menurun
yang memperberat dan
Gejala dan tanda mayor
memperingan
Subyektif 1. Mengeluh tidak nyaman
nyeri
pengetahuan dan
Obyektif
keyakinan tentang
1. gelisah Gejala dan tanda minor
Identifikasi
nyeri
Identifikasi
Subyektif
pengaruh budaya
1. Mengeluh sulit tidur
terhadap
2. Tidak mampu rileks
nyeri
3. Mengeluh
Identifikasi pengaruh
kedinginan/kepanasan 4. Merasa gatal
pada
5. Mengeluh mual
hidup
6. Mengeluh lelah
respon
nyeri kualitas
Monitor keberhasilan
Obyektif
terapi
1. Menunjukan gejala distres
komplemter yang
2. Tampak merintih/menangis
sudah diberikan
3. Pola eliminasi berubah
4. Postur tubuh berubah
penggunaan
Kondisi klinis terkait
2. Keganasan
efek
samping
5. Iritabilitas
1. Penyakit kronis
Monitor
analgetik Terapeutik
Berikan
teknik
3. Distres psikologis
non fakmakologis
4. kehamilan
untuk mengurangi rasa nyeri (mis: TENS, hypnosis, akupressur, terapi music, biofeedback, terapi
pijat,
aromaterapi, teknik
imajinasi
terbimbing, kompres hangat/ dingin,
terapi
bermain)
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
Fasilitasi istrahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri Edukasi
Jelaskan penyebab, periode,
dan
pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik
secara
tepat
Ajarkan
teknik
non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi Kolaborasi 2.
D.0083 Gangguan Citra Tubuh
L.09067 Citra Tubuh
Definisi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 kunjungan, maka cita tubuh meningkat,dengan kriteria hasil : 1. Melihat bagian tubuh 2. Menyentuh bbagian tubuh 3. Verbalisasi kecacatan bagian tubuh 4. Verbalisasi kehilangan bagian tubuh
Perubahan persepsi tentang penampilan, struktur dan fungsi fisik individu Penyebab 1. Perubahan struktur/bentuk tubuh 2. Perubahan fungsi tubuh 3. Perubahan fungsi kognitif 4. Ketidaksesuaian budaya, keyakinan, sistem nilai 5. Tranisisi perkembangan
pemberian
analgesic 1.903905 Promosi Citra Tubuh Definisi Meningkatkan perbaikan perubahan persepsi terhadap fisik pasien Tindakan Observasi 1. Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan 2. Identifikasi budaya,
6. Gangguan psikososial
agama, jenis kelamin,
7. Efek tindakan/pengobatan
dan umur terkait citra
Gejala tanda mayor
tubuh
Subyektif 1. mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh
3. Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi sosial 4. Monitor frekuensi
Obyektif
pernyataan kritik
1. kehilangna bagian tubuh
terhadap diri sendiri
2. fungsi/ struktur tubuh berubah/ hilang Gejala dan tanda minor 1. Tidak mau mengungkapkan
5. Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh yang berubah
kecacatan/kehilangan bagian
Terapuetik
tubuh
1. Diskusikan
2. Mengungkapkan perasaan negatif tentang perubahan 3. Mengungkapkan
perubahan tubuh dan fungsinya 2. Diskusikan perbedaan
kekhawatiran pada
penampilan fisik
penolakan/reaksi orang lain
terhadap harga diri
4. Mengungkapkan perubahan gaya hidup
3. Diskusikan perubahan akibat
Obyektif
pubertas, kehamilan
1. Menyembunyikan/menunjuka
dan penuaan
n bagian tubuh secara berlebihan 2. Menghindari melihat dan/menyentuh bagian tubuh 3. Fokus berlebihan pda perubahan tubuh 4. Respon nonverbal pda perubahan dan persepsi tubuh 5. Fokus pada penampilan dan kekuatan masa lalu 6. Hubungan sosial berubah Kondisi klinis terkait 1. Mastektomi 2. Amputasi
4. Diskusikan kondisi strees yang memperngaruhi citra tubuh 5. Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh secara realistis 6. Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra tubuh Edukasi 1. Jelaskan kepada
3. Jerawat
keluarga tentang
4. Parut atau luka bakar yang
perawatan perubahan
terlihat 5. Obesitas 6. Hiperpigmentasi pada kehamilan 7. Gangguan psikiatrik 8. Program terapi neoplasma 9. Alopecia chemically induced
citra tubuh 2. Anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh 3. Anjurkan mengikuti kelompok pendukung
4. Latih fungsi tubuh yang dimiliki 5. Latih peningkatkan penampilan diri 6. Latih pengungkapkan kemauan diri kepada orang lain maupun kelompok
DAFTAR PUSTAKA
Sugiyono. 2006. Memahami Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta
Sukardi. 2003. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Wahyulis, Tri. 2010. Analisis Data. Malang: Tidak diterbitkan
PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan : DPP PPNI.