4 0 792 KB
MAKALAH ANTROPOMETRI KESEHATAN
Dosen Pengampu: Heny Marlina R, Ners., M.Kep. Disusun Oleh: Kelompok 2 Feni Ferniansyah Himmatul Maula Fikri Gunawan Husnul Chatimah Fitra Aluya Iga Mawarni Gunawan Febrianto Iin Husnia Depi Hairul Azmi Ika Candra Ula Hengky Sutomo Indrawan Prayuda Heriawan Jinan Estida Hayati Umajan Hikmah Nurul Aslamiah Julia Ningsih
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1 MATARAM 2018
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb. Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan keteguhan hati kepada penyusun untuk menyelesaikan makalah ini. Solawat
beserta salam senantiasa tercurahkan kepada nabi
Muhammad SAW yang menjadi tauladan para umat manusia yang merindukan keindahan syurga. Kami menulis makalah ini bertujuan untuk memenuhi dan melengkapi tugas yang diberikan oleh ibu dosen mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan (IDK) 1 dengan judul ”Antropometri Kesehatan”. Dalam penyelesaian makalah ini, penyusun banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat kerjasama dan kesungguhan dalam menyelesaikan makalah ini, akhirnya dapat diselesaikan dengan baik. Kami menyadari, sebagai seorang pelajar yang pengetahuannya tidak seberapa yang masih perlu belajar dalam penyusunan makalah, bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran demi terciptanya karya ilmiah yang lebih baik lagi, serta berdayaguna di masa yang akan datang. Besar harapan, semoga makalah yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang ingin mengetahui lebih dalam lagi tentang Antropometri.
Mataram, 23 Oktober 2018
Penyusun
ii
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1 1.1. Latar Belakang .............................................................................................1 1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................1 1.3. Tujuan ...........................................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................2 2.1. Pengertian Antropometri dan Perkembangannya .........................................2 2.2. Pengaplikasian Antropometri .......................................................................2 2.3. Alat-Alat Antropometri ................................................................................3 2.4. Titik-Titik Anatomis Pada Wajah dan Kepala .............................................4 2.5. Titik-Titik Anatomis Pada Badan.................................................................5 2.6. Teknik Antropometri ....................................................................................6 2.7. Pengukuran Berat Badan ..............................................................................6 2.8. Pengukuran Tinggi Badan ............................................................................7 2.9. Teknik Pengukuran 9 Lipatan Kulit Dengan Skinfold Caliper .................10 2.10. Tekhnik Pengukuran 13 Lingkar Dengan Pitameter ...............................15 2.11. Teknik Pengukuran 8 Dimensi Vertikal ..................................................18 2.12. Teknik Pengukuran Dimensi Horizontal .................................................20 2.13. Daftar Antropometri pada Bayi dan Balita ..............................................12 2.14. Penilaian Status Nutrisi Menggunakan Antropometri .............................35 BAB III PENUTUP ...............................................................................................37 3.1. Kesimpulan ................................................................................................37 3.2. Saran ..........................................................................................................37 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................38
iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Secara umum antropometri memiliki pengertian pengukuran tubuh manusia. Antropometri berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh untuk berbagai tingkat umur. Pada saat ini antropometri sering digunakan untuk melakukan skrining kasus kurang gizi karena penggunaannya relatif mudah, murah dan praktis. Sekalipun terkesan mudah, ada banyak hal yang harus diperhatikan agar
mendapatkan hasil pengukuran
antropometri yang akurat. Oleh Karena itu kami menyajikan karya ilmiah berupa makalah yang membahas tentang antropometri. Dengan makalah ini maka pembaca bisa memahami tentang antropometri. Semoga makalah bermanfaat bagi kita semua. 1.2. Rumusan Masalah a. Apa itu Antropometri? b. Seperti apa alat-alat Antropometri? c. Apa saja fungsi dari Antropometri? d. Pemeriksaan status gizi menggunakan antropometri. 1.3. Tujuan a. Untuk lebih memahami tentang Antropometri. b. Mengetahui fungsi dan kegunaan dari Antropometri. c. Mengetahui apa-apa saja yang termasuk dalam alat-alat Antropometri. d. Mengetahui status gizi seseorang melalaui pemeriksaan Antropometri.
1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Antropometri dan Perkembangannya Antropometri berasal dari bahasa Yunani “anthropos” yang berarti manusia dan “metron” yang berarti mengukur, secara literasi berarti “pengukuran manusia”. Antropometri semakin berkembang setelah ditunjang oleh ahli statistika Belgia Adolphe Quetelet, dalam pengukuran data-data yang diperlukan. Antropometri, mulai dikenal dan digunakan dalam pengukuran tubuh, tulangtulang dan prakiraan proporsi tubuh manusia. Pada 1906 di Monaco dan 1912 di Jenewa, telah dilaksanakan pertemuan para antropolog untuk menyamakan presepsi mengenai metode dan standar pengukuran. Hasil kesepakatan yang diperoleh, menyangkut tanda tulang di tubuh dan penetapan teknik pengukuran. Sejalan dengan penemuan alat-alat ukur yang lebih presisi, ditunjang dengan statistik yang terperogram, maka sejak tahun 1980an, Antropometri telah distandardisasi berdasarkan Organisasi Standardisasi Internasional (ISO). Antropometri dibagi menjadi antropometri hidup dan antropometri skeletal dental. Tiga tipe ukuran antropometri adalah ukuran vertical, horizontal dan lingkaran. Pada ukuran gigi, tiga ukuran penting adalah mesiodisal, bukolingual, dan tinggi mahkota. 2.2. Pengaplikasian Antropometri 1.
Antropometri untuk identifikasi Penentuan laki-laki atau perempuan pada sisa mayat yang hanya berupa
tulang. Contohnya, diameter caput humera dan fosa glenoidea, dan ukuran-ukuran kepala. Bila panjang fosa glenoidea lebih dari 32 mm, identifikasi rangka cenderung merujuk pada individu laki-laki.
2
2.
Antropometri pada neonatal dan anak-anak menilai status gizi dan
pertumbuhan. Ukuran penting adalah lingkar kepala, lingkar lengan atas, berat badan dan tinggi badan. Hal ini berkaitan dengan pertumbuhan besar otak, maturitas tulang, dan status gizi. Prinsip pertumbuhan anak adalah cephalocaudal dan proximodistal, contohnya, pertumbuhan otak lebih dahulu optimal dibanding pertumbuhan organ di sebelah kaudal otak. Demikian pula truncus lebih optimal pertumbuhannya disbanding tungkai.
3.
Antropometri pada remaja menilai pertumbuhan remaja dalam hal
maturitas skeletal dan dental. Adanya ganggaun trauma/jejas/injuri pada suatu aspek perkembangan dapat menganggu pertumbuhan fisik danaspek-aspek lainnya. Antropometri pada dewasa acapkali menilai obesitas, yang dilakukan dengan mengukur rasio lingkar pinggang dan pinggul, tebal lipatan kulit (lemak) sentral dan ekstremitas, serta rasio tinggi dan berat badan dalam indek masa tubuh.
4.
Antropometri lanjut usia menilai perubahan yang normal pada menua
meliputi berkurangnya tinggi badan, tinggi duduk, dan panjang rentang tangan. Sebaliknya, lingkar dada dan dalam dada bertambah pada lanjut usia. 5.
Antropometri teknik/antropometri terapan (Human Engineering)
Pengukuran badan ketika manusia sedang bekerja/memfungsikan badannya.
2.3. Alat-Alat Antropometri 1.
Sliding Caliper: caliper geser
2.
Spreading caliper: caliper rentang
3.
Skinfold caliper: caliper tebal lipatan kulit
4.
Pitameter: untuk mengukur lingkaran
5.
Stadiometer: pengukur tinggi badan
6.
Scale: pengukur berat badan
7.
Antropometer: pengukur panjang dan tinggi 3
8.
Segmometer: pengukur segmen badan (lebar dan panjang)
2.4. Titik-Titik Anatomis pada wajah dan kepala 1.
Exocanthion: titik lateral Mata
2.
Endocanthion: titik medial mata
3.
Nasion: titik pada proksimal hidung
4.
Vertex: titik ujung tertinggi kepala
5.
Chelion: titik lateral bibir
6.
Nasale: titik ujung anterior hidung
7.
Gnathion: titik ujung sudut mandibula
8.
Zygon: titik pada tulang pipi zygomaticus
9.
Euryon: titik pada dahi lateral
10.
Tragion: titik pada telinga di tragus, umumnya hampir sejajar lubang
telinga 11.
Glabella: titik tengah antara kedua alis
12.
Lebrale superior: titik ujung atas bibir
13.
Lebrale inferior: titik ujung bawah bibir
14.
Stomion: titik temu antar bibir atas dengan bibir bawah
15.
Menton: titik terbawah pada dagu
16.
Pogonion: titik terbawah dan terdepan pada dagu
17.
Crinion: titik garis rambut pada dahi
18.
Lambda: titik pada bagian belakang kepala (pada tengkorak adalah titik
pertemuan sutura sagitalis dan lambdoidea) 19.
Prostion: titik antara gigi seri pertama atas, pada tepi superior pertemuan
antara mahkota gigi dan gusi.
4
2.5. Titik-Titik Anatomis Pada Badan 1.
Suprasternale
2.
Akromion: titik pada tepi superior dan lateral prosesus akromialis; tengah-
tengah antara tepi anterior dan posterior otot deltoid, dilihat dari samping. 3.
Radiale: titik pada tepi proksimal dan lateral kepala radius
4.
Stylon: titik palig distal pada tepi lateral kepala inferior radius
5.
Dactylion: ujung jari terpanjang (biasanya jari tengah) ketika lengan
mengarah ke bawah; telapak dan jari tangan membuka ke bawah 6.
Symphision: titik pada sympisis pubis, di atas genitalia
7.
Tibiale: titik pada tibia (lutut)
8.
Trokanterion: titik paling superior pada trokanter mayor femur, bukan titik
paling lateral 9.
Acropodion: titik paling anterior ibu jari kaki
10.
Spyrion: titik pada malleolus medialis tibia
11.
Pternion: titik paling posterior pada tumit
12.
Subskapula: ujung paling bawah sudut inferior scapula
13.
Xiphoidale: tepi bawah sternum, merupakan ujung bawah xiphion
14.
Iliokristale: titik paling lateral tuberkel ilium pada garis ilioaksila
15.
Iliospinale: titik paling inferior spina iliaka superior anterior
16.
Tibiale mediale: titik paling superior tepi medial kepala tibia
17.
Tibiale laterale: titik paling superior tepi lateral kepala tibia
18.
Sphyrion: titik paling distal maleolus medialis tibia
19.
Mid-akromiale-radiale: titik dengan jarak yang sama (equidistant) dari
akromiale ke radiale 20.
Midstylion: titik tengah, pada permukaan anterior pergelangan tangan,
pada garis horizontal, pada level stylion 21.
Mesosternale: titik tengah sternum pada level artikulasi antara costae IV
dan sternum 22.
Garis ilio-aksila: garis imajiner vertical yang menghubungkan titik tengah
ketiak ke tepi lateral dan superior ilium.
5
2.6. Teknik Antropometri Berdasarkan tujuan penelitian menggunakan teknik antropometri, setidaktidaknya ada lima hal penting yang mewakili tujuan pengukuran; mengetahui kekekaran otot, kekekaran tulang, ukuran tubuh secara umum, panjang tungkai dan lengan, serta kandungan lemak tubuh di ekstremitas dan di torso. Malina (1988) meringkas antropometri berdasarkan tujuan penelitian dan ukuran apa yang menjadi variebel,yaitu sebagai berikut; 1.
ukuran badan;berat badan dan tinggi badan, indeks massa badan.
2.
panjang segmen spesifik; tinggi duduk, tinggi badan minus tinggi
duduk=panjang subischium, atau panjang tungkai atau ekstremitas bawah. Panjang ekstremitas panjang diukur dari akromio ke dactylion. 3.
Lebar skeketal merupakan indikasi kekekaran tulang, ekstremitas; lebar
biepicondilar humerus; lebar bicondilar femur, Trunk/torso; lebar biakromial, lebar bikristal (atau lebar biiliokristal). 4.
Lingkar tungkai (indicator kekekaran otot); lingkar mid-lengan atas ketika
relaks, lingkar betis medial, lingkar lengan tengah ketika tegang (ketika otot biceps kontraksi maksimal). 5.
Tebal lipatan kulit merupakan indicator kandungan lemak di bawah kulit
2.7. Pemeriksaan Berat Badan A. Alat dan bahan 1. Baby scale, timbangan injak detecto atau timbangan injak pegas. 2. Form antropometri. 3. Alat tulis untuk mencatat hasil pengukuran. B. Tahap Persiapan Jelaskan pada ibu alasan untuk menimbang anak, sebagai contoh, untuk memantau pertumbuhan anak, menilai proses penyembuhan, atau melihat reaksi anak terhadap perubahan pengasuhan dan pemberian makanan. Minta ibu untuk membantu melepaskan sepatu dan pakaian luarnya. Untuk anak diatas 2 tahun,
6
katakan pada anak untuk berdiri di atas timbangan dan diam tidak bergerak. Berbicaralah dengan lembut pada anak dan bukan menakutinya. Persiapan alat: 1. Letakkan timbangan di tempat yang rata dan datar 2. Pastikan jarum timbangan menunjukkan angka nol C. Tahap Pelaksanaan 1. Timbang bayi telanjang, anak lebih besar dengan pakaian minimal 2. Baca dan catat berat badan anak sesuai dengan angka yang ditunjuk oleh jarum timbangan 3. Posisikan anak di atas timbangan Jika anak bergerak-gerak terus di atas timbangan atau tidak bisa diam, maka perlu ditimbang dengan ibunya. Berat badan anak didapat dengan mengurangi hasil penimbangan dengan berat badan ibu. D. Interpretasi Hasil Baca hasil ketika bayi atau balita dalam keadaan tenang. Membaca hasil ketika bayi menangis atau bergerak-gerak akan mengakibatkan kesalahan pembacaan. Upayakan untuk bekerja sama dengan orang tua atau pengasuh bayi untuk mempertahankan bayi tetap tenang walaupun hanya sebentar.
2.8. Pemeriksaan Tinggi Badan A. Alat dan bahan 1. Papan pengukur panjang badan, microtoise dan stadiometer 2. Form antropometri 3. Alat tulis untuk mencatat B. Tahap Persiapan Persiapan papan pengukur panjang badan untuk anak 2 tahun ke bawah: 1. Pilih meja atau tempat yang datar dan rata. Siapkan alat ukur panjang badan 2. Lepaskan kunci pengait yang berada di samping papan pengukur 3. Tarik meteran sampai menempel rapat pada dinding tempat menempelnya kepala dan pastikan meteran menunjuk angka nol dengan mengatur skrup skala yang ada di bagian kaki balita 7
4. Buka papan hingga posisinya memanjang dan datar 5. Tarik meteran sampai menempel rapat pada dinding tempat menempelnya kepala dan pastikan meteran menunjuk angka nol 6. Geser kembali papan penggeser pada tempatnya Persiapan papan pengukur panjang badan untuk anak 2 tahun ke atas: 1. Letakkan microtoise di lantai yang rata dan menempel pada dinding yang tegak lurus 2. Tarik pita meteran tegak lurus ke atas sampai angka pada jendela baca menunjukan angka nol 3. Paku/tempelkan ujung pita meteran pada dinding 4. Tarik kepala microtoise keatas sampai ke paku Persiapkan untuk mengukur panjang badan secepatnya setelah menimbang anak. Pastikan sepatu anak, kaos kaki, dan hiasan rambut sudah dilepas. Jika bayi akan ditimbang dengan telanjang, boleh menggunakan popok kering untuk menghindari basah ketika pengukuran berlangsung. Jika ruang tempat pengukuran dalam keadaan dingin maka selimuti anak agar tetap hangat sambil menunggu pengukuran. Dalam pengukuran panjang atau tinggi anak, ibu harus membantu proses pengukuran dengan tujuan untuk menenangkan serta menghibur anak. Jelaskan pada ibu alasan pengukuran dan tahapan prosedur pengukuran. Jawab pertanyaan yang diajukan ibu. Tunjukkan dan jelaskan kepada ibu bagaimana ibu bisa membantu. Jelaskan pula pentingnya menjaga anak tetap tenang agar didapatkan hasil pengukuran yang tepat. C. Tahap Pelaksanaan Terlentangkan balita diatas papan pengukur dengan posisi kepala menempel pada bagian papan yang datar dan tegak lurus (papan yang tidak dapat bergerak) Pastikan bagian puncak kepala menempel pada bagian papan yang statis Posisikan bagian belakang kepala, punggung, pantat dan tumit menempel secara tepat pada papan pengukur. Geser bagian papan yang bergerak sampai seluruh bagian kedua telapak kaki menempel pada bagian papan yang dapat digeser (dengan cara menekan bagian lutut dan mata kaki). Baca dan catat panjang badan anak dari angka kecil ke angka besar. 8
Pemeriksaan tinggi badan dengan microtoise: Pastikan sepatu, kaos kaki dan hiasan rambut sudah dilepaskan. Posisikan balita atau pasien berdiri tegak lurus dibawah microtoise membelakangi dinding Posisikan kepala balita
atau pasien
berada dibawah alat geser microtoise,
pandangan lurus ke depan. Posisikan balita tegak bebas, bagian belakang kepala, tulang belikat, pantat dan tumit menempel ke dinding. Karena posisi ini sulit dilakukan pada anak obesitas, maka tidak perlu keempat titik tersebut menempel ke dinding, asalkan tulang belakang dan pinggang dalam keseimbangan (tidak membungkuk ataupun tengadah). Posisikan kedua lutut dan tumit rapat. Tarik kepala microtoise sampai puncak kepala (vertex) balita atau pasien. Baca angka pada jendela baca saat balita atau pasien menarik nafas (inspirasi) dan mata pembaca harus sejajar dengan garis merah. Angka yang dibaca adalah yang berada pada garis merah dari angka kecil ke arah angka besar . Catat hasil pengukuran tinggi badan. Lakukan pengukuran sebanyak tiga kali untuk meningkatkan akurasi pengukuran. D. Interpretasi Hasil Mengukur panjang atau tinggi anak tergantung dari umur dan kemampuan anak untuk berdiri. Mengukur panjang dilakukan dengan cara anak berbaring (telentang), sedangkan mengukur tinggi anak dilakukan pada posisi berdiri tegak. Anak berumur kurang dari 2 tahun, pengukuran dilakukan dengan berbaring Telentang. Anak berusia 2 tahun atau lebih dan anak sudah mampu berdiri, pengukuran dilakukan dengan berdiri. Secara umum, tinggi badan akan lebih pendek sekitar 0,7 cm dibandingkan dengan panjang badan. Perbedaan ini telah dipertimbangkan dalam menyusun standar pertumbuhan oleh WHO yang digunakan dalam membuat grafik di Buku GPA. Oleh karena itu, penting untuk mengkoreksi hasil bila pengukuran tidak dilakukan dengan cara yang sesuai untuk kelompok umur. Jika seorang anak berumur kurang dari 2 tahun diukur tingginya (berdiri) maka ditambahkan 0,7 cm untuk mengkonversi menjadi panjang badan. Jika seorang anak berumur 2 tahun atau lebih dan dan diukur panjangnya (berbaring) maka dikurangi 0,7 cm untuk mengkonversi menjadi tinggi badan. Pembacaan angka dilakukan dengan menyejajarkan mata dengan garis merah pada 9
jendela pembaca. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahan pembacaan.
2.9.
Teknik Pengukuran 9 Lipatan Kulit Dengan Skinfold Caliper Titik-titik anatomis untuk kelipatan kulit. 1. Triceps “Lipatan kulit ini di cubit dengan ibu jari dan jari telunjuk pada linea mid akromiale-rediale posterior. Lipatannya partikel dan pararer terhadap garis lengan atas. Lipatan kulit di ambil dari peremukaan paling posterior lengan di atas muskulus triceps di lihat dari samping. Tempat lipatan kulit yang ditandai harus dapat di lihat dari samping menandakan bahwa ini adalah titik paling posterior di atas triceps pada posisi anatomis (setinggi lenea mid akromio-radiale). Untuk pengukuran, lengan harus relaksi dengan sendi bahu eksorotasi ringan dan siku ekstensi di samping badan. 2. Subskapula Subjek harus berdiri tegak dengan lengan di samping. Ibu jari pengukur meraba sudut inferior skapula untuk menentukan ujung paling dalam. Lipatan kulit dicubit dengan ibu jari kiri dan jari telunjuk pengukur pada tempat yang ditandai; 2 cm sepanjang garis yang memanjang secara lenteral dan oblig ke bawah dari penanda subskapula pada sudut (kurang lebih 54̊) bahu eksorotasi ringan dan siku ekstensi di samping badan. 3. Biceps Lipatan kulit dicubit dengan ibu jari kiri dan telunjuk pengukur pada linea mid akromiale-rediale yang ditandai agar lipatan memanjang vartikel dan pararel terhadap aksis lengan atas. Subjek berdiri dengan lengan relaksasi, sendi bahu eksorotasi ringan dan siku ekstensi. Lipatan terletak pada aspek paling anterior permukaan lengan kanan. Periksa bawah titik yang telah ditandai pada lipatan kulit biceps benda di permukaan paling anterior di atas biceps denagan melihat lengan dari samping pada posisi anatomis. Lipatan kulit yang ditandai harus dapat dilihat dari samping, menandakan bahwa ini adalah titik yang anterior di atas biceps (setinggi linea mid akromio-radiale).” 10
4. Krista Iliaka “Lipatan kulit dicubit tepat superior terhadap iliokristale pada linea ilioaksila. Subjek abduksi lengan kanan sampai horizontal atau menempatkan lengan melintas dada untuk mengistirahatkan tangan kanan di bahu kiri. Luruskan jari-jari tangan kiri pada penanda iliokristale dengan melakukan tekanan ke arah dalam sehingga jari-jari berada di atas krista iliaka. Gantikan jari-jari ini dengan ibu jari kiri dan tempatkan jari telunjuk pada jarak yang cukup superior terhadap ibu jari sehingga bagian yang tercubit menjadi lipatan kulit yang akan diukur. Lipatan ini memanjang agak ke arah bawah terhadap aspek medial badan.”( perhatikanlipatan kulit ini ekuivalen dengan yang dideskripsikan oleh Durnin dan womersley (1974) sebagai lipatan kulit suprailiaka). 5. Suprasnpinale Lipatan kulit ini bisa disebut suprailiaka oleh Heath dan Carter (1967) tetapi sekarang di kenal sebagai supraspinale (Carter and head, 1990). Lipatan kulit
ini
juga digunakan untuk
penentuan tipe badan
atausomatotipe Head-Carter. “Lipatan ini dicubit di titik tepat pada garis dari iliospinale ke tepi depan berpotongan dengan garis batas horizontal superior ilium setinggi iliokristale. Garis batas ini sekitar 5-7 cm di atas iliospinale, tergantung ukuran subjek dewasa, dan mungkin pada anak kecil sampai 2cm. Lipatan ini memanjang ke medial bawah dengan sekitar 45 °. 6. Abdominal Abdominal adalah lipatan vertikal ang dicubit 5 cm (kira-kira di midline belly rectus abdominis) dari sisi tangan kanan omphalion (titik tengah napel atau tali pusar). Pada pengukuran ini penting bahwa pengukuran yakin cubitan pertama kuat dan luas karena sering otot yang dimaksud kurang berkembang. Hal ini dapat mengakibatkan salah periraan ketebalan lapisan subkutan jaringan. 7. Paha depan 11
Pengukur berdiri mengahap sisi kanan subjek pada sisi lateral paha. Lutut subjek ditekuk pada sudut yang tepat dengan menempatkan kaki yang benar pada kotak atau kursi. Tempat ini ditandai pararel terhadap aksis panjang fermur pada titik tengah jarak antara lipatan inguinal dan batas superior patella (saat tungkai bawah ditekuk). Pengukuran lipatan kulit dapat dilakukan saat lutut dilekuk atau dengan tungaki bawah lurus. Sebagai contoh, jika lipatan sulit diangkat, subjek boleh diminta mengekstensikan ringan sendi lutut dengan menggerakkan kaki ke depan untuk mengurangi tegangan kulit. Jika masih terdapat kesulitan, subjek dapat membantu dengan mengangkat sisi dalam paha untuk mengurangi tegangan kulit. Sebagai usaha terakhir untuk subjek yang mempunyai lipatan kulit yang ketat, pencatat (berdiri pada aspek medial paha subjek) dapat membantu dengan mencubit lipatan dengan kedua tangan sehingga akanterdapat sekitar 6 cm antara jari-jari tangan yang mengangkat lipatan pada tanda anatomis yang benar dan tangan kiri yang mengangkat lipatan distal. Halifer kemudian diletakkan di antara tangan pencatat, 1 cm dari ibu jari pencatat dan jari telunjuk tangan kanan. 8. Betis Medial Dengan subjek duduk atau dengan kaki di atas suatu kotak (lutut membentuk sudut 90̊) dan dengan betis relaksasi, lipatan vertikal diangkat pada aspek medial betis setinggi lingkar terbesarnya. Lingkar ii akan ditentukan selama pengukuran dengan melingkarkan pita ukur dan ketinggiannya harus diberi tanda pada aspek medial betis selama proses ini. Lihat tampat yag diberi tanda dari depan untukn meyakinkan bahwa titik paling medial telah ditentukan dengan benar. 9. Mid-aksila Merupakan lipatan vertikal pada garis ilio-aksila pada ketinggian xiphoid pada sternum. Sudah menjai kebiasaan bila subjek mengangkat lengan tangan sampai membentuk sudut sekitar 90̊ terhadap badan (dengan
12
tangan subjek diletakkan pada kepala mereka). Mengangkat lengan lebih jauh dapat menyebabkan kulit sulit untuk dicubit. Perhatikan tabel Titi –titik anatomis untuk pengukuran tebal lipatan kulit menggunakan caliper (diadaptasi dari Hayward Vivian H & L.M. Stolarczyck. 1996. Aplied Body Composition Assessment. Human Kinetics Books. Canada. Pp. 28-29) No Lokasi
Lipatan kulit Titik anatomis
Pengukuran
Diagonal
Aksila dan
Lipatan kulit diukur
puting susu
antara aksila dan
pengukuran 1
Dada (samping dada)
puting susu 2
Midaksila
Diagonal
Pertemuan
Lipatan kulit diukur
Xiphisternal,
pada garis
titik kartilago
midaksilaris (di
coastae pada
bawah ketiak) pada
rusuk 5,6
pertemuan xiphisternal pada level xiphoidale sternum. Angkat lengan keatas dan istirahatkan di atas kepala. Hal ini memudahkan mencari titik midaksila
3
Subskapula
Horizontal
Sudut
Lipatan kulit diukur
lateroinferior
segaris belahan dada,
skapula
di bagian bawah skapula.
13
4
Suprailiaka
Miring
Di atas krista
Lipatan kulit diukur
iliaka
pada krista iliaka, segaris dengan midaksila pada sisi lateral badan.
5
Abdomial
Horizontal
Umbilicus
Lipatan kulit diukur 3 cm di lateral umbilicus
6
Biceps
Vertikal
Biceps brachii
Lipatan kulitt diukur di atas biceps brachii pada lengan depan atas, dan segaris dengan triceps di lengan belakang.
7
8
Triceps
Paha
Vertikal
Vertikal
Prosesus
Lipatan kulit diukur
akromialis
di antara akromion
skapula dan
dan olekranom, pada
proses
lengan belakang atas,
olekranon ulna
agak ke lateral.
Lipatan inguinal Lipatan kulit diukur dan patella
pada tengah paha, antara inguinal dan patella.
9
Betis
Vertikal
Pada lebar betis
Pada lebar betis
maksimal
terbesar, di tengah betis, sisi belakang lateral.
14
2.10. Tekhnik Pengukuran 13 Lingkar Dengan Pitameter 1. Lingkar kepala “lingkar kepala”didapatkan pada bidang frankfort horizontal plane setinggi tepat diatas glabella (titik tengah diantara tonjolan alis) sementara subjek duduk atu bediri pita harus ditarik kuat untuk menekan rambut. Gunakan jari tenagah di samping kepala untuk mencegah pita meleset melingkari kepala. Jangan msukkan telingan dan yakinkan bahwa tidak ada jepit rambut, klip, atau benda-benda sejenis yang menempel dirambut selama pengukuran. 2. Lingkar Leher Lingkar leher diukur tepat di superior kartilago thiroid (Adam’s Apple). Subjek harus menjaga kepala pada bidang frankfort horizontal plane dan bisa duduk atau berdiri. Penting untuk tidak menarik pita ampai ketat di daerah ini karena jaringannya mudah tertekan. Pita dipegang tegak lurus dengan akses panjang leher yang mungkin tidak pada biadang horizontal. 3. Lingkar lengan relaksasi Lingkar lengan atas (menggantung dalam posisi relaksasi di samping badan) diukur pada ketinggian mid akromiale-radiale. Pita harus diposisikan tegak lurus terhadp akses panjang humerus. 4. Lingkar lengan fleksi dan tegang “merupakan lingkar maksimum lengan atas ya diangkat ke anterior horizontal dengan lengan bawah kurang lebih 45̊
terhadap lengan atas.
Pengukur berdiri di samping subjek dan dengan pita longgar meminta subjek untuk memfleksikan biceps sebagian untuk menentukan titik lingkar maksimal, longgarkan tegangan pada tempat pita, kemudian minta subjek untuk, mengealkan tinjunya, tangan ke arah bahu sampai siku membentuk
15
sudut 45 ̊ dan tegangkan biceps sepenuhnya dan tahan, sementara pengukuran dilakukan.” 5. Linkar lengan bawah Pengukuran dilakukan pada lingkar maksimum lengan bawah dengan subjek menahan telapak tangan ke atas sambil merelaksasi otot lengan. Dengan menggunakan tekhnik tangan menyilang penting untuk menggeser pita ke atas dan ke bawah lengan bawah dan melakukan pengukuran secara serial dengan tujuan mentukan lingkar maksimal yang benar. Biasanya letaknya tepat di distal siku. 6. Lingkar pergelangan tangan Pengukuran lingkar dilakukan di distal prosesus styloideus. Lingkar ini merupakan lingkar terkecil di regio ini. Geser pita ukur sampai yakin di dapatkan lingkar minimal. 7. Lingkar dada Lingkar dada diukur setinggi mesosternale. Antropometris berdiri di sebelah kanan subjek yang mengabduksikan lengan agar pita ukur dapat melingkari dada pada bidang yang diusahakan horizontal mengelilingi punggung subjek. 8. Lingkar Pinggang Pegukuran ini dilakukan pada titik tersempit antara batar kosta terendah dan krista iliaka. Jika tidak ada penyempitan yang jelas, pengukuran dapat dilakukan di pertengahan kedua tanda tersebut. Pengukur berdiri di depan subjek untuk menempatkan pita pada lingkar terkecil pinggang. Pengukuran ini dilakukan pada akhir respirasi normal dengan lengan relaksasi di samping. 9. Lingkar panggul
16
Pengkuran ini dilakukan setinggi protuberantia mayor posterior pantat (bagian pantat yang paling meninjol) yang biasanya di anterior setara dengan tinggi simfisis bubis. Pengukur berdiri di samoing subjek untun meyakinkan bahwa pita berada di bidang horizontal saat pengukuran. Subjek berdiri dengan kaki menyatu dan tidak boleh menegangkan otot gluteal. 10. Lingkar paha Lingkar paha diambil 1 cm di bawah lipatan gluteal, tegak luru dengan aksis pajang paha. Subjek berdidri tegak dengan kaki agak terpisah dan berat badan diistribusikan secara merata pada keua kaki. Biasanya sangat membantu jika subjek berdiri pada sebuah kotak atau bangku untuk pengukuran ini. Lingkarkan pita pada bagian bawah paha dan geser pita ke atas sampai bidang yang benar. 11. Lingkar mid-paha Merupakan pengukuran lingkar paha kanan yang dilakukan tegak lurus terhadap aksis panjang paha. Pengukuran ini dilakukan setinggi pertengahan trokanterion-tibiale laterale. Biasanya sangat membantu jika subjek berdiri di atas kotak atau bangku selama pengukuran; agar pandangan mata pengukur setinggi area yang diukur. 12. Lingkar betis Merupakan ligkar maksimum betis. Subjrk berdiri membelakangi pengukur pada posisi yang lebih tinggi, misalkan di atas sebuah kotak atau bangku dengan berat badan didistribusikan secara merata pada kaki. Posisi yang lebih tinggi memungkinkan mata pengukur sejajar dengan pitameter. Pengukuran ini dilakukan dari aspek lateral tungkai bawah. Tempatkan pita di sekitar betis dengan sikap yang ditentukan. Lingkar maksimal di dapatkan dengan menggunakan jari tengah untuk memanipulsi posisi pita ke atas dan ke bawah sampai ditentukan lingkar maksimal. Tandai ketinggian ini pada aspek medial untuk pengukuran kelipatan kulit. 17
13. Lingkar pergelangan kaki Lingkar minimum pergelangan kaki dilakuka pada titik tersempit superior terhadap sphyrior tibiale. Pita perlu dimanipulasi ke atas dan ke bawah sampai diperoleh lingkar minimal. 2.11.
Teknik Pengukuran 8 Dimensi Vertikal (Panjang/Tinggi)
Titik-titik anatomis untuk panjang/tinggi 1. panjang akromiale-radiale Merupakan panjang lengan atas tempat jarak diukur antara kedua titik tersebut. Subjek berdiri tegak dengan telapak tangan agak menjauh dari paha. Satu lengan caliper berada pada akromiale, semntara lengan lainnya berada pada radiale. Bila subjek mempunyai otot deltoideus yang besar, gunakan antropometer untuk menghindari melengkungnya segmometer. 2. panjang radiale-stylion Merupakan panjang lengan bawah atau jarak antara radiale dan stylion saat subjek pada posisi anatomis. Satu lengan caliper menempel di radiale dan lengan satunya berada di titik stylion. Caliper diposisikan agar memanjang pararel terhadap aksis panjang radius. 3. panjang midstylion-dactylion Merupakan panjang tangan. Pengukuran ini dilakukan pada jarak terpendek antara garis midstylion sampai dactylion. Subjelk menempatkan tangannya pada posisi supinasi (telapak tangan menghadap ke atas) dan jariojari ekstensi penuh (bukan hiperekstensi). Salah satu ujung caliper ditempatkan pada garis midstylion, sementara ujung yang lain ditempatkan pada titik paling distal digiti III. 4. tinggi iliospinale Diukur tinggi dari puncak otak sampai iliospinale. Subjek berdiri dengan kaki menyatu menghadap kotak sehingga jari-jari kaki subjek berada di bagian tepi kotak. Dasar caliper ditempatkan sama rata pada puncak kotak dan caliper mengarah vertical ke atas dengan lengan yang dapat digerakkan di posisikan pada iliospinale. (catatan: tinggi yang penting adalah tinggi dari lantai sampai 18
titik iliospinale. Hal ini didapatkan dengan mnambah tingi kotak sampai tinggi yang tercatat pada data proforma, untuk tinggi kotak iliospinale.) 5. tinggi trokanter Mrupakan tinggi dari puncak kotak sampai trokanterion. Subjek berdiri dngan kaki menytatu dan aspek lateral tungkai kanan menempel pada kotak. Dsar caliper ditempatkan sama rata pada puncak kontak dan caliper mengarah vertical ke ats dengan lengan yang dapat digerakkan diposisikan di trokanterion. (catatan: tinggi yang pnting adalah tinggi dari lantai sampai titik trokanterion). Hal ini diproleh dengan menambah tinggi kotak sampai ketinggian yamg tercatat pada proforma tinggi kotak-trokanterion. 6. panjang trokanterion-tibiale laterale (segmometer) Merupakan panjang paha. Jarak dari trokanterion sampai tibiale laterale diukur saat subjek bnerdiri di atas kotak dengan sisi kanan menghadap antropometris. Satu ujung caliper ditempatkan pada trokanterion dan ujung lain ditempatkan pada tibiale latrale. 7. tinggi tibiale laterale (antropometer) Merupakan panjang tungkai bawah, yaitu jarak dari lantai (misalnya, puncak kotak bila subjek berdiri di atas kotak) sampai titik tibiale laterale. Biasanya subjek berdiri di atas sebuah kotak, semntara dasar caliper berada di puncak kotak dengan lengan yang dapat digerakkan ditemp[atkan pada titik tibiale laterale. Caliper harus dijaga pada bidang vertical. Tinggi dari tibiale laterale sampai puncak kotak kemudian diukur. 8. tibiale mediale-sphyrion tibisle (segmometer) Merupakan panjang tibia, mengukur panjang antara tibiale mediale dan sphyrion mediale. Subjek harus duduk di atas sebuah kotak untuk pengukuran ini dan pergelangan kaki kanan melewati dan diletakkan di lutut kiri. Hal ini akan memperlihatkan aspek medial tungkai pada bidang yang hampir horizontal. Satu ujung caliper ditempatkan pada tibiale mediale dan ujung lainnya pada titik sphrion.
19
2.12.
Teknik Pengukuran Dimensi Horizontal (Lebar)
Pengukuran dilakukan saat caliper ada di tempat, dengan tekanan diatur sepanjang jari telunjuk. 1. Lebar biakromial Merupakan jarak antara titik paling lateral prosesus akromion. Situs ini diukur dengan lengan caliper geser yang ditempatkan pada titik paling lateral prosesus akromion. Biasanya tidak berhubungan dengan titik akromiale yang sudah ditentukan sebelumnya, yang khas superior, medial, anterior terhadap titik-titik lateral ini. Subjek berdiri dengan lengan menggantung di samping, dan pengukur, berdiri di belakang subjek dngan membawa bilah antropometer ke prosesus akromion pada sudut sekitar 45° mengarah ke atas. Tekanan kuat harus dilakukan untuk menekan jaringan yang ada. 2. Lebar biliokristal Merupakan pengukuran jarak antara titik paling lateral (iliokristale) pada tuberkulum iliaka. Cabang antropometer di pertahankan sekitar 45° mengarah ke atas dan pengukur berdiri di depan subjek. Tekanan kuat harus dilakukan oleh antropometris untuk menguranmgi efek jaringan yang ada. 3. Panjang telapak kaki Merupakan jarak antara jari kaki terpanjang (mungkin phalanx pertama atau kedua) sampai titik paling posterior tumit kaki saat subjek brdiri dengan berat badan didistribusikan secara merata pada kedua kaki. Caliper harus dijaga pararel terhadap aksis panjang kaki dan dilakukan tekanan minimal. Akan lebih nyaman bagi pengukur jika subjek berdiri di atas sebuah kotak selama pengukuran. 4. Tinggi duduk
20
Tinggi dari meja atau kotak (tempat subjek duduk) sampai vertex saat kepala ditekankan pada bidang Frankfort Horizontal Plane. Pengukur menempatkan tangan sepanjang rahang subjek dengan jari-jari mencapai prosesus mastoideus. Subjek diinstruksikan untuk menarik nafas dalam dan mnahannya. Sementara menjaga kepala pada bidang Frankfort Horizontal Plane, antropometris pengukuran mengangkat rahang perlahan ke atas melalui prosesus mastoideus. (catatan: tinggi duduk diukur dengan teknik yang sama seperti pada pengukuran tinggi badan). 5. Lebar dada transversal Diukur jarak antara aspek thoraks paling lateral saat aspek superior skala caliper diposisikan pada ketinggian mesostrnale (di depan) dan bilah diposisikan pada sudut 30° mengarah ke bawah dari horizontal. Hal ini akan mencegah caliper meleset di antara kosta. Pengukuran berdiri di depan subjek yang mungkin berdiuri atau duduk. Harus hati-hati untuk menghindari inklusi otot pectoral atau latissimus dorsi. Pengukuran dilakukan pada akhir ekspirasi tidal. 6. Kedalaman dada anterior-postrior Merupakan jarak yang diukur antara cabang-cabang lengkung pada wide-spreading caliper saat diposisikan setinggi mesosternale. Pengukur menggunakan caliper melewati bahu kanan subjek yang duduk tegak dan diinstruksikan untuk brnafas normal. Cabang bagian belakang caliper harus diposisikan pada prosesus spinosus vertebra setinggi mesos ternale. 7. Lebar biepisondilar humerus Merupakan pengukuran jarak antara epicondilus latralis dan medialis humerus saat lengan diangkat ke anterior horizontal dan lengan bawah fleksi pada sudut yang tepat tehadap lengan atas. Dengan caliper geser kecil yang digenggam dengan benar, gunakan jari tengah untuk mempalpasi epicondilus humerus dimulai dari proksimal sampai situs. Titik tulang yang pertama terasa adalah epicondilus. Caliper ditempatkan langsung pada epicondilus sehingga lengan caliper mengarah ke atas pada
21
sudut sekitar 45° terhadap bidang horizontal. Atur tekanan kuat dengan jari telunjuk selama nilai dibaca. Karena epicondilus medialis lebih rendah dari pada epicondilus, lateralis jarak yang diukur mungkin bisa oblik. 8. Lebar biepicondilar femur Merupakan pengukuran jaraknantara epicondilus medialis dan lateralis femur saat subjek duduk dan tungkai fleksi pada lutut untuk membentuk sudut yang tepat terhadap paha. Dengan subjek duduk dan caliper pada tempatnya gunakan jari tengah untuk mempalpasi epicondilus sehinga lengan caliper mengarah ke bawah pada sudut sekitar 45° terhadap horizontal. Atur tekanan kuat dengan jari telunjuk sampai nilainya dibaca. (Etty Indriati. Antropometri untuk kedokteran, keperawatan, gizi dan olahraga. Yogyakarta: PT Citra Aji Parama. 2010. Hal 1-10) 2.13.
Daftar antropometri pada bayi dan balita (bayi; 0-2 tahun)
1. Berat badan bayi. 2. Panjang badan bayi. 3. Panjang dari kepala sampai pantat pada bayi (crown-rump length)= tinggi duduk. 4. Tinggi kres (crotch) bayi. 5. Panjang pantat ke telapak kaki bayi. 6. Panjang lutut ke telapak kaki bayi. 7. Panjang pantat ke telapak kaki bayi. 8. Panjang pundak ke siku bayi. 9. Panjang lengan bawah bayi. 10. Lebar tangan bayi. 11. Panjang kaki bayi. 12. Lebar kaki bayi. 13. Panjang kelingking bayi. 14. Diameter klingking bayi. 15. Panajng jari tengah bayi. 16. Diameter jari tengah. 22
17. Diameter ‘’lubang minimul’’ yang dapat dilalui genggaman tangan Jari. 18. Diameter ‘’genggaman luar’’ 19. Diameter ‘’genggaman dalam’’ bayi. 20. Lebar kepala bayi. 21. Lebar pundak bayi. 22. Lebar dada bayi. 23. Lebar pinggang bayi. 24. Panjang vertex-stemum. 25. Lebar torso bawah bayi. 26. Panjang kepala bayi,anak, dan dewasa. 27. Dalam dada bayi. 28. Dalam pantat bayi. 29. Lingkar kepala bayi. 30. Lingkar leeher bayi. 31. Lingkar dada bayi. 32. Lingkar pinggang bayi. 33. LIngkar lengan bawah bayi. 34. Lingkar lengan atas bayi. 35. Lingkar paha tengah bayi. 36. Lingkar betis maksimal bayi. 37. Lingkar pergalangan kaki bayi. Cara mengukur bayi (dibawah 2 tahun), metode Snyder et al . (1977) No
Bagian yang
Cara Mengukur
Alat Ukur
diukur
Nilai Ratarata
1
Berat badan
Bayi diletakkan dalam
Timbangan bayi
timbangan klinik dan
digital
-
ditimbang sampai ukuran terdekat 0,1 kg.
23
2
Panjang
Bayi berbaring
crown-sole
terlentang dengan
Antropometer
56,3 cm
Antropometer
39,1 cm
Pitameter
38,5 cm
tungkai ekstensi, kepala segaris dengan FHP relatif terhadap torso yang diluruskan, wajah menghadap ke depan. Ukur jarak dari vertex ke tumit kaki kanan. Tungkai perlu dipegang agar stabil ekstensinya 3
Panjang
Bayi berbaring
crown-rump
terlentang dengan kaki kanan fleksi 90⁰ terhadap torso sehingga rotasi pelvis minimal, kepala segaris dengan FHP, kepala menghadap ke depan. Ukur dari vertex ke permukaan pantat kanan ketika tungkai fleksi 90⁰
4
Lingkar kepala
Kepala bayi dipegang, sebaiknya dalam posisi duduk dengan pandangan mata bayi ke depan, lalu ukur lingkar kepala pada level sedikit di glabella
24
ke opisthocranion, tegak lurus dengan bidang mid-sagital 5
Leher kepala
Bayi diletakkan dalam
Kaliper geser
10,4 cm
Kaliper geser
13,4 cm
Kaliper geser
16,7 cm
Kaliper geser
10,9 cm
Pitameter
11,8 cm
posisi duduk, ukur lebar kepala diatas dan dibelakang telinga 6
Panjang kepala Bayi sebaiknya dalam posisi duduk, ukur dari glabella ke opisthocranion
7
Lebar pundak
Bayi berbaring terlentang dengan lengan atas di samping badan, ukur lebar pundak kanan ke kiri
8
Panjang
Bayi berbaring
pundak-siku
terlentang dengan lengan atas kanan di samping badan dan siku kanan fleksi 90⁰. Ukur jarak dari permukaan superior pundak knana ke permukaan inferior siku kanan paralel terhadap aksis panjang lengan atas.
9
Lingkar lengan Bayi berbaring atas
terlentang dengan lengan ekstensi. Ukur
25
dengan pitameter lingkar lengan atas kanan, tegak lurus terhadap aksis panjang lengan atas; pertengahan antara pundak dan siku 10
Panjang siku-
Bayi berbaring
tangan
terlentang dengan siku
Kaliper geser
14,9 cm
Pitameter
11,8 cm
Pitameter
9,1 cm
kanan fleksi 90⁰ dan tangan kanan serta jari kanan ekstensi. Ukur jarak dari permukaan posterior lengan atas kanan, di atas siku, ke ujung jari tengah tangan kanan, paralel terhadap aksis panjang lengan bawah 11
Lingkar lengan Bayi berbaring bawah
terlentang, lengan ekstensi, ukur lingkar maksimum (sedikit dibawah siku), lengan bawah tegak lurus terhadap aksis panjang lengan
12
Lingkar
Bayi berbaring
pergelangan
terlentang dengan
tangan
lengan ekstensi. Ukur
26
lingkar minimal pergelangan tangan kanan di atas prosesus styloid ulnaris. 13
Panjang
Tangan kanan ekstensi,
tangan
telapak tangan
Kaliper geser
6,8 cm
Kaliper geser
3,7 cm
33,9 cm
menghadap ke atas. Ukur jarak dari pergelangan tangan ke ujung jari tengah, paralel terhadap jari – jemari 14
Lebar tangan
Tangan kanan ekstensi, telapak tangan menghadap ke atas, ibu jari menjauh dari keempat jari lain (abduksi). Ukur lebar maksimal telapak tangan dari persendian metacarpal-phalanx II dan V
15
Clearance
Jari-jari tangan kanan
Board berlubang-
tangan
ekstensi dan diletakkan
lubang
minimal
bersama-sama sampai membentuk konfigurasi menyempit. Ukur diameter terkecil, dengan pengukur yang dapat menarik tangan
27
kanan bayi 16
Lebar tangan
Lengan tangan kanan
mengenggam
bayi ekstensi dan
maksimum
tangan kontraksi
Kaliper geser
4,2 cm
8,6 cm
membentuk kepalan tinju dengan ibu jari diluar keempat jari lain, tidak di dalam. Ukur lebar maksimum kepalan tangan kanan horizontal dari kelingking ke ibu jari 17
Diameter ibu
Ibu jari tangan kanan
Board berlubang-
jari
bayi ekstensi. Ukur
lubang
diameter maksimal ibu jari, dengan sendi pertama ibu jari tidak dapat melewati lubang board 18
Diameter jari
Jari tengah tangan
Board berlubang-
tengah
kanan bayi ekstensi.
lubang
7,2 cm
Ukur diameter maksimal jari tengah, dengan sendi pertama jari tengah tidak dapat melewati lubang board 19
Lingkar dada
Bayi berbaring
Pitameter
37,1 cm
terlentang. Ukur lingkar dada pada level puting susu selama bernapas
28
normal 20
Lebar dada
Bayi berbaring
Kaliper geser
12.2 cm
Pitameter
34,4 cm
Pitameter
11,6 cm
Antropometer
23,1 cm
terlentang dengan lengan mengarah ke samping menjauhi dada. Ukur lebar dada pada level puting susu 21
Lingkar
Bayi berbaring
pinggang
terlentang dengan tungkai ekstensi penuh. Ukur lingkar pinggang sedikit dibawah level krista iliaka dan di atas level trokanter mayor, dalam bidang tegak lurus terhadap torso
22
Lebar
Bayi berbaring
pinggang
terlentang dengan tungkai ekstensi penuh. Ukur lebar pinggang sedikit diatas level krista iliaka dan di atas level trokanter mayor
23
Panjang rump-
Bayi duduk bertumpu
sole
pada tungkai kiri yang ditekuk/fleksi, pinggul fleksi 90⁰ dan tungkai kanan ekstensi penuh. Ukur dari permukaan posterior pantat kanan
29
ke tumit kaki kanan 24
Panjang rump
Bayi berbaring
–lutut
terlentang dan tungkai
Antropometer
13,9 cm
Antropometer
36,8 cm
kiri ekstensi, pinggul fleksi 90⁰, dan tungkai kanan fleksi 90⁰ pula. Ukur dari permukaan posterior pantat kanan ke permukaan anterior lutut kanan 25
Lingkar
Bayi berbaring
pinggul
terlentang dengan kedua tungkai ekstensi penuh. Ukur lingkar maksimum pinggul dalam bidang tegak lurus terhadap torso. Pada level sedikit di bawah tengah-tengah antara navel dan genital
26
Lebar pinggul
Bayi berbaring
Antropometer/kaliper 13,2 cm
terlentang dengan
geser
kedua tungkai ekstensi penuh. Ukur lebar maksimal melintang pinggul 27
Lingkar paha
Bayi berbaring
tengah
terlentang dengan
Pitameter
16,9 cm
kedua tungkai ekstensi penuh. Ukur lingkar
30
tungkai kanan di tengah antara lipatan kulit (flexure crease) abdomen-paha dan lutut 28
Kedalaman
Bayi berbaring
Antropometer/kaliper 5,2 cm
paha tengah
terlentang dengan
geser
tungkai kanan diangkat. Ukur tebal anteroposterior paha tengah kanan, di tengah-tengah antara lipatan kulit abdomenpaha ke lutut 29
Panjang lutut -
Bayi berbaring
Antropometer/kaliper 14,9 cm
sole
terlentang dengan lutut
geser
kanan fleksi 90⁰. Ukur jarak dan permukaan superior lutut kanan ke tumit kanan 30
Lingkar betis
Bayi berbaring
Pitameter
13,7 cm
Pitameter
10,2 cm
terlentang dengan tungkai kanan ekstensi. Ukur lingkar betis maksimal pada level protrusi posterior terbesar betis 31
Lingkar
Bayi berbaring
pergelangan
terlentang dengan
kaki
tungkai kanan ekstensi.
31
Ukur lingkar minimal pergelangan kaki pada level diatas maleolus medialis 32
Lebar
Bayi berbaring
pergelangan
terlentang dengan
kaki
tungkai kanan ekstensi.
Kaliper geser
3 cm
Kaliper geser
8,2 cm
Kaliper geser
3,6 cm
Ukur lebar minimal pergelangan kaki diatas maleolus medialis 33
Panjang kaki
Bayi berbaring terlentang. Ukur panjang kaki dari ujung tumit ke jari kaki terpanjang paralel terhadap aksis panjang kaki
34
Lebar kaki
Bayi berbaring terlentang. Ukur lebar maksimal kaki, melintang medio-lateral
Nilai rata-rata antropometri neonatal (Dangerfield, 1995: 17) Bagian yang diukur
Laki-laki (mm)
Perempuan (mm)
Panjang lengan atas
84,3
83,7
Panjang lengan bawah
74,5
72,5
Panjang lengan bawah dan
133,6
131,8
tangan
62,2
62,1
Panjang dorsal tangan
103,8
105,1
32
Panjang tungkai atas
87,7
87,5
Panjang tibia
77,8
77,3
Panjang kaki
Teknik Antropometri 38. Berat badan: subjek berdiri di atas timbangan klinik dengan pakaian minimal atau pakaian renang. Berat badan diukur sampai kedekatan 100 g. 39. Tinggi badan: subjek berdiri tegak dengan kepala berorientasi sejajar FHP dan lengan menggntung di samping badan. Ukuran dari vertex ke lantai di tempatnya kaki berdiri, kaki rapat. Alat antropometer. Nilai rata-rata 126,5 cm pada umur 8,5-9,5 tahun.
Tabel Standar Lingkar Lengan Atas (LLA) Dewasa Kaukasid Persen deviasi standar
LLA Laki-laki (cm)
LLA Perempuan (cm)
> 120% Standar
35,6
34,2
Standar
29,3
28,5
90% Standar
26,3
25,7
90 – 60% Standar
26,3 – 17,6
25,7 – 17,1
60% Standdar
17,6
17,1
Tabel 4.5 B Tinggi badan dan berat badan pada perempuan dan laki-laki (diadaptasi dari Boyd, 1980: 325)
Umur
Tinggi badan
Berat badan
Tinggi badan Berat badan
(cm)
(kg)
(cm)
Laki –laki Lahir
49,6
(kg)
Perempuan 3,20
48,3
2,91
33
1 tahun
69,6
10,00
69,0
9,30
2 tahun
79,7
12,00
78,0
11,40
3 tahun
86,0
13,21
85,0
12,45
4 tahun
93,2
15,07
91,0
14,18
5 tahun
99,0
16,70
097,4
15,50
6 tahun
104,6
18,04
103,2
16,74
7 tahun
111,2
20,16
109,6
18,45
8 tahun
117,0
22,26
113,9
19,82
9 tahun
122,7
24,09
120,0
22,44
10 tahun
128,2
26,12
124,8
24,24
11 tahun
132,7
27,85
127,5
26,25
12 tahun
135,9
31,00
132,7
30,54
13 tahun
140,3
35,32
138,6
34,65
14 tahun
148,7
40,50
144,7
38,10
15 tahun
155,9
46,41
147,5
41,30
16 tahun
161,0
53,39
150,0
44,44
17 tahun
167,0
57,40
154,4
49,08
18 tahun
170,0
61,26
156,2
53,10
19 tahun
170,6
63,32
_
_
20 tahun
171,1
65,00
157,0
54,46
25 tahun
172,2
68,29
157,7
55,08
30 tahun
172,2
68,90
157,9
55,14
40 tahun
171,3
68,81
155,5
56,65
50 tahun
167,4
67,45
153,6
58,45
60 tahun
163,9
65,50
151,6
56,73
70 tahun
162,3
63,03
151,4
53,57
80 tahun
161,3
61,22
150,6
51,52
34
2.14. Penilaian Status Nutrisi Menggunakan Antropometri 1. Pengukuran a. Tinggi badan (cm): …………………………… b. Berat badan (kg): ……………………………... c. % lemak badan (BIA): ……………………….. d. Tebel lipatan kulit Triceps (Tr) (mm): ………. e. Lingkar lengan tengah (MAC) (cm): ………… 2. Perhitungan indeks a. Indeks masa badan = berat badan (kg)/tinggi badan (m)2 = …………. b. Area otot lengan (cm)2 = (MAC – [(Tr × 0.1) (П)] )2 /4 π = ………… Koreksi untuk area humerus; laki-laki minus 10 cm2 dan perempuan minus 6,5 cm2 ………………. c. Perkiraan densitas badan dari tebal lipatan kulit triceps (J.V.A Durnin da,n J.Womersley 1974. British Journal of Nutrition,32;77-97) Densitas badan diperkirakan dengan menghitung melalui rumus = Density = c- [m × log (triceps)] Dengan: Seks C
m
Laki-laki 17-19 tahun
1,1252
0,0625
1,1131
0,0530
1,1159
0,0648
1,1319
0,0776
20-29 tahun Perempuan 16-19 tahun
20-29 tahun
35
4.Perkiraan presentase lemak: %lemak =100 × [ (4,95/D) – 4,5] = Dengan D= Densitas Badan
36
BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
37
DAFTAR PUSTAKA Sunaryo Kuswana, Wowo. 2015. Antropometri Terapan untuk perancangan system kerja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Indriati, Etty. 2010. Antropometri Untuk Kedokteran, Keperawatan, Gizi, dan Olahraga. Yogyakarta: PT Citra Aji Parama.
38