Makalah Aplikasi Transkultural Nursing: Beranda [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

http://transkulturalsds.blogspot.com/2018/12/makalah-aplikasi-transkultural-nursing.html?m=1



 Beranda ▼ Sabtu, 08 Desember 2018



Makalah Aplikasi Transkultural Nursing BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dengan menjalankan tugas sebagai perawat banyak perubahan-perubahan yang ada baik di lingkungan maupun klien. Perawat harus menghadapi berbagai perubahan di era globalisasi ini termasuk segi pelayanan kesehatannya. Perpindahan penduduk menuntut perawat agar dapat menyesuaikan diri dengan budayanya dan sesuai dengan teori-teori yang dipelajari. Dalam ilmu keperawatan banyak sekali teori-teori yang mendasari ilmu tersebut. Termasuk salah satunya teoru yang mendasari bagaimana sikap perawat dalam menerakan asuhan keperawatan. Salah satu teori yang diaplikasikan dalam asuhan keperawatan adalah teori Leininger tentang “Transcultural Nursing”.



Dalam teori ini transcultural nursing didefinisikan sebagai area yang luas dalam keperawatan yang fokusnya dalam komparatif studi dan analisis perbedaan kultur dan subkultur dengan menghargai perilaku caring, nursing care, dan nilai sehat sakit, kepercayaan dan pola tingkah laku dengan tujuan perkembangan ilmu dan humanistik body of knowledge untuk kultur yang universal dalam keperawatan. Dalam hal ini diharapkan adanya kesadaran terhadap perbedaan kultur berarti perawat yang profesional memiliki pengetahuan dan praktik berdasarkan kultur secara konsep perencanaan dalam praktik keperawatan. Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah untuk mengembangkan sains dan keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan pada kultur yang spesifik dan kultur yang universal. Kultur yang spesifik adalah kultur dengan nilainilai dan norma spesifik yang dimiliki olh kelompok tertentu. Kultur yang universal adalah nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan dilakukan hampir semua kultur (Leininger, 1979). Leininger mengembangkan teorinya dari perbedaan kultur dan universal berdasarkan kepercayaan bahwa masyarakat dengan perbedaan kultur dapat menjadi sumber informasi dan menentukan jenis perawatan yang diinginkan karena kultur adalah pola kehidupan masyarakat yang berpengaruh terhadap keputusan dan tindakan. Cultur Care adalah teori yang holistik karena meletakkan di dalamnya ukuran dari totalitas kehidupan manusia dan berada selamanya, termasuk sosial struktur, pandangan dunia, nilai kultural, ekspresi bahasa dan etnik serta sistem profesional. 1.2.Rumusan Masalah 1.   Apa pengertian dari Transkultural Nursing? 2.   Bagaimana konsep dalam Transkultural Nursing? 3.   Bagaimana paradigma Transkultural Nursing? 4.   Apa tujuan dari Transkultural Nursing? 5.   Bagaimana kepercayaan kuno dan praktek pengobatan? 6.   Apa saja mitos yang berkaitan dengan kesehatan? 7.   Bagaimana trend dan issue Transkultural Nursing?



1.3.Tujuan 1.      Untuk mengetahui pengertian Transkultural Nursing. 2.      Untuk mengetahui konsep dalam Transkultural Nursing. 3.      Untuk mengetahui paradigma Transkultural Nursing. 4.      Untuk mengetahui tujuan dari Transkultural Nursing. 5.      Untuk mengetahui kepercayaan kuno dan praktek pengobatan.



6.      Untuk mengetahui mitos yang berkaitan dengan kesehatan. 7.      Untuk mengetahui trend dan issue Transkultural Nursing. 1.4.Manfaat 1.      Dapat mengetahui pengertian Transkultural Nursing. 2.      Dapat mengetahui konsep dalam Transkultural Nursing. 3.      Dapat mengetahui paradigma Transkultural Nursing. 4.      Dapat mengetahui tujuan dari Transkultural Nursing. 5.      Dapat mengetahui kepercayaan kuno dan praktik pengobatan. 6.      Dapat mengetahui mitos yang berkaitan dengan kesehatan. 7.      Dapat mengetahui trend dan issue Transkultural Nursing.



BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Transkultural Nursing Transcultural proses



belajar



Nursing adalah dan



praktek



suatu



area/wilayah



keperawatan



yang



fokus



keilmuwan



budaya



pada



memandang



perbedaan



dan



kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002). Asumsi dari



mendasar



keperawatan,



dari



teori



adalah



membedakan,



perilaku



mendominasi



Caring. serta



Caring



adalah



mempersatukan



esensi tindakan



keperawatan. Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalammemberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinyadiberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan,masa pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal. Human caring secaraumum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan danbimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan fenomena yanguniversal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satutempat dengan tempat lainnya. 2.2.      Konsep dalam Transkultural Nursing 1.      Budaya



adalah



dipelajari,



dan



norma dibagi



atau serta



aturan



tindakan



dari



anggota



kelompok



memberi



petunjuk



dalam



berfikir,



atau



tindakan



yang



yang



bertindak



dan



mengambil keputusan. 2.      Nilai



budaya



adalah



keinginan



atau



sesuatu



tindakan



yang



individu



dipertahankan



pada



suatu



lebih



waktu



diinginkan



tertentu



dan



melandasi tindakan dan keputusan. 3.      Perbedaan optimal variasi



budaya daei



pemberian



pendekatan



budaya



yang



termasuk



dalam



asuhan



keperawatan



menghargai



kepekaan



asuhan



keperawatan, yang



nilai



terhadap



keperawatan dibutuhkan



budaya



individu,



lingkungan



dari



merupakan mengacu untuk



pada



yang



kemungkinan



memberikan



kepercayaan individu



bentuk



yang



dan



asuhan tindakan



datang



dan



individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985). 4.      Etnosentris bahwa



adalah



budayanya



oleh orang lain.



persepsi adalah



yang yang



dimiliki terbaik



oleh



diantara



individu



yang



budaya-budaya



menganggap yang



dimiliki



5.      Etnis



berkaitan



dengan



manusia



dari



ras



tertentu



atau



kelompok



budaya



yang



digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim. 6.      Ras



adalah



perbedaan



macam-macam



manusia



didasarkan



pada



mendiskreditkan asal muasal manusia. 7.      Etnografi



adalah



pada



ilmu



penelitian



kesadaran dasar



yang



etnografi



mempelajari



budaya.



memungkinkan



yang



tinggi



pada



perbedaan



observasi



untuk



mempelajari



Pendekatan



perawat budaya



lingkungan



untuk



setiap dan



metodologi



mengembangkan



individu,



menjelaskan



orang-orang,



dan



saling



memberikan timbal balik diantara keduanya. 8.      Care



adalah



dukungan untuk



fenomena



perilaku



yang



pada



memenuhi



berhubungan



individu,



kebutuhan



keluarga,



baik



aktual



dengan



kelompok



maupun



bimbingan,



dengan



potensial



bantuan,



adanya



untuk



kejadian



meningkatkan



kondisi dan kualitas kehidupan manusia. 9.      Caring



adalah



mendukung yang



tindakan



dan



nyata



langsung



mengarahkan



atau



antisipasi



yang



diarahkan



individu,



keluarga



kebutuhan



untuk



atau



untuk kelompok



meningkatkan



membimbing, pada



kondisi



keadaan kehidupan



manusia. 10.  Cultural



Care



kepercayaan atau



berkenaan dan



pola



memberi



dengan ekspresi



kesempatan



mempertahankan



kemampuan



kesehatan,



yang



digunakan



individu, sehat,



kognitif



untuk



untuk



keluarga



berkembang



mebimbing,



atau



dan



mengetahui



nilai,



mendukung



kelompok



bertahan



untuk



hidup,



hidup



dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai. 11.  Culturtal untuk karena



imposition memaksakan percaya



berkenaan kepercayaan,



bahwa



ide



dengan praktik



yang



kecenderungan dan



dimiliki



nilai



oleh



diatas



perawat



tenaga budaya lebih



kesehatan orang



lain



tinggi



daripada



transcultural



sebagai



terlaksananya



asuhan



kelompok lain. 2.3.Paradigma Transkultural Nursing Leininger cara



pandang,



keperawatan sentral



(1985)



1.      Manusia



keyakinan,



yang



keperawatan



and Boyle, 1995).



mengartikan



sesuai yaitu



paradigma



nilai-nilai, dengan :



latar



manusia,



keperawatan



konsep-konsep belakang sehat,



dalam



budaya



lingkungan



terhadap dan



empat



keperawatan



konsep (Andrew



Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memilikikecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995). 2.      Sehat Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew and Boyle, 1995). 3.      Lingkungan Lingkungan



didefinisikan



sebagai



keseluruhan



fenomena



yang



mempengaruhi



perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan. 4.      Keperawatan Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang



diberikan



budayanya. dengan adalah



kepada



Asuhan



budaya



klien.



klien



keperawatan Strategi



sesuai ditujukan



yang



perlindungan/mempertahankan



dengan memnadirikan



digunakan budaya,



dalam



latar



belakang



individu asuhan



sesuai



keperawatan



mengakomodasi/negoasiasi



budaya dan mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991). a.      Cara I : Mempertahankan budaya Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi.



b.      Cara II : Negosiasi budaya Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain. c.       Cara III : Restrukturisasi budaya Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.   Proses keperawatan Transcultural Nursing Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise Model). Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. 1.      Pengkajian Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “Sunrise Model” yaitu : a.         Faktor teknologi (tecnological factors) Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini. b.         Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors) Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.



c.          Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors) Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keluarga. d.         Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways) Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah : posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaa membersihkan diri. e.          Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors) Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.



f.          Faktor ekonomi (economical factors) Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kanto atau patungan antar anggota keluarga. g.         Faktor pendidikan (educational factors) Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptas terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jeni pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali. 2.      Diagnosa Keperawatan



Diagnosa budayanya



keperawatan



yang



dapat



adalah



dicegah,



respon diubah



klien



atau



sesuai



dikurangi



latar



belakang



melalui



intervensi



keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu : gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini. 3.      Perencanaan dan Pelaksanaan Perencanaan suatu suatu



proses



and



yang



memilih



strategi



tindakan



Davidhizar,



keperawatan budaya



pelaksanaan



keperawatan



proses



melaksanakan



dan



yang



transkultural



yang



kesehatan,



dimiliki



and



bila



dan



trnaskultural



adalah



dipisahkan.



Perencanaan



adalah



tepat



dan belakang



pedoman Boyle,



budaya



budaya



kesehatan



keperawatan



denganlatar tiga



(Andrew klien



dapat



yang



Ada



mengakomodasi



menguntungkan



tidak



sesuai



1995).



dalam



klien



merubah



budaya



yang



1995) klien



pelaksanaan ditawarkan



yaitu



tidak



bila



:



klien



klien



dan



klien



bila



(Giger dalam



mempertahankan



bertentangan



budaya



budaya



klien



adalah



budaya



dengan kurang yang



dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan. a.      Cultural care preservation/maintenance 1.      Identifikasi



perbedaan



konsep



antara



perawat



tentang



proses melahirkan dan perawatan bayi. 2.      Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien. 3.      Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat. b.      Cultural care accomodation/negotiation 1.      Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien. 2.      Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan. 3.      Apabila



konflik



kesepakatan



tidak



berdasarkan



terselesaikan, pengetahuan



lakukan biomedis,



negosiasi pandangan



dimana klien



dan standar etik c.       Cultural  care repartening/reconstruction 1.      Beri



kesempatan



pada



diberikan dan melaksanakannya.



klien



untuk



memahami



informasi



yang



2.      Tentukan



tingkat



perbedaan



pasien



melihat



dirinya



dari



budaya



kelompok. 3.      Gunakan pihak ketiga bila perlu. 4.      Terjemahkan



terminologi



gejala



pasien



ke



dalam



bahasa



kesehatan



yang dapat dipahami oleh klien dan orang tua. 5.      Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan Perawat



dan



klien



harus



mencoba



untuk



memahami



budaya



masing-masing melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik. 4.      Evaluasi Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.



2.4. Tujuan Transkultural Nursing Menurut



Leininger



tujuan



penggunaan



keperawatan



transkultural



adalah



dalam



pengembangan sains dan ilmu yang humanis sehingga tercipta praktek keperawatan pada kebudayaan yang spesifik. Kebudayaan yang spesifik adalah kebudayaan dengan nilai dan norma yang spesifik yang tidak dimiliki oleh kelompok lain contohnya suku Osing, Tengger dan Dayak. Sedangkan kebudayaan yang universal adalah kebudayaan dengan nilai dan norma yang diyakini dan dilakukan oleh hampir semua kebudayaan seperti budaya olahraga untuk mempertahankan kesehatan. Dengan adanya keperawatan transkultural dapat membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatannya. Perawat juga dapat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan status kesehatan. Misalnya, jika klien yang sedang hamil mempunyai pantangan untuk makan-makanan yang berbau amis seperti ikan, maka klien tersebut dapat mengganti ikan dengan sumber protein nabati yang lainnya. Seluruh perencanaan dan implementasi keperawatan dirancang sesuai latar belakang



budaya sehingga budaya dipandang sebagai rencana hidup yang lebih baik setiap saat. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut. 2.5. Kepercayaan Kuno dan Praktik Pengobatan Sistem pengobatan tradisional merupakan sub unsur kebudayaan masyarakat sederhana, pengetahuan tradisional. Dalam Masyarakat tradisional sistem pengobatan tradasional ini adalah pranata sosial yang harus dipelajari dengan cara yang sama seperti mempelajari pranata sosial umumnya dan bahwa praktek pengobatan asli(tradisional) adalah rasional dilihat dari sudut kepercayaan yang berlaku mengenai sebab akibat. Beberapa hal yang berhubungan kesehatan (sehat-sakit)menurut budaya-budaya yang ada di indonesia diantaranya adalah : a)      Budaya Jawa Menurut orang jawa, sehat adalah keadaan yang seimbang dunia fisik dan batin. bahkan, semua itu berakar pada batin.Jika batin karep ragu nututi artinya berkehendak, raga atau badan akan mengikuti. Sehat dalam kontek raga berarti waras apabila seseorang tetap mampu menjalakan peranan sosial sehari-hari.Untuk menentukan sebab-sebab suatu penyakit ada 2 konsep yaitu,konsep Personalistik dan Konsep Naluralistik. Dalam konsep personalistik,penyakit disebabkan oleh makhluk supernatural (makhluk ghaib, dewa), Mkhluk yang bukan manusia (hantu, roh leluhur, roh jahat) dan manusia (tukang sihir ,tukang tenun). Penyakit ini disebut ora lumbrah atau ora sabaeine (tidak wajar / tidak biasa). Penyembuhannya adalah berdasarkan pengetahuan secara ghaib atau supernatural, misalnya melakukan upacara dan sesaji. Dilihat dari segi personalistik jenis penyakit ini terdiri dari kesiku,kewalat.Penyembuhannya dapat melalui seorang dukun. Ada beberapa  katagori dukun pada masyarakat jawa yang mempunyai nama dan fungsi masing-masing. a.       Dukun bayi, menangani terhadap penyakit yang berhubungan dengan kesehatan bayi. b.      Dukun pijat,menangani sakit terkilir,patah tulang. c.       Dukun mantra,manangani orang yang kemasukan roh halus. b)     Budaya Sunda Konsep sehat sakit tidak hanya mencakup aspek fisik saja,tetapi juga bersifat sosial budaya. Istilah lokal yang biasa dipakai oleh masyarakat jawa barat(orang sunda) adalah muriang untuk demam,nyerisirah sakit kepala. Menurut orang sunda,orang sehat adalah mereka yang makan terasa enak walaupun dengan lauk seadanya,dapat tidur nyenyak  dan tidak ada yang dikeluhkan,sedangkan sakit adalah apabila



badan terasa sakit,panas atau makan terasa pahit.Dalam bahasa sunda orang sehat disebut cageur,sedangkan orang sakit disebut gering. Ada beberapa perbedaan antara sakit ringan dan sakit berat.Orang disebut sakit ringan apabila masih dapat berjalan kaki,masih dapat bekerja,masih dapat makan dan minum dan dapat sembuh dengan minum obat atau obat tradisional yang dibeli diwarung. Orang disebut sakit berat, apabila badan terasa lemas, tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari, sulit tidur, harus berobat kedokter/puskesmas, apabila menjalani rawat inap memerlukan biaya mahal.Konsep sakit ringan dan sakit berat bertitik tolak pada keadaan fisik penderita melakukan kegiatan sehari-hari, dan sumber pengobatan yang digunakan.Berikut contoh sakit dengan penyebab, pencegahan dan pengobatan sendiri.   Sakit Demam Keluhan demam (bahasa sunda-meriang atau panas tiris) ditandai dengan badan terasa pegalpegal,menggigil, kadang-kadang bibir biru.Penyebab demam adalah udara kotor,menghisap debu kotor, pergantian



cuaca, kondisi



badan



lemah,kehujanan,kepanasan



cukup



lama,dan



keletihan. Pencegahan demam adalah dengan menjaga kebersihan udara yang dihisap,makan teratur, olahraga cukup, tidur cukup,minum cukup,kalau badan masih panas/berkeringat jangan langsung mandi,jangan kehujanan dan banyak makan sayuran atau buah. Pengobatan sendiri demam dapat dilakukan dengan obat tradisional, yaitu kompres badan dengan tumbukan daun melinjo,daun cabe atau daun sin gkong,atau dapat juga dengan obat warung yaitu paramek atau puyer bintang tujuh nomor 16. Adapun yang dipercayai oleh masyarakat antara lain: 1.      Budaya Budaya adalah  belajar,berbagi dan dipancarkan nilai-nilai, keyakinan, norma dan cara praktek hidup dari kelompok tertentu yang memandu pemikiran, keputusan, dan tindakan dengan cara yang bermotif.



2.      Agama Agama adalah seperangkat kepercayaan dalam ilahi atau kekuatan manusia super (atau kekuasaan) untuk ditaati dan disembah sebagai pencipta dan penguasa alam semesta, nilai-nilai etis dan sistem agama kepercayaan dan praktik, perbedaan dalam budaya dan seluruh budaya yang ditemukan. 3.      Etnis Mengacu kepada sekelompok orang yang berbagi budaya umum dan khas dan yang merupakan anggota dari sebuah kelompok tertentu.



4.      Akulturasi Individu yang telah diambil pada, biasanya diamati, fitur dari budaya lain. Orang-orang dari kelompok minoritas cenderung menganggap sikap, nilai, kepercayaan, menemukan praktek-praktek masyarakat yang dominan, sehingga menghasilkan pola budaya campuran. 2.6. Mitos yang Berkaitan dengan Kesehatan 1.      Mitos Memakan Makanan Dari Sesaji Untuk Ritual Tertentu Di Masyarakat a.       Fakta di Lapangan Masih banyak ditemukan dan bahkan di lapangan khususnya masyarakat pedesaan masih mempercayainya. Kegiatan ini sudah ada sejak zaman nenek moyang yang terdahulu. Tempat mereka pakai dahulunya terletak pada daerah yang dimana disitu merupakan bagian terpenting akan terkabulnya keinginan mereka. Intinya kegiatan yang dilakukan ini bisa merupakan wujud ungkapan rasa sukut untuk Tuhan. Memakan makanan yang berasal dari sesaji tersebut merupakan bentuk rasa penghormatan pada yang Kuasa dan juga bisa mendoakan apa yang kita inginkan.



b.      Teori Dilihat dari bentuk yang dihidangkan berupa nasi sayur-sayuran ayam dan lain-lain, yang menjadi inti permasalahannya adalah pembagian ayamya dari yang masih utuh menjadi bagian kecil-kecil. Bila orang yang membagikan tidak tahu akan makna bersih makan akan terabaikan kebersihan kuman ayam tersebut. Selain itu ada juga bagaimana proses memasaknya untuk ayam tersebut terkadang ayam ada bagian yang belum mencapai tingkat kematangan dan itu akan berpengaruh pada proses pencernaan dan keamanan mengkonsumsi makanan tersebut. Kandungan daging ayam sesungguhnya banyak mengandung protein dan nutrisi-nutrsi lain di dalamnya yang berguna untuk keperluan tubuh. Sayur-sayuran juga diperlukan tubuh untuk proses pencernaan seperti bayam yang banyak mengandung serat berfungsi untuk memperlancar proses metabolisme. c.       Opini Kepercayaan yang timbul sejak zaman dahulu sudah sangat melekat dan kental akan budaya yang tiap tahun diadakan akan sulit dihilangkan karena akan menjadi ciri khas pada daerah itu. Mereka beranggapan barang siapa menghilangkan budaya ini dampaknya sangat bervariasi, bisa dikucilkan masyrakat karena dianggap tidak menghargai para pendahulunya dan yang paling fatal bisa diusir dari lingkungan. 2.      Mitos Tentang Sirkumsisi Dilihat Dari Segi Agama Islam a.       Fakta di Lapangan



Sekarang ini dilihat dari kesadaran masyarakat tentang kesehatan sudah sangat berkembang. Banyak anak kecil yang sudah lulus tingkat sekolah dasar maupun masih sudah dilakukan khitan atau sirkumsisi. Faktor yang mempengaruhi keinginan untuk dikhitan biasanya berasal dari anak itu sendiri yang melu pada teman-temannya maupun dari orang tua yang mendesak untuk dilakukannya khitan. Di beberapa daerah sudah ada alat mumpuni untuk melakukan proses sirkumsisi secara modern. Agenda yang dilakukan untuk institusi kesehatan biasanya yang sering kita dengan Khiatanan Masal dan ini sangat membantu bagi keluarga yang tidak mampu untuk mengkhitankan anaknya. b.      Teori Dari segi agama islam sangat dianjurkan untuk dilakuakn sirkumsisi atau khitan dnegan tujuan memberikan kesehatan pada umatnya. Ini merupakan tanda sudah baligh bila sudah di khitan atau sirkumsisi. Dahulunya untuk melakukan khitan atau sirkumsisi masih sangat sederhana dan masih menggunakan metode yang classic. Untuk penyembuhannya sendiri bisa berbulan-bulan setelah dilakuakan sirkumsisi atau khitan. Obat yang digunakan masih sangat terbatas selain itu di daerah desa juga sangat terbatas petugas kesehatannya. Tapi sekarang dengan kemajuan teknologi diharapkan bisa terlaksanan proses sirkumsisi yang lebih mauu dan mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat. Sirkumsisi atau khitan adalah memotong sebagian dari alat kelamin dari pris untuk menjaga kebersihan dari alat kelamin pria. Ini bisa dibuktikan dengan urine yang keluar bila belum khitan atau sirkumsisi akan sebagian tertinggal selanjutkan akan mengendap dan bahayanya bila terjadi hubungan intim akan membahayakan si wanita karen sperma yang keluar bersama dengan endapan tadi akan menyebabkan kanker rahim. c.       Opini Dilakukan khitan atau sirkumsisi dapat mempercepat proses pendewasaan dari postur tubuh biasanyya dengan tada jakin membesar, suara yang telihat besar dan tentunya bertambah tinggi dan berat badan. Setelah dikhitan akan merasa lega karena sudah melaksanakan tugas dari Rosul untuk syarat sahnya sholat salah satunya juga sirkumsisi atau khitan ini bila kita sebagai imam. 3.      Mitos Ibu Hamil a.       Fakta di Lapangan      Ibu hamil jika makan pisang, nanas, mentimun itu akan menyebabkan keputihan bahkan masyarakat sekitar berpendapat bahwa nanas bisa menyebabkan keguguran. Sewaktu ibu hamil, jika suami memotong ayam, diprediksi anaknya akan lahir cacat. Fakta dari mitos tersebut tidak akan terjadi kecacatan pada bayi yang dilahirkan. Jika bayi yang lahir cacat, bukan dari mitos tersebut, tetapi karena cacat itu bisa dari faktor kelainan genetiknya. b.      Teori



Mengkonsumsi pisang, nanas, mentimun justru disarankan karen kaya akan vitamin C dan serat yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh dan melancarkan proses pembuangan sisa-sisa pencernaan. Untuk kehamilan itu untuk memenuhi nutrisi dan menjaga perkembangan janin. Kehamilan seseorang tidak bisa ditentukan dengan kelahiran yang normal maupun tidak, tetapi secara medis untuk kelahiran yang tidak normal banyak berbagai faktor yang mempengaruhi salah satunya adalah kelainan gen pembawa dari ayah maupun ibu ini sangat berpengaruh bagi kelahirannya. c.       Opini Ibu hamil rentan akan masalah yang bisa ditimbulkan. Sebisa mungkin pertahanan akan kondisi sehat sangat kuat dengan dukkungan keluarga, suami dan teman-teman, budaya dimana dia tinggal sangatlah berpengaruh bagi perkembangan kehamilannya. Keyakinan inilah yang dipegang untuk menjaga, merawar, melindungi kehamilan si Ibu. Nila-nilai, norma, adat istiadat masih dipegang kuat. Mitos-mitos diatas tersebut hanya keyakinan seseorang atau kelompok karena belum tentu setiap desa atau kota mempunyai mitos yang sama karena belum tentu mitos akan jadi kenyataan. Terkadang ada ibu hamil anaknya lahir dalam kondisi tidak normal (cacat), misalnya makan buah yang manjadi pantangan ibu hamil anaknya lahir cacar itu hanya bertepatan saja, dibalik semua itu mungkin ada kelainan pada saat bayi masih dalam kandungan. 2.7. Trend dan Issue Transkultural Nursing Banyak hal dalam budaya Indonesia termasuk dalam cara mereka mempercayai dan mengobati diri mereka untuk membuat hidup mereka mampu menangani sakit yang mereka alami. Sebagi contoh budaya jawa, budaya jawa sering diketahui cara dan adat yang mereka percayai untuk mengobati diri saat sakit adalah kerokan. Kerokan bukanlah hal yang asing bagi budaya jawa, lebih dari banyak orang jawa masih menggunakan kerokan untuk mengobati sakit mereka sampai saat ini. Mereka mempercayai adat dan budaya secara turun temurun. Mereka meyakini bahwa dengan kerokan dapat megeluarkan angin yang ada di dalam tubuh serta dapat menghilangkan nyeri atau sakit badan yang dialami dan dengan hal tersebut dapat membantu penyembuhan yang mungkin telah dirasakan sebelumnya hal tersebut oleh suku jawa. Hal tersebut menutup kemungkinan akan muncul dan berada di dalam rumah sakit, meski mereka telah mendapatkan penanganan dari tim kesehatan ada saja yang melakukan tradisi tersebut. Telah diketahui akibat dari kerokan yaitu menyebabkan pori-pori kulit semakin melebar, lalu warna kulit memerah menunjukkan adanya pembuluh darah dibawah permukaan kulit pecah sehingga menambah arus darah ke permukaan kulit. Ketika melakukan komunikasi untuk memberikan informasi tentang akibat yang terjadi dari kerokan tidak membuat para klien atau pasien tidak berhenti melakukan tradisi seperti hal tersebut karena itu telah menjadi kebiasaan yang secara terus-menerus dilakukan. Sehingga asuhan keperawatan yang mungkin akan diberikan kepada klien tidak dapat dilakukan karena adanya penolakan yang terjadi terhadap anggapan akan hal tersebut.



Disini kita tidak dapat mengkritik keyakinan dan praktik budaya kesehatan tradisional yang dilakukan. Budaya merupakan faktor yang dapat mempengaruhi asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan harus terus dilakuakn bagaimana caranya menangani klien tanpa menyinggung perasaan klien dan mengkritik tradisi yang telah ada yang mungkin sulit untuk kita tentang dan ubah. Karena tujuan kita bukanlah untuk mengubah atau mengkritik tradisi tersebut, namun bagaimana perawat mampu melakukan semua tugasnya dalam memenuhi kebutuhan pasien.



BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan         Keperawatan transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan keperawatan yang difokuskan kepada individu dan kelompok untuk mempertahankan, meningkatkan perilaku sehat sesuai dengan latar belakang budaya. Hal ini dipelajari mulai dari kehidupan biologis sebelumnya,



kehidupan psikologis, kehidupan sosial dan spiritualnya. Perencanaan dan pelaksaan proses keperawatan transkultural tidak dapat begitu saja dipaksakan kepada klien sebelum perawat memahami latar belakang budaya klien sehingga tindakan yang dilakukan dapat sesuai dengan budaya klien. Penyesuaian diri sangatlah diperlukan dalam aplikasi keperawatan transkultural.



3.2.   Saran Kami menyadari bahwa kekurangan dalam makalah yang kami buat di atas merupakan kelemahan dari pada kami, karena terbatasnya kemampuan kami untuk memperoleh data dan informasi karena terbatasnya pengetahuan kami. Jadi yang kami harapkan kritik dan saran yang membangun agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi. Dengan segala pengharapan dan keterbukaan, kami menyampaikan rasa terima kasih dengan setulus-tulusnya.Akhir kata, kami berharap agar makalah ini dapat membawa manfaat kepada pembaca.



.



DAFTAR PUSTAKA Andrew, M. &



Boyle, J. S. (1995). Transcultural



Concepts



in



Nursing



Care. 2nd



Ed.



Basic



Concepts



and



Philadelphia :  JB Lippincot Company. Cultural



Diversity



Case



in



Nursing. (1997).Transcultural



Studies. Ditelusuri



tanggal



Nursing ; 14



Oktober



2006



darihttp://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing Giger, J. J



&



Davidhizar, R. E. (1995).Transcultural



Nursing :



Assessment



and



Intervention. 2nd Ed. Missouri: Mosby Year Book Inc Leininger, M. & Theories,



McFarland. Research



M. R. (2002).Transcultural and



Practice. 3rd



Nursing :



Concepts,



Ed. USA :Mc-Graw



Hill



Companies. Swasono, M. F. (1997). Kehamilan, Konteks Budaya. Jakarta : UI Press.



kelahiran,



Perawatan



Ibu



dan



Bayi



dalam



di Desember 08, 2018 Berbagi



Tidak ada komentar: Posting Komentar Beranda



Lihat versi web Saya adalah?



Novan Dika Lihat profil lengkapku Diberdayakan oleh Blogger.