Askep Transkultural Nursing [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS MAKALAH DENGAN KASUS “TBC” PASIEN SUKU BUGIS



DISUSUN OLEH KELOMPOK I KELAS A3 / 2015 ANGGOTA:



MUTAMMI HI. IDRIS



(NH0115102)



MUTIA SYUKRI



(NH0115103)



NATASYA ANANTHA BUNGA (NH0115104) NICKY ABIGAIL SIDARA



(NH0115106)



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NANI HASANUDDIN MAKASSAR 2018



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteriMikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia. Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang, Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan China dalam hal jumlah penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia. Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan bahwa Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan pada tahun 1986 merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000 penderita Tuberkulosis / TBC baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau insidens rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian akibat Tuberkulosis / TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun. Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Kenyataan mengenai penyakit TBC di Indonesia begitu mengkhawatirkan, sehingga kita harus waspada sejak dini & mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC .



B. Tujuan 1. Untuk mengetahui apa definisi dari TBC. 2. Untuk mengetahui klasifikasi dari TBC. 3. Untuk mengetahui etiologi dari TBC. 4. Untuk mengetahui patofisiologi dari TBC. 5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari TBC. 6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari TBC. 7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari TBC. 8. Untuk mengetahui komplikasi dari dari TBC. 9. Untuk mengetahui pencegahan dari TBC.



BAB II TEORI A. Teori Leininger 1. Pengertian Keperawatan transkultural adalah suatu pelayanan keperawatan yang berfokus pada analisis dan studi perbandingan tentang perbedaan budaya (Leninger, 1978 dalam Sudiharto, 2007). Keperawatan transkultural adalah ilmu dan kiat yang humanis, yang difokuskan pada perilaku individu atau kelompok, serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan perilaku sehat atau perilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya (Leninger, 1984 dalam Sudiharto, 2007). 2. Tujuan Teori ini bertujuan untuk menjelaskan faktor budaya dan asuhan yang mempengaruhi kesehatan, kesakitan dan kematian manusia sebagai upaya untuk meningkatkan dan memajukan praktek keperawatan. Tujuan paling utama dari teori ini adalah memberikan asuhan yang sesuai dengan budaya, gaya hidup maupun nilai-nilai yang dipercaya oleh klien (Parker, 2001). 3. Model Sunrise Model



B. Penyakit Pasien A. Definisi Tuberculosis adalah infeksi menular yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru dan hamoir seluruh organ tubuh lainnya. Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernapasan dan saluran pencernaan (GI) dan luka terbuka pada kulit. Tetapi paling banyak melalui inhalasi droplet yang berasal dari orang yang terinfeksi bakteri tersebut. (Sylvia A.price dalam buku Asuhan Keperawatan Nanda Nic-Noc jilid 3 2015) B. Klasifikasi Klasifikasi menurut American Thoracic-Society (dalam buku Asuhan Keperawatan Nanda Nic-Noc jilid 3 2015) : 1. Kategori 0 : tidak perna terpajan, dan tidak terinfeksi, riwayat kontak negative, tes tuberculin negative. 2. Kategori 1 : terpajan tuberkolusis, tapi tidak terbukti ada infeksi. 3. Kategori 2 : terinfeksi tuberkolusis, tetapi tidak sakit. Tes tuberculin positif, radiologis dan sputum negative. 4. Kategori 3 : terinfeksi tuberculosis dan sakit. Klasifikasi di Indonesia dipakai berdasarkan kelainan klinis, radiologis, dan makro biologis : 1. Tuberkolusis paru 2. Bekas tuberkolusis paru 3. Tuberkolusis paru tersangka, yang terbagi dalam : - TB tersangka yang diobati : sputum BTA (-), tetapi tanda-tanda lain positif. - TB tersangka yang tidak diobati : sputum BTA negative dan tandatanda lain juga meragukan. Klasifikasi menurut WHO 1991 TB dibagi dalam 4 kategori yaitu ; (Sudoyo Aru, dalam buku Asuhan Keperawatan Nanda Nic-Noc jilid 3 2015) 1. Kategori 1, ditujukan terhadap : - Kasus batu dengan sputum positif - Kasus baru dengan bentuk TB berat 2. Kategori 2, ditujukan terhadap : - kasus kambuh kasus gagal - kasus gagal dengan sputum BTA positif 3. Kategori 3, ditujukan terhadap : - kasus BTA negative dengan kelainan paru yang luas - kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori 4. Kategori 4, ditujukan terhadap : TB kronik



C. Etiologi Penyebab tuberkolosis adalah merupakan Mycobacterium tubercolosis. Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar ultraviolet. Ada dua macam mikobakterium tuberculosis yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberkolosis usus. Basil tipe human berada di bercak ludah (droplet) dan diudara yang berasal dari penderita TBC, dan orang-orang yang terkena rentan terinfeksi bila menghirupnya. (Wim de Jong, dalam buku Asuhan Keperawatan Nanda Nic-Noc jilid 3 2015). Setelah organism terinhalasi, dan masuk paru-paru bakteri dapat bertahan hidup dan menyebar ke nodus limfatikus lokal. Penyebaran melalui aliran darah ini dapat menyebabkan TB pada organ lain, dimana infeksi laten dapat bertahan sampai bertahun-tahun. (Patric Davey, dalam buku Asuhan Keperawatan Nanda Nic-Noc jilid 3 2015). D. Patofisiologi Basil tuberkel yang mengcapai permukaan alveoli biasanya diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil karena gumpalan yang lebih besar cenderung tertahan di rongga hidung dan tidak menyebabkan penyakit, setelah berada dalam ruang alveolus (biasanya di bagian bawah lobus atas atau di bagian atas lobus bawah) basil tuberculosis ini membangkitkan reaksi peradangan. Lekosit polimorfunuklear tampak pada tempat tersebut dan mefagosit bakteri tetapi tidak membunuh organisme tersebut. Sesudah hari – hari pertama maka lekosit diganti oleh magrofat (Wijaya, 2013, Hal. 138). Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejalagejala pneumonia akut. Basil juga menyebar melalui kelenjar limfe regional. Makrofag yang mengalami infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel spiteloid yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini biasanya berlangsung selama 10-20 hari. Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat seperti keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblas menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa, membentuk jaringan parut yang akhirnya membentuk suatu kapsul yang mengelingi tuberkel (Wijaya, 2013, Hal. 138). Lesi primer paru –paru disebut focus ghon dan gabungan terserangnya kelenjar limfe regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Kompleks ghon yang mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada orang sehat yang kebetulan menjalani pemeriksaan radiogram rutin. Respon lain



yang terjadi pada daerah nekrosis adalah percairan dimana bahan cair lepas ke dalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tubercular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke percabangan trakeobronkial. Proses ini dapat terulang kembali pada bagian lain dari paru atau basil dapat terbawa ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitas kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan parut fibrosa(Wijaya, 2013, Hal. 138). Bila peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat dengan perbatasan bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran yang ada dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas. Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui saluran limfe atau pembuluh darah (limfohematogen). Organisme yang lolos dari kelenjar limfe akan memcapai aliran darah dalam jumlah yang lebih kecil yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain (ekstrapulmaner). Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan tuberculosis milier. Ini terjadi apabila focus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk ke dalam sistem vascular dan tersebar ke dalam sistem vaskuler ke organ – organ tubuh (Wijaya, 2013, Hal. 138).



E. Manifestasi Klinis 1. Demam 40-41° C, serta ada batuk/batuk berdarah 2. Sesak napas dan nyeri dada 3. Malaise, keringat malam 4. Suara khas pada perkusi dada, bunyi dada 5. Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit 6. Pada anak :  Berkurangnya BB 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas atau gagal tumbuh.  Demam tanpa sebab jelas, terutama jika berlanjut sampai 2 minggu.  Batuk kronik ≥ 3 minggu, dengan atau tanpa wheeze.  Riwayat kontak dengan pasien TB paru dewasa.



F. Pemeriksaan Penunjang (Menurut Mansjoer, dkk dalam buku Asuhan Keperawatan Nanda NicNoc jilid 3 2015) pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien dengan tuberculosis paru, yaitu : 1. Laboratorium darah rutin : LED normal/meningkat, limfositosis 2. Pemeriksaan sputum BTA : untuk memastikan diagnostik TB paru, namun pemeriksaan ini tidak spesifik karena hanya 30-70 % pasien yang dapat didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini 3. Tes PAP (Perosidase Anti Peroksidase) Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staning untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB 4. Tes Mantoux /Tuberkulin Merupakan uji serologi imunoperosidase memakai alat histogen staning untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB 5. Teknik Polymerase Chain Reaction Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam meskipun hanya satu mikroorganisme dalam spesime juga dapat mendeteksi adanya resistensi 6. Bacton Dickinson diagnostik instrumen Sistem (BACTEC) Deteksi growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam lemak mikobacterium tubercolosis 7. MYCODOT Deteksi antibody memakai antigen liporabinomannan yang direkatkan pada suatu alat berbentuk seperti sisir plastik, kemudian dicelupkan dalam jumlah memadai memakai warna sisir akan berubah 8. Pemeriksaan radiology : Rontgen thorax dan lateral



G. Penatalaksanaan Menurut Ardiansyah (2012. Hal: 309) Penatalaksanaan dari TB dibagi menjadi 3 bagian, yaitu pencegahan, pengobatan dan penemuan penderita : a. Pencegahan Tuberkulosis paru. Pencegahan tuberkulosis paru dilakukan dengan pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat dengan penderita tuberkulosis paru BTA positif. mass chest X-ray. Yaitu Pemeriksaan massal terhadap kelompokkelompok tertentu misalnya: Karyawan rumah sakit/puskesmas/balai pengobatan, penghuni rumah tahanan, siswa-siswai pesantren. Vaksinasi BCG (bacille Calmette -Guerin); reaksi positif terjadi jika setelah mendapat vaksinasi BCG langsung terdapat reaksi lokal yang besar dalam waktu kurang dari tujuh hari. Kemoprofilaksis yaitu dengan menggunakan INH 5mg/kgBB selama 6-12 bulan dengan tujuan menghancurkan atau



mengurangi populasi bakteri yang masih sedikit Komunikasi, informasi dan edukasi tentang penyakit tuberkulosis paru kepada masyarakat di tingkat Puskesmas maupun rumah sakit oleh petugas pemerintah atau petugas lembaga swadaya masyarakat.



b. Pengobatan Tuberkulosis Paru Tujuan Pengobatan pada penderita tuberkulosis paru, selain untuk mengobati, juga untuk mencegah kematian, kekambuhan, reistensi kuman terhadap Obat Anti Tuberkulosis serta memutuskan rantai penularan. c. Penemuan Penderita TB Paru Penatalaksnaan terapi: asupan nutrisi adekuat/mencukupi. Kemoterapi yang mencakup pemberian : isoniazid (INH) sebagai bakterisidial terhadap basil yang tumbuh aktif. Obat ini diberikan selama 18 s.d 24 bulan dan dengan dosis 10-20mg/kg berat badan/hari melalui oral. Kombinasi antara NH, rifampicin, dan prrazinamid yang diberikan selama 6 bulan. Obat tambahan antara lain streptomycin (diberikan intramuskuler) dan ethambutol. Terapi kortikosteroid bersamaan dengan obat anti tuberkulosis untuk mengurangi respon peradangan, misalnya pada meningitis. Pembedahan dilakukan jika kemoterapi tidak berhasil. Tindakan ini dilakukan dengan mengangkat jaringan paru yang rusak. Pencegahan dilakukan dengan menghindari kontak langsung dengan orang yang terinfeksi basil tuberkulosis serta mempertahankan asupan nutrisi yang memadai. Pemberian imunisasi BCG juga diperlukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. H. Komplikasi Corwin (2009. Hal 547) mengatakan Komplikasi yang serius dan meluas Tuberkulosis Paru saat ini adalah berkembangnya basil tuberculosis yang resisten terhadap berbagai kombinasi obat. Resistensi terjadi jika individu tidak menyelesaikan program pengobatannya hingga tuntas, dan mutasi basil mengakibatkan basil tidak lagi responsive terhadap antibiotic yang digunakan dalam waktu jangka pendek. Basil tuberculosis bermutasi dengan cepat dan sering. Tuberculosis yang resisten terhadap obat obatan juga dapat terjadi jika individu tidak dapat menghasilkan respons imun yang efektif sebagai contoh, yang terlihat pada pasien AIDS atau gizi buruk. Pada kasus ini, terapi antibiotik hanya efektif sebagian. Tenaga kesehatan atau pekerja lain yang terpajan dengan galur basil ini, juga dapat menderita tuberculosis resistens multi obat, yang dalam beberapa tahun dapat mengakibatkan morbiditas dan sering bahkan kematian. Mereka yang mengidap tubrkulosis resisten multiobat memerlukan terapi yang lebih toksit dan mahal dengan kecendrungan mengalami kegagalan.



I. Pencegahan Adapan tujuan dari pencegahan TBC, yaitu; 1. Menyembuhkan penderita. 2. Mencegah kematian. 3. Mencegah kekambuhan. 4. Menurunkan tingkat penularan. Saat batuk seharusnya menutupi mulutnya, dan apabila batuk lebih dari 3 minggu, merasa sakit di dada dan kesukaran bernafas segera dibawa kepuskesmas atau ke rumah sakit. a. Saat batuk memalingkan muka agar tidak mengenai orang lain. b. Membuang ludah di tempat yang tertutup, dan apabila ludahnya bercampur darah segera dibawa kepuskesmas atau ke rumah sakit. c. Mencuci peralatan makan dan minum sampai bersih setelah digunakan oleh penderita. d. Bayi yang baru lahir dan anak-anak kecil harus diimunisasi dengan vaksin BCG. Karena vaksin tersebut akan memberikan perlindungan yang amat bagus. e. Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat dengan penderita TB paru BTA positif. f. Mars chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompokkelompok populasi tertentu, misalnya karyawan rumah sakit atau puskemas atau balai pengobatan, penghuni rumag tahanan dan siswi-siswi pesantren. g. Vaksinasi BCG, reaksi positif terjadi jika setelah mendapat vaksinasi BCG langsung terdapat reaksi lokal yang besar dalam waktu kurang dari 7 hari setelah penyuntikan. h. Kemoprokfilasis, yaitu dengan menggunakan INH 5 mg/kg BB selama 6-12 bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri yang masih sedikit. i. Komunikas, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit tuberkulosis kepada masyarakat di tingkat puskesmas maupun rumah sakit oleh petugas pemerintah atau petugas LSM.



BAB III PENGKAJIAN, DIAGNOSA, dan INTERVENSI



Kasus Pasien : Seorangan perawat di RSUD KOTA MAKASSAR melakukan pengkajian terhadap seorang pasien bernama Ny. I suku bugis yang berumur 28 tahun. Saat ini Ny.I sedang di rawat di RSUD KOTA MAKASSAR kamar 201 karena mengidap penyakit TBC. Pada saat pengkajian Ny.I mengatakan awalnya Ny.I hanya mangalami batuk biasa selama 2 minngu dan 3 bulan yang lalu Ny.I pernah batuk disertai oleh lendir dan darah namun Ny.I hanya mengabaikannya dan tidak mau melakukan pemeriksaan ke klinik kesehatan karena Ny.I merasa itu hanya batuk biasa, pada hal jarak klinik kesehatan dari rumah Ny.I cukup dekat. Ketika di tanya oleh perawat alasan Ny.I tidak mau datang untuk melakukan pemeriksaan ke klinik kesehatan adalah Ny.I tidak mempercayai obat-obat yang diberikan oleh dokter dan Ny.I mempercayai bawah penyakitnya bisa disembuhkan oleh orang pintar atau dukun yang di anggap punya kelebihan dan pandai dalam ajaran agama dan di anggap mampuh mengobati penyakitnya. Selama 3 bulan Ny.I hanya mengonsumsi obat-obat herbal yang diberikan oleh orang pintar atau dukun yang dia yakini untuk menyembuhkan penyakitnya namun tidak ada hasil yang Ny.I dapatkan untuk menyembukan penyakitnya. Karena batuk yang terus menerus keluarga Ny.I memaksa untuk membawa Ny.I ke RSUD KOTA MAKASSAR dan pada saat di lakukan pemeriksaan Ny.I ternyata mengalami penyakit TBC. Pada saat pengkajian di dapatkan data riwayat muntah (-), riwayat pingsan (-), keluarga Ny.I mengatakan saat di RS Ny.I susah sekali di perintahkan untuk meminum obat yang sudah diresepkan oleh dokter karena Ny.I hanya mau mengonsumsi obat-obat herbal . Bibir klien nampak kering dan pecah, kulit klien nampak pucat, konjungtiva pucat. Klien tampak lemah, kesadaran umum klien compos mentis. Hasi TTV didapatkan TD : 110/70, N : 80 x/i, RR : 24 x/i, S : 36° C.



A. Pengkajian 1. Data Demografi Data Demografi meliputi : a. Nama lengkap : Andi indriyani kurniawan b. Nama panggilan : Indi c. Nama keluarga : Andi kurniawan d. Alamat : Jln. Perumahan Bung permai Lama tinggal di tempat ini : 3 tahun e. Jenis kelamin (laki-laki/perempuan) : Perempuan f. Tempat lahir : Bone, 18 Januari 1990 g. Diagnosis medis : TBC h. No. register :34-56-78 2. Data Biologis/variasi biokultural Warna kulit sawomatang, rambut ikal, pendek, kurus, bentuk wajah lonjong, tidak mempunyai penyakit resika atau kanker, mempunyai riwayat penyakit keturunan hipertensi. 3. Faktor teknologi a. Alat yang digunakan untuk bepergian : Angkutan umum b. Alat yang digunakan untuk berkomunikasi : Bahasa bugis dan indonesia c. Alat yang digunakan untuk berinteraksi. Sarana yang digunakan untuk mendatangi fasilitas kesehatan : Puskemas d. Sarana yang digunakan untuk hiburan keluarga : Jarang melakukan hiburan keluarga e. Persepsi terhadap teknologi kesehatan : Klien tidak terlalu mempercayai dengan teknologi kesehatan yang ada karena klien masih mempercayai yang berkaitan dengan budayanya f. Respon terhadap teknologi kesehatan : Menolak



4. Faktor agama dan filosofi a. Agama yang dianut : Islam b. Keyakinan agama yang dianut klien berhubungan dengan kesehatan : Klien tidak menolak jika petugas kesehatan melakukan pemeriksaan baik itu petugas kesehatan pria maupun wanita c. Bagaiman pandangan klien dan keluarga tentang sakit yang di derita menurut ajaran agamanya : Menurut klien sakit di derita adalah cobaan d. Apa yang dilakukan klien dan keluarga untuk mengatasi sakit berhubungan dengan agama dan filosofi hidupnya : Klien mempercayai bawah penyakitnya bisa disembuhkan oleh orang pintar atau dukun yang di anggap punya kelebihan dan pandai dalam ajaran agama dan di anggap mampuh mengobati penyakitnya. e. Apa falsafah hidup klien : klien yakin bahwa hidupnya mempunyai cara sendiri untuk sembuh dari setiap penyakit 5. Faktor sosial dan ikatan kekerabatan Saya ingin mendengar tentang keluarga anda atau teman dekat anda dan apakah mereka mengerti anda? Keluarga mengerti dengan saya. Bagaimana lingkungan sosial berpengaruh pada kehidupan anda,gaya hidup? Di lingkungan hidup saya terbiasa dengan keramaian dan selalu terpapar polusi. Bagaimana perhatian seseorang dalam kehidupan anda, bagaimana cara keluarga anda membantu anda bila sakit, apakah pandangan keluarga anda tentang kepedulian dalam keluarga, apakah mereka bertanggung jawab bila ada keluarga yang sakit? Keluarga saya sangat peduli dan bertanggung jawab dengan penyakit yang saya alami. a. Pernyataan klien atau orang lain tentang kesehatannya :



□ buruk



□ kurang baik



√ baik



□ sangat baik



b. Status perkawinan :



√ menikah



□janda/duda □ belum pernah menikah □ orang tua tunggal



c. Jumlah anak : 2 Orang



□ anak kandung 2 orang



□ anak angkat …….. orang



d. Klien dirumah tinggal dengan :



□ orang tua □ saudara √ anak dan suami □ menumpang pada saudara □ lain-lain e. Tindakan apa yang dilakukan keluarga jika ada anggota keluarganya yang sakit : keluarga klien akan memaksakan klien untuk memeriksakan penyakitnya ke klinik terdekat f. Komunikasi : 1) Kualitas suara :



□ kuat/nyaring



√ lembut



□ sedang



□ merintih



2) Pelafalan dan pengucapan kata :



√ jelas



□ serak



□ dialek ……………………………..



3) Penggunaan tekhnik diam dalam berbicara :



√ jarang



□ kadang-kadang □ sering



4) Waktu yang di gunakan untuk diam :



√ singkat



□ sedang



□ lama



□ tak terobservasi



5) Penggunaan bahasa non verbal saat berkomunikasi :



√ gerakan tangan



□ gerakan badan



□ gerakan mata



□ kinetik (gesture, ekspresi dan cara berdiri/duduk) 6) Sentuhan :



□ terkejut atau menarik diri ketika disentuh √ menerima sentuhan tanpa kesulitan



□ menyentuh orang lain tanpa kesulitan 7) Jarak : a) Tingkat kenyamanan :



√ berpindah ketika jarak terinvasi



□ tidak berpindah ketika jarak terinvasi



b) Jarak saat berkomunikasi :



□ setengah meter



√ setengah sampai satu meter □ lebih dari satu meter



c) Jarak yang nyaman bagi klien ketika berkomunikasi dengan orang : 1 m d) Apakah objek tertentu (misal tirai, furniture, dll) mempengaruhi sikap klien dalam berkomunikasi :



√ tidak



□ ya, jelaskan



e) Ketika klien berbicara dengan keluarga, seberapa dekat ia berdiri/duduk : jarak klien berbicara dengan keluarganya kurang dari 1 m f) Ketika berkomunikasi dengan orang, dengan teman, seberapa jarak klien berdiri/duduk : jarak klien berkomunikasi dengan orang lain kurang lebih 1 m g) Jika klien harus disentuh karena situasi, bagaimana klien bereaksi dan bagaimana perasaan klien : h) Jika orang yang klien cintai menyentuh, bagaimana reaksi klien dan bagaimana perasaan klien : perasaan klien sangat nyaman dan bahagia i) Apakah jarak antara klien dan perawat saat ini nyaman bagi klien : pertama klien tidak merasa nyaman tapi lama kelamaan klien sudah mulai terbiasa 8) Hubungan dalam keluarga a) Bagaimana hubungan klien dan keluarganya : klien berhubungan sangat baik dengan keluarga b) Apa fungsi klien dalam keluarga : klien sebagai orang tua yang sangat dihormati dalam keluarga c) Apa peran klien dalam keluarga :



√ ayah/ibu



□ anak



□ penasehat



d) Apabila ada sesuatu yang penting untuk didiskusikan dengan keluarga, bagaimana klien melakukannya : klien sangat bijak dalam berdiskusi dengan keluarga e) Bagaimana klien berespon ketika mendapatkan pertanyaan dari keluarga :



√ dengan kata-kata



□ gerakan tubuh



□ keduanya



9) Hubungan dengan teman, tetangga/orang lain a) Bagaimana penilaian orang lain menurut klien : b) Dari mana klien mendapat informasi tentang penilaian tersebut : c) Bagaimana klien berespon ketika mendapat pertanyaan :



√ penggunaan kata-kata



□ gerakan tubuh



□ keduanya



10) Organisasi sosial/kemasyarakatan yang dikuti : tidak ada Alasan : a) Apa hobbi klien : tidak ada b) Apa yang klien kerjakan jika mempunyai waktu luang : klien lebih banyak beristirahat c) Apakah anda percaya adanya pemimpin/penguasa : klien percaya dengan adanya pemimpin d) Bagaimana anda bersikap terhadap pemimpin/penguasa : menghormatinya e) Ketika klien masih kecil, siapa yang paling berpengaruh pada klien : orang tua klien f) Apakah arti bekerja bagi klien : pekerjaan mampu menghasilkan uang 6. Nilai-nilai budaya, kepercayaan dan pandangan hidup a. Apakah pengertian budaya menurut klien : budaya merupakan kepercayaan yang di turunkan dari nenek moyang mereka sehingga menjadi kebiasaan untuk dilakukan b. Apa arti penting budaya yang dimiliki klien : penghormatan terhadap nenek moyang mereka c. Suku/bangsa : Bugis/ Indonesia d. Ras : Puang e. Kepercayaan berdasarkan suku/bangsa berhubungan dengan sehat sakit :  Sehat : Sehat adalah suatu anugerah yang di berikan oleh Sang Pencipta atau Yang Maha Kuasa.  Sakit : Sakit adalah suatu cobaan yang diberikan Sang Pencipta atau Yang Maha Kuasa f. Pandangan hidup klien berhubungan dengan sehat-sakit : Klien mengatakan sehat adalah suatu anugrah dari Sang Pencipta, sedangkan Sakit adalah suatu cobaan hidup yang Sang Pencipta berikan.



g. Waktu 1. Orientasi pada waktu : √ orientasi pada masa lalu : masa lalu adalah masa dimana kita bisa mengambil suatu pembelajaran hidup



□orientasi pada masa sekarang : □ orientasipada masa yang akan datang : 2. Cara melihat waktu :



□ waktu sosial √ berorientasi pada jam 3. Reaksi fisiokimia terhadap waktu a. Berapa jam tidur pada malam hari : 5 jam b. Apakah biasa tidur pada siang hari :



□ tidak



□ ya, 2 jam √ jarang



c. Apakah klien tidur dan bangun sesuai jadwal :



□ ya



√ tidak



d. Apakah klien memahami pentingnya mendapat pengobatan atau makan obat sesuai jadwal walaupun dalam waktu tidur klien :



□ ya



√ tidak



4. Tanyakan hal-hal berikut berhubungan dengan waktu a. Alat petunjuk waktu yang digunakan :



√ jam



□ bel



b. Jika klien janji pada jam 2, jam berapa klien biasanya tiba untuk memenuhi janji tersebut : 15 menit sebelum waktu yang ditentukan c. Jika perawat berkata pada klien bahwa setengah jam lagi akan menyuntik klien, berapa waktu yang diperlukan untuk mempersiapkan diri : 20 menit h. Locus control (keyakinan seseorang) 1. Kontrol internal a) Percayakah bahwa perubahan dipengaruhi oleh kekuatan dari dalam : iya saya percaya bahwa perubahan yang terjadi pada diri saya itu karena dipegaruh dari dalam tubuh



2. Kontrol eksternal a) Percayakah bahwa nasib, keberuntungan dan kebetulan telah banyak mempengaruhi upaya yang kita lakukan. : ya saya percaya bahwah nasib, keberutungan dan kebetulan itu mempengaruhi upaya yang kita lakukan. i. Orientasi nilai 1. Percayakah pada kekuatan supernatural :



□ tidak, alasan √ ya, alasan : saya percaya karena nenek moyang kami mempunyai keyakinan tersebut. 2. Percayakah pada ilmu magik, ilmu gaib, ritual/upacara mempengaruhi perubahan :



□ tidak, alasan √ ya, alasan : karena nilai dan budaya yang masih saya yakini sampai sekarang 3. Tanyakan hal-hal yang berikut : a) Adakah obat tradisional yang anda gunakan untuk mengurangi sakit:



□ tidak, alasan √ ya, alasan : karena saya meyakini bahwa obat herbal yang saya komsumsi itu bisa memberikan kesembuhan b) Adakah orang disekitar klien yang memberi obat untuk mengurangi sakit yang diderita : iya ada dukun atau orang pintar c) Apakah obat yang diberikan oleh paranormal akan digunakan untuk mengobati sakit yang dialami klien saat ini :



□ tidak, alasan √ ya, alasan : karena saya yakin bahwa obat yang diberikan itu bisa memyenbuhkan penyakit saya saat ini. 7. Faktor politik dan hukum Beberapa hal yang perlu dikaji dalam faktor politik dan hukum meliputi : a. Partai politik yang diikuti : Golkar b. Dalam partai politik kedudukan klien :



□ anggota □ pengurus



√ tidak ada



c. Bagaimana pandangan politik klien : tidak ada



d. Bagaimana pandangan politik mempengaruhi sikap sehat sakit klien : klien akan sakit jika terlalu memaksakan diri dalam hahl politik karena itu ekan membuat dia terlalu banyak berfikir e. Sanksi atau aturan dan kebijakan yang dianut keluarga : menghormati yang lebih tua 8. Faktor ekonomi Beberapa hal yang perlu dikaji dalam faktor ekonomi meliputi : a. Pendapatan sebulan : kurang dari 500.000 b. Penghasilan tambahan : tidak ada c. Apakah pendapatan dan penghasilan tambahan mencukupi untuk kebutuhan seharihari :



□ ya



√ tidak



d. Jika ya, apakah kelebihan penghasilan ditabungkan : tidak ada e. Sumber pembiayaan kesehatan klien : KIS f. Program asuransi kesehatan dan non kesehatan yang diikuti : tidak ada 9. Faktor pendidikan Beberapa hal yang perlu dikaji dalam faktor pendidikan meliputi : a. Tingkat pendidikan terakhir : SD b. Apa arti sehat atau kondisi yang bagus bagi klien sesuai dengan disiplin ilmunya : sehat adalah anugerah dari sang pencipta c. Apa arti sakit atau kesehatan yang buruk menurut klien dengan disiplin ilmunya : sakit adalah cobaan d. Jenis penyakit apa yang sering diderita oleh keluarga klien : Batuk dan Hipertensi e. Pemahaman sakit yang sedang diderita klien : klien mengatakan sakit yang iya alami ini adalah suatu cobaan dari Sang Pencipta



f. Apa yang dilakukan klien/keluarganya jika mengalami sakit seperti yang sekarang : klien akan melalukan pengobatan secara tradisional dan pergi ke dukun, dan keluarga akan segerah membawanya ke tempat pelayanan kesehatan g. Apa yang klien harapkan dari petugas kesehatan yang sedang menolong memulihkan kesehatan klien : Klien berharap setelah dilakukan tindakan keperawatan dia bisa sembuh dari penyakitnya h. Persepsi klien dan keluarga tentang pendidikan : menganggap pendidikan penting



B. Diagnosa Keperawatan Sebelum menentukan diagnosa keperawatan kita harus menganilasa data yang didapatkan : Analisa Data DATA 



MASALAH



ETIOLOGI



Defisiensi pengetahuan



Kurang sumber informasi



Klien mengatakan



Ketidakefektifan



Pengaruh kebudayaan



tidak mau



pemeliharaan kesehatan



Klien mengatakan hanya mengabaikan penyakitnya







melakukan pemeriksaan ke klinik kesehatan karena dia merasa itu hanya batuk biasa 



Keluarga klien



Ketidakpatuan dalam



Sistem nilai yang



mengatakan klien



pengobatan



diyakini



tidak mau mengonsumsi obat yang telah diresepkan oleh dokter dan klien hanya mau mengonsomsi obat-obat herbal yang diberikan oleh orang pintar atau dukun



Diagnosa Keperawatan 1. Defisiensi pengetahuan b.d kurang sumber informasi 2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan b.d pengaruh kebudayaan 3. Ketidakpatuhan dalam pengobatan b.d sistem nilai yang diyakini



C. Intervensi (Rencana Asuhan Keperawatan)



Diagnosa



Tujuan dan



Intervensi



Keperawatan



Kriteria hasil



(Nic)



(Noc) Defisiensi



Setelah dilakukan



1. Pendidikan kesehatan



pengetahuan b.d



tindakan



2. Panduan sistem



kurang sumber



keperawatan



informasi



selama 3x24 jam klien dapat mengerti dan mengetahui tentang penyakit yang di alami. Dengan kriteria hasil : 



Klien menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis, dan program pengobatan







Klien mampu



pelayanan kesehatan 3. Fasilitas pembelajaran 4. Pengajaran : proses penyakit 5. Pengajaran : prosedur/ perawatan



melaksanak an prosedur yang dijelaskan secara benar 



Pasien mampu menjelaska n kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya



Ketidakefektifan



Setelah dilakukan



pemeliharaan



tindakan



kesehatan b.d



keperawatan



pengaruh



selama 3x24 jam



kebudayaan



klien sudah mampu untuk memelihara kesehatannya. Dengan kriteria hasil : 



kesadaran kesehatan 2. Panduan sistem pelayanan kesehatan 3. Manajemen pengobatan 4. Peningkatan kesdaran diri 5. Dukungan kelompok



Klien mampu bertanggun g jawab untuk memenuhi praktik kesehatan







1. Peningkatan



Klien



menunjukan minat pada perbaikan perilaku sehat Ketidakpatuhan



Setelah dilakukan



1. Dukungan



dalam



tindakan



pengasuhan



pengobatan b.d



keperawatan



(caregiver support)



sistem nilai yang selama 3x24 jam



2. Perekatan budaya



diyakini



3. Pengaturan



klien sudah dapat mematuhi tindakan



saling



pengobatan yang



menguntungkan



diberikan. Dengan kriteria hasil : 



Klien sudah percaya dengan tindakan medis/tinda kan keperawata n yang diberikan akan menyembuh kan penyakitnya







Klien sudah mengonsum si obat yang diberikan oleh tenaga kesehatan



4. Pengajaran peresepan obatan



tujuan



: obat-



BAB IV PENUTUP Kesimpulan Faktor yang mempengaruhi terjadinya kasu TBC pada NYS adalah lingkungan yang lembab, kurangnya ventilasi dan sinar matahari, Kemudian perilaku adalah tidak ada tempat khusus untuk dahak dan kalau batuk tidak menutup mulut. Penyakit campak disebabkan oleh virus morbilli. Tanda khasnya berupa Koplik spot di selaput lendir pipi, dan rash kulit yang muncul pada hari ke 14 setelah terpapar virus campak. Imunisasi campak efektif untuk memberi kekebalan terhadap penyakit campak sampai seumur hidup. Penyakit campak yang disebabkan oleh virus yang ganas ini dapat dicegah jika seseorang mendapatkan imunisasi campak. Jumlah pemberian imunisasi campak diberikan sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali di usia 6 tahun. Dianjurkan, pemberian campak ke-1 sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah menurun di usia 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita. Jika sampai 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan harus diimunisasi MMR (Measles Mump Rubella). Imunisasi campak terdiri dari dosis 0,5 ml yang disuntikkan secara Subkutan, lebih baik pada lengan atas. Pada setiap penyuntikan harus menggunakan jarum dan syringe yang steril.



DAFTAR PUSTAKA



Ardiyansah. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jakarta : Diva Press Corwin J, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi (Edisi 3). Jakarta : EGC Bulchek , Gloria



dkk.



2017. Nursing Intervention Classification (NIC). Edisi Bahasa



Indonesia, Edisi Keenam. Indonesia : MocoMedia Herdman,



Heather



&



Kamitsuru,



Shigemi.



2015.



Nanda



Internasional



Inc



DiagnosisKeperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Edisi 10. Jakarta : EGC Huda,



Amin



&



Kusuma,



Hardi.



2015.



Aplikasi



Asuhan



Keperawatan



BerdasarkanDiagnosa Medis & Nanda Nic Noc. Edisi revisi, Jilid 3. Yogyakarta : MediAction Wijaya, Saferi, Andra. 2013. KMB 1 (Keperawatan Medika Bedah). Yogyakarta : Nuha Medika