Makalah Askep Benda Asing [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS MAKALAH SISTEM PENCERNAAN Tentang



GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN ATAS “TERTELAN BENDA ASING ( BENDA ASING DI ESOFAGUS )”



OLEH : Kelompok IV : Diyan Hayati Sofyan Evi Ridalani Fetriani Hendra Reza Febrina Vanda Sandriana Rolly saputra



Dosen pembimbing : Elmi, Skep. M. Kes



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKes YARSI BUKITTINGGI TAHUN 2012/2013



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Benda asing di suatu organ adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalamtubuh yang dalam keadaan normal tidak ada. Peristiwa tertelan dan tersangkutnya benda asing merupakan masalah utama anak usia 6 bulan sampai 6 tahun, dan dapat terjadi pada semua umur pada tiap lokasi di esophagus, baik ditempat penyempitan fisiologis maupun patologis dan dapat pula menimbulkan komplikasi fatalakibat perforasi. Kasus makanan tersesat ke jalan napas cukup banyak. Bukan hanya itu. Benda asing juga sering tertelan oleh anak-anak. Sepanjang 2010 lalu, terdapat 66 korban yang menelan benda asing dan sudah masuk usus. Sebanyak 152 pasien dengan benda asing nyangkut di saluran pencernaan (esophagus). Selain itu, 104 korban tersedak benda asing alias tersesat di saluran napas. Jenisnya beragam. Mulai biji-bijian, uang logam, jarum pentul, hingga peniti. ”Korban kebanyakan berusia balita. Penderita dari kalangan remaja atau dewasa tergolong jarang,” kata Kepala Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUD dr Soetomo dr Urip Murtedjo SpB-KL. Bila masuk saluran pencernaan, benda asing berupa uang logam ada kalanya bisa keluar sendiri. Namun,ucap Urip, ada beberapa bagian saluran cerna yang mengalami penyempitan. Misalnya, keluar dari lambung dan hendak masuk ke usus. ”Korban bisa mengalami gangguan aliran makan. Biasanya, pasien mengeluh tak enak makan, bahkan muntah-muntah,” ungkapnya. ”Bila tak segera ditangani, bisa berlanjut ke obstruksi (penyumbatan) usus,” imbuhnya. Tentu korban perlu menjalani observasi lebih lanjut. Mutlak diperlukan foto rontgen untuk mengetahui posisi benda asing tersebut. Kalaupun ada obstruksi, bisa diketahui seberapa parah sumbatannya. ”Kalau benda asingnya berupa uang koin, tak terlalu jadi problem. Kalau yang tertelan peniti atau jarum pentul, ya jadi problem berat,” jelas spesialis bedah kepala leher itu.



1.2 Tujuan 1.2.1. Tujuan Umum Mampu menerapkan proses keparawatan pada klien dengan gangguan saluran pencernaan atas tertelan benda asing. 1.2.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui defenisi benda asing 2. Untuk mengetahui bagaimana tanda dan gejala tertelan benda asing 3. Untuk mengetahui bagaiamana pertolongan pertama tertelan benda asing 1.3 Manfaat 1. Diharapkan makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan klien dengan gangguan saluran pencernaan atas tertelan benda asing 2. Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan bagi semua pembaca dan mahasiswa tentang asuhan keperawatan klien dengan gangguan saluran pencernaan atas tertelan benda asing



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Anatomi Fisiologi Saluran Pencenaan Atas



Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.



1. Mulut Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada hewan. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus. Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat



di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.



Gbr 2 : Anatomi Mulut



2. Faring Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk.



Gambar 3 :Skema melintang mulut, hidung, faring, dan laring



Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium Tekak terdiri dari; Bagian superior =bagian yang sangat tinggi dengan hidung, bagian media = bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior = bagian yang sama tinggi dengan laring. Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak



dengan ruang gendang telinga,Bagian media disebut



orofaring,bagian ini berbatas kedepan sampai diakar lidah bagian inferior disebut laring gofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring 3. Kerongkongan (Esofagus) Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan



dengan



menggunakan



proses



peristaltik.



Sering



juga



disebut



esofagus(dari bahasa Yunani: οiσω, oeso - "membawa", dan έφαγον, phagus "memakan"). Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi. Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:  bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)  bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)  serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).



Gambar 4 : Bagan posisi esofagus pada manusia, dilihat dari belakang



B. Defenisi Benda asing di suatu organ adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada . seperti pada orang dewasa tertelan gigi palsu dan pada anak kecil tertelan main berupa benda tajam maupun tumpul . Trauma adalah adalah cedera, baik fisik atau psikis (Dorland, 1998) ,trauma esofagus adalah benda baik tajam atau tumpul, atau makanan yang tesangkut dan tejepit di esophagus karena tertelan. Baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Benda asing esofagus adalah benda, baik tajam atau tumpul, atau makanan yang tersangkut dan terjepit di esofagus karena tertelan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja.



C. Etiologi 



Pada anak penyebabnya antara lain adalah anomaly congenital, termaksud stenosis congenital, web, fistel trauma esophagus, dan pelebaran pembulu darah.







Pada orang dewasa sering terjadi akibat mabuk, pemakai gigi palsu yang telah kehilangan sensasi rasa palatum, gangguan mental, dan psikosis.



Faktor Predisposisinya : o Untuk anak karena belum tumbuhnya gigi molar, koordinasi proses menelan dan sfingter laring belum sempurna pada usia 6 bulan sampai 1 tahun, retardasi mental, gangguan pertumbuhan, dan penyakit-penyakit neurologi lain yang mendasarinya. o Pada orang dewasa, adalah penyakit-penyakit esofagus yang menimbulkan gejala disfagia kronik, cara mengunyah yang salah dengan gigi palsu yang kurang baik pemasangannya, mabuk, dan intoksikasi.



D. Patofisiologi Ketika benda asing masuk kedalam esophagus dapat membentuk suatu peradangan pada esophagus dan menimbulkan suatu efek trauma pada esophagus kemudian menimbulkan suatu edema yang menimbulkan rasa nyeri. Efek lebih lanjut adalah terjadi penumpukan makanan, rasa penuh dileher dan kemudian dapat mengganggu system pernapasan sebagai akibat trauma yang juga mempengaruhi trachea, dimana trachea memiliki jarak yang dekat dengan esophagus.



E. Manifestasi Klinik Gejala sumbatan tergantung pada ukuran, bentuk dan jenis benda asing, lokasi tersangkutnya komplikasi yang timbul dan lama tertelan.  Mula-mula timbul nyeri didaerah leher, kemudian timbul rasa tidak enak didaerah substernal atau nyeri dipunggung.  Terdapat rasa tercekik, rasa tersumbat ditenggorok  Batuk  Muntah  Berat badan menurun, demam, hipersalifasi, regurgitasi  Pada pemeriksaan fisik terdapat kekakuan local pada leher bila benda asing terjepit akibat edema yang timbul prokresif pada anak-anak terdapat gejala nyeri atau batuk.  Pada pemeriksaan fisik ditemukan ronghi, demam abses leher empisema subkutan, berat badan menurun, gangguan pertumbuhan dan obstruksi saluran napas.



F. Pemeriksaan Penunjang 



Pemeriksaan radiologi berupa foto polos esophagus servikal dan torakal anteroposteriol dan iteral harus dilakukan pada semua pasien yang diduga tertelan benda asing. Bila benda asing radioopak mudah diketahui lokasinya sedangkan bila radiolusen, dapat diketahui benda implamasi periesofagus atau hiperint plamasi hipofaring dan esophagus bagian proksimal.







Esofagogram dilakukan untuk benda asing radiolusen, yang akan memperlihatkan filling defect persisistent. dapat dilakukan tomografi computer.







Tindakan endoskopi dilakukan untuk tujuan diagnostik dan terapi.



G. Komplikasi 1. laserasi mukosa perdarahan 2. Perforasi lokal dengan abses leher atau mediastinitis. perforasi dapat menimbulkan selulitis local dan fistel esophagus. Gejala dan tanda ferforasi esofagus dan antara lain : o Episema subkutis atau mediastinum. o Krepitasi kulit didaerah leher atau dada atau pembengkakan leher o Kaku leher o Demam, mengigil, gelisa, takikardi, takipnea, nyeri yang menjalar kepunggun, dan retrosternal, epigastrium. o Penjalaran ke pleura menimbulkan pneumotoraks dan piotoraks. Bila lama berada diesofagus menimbulkan jaringan granulasi dan radang oeriesofagus. Benda asing seperti batere alkali menimbulkan toksititas intrinsik local dan sistemik dengan reaksi edema dan implamasi local. Trauma esofagus juga bisa mengakibatkan tumor esofagus dimana bila adanya riwayat tertelan zat korosit yang menyebabkan peradangan kronis pada esofagus yang menyebabkan klaina pada esofagus.



BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TERTELAN BENDA ASING 1. Pengkajian a. Identitas / Biodata klien Meliputi nama, umur jenis kelamin, agama alamat,tanggal masuk, tanggal pengkajian, nama penanggung jawab. b. Keluhan utama Merupakan keluhan yang dirasakan klien atau alasan sehingga klien dirawat berupa nyeri pada saat menelan, batuk, nyeri didaerah leher, substernal dan nyeri punggung, muntah, anoreksia perasaan penuh, serta suara serak. c. Riwayat kesehatan a. Riwayat kesehatan sekarang Apakah keluhan klien pada saat melakukan pengkajian, biasa berupa tanda dan gejala dari tertelan benda asing seperti, muntah, penurunanan berat badan. nyeri pada saat menelan, batuk, nyeri didaerah leher, substernal dan nyeri punggung, mual dan muntah, perasaan penuh, demam serta suara serak dan obstruksi jalan napas. b. Riwayat kesehatan dahulu Apakah klien mempunyai riwayat anomaly congenital, termaksud stenosis congenital, fistel trauma esophagus c. Riwayat kesehatan keluarga Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit kelainan system pencernaan ada riwayat keturunan gangguan system pencernaan d. Pemeriksaan fisik a. Keadaan umum : Bagaimana keadaan klien , biasanya pada klien tertelan benda asing terdapat kekakuan local pada leher, mengalami muntah, penurunan berat



badan, gangguan pernafasan, obstruksi saluran napas dan suara nafas rongki b. Aktivitas / istirahat DS : Kekakuan local pada leher, nyeri punggung dan substernal (terjadi perburukan setipa hari dan tidak mampu beraktivitas atau bekerja DO : Peningkatan denyut jantung atau denyut nadi pada aktivitas yang minimal Penurunan kekuatan dan rentang gerak leher c. Sirkulasi DO : Nadi perifer melemah d. Integritas ego DO: adanya riwayat riwayat factor stress yang baru dialami, termasuk sakit fisik atau pembedahan , perasaan ketakutan terhadap kondisi Ketidak mampuan mengatasi stress dan ketekutan DS: Ansietas, ketakutan terhadap kondisi, peka rangsang, depresi, emosi tidak stabil e.



Makanan atau cairan DS : Mual dan muntah, anoreksia, susah menelan dan perasaan penuh BB menurun DO : Turgor kulit jelek, membrane mukosa kering dan BB menurun



f.



Neurosensori DS : Pusing, gemetar kelemahan, lelah disertai demam DO : kelelahan,lemas dan cemas,



g. Nyeri/ kenyamanan DS : Nyeri di daerah leher, nyeri pada saat menelan, nyeri punggung dan substernal DO : ekspresi wajak meringis, lelah dan lemah h. Pernapasan DS : suara serak, batuk DO : Gangguan pernafasan, obstruksi jalan napas, suara nafas: ronkhi Pengkajian Primer Airway  Kaji dan pertahankan jalan napas  Lakukan head tilt, chin lift jika perlu  Gunakan alat bantu dalam membebaskan jalan napas jika diperlukan  Pertimbangkan untuk merujuk ke bagian anestesi untuk dilakukan intubasi apabila tidak dapat mempertahankan jalan napas.



Breathing  Kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter dengan tujuan mempertahankan saturasi oksigen lebih dari 92%.  Berikan oksigen dengan alirang yang tinggi melalui bag-valve-mask ventilation.  Kaji jumlah pernapasan  Lakukan pemeriksaan sistem penapasan  Lakukan pemeriksaan x-ray dada



Circulation  Kaji heart rate dan rhythm.  Ukur tekanan darah  Pasang IV Acces (infus)  Lakukan pemeriksaan darah, enjim jantung atau troponin tergantung dari protokol setempat (jumlah enjim dan troponin biasanya menunjukan tingkat kerusakan myokardial).



Disability Kaji tingkat kesadaran.



Exposure Lakukan pemeriksaan kesehatan dan riwayat penyakit apabila pasien stabil.



i. Pemeriksaan diagnostic  Pemeriksaan radiologi berupa foto polos esophagus servikal dan torakal anteroposteriol dan iteral harus dilakukan pada semua pasien yang diduga tertelan benda asing.  Esofagogram dilakukan untuk benda asing radiolusen, yang akan memperlihatkan filling defect persisistent. dapat dilakukan tomografi computer.  Tindakan endoskopi dilakukan untuk tujuan diagnostik dan terapi.



ANALISA DATA No 1



Data Data subjektif : 



Klien mengatakan batuk







Klien mengatakan suara serak



Masalah keperawatan Ketidak efektifan bersihan jalan napas



Etiologi Obstruksi esofagus



Data objektif :



2







Suara nafas ronki







Gangguan pernafasan



Data Subjektif : 



Klien mengatakan nyeri pada daerah leher







Klien mengatakan nyeri saat menelan



Gangguan rasa nyaman : nyeri



Proses penyakit







Klien mengatakan nyeri pada punggung



Data objektif : 



Ekspresi wajah meringis







Tampak lelah







Nyeri substernal



3



Anoreksia Data subjektif : 



Klien mengatakan mual dan muntah







Klien mengatakan BB menurun







Klien mengatakan susah menelan







Klien mengatakan perasaan penuh di kerongkongan



Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh



Data objektif : 



BB menurun







Klien tampak mual dan muntah







Anoreksia







Klien tampak lelah dan letih



4



Ansietas/takut Data subjektif : 



Klien mengatakan ketakutan







Klein mengatakan cemas terhadap



prognosa penyakit buruk



kondisinya Data objektif : 5







Klien tampak ketakutan dan cemas Kurang pengetahuan



Kuranya informasi mengenai perawatan rumah.



Resiko infeksi



Implamasi pada esofagus



Data subjektif : 







Klien mengatakan takut dengan keadaanya Klien mengatakan tidak mengerti dengan penyakitnya dan perawatannya



Data objektif : 6







Klien sering bertanyatanya tentang keadaanya



Data objektif :   



Demam Abses leher empisema subkutan Perforasi abses leher



2. Diagnosa keperawatan 1. Ketidak efektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan obstruksi esophagus 2. Nyeri yang berhubungan dengan proses penyakit 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia dan disfagia 4. Ansietas/takut yang berhubungan dengan prognosa penyakit buruk



5. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kuranya informasi mengenai perawatan rumah. 6. Resiko infeksi berhubungan dengan implamasi pada esofagus 3. Rencana Keperawatan 1. Ketidak efektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan obstruksi esophagus a. Tujuan : Pasien mendemonstrasikan kemampuan untuk mempertahankan kebersihan jalan napas. b. Kriteria Hasil : -



Jalan napas baik tidak terganggu



-



Bunyi nafas normal



-



Batuk tidak ada



c. Intervensi : 1) Kaji pola napas klien R/ : Untuk mengetahui sejauh mana pola napas pasien sebaga indikator 2) Pertahankan tira baring jika kondisi memerlukannya R/ : Tira baring dapat membantu relaksasi otot-otot pernapasan 3) Tinggikan kepala tempat tidur 30 sampai 45 derajat (posisi semi fowler) R/ : Posisi semi fowler (posisi duduk 30 sampai 45 derajat) mengurangi penekanan abdominalis terhadap diafragma. 4) Hindari posisi terlentang R/ : Posisi terlentang dapat membuat penekanan abdominalis terhadap diafragma sehingga ekspansi paru tidak maksimal. 5) lakukan pengisapan orotrakeal jika dibutuhkan R/ : Pengisapan orotrakeal membantu pengeluaran mukus yang menyumbat jalan napas. 2. Nyeri yang berhubungan dengan proses penyakit a. Tujuan : Pasien mengambarkan nyeri dalam keadan minimal atau tidak ada nyeri b. Kriteria Hasil : -



Nyeri hilang dan berkurang



-



Klien tampak rileks



c. Intervensi



1) Kaji nyeri, lokasi, karasteristik, mulai timbul, frekuensi dan intensitas, gunakan tingkat ukuran nyeri R/ : untuk mengukur tingkat/kualitas nyeri guna intervensi selanjutnya. 2) Ajarkan dan bantu dengan alternative teknik pengurangan nyeri (misalnya imajinasi, musik, relaksasi) R/ : Pengalihan perhatian dapat mengurangi nyeri 3) Ubah posisi setiap 2 sampai 4 jam R/ : Posisi yang nyaman dapat membantu mengurangi tingkat nyeri. 4) Kolaborasi dalam pemberikan analgesik jika sesuai anjuran dokter R/ : Analgesic dapat mengurangi nyeri. 3.



Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia dan disfagia a. Tujuan : Masukan kalori pasien dipertahankan, dan nutrisi seimbang b. Kriteria Hasil : -



Nutrisi terpenuhi



-



Mual muntah hilang berkurang



c. Intervensi : 1) Kaji kemampuan pasien untuk menelan cairan dan makanan R/ : Untuk mengidentifikasi kemampuan pasien menelan cairan dan makanan guna intervensi selanjutnya. 2) Ukur masukan dan haluaran R/ : Untuk mengetahui seberapa banyak kebutuhan nutrisi dan cairan yang dibutuhkan klien. 3) Beri dukungan kepada pasien untuk mengunya makanan dengan baik, untuk mengigit dalam jumlah kecil, dan untuk makan pelan R/ : Jika makanan dalam bentuk halus maka membantu proses pencernaan 4) Bantu pemberian makanan jika perlu R/ : Membantu pemenuhan nutrisi klien 5) Bantu dalam pemasangan selang NG jika dipesankan R/ : Membantu pemenuhan nutrisi dengan selang NG 6) Libatkan ahli gizi dalam bantuan perencanan tipe khusus dari makanan R/ : Untuk pemenuhan nutrisi yang seimbang.



4. Ansietas/takut yang berhubungan dengan prognosa penyakit buruk a. Tujuan



:



Pasien



atau



orang



terdekat



memberikan



perawatan



mengungkapkan rasa takut dan ansietas dan menggunakan mekasisme koping efektif b. Kritesia Hasil : -



Ansietas hilang



-



Klien tidak cemas lagi



c. Intervensi : 1) Kaji



kemampuan



pasien



dan



orang



terdekat



mengkomunikasikan



untuk perasaan



R/ : Mengkomunikasikan/mendiskusikan masalah dapat membantu mengurangi rasa cemas. 2) Bantu dalam menangani reaksi emosional terhadap proses penyakit R/ : Membantu klien menangani masalah membuat klien dan keluarga merasa diperhatikan serta tidak merasa sendirian. 3) Dorong dan berikan waktu untuk mengungkapkan masalah R/ : Mengungkapkan masalah dapat membantu menghilangkan rasa cemas. 4) Kambangkan arti komunikasi jika pasien mengalami kesukaran berbicara R/ : Komunikasi yang baik dapat membantu menyelesaikan masalah dan mengurangi kecemasan 5. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangya informasi. a. Tujuan : Pasien atau orang terdekat mendemonstrasaikan pemahaman akan perawatan rumah dan intruksi evaluasi. b. Kriteria Hasil : - Klien mengerti dan menerima irformasi yang telah di berikan c. Intervensi : 1) Intruksikan pasien atau orang terdekat mengenai tipe dan perawatan selang yang diperlukan untuk selang gastrostomy R/ : Memberikan pengetahuan kepada pasien dan keluarga mengenai perawatan selang gastrostomy



2) Diskusikan dan ajarkan penatalaksanaan nyeri dan pemberian injeksi jika



dipesankan



R/ : Memberikan pengetahuan kepada pasien dan keluarga mengenai proses penatalaksanaan penyakit. 3) Diskusikan



jadwal



radiasi



atau



penatalaksanaan



kemoterapi.



R/ : Penatalaksanaan kemoterapi menjadi suatu masalah berhubungan dengan efek yang ditimbulkannya. 4) Jelaskan kebutuhan untuk mempertahankan perjanjian evaluasi dengan



dokter



R/ : Evaluasi dokter menjadi sumber informasi pada klien dan keluarga. 6. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidak adekuatan pertahanan sekunder imunosupresi a. Tujuan :



Tidak terjadi infeksi



b. Kriteria Hasil : -



Infeksi tidak terjadi



-



Tidak terjadi penyebaran infeksi



c. Intervensi 1) Kaji pasien terhadap bukti adanya infeksi R/ : Untuk mendeteksi sedini mungkin adanya tanda-tabda infeksi 2) Periksa tanda-tanda vital, demam, mengigil R/ : TTV merupakan acuan terjadinya Infeksi 3) Tekankan higiene personal R/ : Personal hygiene dapat mencegah timbulnya mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi 4) Kolaborasi mengenai pemberian antibiotic R/ : Pemberian antibiotic dapat mencegah infeksi 4. Implementasi Keperawatan Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat dengan menyesuaikan terhadap kondisi klien.



5. Evaluasi 1. Pasien mendemonstrasikan kemampuan untuk mempertahankan kebersihan jalan napas. 2. Masukan kalori pasien dipertahankan, dan nutrisi seimbang 3. Pasien mengambarkan nyeri dalam keadan minimal atau tidak ada relaksasi 4. Pasien atau orang terdekat memberikan perawatan mengungkapkan rasa 5. Pasien atau orang terdekat mendemonstrasaikan pemahaman akan perawatan rumah dan intruksi evaluasi. 6. Tidak terjadi infeksi



H. Penanggulangan Tertelan Benda Asing Makanan, benda berupa mainan anak-anak bahkan gigi yang lepas bisa menyangkut di tenggorokan. Ciri-ciri anak-anak yang tersumbat saluran nafasnya antara lain: Tiba-tiba terdiam, mukanya terlihat panik dan seperti tercekik, suara nafas mengi atau berisik seperti mendengkur, bibirnya bisa biru, batuk-batuk yang kurang kuat, bisa-bisa kehilangan kesadaran. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengeluarkan benda asing yang menyumbat saluran pencernaan atas : Dengan menggunakan jari, rabalah tenggorokkan penderita. Usahakan untuk mengeluarkan benda tersebut. Pada anak kecil, lindungilah jari-jari anda dari gigitannya 1. Back blow, memukul-mukul punggung si anak, supaya tekanan dada meninggi dan menekan benda asing supaya keluar.Ilustrasinya kira-kira begini:



Bila benda masuk ke dalam saluran nafas, dudukkan penderita di kursi. Tundukkan kepala penderita, lalu tepuk tengkuknya dengan keras. Jika kasus ini terjadi pada anak kecil, angkat kakinya dan dijungkirkan. Kemudian tepuk punggungnya keraskeras. Benda yang menyangkut tadi biasanya dapat terlempar keluar dengan cara ini. Jika belum berhasil, cobalah menelungkupkan penderita. Lalu rogohlah tenggorokkannya dengan jari kemudian cungkil benda asing yang menyangkut tadi supaya keluar. Caranya ialah dengan memasukkan jari anda menyusuri gigi dan terus ke dinding belakang tenggorokan. Setelah benda yang menyumbat dapat diraba, cungkillah ke arah mulut. 2. Chest trust, menekan dada kuat ke arah kepala. Tujuannya biar tekanan yang meninggi di dada mampu melemparkan benda asing keluar dari saluran nafas. Ilustrasinya kira-kira begini:



1) Telentangkan korban dan letakkan pangkal telapak tangan anda ditentang sekat rongga badannya ( lihat petunjuk di atas) 2) Tekan secara kuat dan tujukan ke arah jantung dengan sudut empat puluh lima derajat ke atas rongga dada. 3. Abdominal trust, ini dilakukan untuk anak-anak lebih tua. Caranya kedua tangan dilipat di depan penderita, lalu ditekan kuat-kuat. Ilustrasinya seperti ini: 1) Peluklah korban dari belakang dan lingkarkan tangan anda ke perut tepat di bawah tulang iga terakhir 2) Bengkokkan punggung korban ke depan dengan posisi kepala agak menggantung. 3) Kepalkan salah satu tangan anda tepat di bawah tulang dada korban, kemudian letakkan telapak tangan anda yang satunya lagi di atas kepalan tadi.



4) Tekan dan dorong perut korban kuat-kuat dan menyentak dengan sudut empat puluh lima derajat ke atas ke arah letak jantung. 5) Jangan menekan tulang iganya. 6) Jangan menekan dengan lengan anda tetapi pergunakan kepala tangan dengan hentakkan yang cepat dan kuat



Lalu bagaimana kalau ke 3 cara tadi gagal?



Apa boleh buatlah, kita harus membuat lubang darurat di tenggorokan penderita supaya melalui lubang itu udara dapat masuk. Bila tidak memiliki benda-benda yang biasa dilakukan untuk trakeostomi (membuat lobang di tenggorokan), maka carilah benda-benda lain yang ada lubang di tengahnya. Lubang dibuat di tulang rawan tenggorokan ( trachea) yang agak bawah, pokoknya lebih bawah dari lokasi sumbatannya. Kalau di rumah sakit, biasanya ditusukkan dahulu iv-line ukuran besar, lalu disalurkan oksigen ke iv-line itu, namun kalau di rumah, mungkin pena yang bisa dibuang isinya dengan bentuk tabung, bisa dipertimbangkan. Berusaha mencungkil biji/makanan yang terlihat dari mulut harus hati-hati karena kalau tidak terjangkau malah jari kita bisa mendorong benda yang menyumbat itu tambah dalam ke tenggorokan.



Pasien dirujuk di rumah sakit untuk dilakukan esofagoskopi dengan memakai cunam yang sesuai agar benda asing tersebut dapat dikeluarkan. Kemudian dilakukan esofagoskofi ulang untuk menilai kelainan-kelainan esophagus yang telah ada sebelumnya untuk benda asing, tajam yang tidak bisa dikeluarkan dengan esofagoskopi harus segerah dilakukan pembedahan sesuai lokasi benda asing tersebut. Bila dicurai perforasi kecil, segerah dipasang pipa nasogastar agar pasien tidak menelan dan diberikan antibiotic dan analgetik berspektrum luar selama 7-10 hari agar tidak terjadi sepsis. Bila letak benda asing menetap selama 2 kali 24 jam maka benda asing tersebut harus dikeluarkan secara pembedahan