Makalah Askep Pneumonia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN PNEUMONIA



Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah yang di ampu oleh : Tita Puspita Ningrum,M.Kep



Disusun oleh : Kelompok II Elma Nur Azizah



88200015



Suci Santriani



88201009



Vidya Ambarwati Caesar Gunawan



88200016



Yulia Safira



JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMJU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ADHIRAJASA RESWARA SANJAYA (ARS) BANDUNG 2021



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Pasien Pneumonia ” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen Ibu Tita Puspita Ningrum.,M.Kep pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang bagaimana asuhan keperawatan pada pasien pneumonia bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Tita Puspita Ningrum.,M.Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.



Bandung,23 September 2021



Penulis



Latar belakang masalah Infeksi saluran nafas bawah masih menjadi masalah utama dalam bidang kesehatan. World Health Organization (WHO) melaporkan infeksi saluran nafas bawah sebagai infeksi penyebab kematian paling sering di dunia dengan hampir3,5 juta kematian per tahun. Pneumonia didefinisikan sebagai peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Pneumonia berdasarkan tempat didapatkannya dibagi dalam dua kelompok utama yakni, pneumonia komunitas (community aqquired pneumonia, CAP) yang didapat di masyarakat dan pneumonia nosokomial (hospital aqquired pneumonia, HAP). Pneumonia disebabkan oleh masuknya partikel kecil pada saluran napas bagian bawah. Masuknya partikel tersebut dapat menyebabkan kerusakan paru-paru karena mengandung agen penyebab infeksi. Infeksi dapat disebabkan melalui udara ketika agen masih aktif dan kemudian masuk ke jaringan tempat partikel tersebut dapat menyebabkan infeksi. Jika partikel mempunyai ukuran yang sangat kecil saat terhirup, maka partikel akan mudah masuk ke jalan napas dan alveolus. Rehidrasi dapat menyebabkan bertambahnya ukuran partikel, sehingga dapat menghambat pernapasan. Infeksi saluran pernapasan juga bisa disebabkan oleh baktei yang berada di dalam darah dari daerah lain di tubuh menyebar ke paru-paru. Pathogen pada umumnya dikeluarkan melalui batuk yang kemudian ditangkap oleh sistem kekebalan tubuh. Jika terlalu banyak mikroorganisme yang lolos dari sistem kekebalan tubuh maka terjadi aktivitasi imun dan infiltrasi sel dalam kekebalan tubuh. Sel tersebut menyebabkan rusaknya selaput lendir di dalam bronki dan selaput alveolokapiler sehingga terjadi infeksi (Syamsudin and Keban, 2013). Pada penderita pneumonia, nanah (pus) dan cairan mengisi alveoli akibatnya kemampuan paru-paru untuk mengembang berkurang sehingga tubuh bereaksi dengan bernapas cepat (Kemenkes, 2012). Infeksi ini akan menimbulkan peningkatan produksi sputum yang mengakibatkan bersihan jalan nafas terganggu, pernapasan cuping hidung, dyspnea dan suara krekels saat diauskultasi (Purnama, 2016). Komplikasi pneumonia meliputi hipoksemia, gagal respiratorik, efusipleura, empyema, abses paru, dan bacteremia, disertai penyebaran infeksi ke bagian tubuh lain yang menyebabkan meningitis, endocarditis, dan pericarditis. DEFINISI PNEUMONIA Pneumonia adalah peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, parasite, namun pneumonia juga disebabkan oleh bahan kimia ataupun karena paparan fisik seperti suhu atau radiasi. Peradangan parenkim paru disebababkan oleh selain mikroorganisme (fisik, kimiawi, alergi) sering disebut pneumonistis [ CITATION Djo14 \l 1033 ]. Pneumonia merupakan infeksi jaringan paru-paru yang bersifat akut. Penyebab dari pneumonia diantaranya yaitu : bakteri, virus, jamur, bahan kimia atau kerusakan fisik dari paruparu, maupun pengaruh tidak langsung dari penyakit lain. Bakteri yang biasa menyebabkan pneumonia adalah Streptococcus dan Mycoplasma pneumonia, sedangkan virus yang



menyebabkan pneumonia adalah Adenoviruses, Respiratory syncytial virus (RSV), Influenza virus, Rhinovirus, dan para influenza [CITATION Ath14 \l 1033 ]



ETIOLOGI Etiologi dari pneumonia Menurut [ CITATION Pad13 \l 1033 ] diantaranya : 1. Virus Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus. 2. Bakteri Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram postif seperti: streptococcus pneumonia, streptococcus pyogenesis, dan S. Aerous. Bakteri gram negative seperti P. Aeruginosa, Haemophilus influenza, dan klebsiella pneumonia. 3. Jamur Infeksi yang disebabkan oleh jamur seperti hitoplasma menyebar melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos. 4. Protozoa Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. Penyebaran infeksi terjadi melalui droplet dan sering disebabkan oleh streptococcus pneumonia, melalui slang infuse oleh stapilococcus aures sedangkan pada pemakaian ventilator oleh P. Aeruginosa dan Enterobacter. Dan masa kini terjadi karena perubahan keadaan pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi lingkungan, penggunaan antibiotic yang tidak tepat. Setelah masuk ke paru-paru organisme bermultiplikasi dan jika telah berhasil mengalahkan mekanisme pertahanan paru, terjadi pneumonia. Selain diatas penyebab terjadinya pneumonia sesuai penggolongannya yaitu: a. Streptococcus aures, hemophilus influenzae, mycobacterium tuberkolusis, bacillus Friedlander. b. Virus: Respiratory syncytial, adeno virus, v. sitomegalitik, v. influenza. c. Mycoplasma pneumonia. d. Jamur: histoplasma capsulatum, Cryptococcus neuroformans, Blastomyces dermatitides. e. Aspirasi: makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion, benda asing. f. Pneumonia hipostatik g. Sindrom loeffer h. Non mikroorganisme: 1) Bahan kimia 2) Paparan fisik seperti suhu dan radiasi [ CITATION Djo14 \l 1033 ] 3) Merokok 4) Debu, bau-bauan, dan polusi lingkungan [ CITATION Ika16 \l 1033 ]



TANDA DAN GEJALA Gejala khas dari pneumonia diantaranya : 1. 2. 3. 4.



Demam Menggigil Berkeringat Batuk (baik non produktif atau produktif atau menghasilkan sputum berlendir, purulen, atau bercak darah)



5. Sakit dada karena pleuritis dan sesak. Gejala umum lainnya adalah pasien lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. Pemeriksaan fisik didapatkan retraksi atau penarikan dinding dada bagian bawah saat pernafas, takipneu, kenaikan atau penurunan taktil fremitus, perkusi redup sampai pekak menggambarkan konsolidasi atau terdapat cairan pleura, ronki, suara pernafasan bronchial, dan friction rub [ CITATION Kar17 \l 1033 ] MANIFESTASI KLINIS Gambaran klinis beragam, tergantung pada organisme penyebab dan penyakit pasien menurut [ CITATION Bru11 \l 1033 ]. 1. Menggigil mendadak dan dengan cepat berlanjut menjadi demam (38.50C sampai 40,50C). 2. Nyeri dada pleuritic yang semakin berat Ketika bernapas dan batuk produktif. 3. Pasien yang sakit parah mengalami takipnea berat (25 sampai 45 kali pernapasan/menit) dan dyspnea, prtopnea Ketika disangga. 4. Nadi cepat dan memantul, dapat meningkat 10 kali/menit per satu derajat peningkatan suhu tubuh (Celcius). 5. Bradikardi relative untuk tingginya demam menunjukkan infeksi virus, infeksi mikroplasma, atau infeksi organisme Legionella. 6. Tanda lain : infeksi saluran napas atas, sakit kepala, demam derajat rendah, nyeri pleuritic, myalgia, ruam faringitis, setelah beberapa hari, sputum mucoid atau mukopurulen dikeluarkan. 7. Pneumonia berat : pipi memerah, bibi dan bantalan kuku menunjukkan sianosis sentral. 8. Sputum purulent, berwarna seperti katar, bercampur darah, kental, atau hijau, bergantung pada agen penyebab. 9. Nafsu makan buruk, dan pasien mengalami diaphoresis dan mudah Lelah. 10. Tanda dan gejala pneumonia dapat juga bergantung pada kondisi utama pasien (misal, yang menjalani terapi imonosupresan, yang menurunkan resistensi terhadap infeksi).



PATOFISIOLOGI



Menurut pendapat Sujono dan Sukarmin (2009), kuman masuk kedalam jaringan paruparu melalui saluran nafas bagian atas menuju ke Bronkhiolus dan Alveolus. Setelah bakteri masuk dapat menimbulkan reaksi peradangan dan menghasilkan cairan edema yang kaya protein. Kiman Pneumokokusus dapat meluas dari Alveoli ke seluruh segmen atau lobus. Eritrosit dan leukosit mengalami peningkatan, sehingga alveoli penuh dengan cairan edema yang berisi eritrosit, fibrin dan leukosit sehingga kapiler alveoli menjadi melebar, paru menjadi tidak berisi udara. Pada tingkat lebih lanjut, aliran darah menurun sehingga alveoli penuh dengan leukosit dan eritrosit menjadi sedikit. Setelah itu paru tampak berwarna abu-abu kekuningan. Perlahan sel darah merah yang akan masuk ke alveoli menjadi mati dan terdapat eksudat pada alveolus sehingga membrane dari alveolus akan mengalami kerusakan yang dapat mengakibatkan gangguan proses Difusi Osmosis Oksigen dan berdampak pada penurunan jumlah oksigen yang dibawa oleh darah. Secara klinis penderita mengalami pucat sampai sianosis. Terdapatnya cairan purulent pada alveolus menyebabkan peningkatan tekanan pada paru, dan dapat menurunkan kemampuan mengambil oksigen dari luar serta mengakibatkan berkurangnya kapasitas paru. Sehingga penderita akan menggunakan otot bantu pernafasan yang dapat menimbulkan retraksi dada. Secara Hematogen maupun lewat penyebaran sel, Mikroorganisme yang ada di paru akan menyebar ke Bronkus sehingga terjadi fase peradangan lumen bronkus. Hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan produksi mukosa dan peningkatan gerakan silia sehingga timbul reflek batuk. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1.



Radiologi Pemeriksaan menggunakan foto thoraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama (gold standard) untuk menegakkan diagnosis pneumonia. Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsoludasi dengan air bronchogram, penyebaran bronkogenik dan intertisial serta gambaran kavitas. 2.



Laboratorium Peningkatan jumlah leukosit berkisar antara 10.000 - 40.000 /ul, Leukosit polimorfonuklear dengan banyak bentuk. Meskipun dapat pula ditemukanleukopenia. Hitung jenis menunjukkan shift to the left, danLED meningkat. 3. Mikrobiologi Pemeriksaan mikrobiologi diantaranya biakan sputum dan kultur darah untuk mengetahui adanya S. pneumonia dengan pemeriksaan koagulasi antigen polisakarida pneumokokkus. 4. Analisa Gas Darah Ditemukan hipoksemia sedang atau berat. Pada beberapa kasus, tekanan parsial karbondioksida (PCO2) menurun dan pada stadium lanjut menunjukkan asidosis respiratorik. PENGOBATAN 1. Pada pneumonia+gagal nafas



- Bila dispnea berat berikan Oksigen - IVFD ; cairan DG 10 % atau caiara 24 Kcl, Glukosa 10 % tetesan dibagi rata dalam 24 jam. - Pengobatan: Penicilin Prokain 50.000 unit / kg BB / hari dan Kloramfenikol 75 mg / kg BB/ hari dibagi dalam 4 dos 2. Pada pneumonia ANTIBIOTIKA ( Lab / UPF IKA, 1994 : 234 ) Pada penyakit yang ringan, mungkin virus tidak perlu antibiotika Pada Px yang dirawat inap ( peny. Berat ) harus segera diberi antibiotika Pemilihan jenis antibiotika didasarkan atas umur, ku Px, dugaan kuman



Penyebab : Umur 3 bulan – 5 tahun, bila toksis mungkin disebabkan oleh streptokokus pneumonia, hemofilus influenza atau stafilokokus. Pada umumnya tidak dapat diketahui kuman penyebabnya, maka secara praktis dipakai :



Kombinasi



:



PP 50.000 – 100.000 KI / Kg / 24 jam, IM, 1 – 2 x / hari dan Kloramfenikol 50 – 100 mg / kg / 24 jam IV / oral, 4 x / hari



Atau kombinasi : Ampisilin 50 – 100 mg / kg / 24 jam IM / IV, 4 x / hari dan Kloksasilin 50 mg / kg / 24 jam IM / IV, 4 x / sehari



Atau Kombinasi : Eritromisin 50 mg / kg kloramfenikol ( dosis sda ) Bila ada alergi terhadap penisilin



Umur < 3 bulan, biasanya disebabkan oleh Streptokokus pneumonia, Stafilokokus



Kombinasi :



PP ( dosis sda ) dan Gentamisin 5 – 7 mg / kg / 24 jam IM / IV, 2 – 3 x / hari



Atau Kombinasi : Kloksasilin ( dosis sda ) dan Gentamisin ( dosis sda ). Kombinasi ini juga diberikan pada anak-anak > 3 bulan dengan malnutrisi berat atau Px immuno – compromized Anak-anak > 5 tahun yang non toksit biasanya disebabkan oleh Steptokokus pneumonia PP Im atau Fenoksimetilpenisilin 25.000 –50.000 KI / kg / 24 jam oral, 4 x / hari atau Eritromisin ( dosis sda ) atau Kotrimoksazol 6 / 30 mg / kg /24 jam oral, 2 x / hari



PENGKAJIAN Menurut [ CITATION AAl12 \l 1033 ], pengkajian adalah langkah awal dari tahap proses keperawatan, yang harus memperhatikan data dasar dari pasien untuk mendapatkan informasi yang diharapkan. Pengkajian dilakukan pada ( individu, keluarga, komunitas) terdiri dari data objektif dari pemeriksa diagnostic serta sumber lain. Pengkajian individu terdiri dari riwayat kesehatan ( data subyektif ) dan pemeriksaan fisik ( data Objektif ). Terdapat dua jenis pengkajian yang dilakukan untuk menghasilkan diagnosis keperawatan yang akurat, komprehesif dan focus. Pengkajian komprehesif mencakup seluruh aspek kerangka pengkajian keperawatan seperti 11 pola kesehatan fungsional Gordon dan pengkajian focus mencakup pemeriksaan fisik. Menurut [ CITATION Mut08 \l 1033 ], pengkajian pasien dengan Pneumonia yaitu : a. Keluhan utama klien dengan Pneumonia adalah sesak napas, batuk, dan peningkatan suhu tubuh atau demam. b. Riwayat penyakit saat ini Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama. Apabila klien mengatakan batuk, maka perawat harus menanyakan sudah berapa lama, dan lama keluhan batuk muncul. Keluhan batuk biasanya timbul mendadak dan tidak berkurang setelah minum obat. Pada awalnya keluhan batuk nonproduktif, lama kelamaan menjadi batuk produktif dengan mucus purulent kekuningan, kehijauan, kecoklatan, atau kemerahan dan sering kali berbau busuk. Klien biasanya mengeluh mengalami demam tinggi dan menggigil serta sesak napas, peningkatan frekuensi pernafasan, dan lemas. c. Riwayat penyakit dulu



Penyakit diarakan pada waktu sebelumnya, apakah klien pernah mengalami infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) dengan gejala seperti luka tenggorokan, kongesti nasal, bersin, dan demam ringan. d. Riwayat keperawatan berdasarkan pola kesehatan fungsional 1. Pola persepsi sehat-penatalaksanaan sehat Keluarga sering menganggap seperti batuk biasa, dan menganggap benar-benar sakit apabila sudah mengalami sesak napas. 2. Pola metabolic nutrisi Sering muncul anoreksia ( akibat respon sistematik melalui control saraf pusat ), mual muntah karena terjadi peningkatan rangsangan gaster dari dampak peningkatan toksik mikroorganisme. 3. Pola Eliminasi Penderita mengalami penurunan produksi urin akibat perpindahan cairan karena demam. 4. Pola tidur-istirahat Data yang muncul adalah pasien kesulitan tidur karena sesak napas. Penampilan lemah, sering menguap, dan tidak bisa tidur di malam hari karena tidak kenyamanan tersebut. 5. Pola aktivitas-latihan Akitivas menurun dan terjadi kelemahan fisik. 6. Pola kognitif-persepsi Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang pernah disampaikan biasanya sesaat akibat penurunan asupan nutrisi dan oksigenasi pada otak. 7. Pola persepsi diri-konsep diri Tampak gambaran keluarga terhadap pasien, karena pasien diam. 8. Pola peran hubungan Psien terlihat malas jika diajak bicara dengan keluarga, pasien lebih banyak diam. 9. Pola toleransi stress-koping Aktivitas yang sering tampak saat menghadapi stress adalah pasien selalu diam dan mudah marah. 10. Pola nilai-kepercayaan Nilai keyakinan mungkin meningingkat seiring dengan kebutuhan untuk mendapatkan sumber kesembuhan dari Allah SWT. Sedangkan pengkajian fokus nya yaitu : a. Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan Umum, klien dengan pneumonia dapat dilakukan dengan menilai keadaan fisik bagian tubuh. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien dengan pneumonia biasanya mengalami peningkatan suhu tubuh yaitu lebih dari 40°C, frekuensi napas meningkat.\ 2. Pola pernafasan Inspeksi : bentuk dada dan gerak pernafasan. Pada klien dengan pneumonia sering ditemukan peningkatan frekuensi napas cepat dan dangkal. Napas cuping hidung dan



sesak berat. Batuk produktif disertai dengan peningkatan produksi secret yang berlebihan. Perkusi : klien dengan pneumonia tanpa disertai komplikasi, didapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru. Auskultasi : didapatkan bunyi napas melemah dan adanya suara napas tambahan Ronkhi basah pada sisi yang sakit. Penting bagi perawat untuk mendokumentasikan hasil auskultasi di daerah mana didapatkan adanya ronkhi. 3. Sistem Neurologi : klien dengan pneumonia yang berat sering terjadi penurunan kesadaran, pada pengkajian objektif wajah klien tampak meringis, menangis, merintih [ CITATION Mut08 \l 1033 ].



DIAGNOSE MASALAH Penatalaksanaan kasus pneumonia menurut Mutaqin (2008) antara lain: A. Manajemen Umum 1) Humidifikasi: humidifier atau nebulizer jika sekret yang kental dan berlebihan. 2) Oksigenasi: jika pasien memiliki PaO2



30 kali/menit b) PaO2/FiO2 kurang dari 250 mmHg c) Foto toraks paru menunjukkan kelainan bilateral Foto toraks paru melibatkan > 2 lobus e) Tekanan sistolik < 90mmHg f) Tekanan diastolik < 60 mmHg (PDPI, 2003b). INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Catat intake dan output, berat diapers untuk output R : Evaluasi ketat kebutuhan intake dan output Kaji dan catat suhu setiap 4 jam, tanda devisit cairan dan kondisi IV line R : Meyakinkan terpenuhinya kebutuhan cairan Catat BJ Urine tiap 4 jam atau bila perlu R : Evaluasi obyektif sederhana devisit volume cairan Lakukan Perawatan mulut tiap 4 jam R : Meningkatkan bersihan sal cerna, meningkatkan nafsu makan/minum 2. Intervensi lanjutan 1. Kaji dan catat Suhu tubuh intake dan output Tanda / gejala kekurangan cairan Bj urine 2. Lakukan perawatan mulut



3. Beri cairan sesuai advis 4. Kaji dan catat pengetahuan dan partisipasi keluarga dalam : Monitoring intake dan output Mengenali tanda dan gejala kekurangan cairan 5. Ciptakan situasi / area yang nyaman 6.



Lakukan suction bila perlu



7.



Periksa dan catat hasil X – Ray dada



8.



Obs. Saturasi oksigen



9.



Kaji dan catat pengetahuan dan partisipasi keluarga dlm :



Fisioterapi dada Pemberian obat-obatan Mengenali tanda / gejala ketidak efektifan pola nafas 10.



Ciptakan situasi / area yang nyaman



DAFTAR PUSTAKA Anwar, I. D. (2014). Pneumonia Pada Anak Balita di Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol. 8, https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JKKT/article/download/7773/7336. Darmanto, D. R. (2014). Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta: EGC. Hidayat, A. A. (2012). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Proses & Konseo Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Ikawati. (2016). Penatalaksanaan Terapi Penyakit Sistem Pernafasan. Yogyakarta: Bursa Ilmu. Muttaqin. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika. Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika. Ryusuke, K. D. (2017, Februari). Retrieved from https://www.google.com/url? q=https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/f331a8a1e413579027127d4509a339 e5.pdf&usg=AOvVaw2854V1KmT2ME08HsxNniGF&hl=in_ID Suddarth, B. d. (2011). Keperawatan Medical Bedah. Jakarta: EGC. Sukarmin, S. &. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi I. Yogyakarta: Graha Ilmu.



Acton, Sharon Enis & Fugate, Terry (1993) Pediatric Care Plans, AddisonWesley Co. Philadelphia Gangguan Sistem muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Pernapasan, Salemba Medika, Jakarta Syaifuddin, A.(2006). ANATOMI FISIOLOGI untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi.3. Jakarta:EGC.