Makalah Asuhan Keperawatan Katarak Anita Dangga Messa [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Jhumy
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH DAN ASUHAN KEPERAWATAN TENTANG KATARAK



DISUSUN OLEH : ANITA DANGGA MESA (2018610077)



Program Studi Sarjana Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Tribhuwana Tungga Dewi Malang 2020



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR.............................................................. 2 BAB I PENDAHULUAN........................................................ 3 1.1 Latar Belakang.................................................. 3 1.2 Rumusan Masalah................................ ………..3 1.3 Tujuan................................................... .…...….3 BAB II PEMBAHASAN........................................................ 4 2.1 Pengertian......................................................... 4 2.2 Etio;ogi............................................................. 4 2.3 Patogenesis....................................................... 5 2.4 Klasifikasi........................................................ 5 2.5 Manisfestasi Klinis.......................................... 6 2.6 patway…………………………………………..7 2.7 Penatalaksanaan................................................ 6 2.8 Pemeriksaan..................................................... 8 2.9 Komplikas........................................................ 8 2.10 Asuhan Keperawatan..................................... 9 BAB III PENUTUP............................................................ 19 3.1 Kesimpulan................................................... 19 3.2 Saran............................................................ .19 DAFTAR PUSTAKA......................................................... 20



KATA PENGANTAR



Assalamu’alaikum Warahmatullahi Puji syukur kehadirat Tuhan atas rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam makalah ini saya membahas tentang “ Asuhan Keperawatan Katarak”. Penulisan makalah ini dilakukan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen Mata Kuliah Teknologi Keperawatan. Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak akan tuntas tanpa adanya bimbingan serta bantuan dari Ns. Duma. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ns. Duma LumbanTobing, S.Kep, M.Kep,Sp.Kep.J. Saya menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Kritik, saran, dan masukan sangat saya butuhkan untuk di jadikan pedoman dalam penulisan ke arah yang lebih baik lagi. Akhir kata, saya ucapkan Wasalamualaikum Waramatullahi Wabarokatuh



Malang , 30 November 2020 Penulis



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Katarak umumnya didefinisakan sebagai kekeruhan lensa. Katarak sebagian besar timbul pada usia tua. Terkadang hal ini disebut juga sebagai katarak terkait usia. Apa bila terjadi pada usia 40 tahun tanpa disertai kelainan lainnya disebut katarak senilis (Ilyas, 2003) (Miller, 2006) Sembilan puluh lima persen penduduk yang berusia 65 tahun telah mengalami berbagai tingkatan kekeruhan pada lensa. Sejumlah kecil berhubungan dengan penyakit mata atau penyakit sistemik spesifik. Dapat juga terjadi akibat pajanan kumulatif terhadap pengaruh lingkungan dan pengaruh lainnya seperti merokok, radiasi UV, dan peningkatan kadar gula darah. Dinegara-negara maju pembedahan katarak dilakukan ketika gejala penglihatan mengganggu kualitas hidup. (Pavan Debora-Langston, 2005) (Miller, 2006)



1.2 Rumusan Masalah 1.



Apa pengertian katarak?



2.



Apa faktor dan penyebab yang mempengaruhi katarak?



3.



Bagaimana patogenesis katarak?



4.



Apa saja klasifikasi katarak?



5.



Apa saja tanda dan gejala katarak?



6.



Apa saja penatalaksanaan yang dilakukan?



7.



Apa saja pemeriksaan yang dilakukan?



8.



Apa saja komplikasi yang disebabkan katarak?



9.



Apa saja diagnose, kriteria hasil, dan intervensi keperawatan katarak?



1.3 Tujuan 1.



Mengetahui pengertian katarak



2.



Mengetahui faktor yang mempengaruhi katarak



3.



Mengetahui apa saja etiologi pada katarak



4.



Mengetahui patogenesis terjadinya katarak



5.



Mengetahui klasifikasi katarak



6.



Mengetahui tanda dan gejala katarak



7.



Mengetahui penatalaksanaan katarak



8.



Mengetahui pemeriksaan katarak



9.



Mengetahui diagnose, kriteria hasil, dan intervensi keperawatan katarak



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Pengertian Katarak merupakan kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran yang diproyeksikan pada retina. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya (Ilyas, 2010). Definisi katarak menurut WHO adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, yang menghalangi sinar masuk ke dalam mata. Katarak terjadi karena faktor usia, namun juga dapat terjadi pada anak-anak yang lahir dengan kondisi tersebut. Katarak juga dapat terjadi setelah trauma, inflamasi atau penyakit lainnya.        Katarak berasal dari bahasa yunani “kataarrhakies” yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia, katarak disebut bular, yaitu penglihatan seperti tertutup air terjuan akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya ( Ilyas,1999 cit Anas Tamsuri, 2011 : 54 ).



2.2 Etiologi Katarak disebabkan oleh berbagai factor, antara lain: a.       Trauma b.      Terpapar substansi toksik c.       Penyakit predisposisi d.      Genetik dan gangguan perkembangan e.       Iinfeksi virus di masa pertumbuhan janin f.       Usia Penuaan merupakan penyebab utama dari katarak (95 %) dan 5 % disebsbkan kerusakan congenital, trauma,keracunan atau penyakjit sistemik. Derajat kerusakan yang disebabkan oleh katarak dipengaruhi oleh lokasi dan densitas ( kepadatan) dari kekeruhan selain karena umur ,pekerjaan gaya hidup dan tempat tinggal seseorang.



Menurut etiologinya katarak dibagi menjadi : 1. katarak seni.le ( 95 %) . katarak ini disebabkan oleh ketuaan (lebih 60 tahun). Menurut catatan The framinghan eye studi, katarak terjadi 18 % pada usia 65– 74 tahun dan 45 % pada usia 75 – 84 tahun. Beberapa derajat ktarak diduga terjadi pada semua orang pada usia 70 tahun. Ada 4 stadium antara lain : a. Katarak insipien : stadium ini kekeruhan lensa sektoral dibatasi oleh bagian lensa yang masih jernih. b. Katarak intumesen : kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degeneratip menyerap air. c. Katarak matur : katarak yang telah menegani seluruh bagian lensa. Katarak ini dapat diopperasi. d. Katarak hepermatur : katarak mengalami proses degenerasi lanjut keluar dari kapsul lensa sehingga lensa mnegecil, berwarna kuning dan keringf sertya terdapat lipatan kapsul lensa (Jounole zin kendor). Jika berlanjut diserrtai kapsul yang tebal menyebabkan kortek yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar sehingga berbentuk seperti sekantong susu dengan nucleus yang terbenam yang disebut katarak Morgageeeni. 2. Katarak congenital Katarak yang terjadi sebelum atau segera setelah lahir ( bayi kurang dari 3 bulan). Katarak congenital digolongkan dalam : a. Katarak kapsulo lentikuler Merupakan katarak pada kapsul dan kortek. b. Katarak lentikuler: merupakan kekeruhan lensa yang tidak mengenai kapsul. Katarak congenital atau trauma yang berlanjut dan terjadi pada anak usia 3 bln sampai 9 tahun katarak juvenil . 3. Katarak traumatic : terjadi karena cedera pada mata, seperti trauma tajam/trauma tumpul, adanya benda asing pada intra okuler,X Rays yang berlebihan atau bahan radio aktif. Waktu untuk perkembangan katarak traumatic dapat bervariasi dari jam sampai tahun.



4. Katarak toksik : Setelah terpapar bahan kimia atau substansi tertentu ( korticostirot,Klorpromasin/torasin,miotik,agen untuk pengobatan glaucoma). 5.  Katarak asosiasi : penyakit sistemik seperti DM, Hipoparatiroid,Downs sindrom dan dermatitis atopic dapat menjadi predisposisi bagi individu untuk perkembangan katarak. Pada penyakit DM, kelebihan glukosa pada lensa secara kimia dapat mengurangi alcoholnya yang disebut L-Sorbitol. Kapsul lensa impermiabel terhadap gula,alcohol dan melindungi dari pelepasan. Dalam usaha untuk mengenbalikan pada tingkat osmolaritas yang normal lensa diletakan pada air (newell, 1986). 6.  Katarak komplikata : Katarak ini dapat juga terjadi akibat penyakit mata lain (kelainan okuler). Penyakit intra okuler tersebut termasuk retinitis pigmentosa, glaucoma dan retina detachement. Katarak ini biasanya unilateral.



2.3 Faktor Resiko Katarak adalah penyakit degeneratif yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik internal maupun eksternal. Faktor internal yang berpengaruh antara lain adalah umur dan jenis kelamin sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh adalah pekerjaan dan pendidikan yang berdampak langsung pada status sosial ekonomi dan status kesehatan seseorang, serta faktor lingkungan, yang dalam hubungannya dalam paparan sinat Ultraviolet yang berasal dari sinar matahari (Sirlan F, 2000)



1. Usia Proses normal ketuaan mengakibatkan lensa menjadi keras dan keruh. Dengan meningkatnya umur, maka ukuran lensa akan bertambah dengan timbulnya serat-serat lensa yang baru. Seiring bertambahnya usia, lensa berkurang kebeningannya, keadaan ini akan berkembang dengan bertambahnya berat katarak. .Prevalensi katarak meningkat tiga sampai empat kali pada pasien berusia >65 tahun (Pollreisz dan Schmidt, 2010). 2. Jenis Kelamin Usia harapan hidup wanita lebih lama dibandingkan oleh laki-laki, ini diindikasikan sebagai faktor resiko katarak dimana perempuan penderita katarak lebih banyak dibandingkan laki-laki (WHO, 2012) 3. Riwayat Penyakit Diabetes Melitus (DM) dapat mempengaruhi kejernihan lensa, indeks refraksi, dan kemampuan akomodasi. Meningkatnya kadar gula darah, juga akan meningkatkan kadar gula di aqueous humor. Glukosa dari aqueous akan masuk ke lensa melalui difusi dimana sebagian dari glukosa ini diubah menjadi sorbitol oleh enzim aldose reduktase melalui jalur poliol, yang tidak dimetabolisme dan tetap tinggal di lensa. Telah terbukti bahwa akumulasi intraselular sorbitol menyebabkan perubahan osmotic sehingga air masuk ke lensa, yang akan mengakibatkan pembengkakkan serabut lensa. Penelitian pada hewan telah menunjukkan bahwa akumulasi poliol intraseluler menyebabkan kolaps dan likuifaksi(pencairan) serabut lensa, yang akhirnya terjadi pembentukan kekeruhan pada lensa. (Pollreisz dan Schmidt, 2010)



2.4 Patofisiologi        Katarak umumnya merupakan penyakit usia lanjut dan pada usia diatas 70 tahun, dapat diperkirakan adanya katarak dalam berbagai derajat, namun katarak dapat juga diakibatkan oleh kelainan konginental, atau penyulit penyakit mata lokal menahun. Secara kimiawi, pembentukan



katarak ditandai oleh berkurangnya ambilan oksigen dan bertambahnya kandungan air yang kemudian diikuti dengan dehidrasi. Kandungan natrium dan kalsium bertambah, sedangkan kandungan kalium, asam askorbat, dan protein berkurang. Lensa yang mengalami katarak tidak mengandung glutation. Usaha mempercepat atau memperlambat perubahan kimiawi ini dengan cara pengobatan belum berhasil dan penyebab maupun implikasinya tidak diketahui. Akhir – akhir ini, peran radiasi sinar ultraviolet sebagai salah satu faktor dalam pembentukan katarak senil, tampak lebih nyata. Penyelidikan epidemiologi mennjukan bahwa di daerah – daerah yang spanjan g tahun selalu ada sinar matahari yang kuat, insiden kataraknya meningkat pada usia 65 tahun atau lebih. Pada penelitian lebih lanjut, ternyata sinar ultraviolet memang mempengaruhi efek terhadap lensa. Pengobatan katarak adalah dengan tindakan pembedahan, lensa diganti dengan kacamata afakia, lensa kontak atau lensa tanam intraokular. ( Anas Tamsuri, 2011 : 55 – 56 )



2.5 Patogenesis Katarak senilis adalah penyebab utama gangguan penglihatan pada orang tua. Patogenesis katarak senilis bersifat multifaktorial dan belum sepenuhnya dimengerti. Walaupun sel lensa terus bertumbuh sepanjang hidup, tidak ada sel-sel yang dibuang. Seiring dengan bertambahnya usia, lensa bertambah berat dan tebal sehingga kemampuan akomodasinya menurun. Saat lapisan baru dari serabut korteks terbentuk secara konsentris, sel-sel tua menumpuk ke ararh tengah sehingga nukleus lensa mengalami penekanan dan pengerasan (sklerosis nuklear). Crystallin (protein lensa) mengalami modifikasi dan agregasi kimia menjadi highmolecular-weight-protein. Agregasi protein ini menyebabkan fluktuasi mendadak pada index refraksi lensa, penyebaran sinar cahaya, dan penurunan transparansi. Perubahan kimia protein lensa nuklear ini juga menghasilkan pigmentasi yang progresif sehingga seiring berjalannya usia lensa menjadibercorak kuning kecoklatan sehingga lensa yang seharusnya jernih tidak bisa menghantarkan dan memfokuskan cahaya ke retina. Selain itu, terjadi penurunan konsentrasi Glutathione dan Kalium diikuti meningkatnya konsentrasi Glutathione dan Kalium diikuti meningkatnya konsentrasi Natrium dan Kalsium.



2.6 Klasifikasi Ada beberapa jenis klasifikasi yang telah sering digunakan untuk menilai katarak, misalnya berdasarkan usia timbulnya katarak disebut sebagai: (Skuta,GL. et al. 2010) 1.



Katarak kongenital yaitu katarak yang terjadi pada usia dibawah 1 tahun



2.



Katarak juvenil yaitu katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun



3.



Katarak senilis yaitu katarak yang terjadi setelah usia 40 tahun



Ada yang membagi berdasarkan kekeruhan lensa yaitu katarak imatur atau matur, dan pembagian berdasarkan letak kekeruhan lensa yaitu katarak kortikalis, katarak subkapsularis posterior atau anterior, katarak nuclearis. Klasifikasi katarak seperti dikemukakan oleh buratto dan kawan-kawan. Buratto membagi densitas kekerasan lensa menjadi 5 jenis ; dimana grade 1 adalah katarak yang paling lunak dan grade 5 adalah katarak yang sangat keras. Klasifikasi katarak menurut burrato adalah sebagai berikut : (Soekardi I. et al. 2005). 



Grade 1 : Nukleus lunak. Pada katarak grade 1 biasanya visus masih lebih baik dari 6/12, tampak sedikit keruh dengan warna agak keputihan. Refleks fundus juga masih dengan mudah diperoleh dan usia penderita juga biasanya kurang dari 50 tahun.







Grade 2 : Nukleus dengan kekerasan ringan. Pada katarak jenis ini tampak nukleus mulai sedikit berwarna kekuningan, visus biasanya antara 6/12 sampai 6/30. Reflek fundus juga masih mudah diperoleh dan katarak jenis ini paling sering memberikan gambaran katarak subkapsularis posterior.







Grade 3 : Nukleus dengan kekerasan medium. Katarak ini paling sering ditemukan dimana nukleus tampak berwarna kuning disertai dengan kekeruhan korteks yang berwarna keabu-abuan. Visus biasanya antara 3/60 sampai 6/30 dan bergantung juga dari usia pasien. Semakin tua pasien tersebut maka semakin keras nukleusnya.







Grade 4 : Nukleus keras. Pada katarak ini warna nukleus sudah berwarna kuning kecoklatan, dimana usia penderita biasanya sudah lebih dari 65 tahun. Visus biasanya antara 3/60 sampai 1/60, dimana reflek fundus maupun keadaan fundus sudah sulit dinilai.







Grade 5 : Nukleus sangat keras. Pada katarak ini nukleus sudah berwarna kecoklatan bahkan ada yang sampai berwarna agak kehitaman. Visus biasanya hanya 1/60 atau lebih jelek dan usia penderita sudah di atas 65 tahun. Katarak ini sangat keras dan disebut juga brumescent cataract atau black kataract.



2.7 Manisfestasi Klinis Gejala dan tanda umum katarak dapat digambarkan sebagai berikut: o Tajam penglihatan berkurang o Penglihatan berkabut, berasap



o o o o



Menyebabkan rasa silau Dapat mengubah kelainan refraksi Penglihatan ganda Halo (warna disekitar sumber cahaya)



Katarak terlihat hitam terhadap reflek fundus ketika mata diperiksa dengan oftalmoskopI direk. Katarak terkait usia biasanya terletak didaerah nukleus, kortek atau subcapsular. (Pavan DeboraLangston. 2005)



2.9 Penatalaksanaan Operasi katarak merupakan operasi mata yang sering dilakukan diseluruh dunia, karena merupakan modalitas utama terapi katarak. Tujuan dilakukan operasi katarak adalah perbaikan tajam penglihatan sehingga meningkatkan kualitas hidup pasien (Purnaningrum, 2014)



Adapun indikasi pembedahan terhadap katarak adalah: (Kanski JJ. 2007) a) Memperbaiki penglihatan. Ini merupakan indikasi yang paling umum dilakukannya operasi katarak, walaupun tingkat kebutuhannya bervariasi pada setiap orang. Operasi merupakan satu-satunya cara untuk memperbaiki penglihatan jika katarak sudah menyebabkan gangguan dalam melakukan aktifitas sehari-hari. b) Indikasi medikal Dilakukan jika katarak sudah mempengaruhi kesehatan mata, contohnya : glaukoma fakolitik dan glaukoma fakomorfik. Operasi katarak untuk memperbaiki kejernihan media okular juga di butuhkan agar dapat mengetahui keadaan patologis melalui funduscopy, seperti retinopaty diabetic yang membutuhkan monitoring dan pengobatan c) Kosmetik Kosmetik merupakan indikasi yang jarang. Hal ini ditujukan untuk mengembalikan warna pupil menjadi hitam.



Teknologi pembedahan katarak telah berkembang dengan cepat, pemilihan terhadap pembedahan tergantung dari berbagai faktor; ada beberapa jenis pembedaahan katarak: (Skuta,GL. 2010), (Timothy L.Jackson. 2008) a) Intra Capsular Catarac Extraction (ICCE) Merupakan tehnik bedah yang digunakan sebelum adanya bedah katarak



Seluruh lensa bersama dengan pembungkus atau kapsulnya dikeluarkan. Diperluka sayatan yang cukup luas dan jahitan yang banyak (14-15 mm). Prosedur tersebut relatif beresiko tinggi disebabkan oleh insisi yang lebar dan tekanan pada badan vitreus. Metode ini sekarang sudah ditinggalkan. Kerugian dari Ekstraksi Katarak Intra capsular (EKIK); Anggka kejadian cystoid macular edema dan retinal detachmet setelah operasi lebih tinggi, Insisi yang sangat lebar dan astigmatisma yang tinggi. Resiko kehilangan vitreus selama operasi sangat besar. Lebih sering terjadi kompikasi terhadap iol, khususnya dalam jangka waktu lama. b) Ekstra Capsular Catarac Ekstraction (ECCE). Merupakan tehnik operasi katara dengan melakukan pengangkatan nucleus lensa dan cortex melalui pembukaan kapsul anterior yang lebar; 9-10mm, dan meninggalkan kapsul posterior. Tehnik ini mempunyai kelebihan dibanding EKIK yaitu kapsul posterior akan utuh secara anatomi sehingga baik untuk fiksasi IOL dan menghambat atau mencegah bakteri masuk ke korpus vitreus dan mencegah terjadinya endoftalmitis. Kerugian dari Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (EKEK) ;Membutuhkan mikroskop dengan penyesuaian, Penebalan kapsul posterior setelah operasi dapat terjadi, Lebih sering terjadi udem kornea, uveitis setelah operasi. c) Small incision catarac surgery (Sics). Pada Teknik Small Incision Cataract Surgery insisi dilakukan di skleral sekitar 5.5 mm – 7.0 mm. Keuntungan konstruksi irisan pada sklera kedap air sehingga membuat katup dan isi bola mata tidak prolaps keluar. Dan karena incisi yang dibuat ukurannya lebih kecil dan lebih posterior, kurvatura kornea hanya sedikit berubah. (Soekardi I. et al. 2005).



d) Phacoemulsification. Merupakan salah satu tehnik ekstraksi katarak ekstrakapsuler yang berbeda dengan ekstraksi katarak katarak ekstrakapsular standar (dengan ekspresi dan pengangkatan nukleus yang lebar). Sedangkan fakoemulsifikasi menggunakan insis kecil, fragmentasi nukleus secara ultrasonik dan aspirasi kortek lensa dengan menggunakan alat fakoemulsifikasi. Secara teori operasi katarak dengan fakoemulsifikasi mengalami perkembanagn yang cepat dan telah mencapai taraf bedah refraktif oleh karena mempunyai beberapa kelebihan yaitu rehabilitasi visus yang cepat, komplikasi setelah operasi yang ringan, astigmat akibat operasi yang minimal dan penyembuhan luka yang cepat. Kerugian dari phakoemulsifikasi : Biaya, Peralatan yang sangat mahal, membutuhkan biaya tambahan untuk tiap jenis peralatan untuk tiap kasus. Latihan, phakoemulsifikasi merupakan tehnik yang sulit untuk dipelajari, membutuhkan waktu yang sangat lama untuk latihan.



2.9 Pemeriksaan Penunjang



1. Pemeriksaan Fisik Fokus utama pada pemeriksaan mata. Ketika pelebaran pupil, akan dapat ditemukan gambaran kekeruhan lensa berbentuk berkas putih. Pasien akan mengeluh adanya diplopia (pandangan berkabut). 2. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan visus untuk mengetahui batas penglihatan pasien. Dapat juga dilakukan pemeriksaan lapang pandang.  Pemeriksaan Penunjang lainya:



       Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada penderita katarak adalah sebagai berikut: 1. Kartu mata snellen/mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina. 2. Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis, glukoma 3.   Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg) 4. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma. 5. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma 6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan. 7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi. 8.   EKG, kolesterol serum, lipid 9.  Tes toleransi glukosa : kontrol DM 10. Keratometri. 11.  Pemeriksaan lampu slit. 12.  A-scan ultrasound (echography). 13.   Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi. 14. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.



2.10 Komplikasi Komplikasi pembedahan katarak dapat terjadi pada waktu yang berbeda, terbagi dari ; pada saat operasi, dan setelah operasi. Oleh karena itu perlu untuk mengevaluasi pasien post operasi katarak selama 1 hari, 1 minggu, 1 bulan dan 3 bulan. (Soekardi I. et al. 2005) Komplikasi awal pembedahan adalah setiap kejadian klinis yang terjadi baik selama operasi maupun 48 jam setelah operasi. Komplikasi lanjut adalah setiap kejadian klinis yang terjadi dalam 4-6 minggu setelah operasi. (Skuta GL. et al. 2010).



   Asuhan Keperawatan Pre-Operasi



Diagnosa Pre-Operasi



No Diagnosa 1.



Gangguan persepsi sensori b.d penurunan tajam pengelihatan



2.



Ansietas b.d stressor : tindakan pembedahan



3.



Defisiensi pengetahuan b.d kurang sumber pengetahuan



Data Fokus Data Subjektif



Data Objektif



1.       Klien mengeluh penglihatan kabur dan sering silau.



1.       TTV



2.       Klien mengatakan memiliki riwayat penyakit DM tidak terkontrol sejak 4 tahun lalu 3.       Klien dan keluarga bertanya kenapa bias terjadi penyakit ini



-          TD : 110/70mmHg -          HR : 80 x/mnt -          RR : 20 x/mnt -          Pengkajian nyeri : tidak terdapat nyeri 2.       Hasil LAB -          GDS : 300



Data tambahan : 1.       Klien mengatakan takut menjalani operasi untuk pertama kalinya



3.       Optalmoschope terlihat adanya pengembunan seperti mtiara keabuan pada pupil



2.       Klien mengatakan sangat khawatirdengan kondisinya saat ini



4.       Klien direncanakan untuk dilakukan operasi katarak 



3.       Klien mengatakan sulit mengambil barang karena mata buram



5.       Diagnose medis klien adalah katarak



4.       Klien pernah melukai dirinya saat memasak karena mata buram



Data tambahan :



5.       Klien mengatakan



1.       Klien tampak cemas 2.       Klien tampak gelisah



3.       Klien tampak bingung saat didiagnosa mengenai penyakit terkait 4.       Klien terlihat sesekali melamun



Analisis Data Data Fokus DS : 1.       Klien mengeluh penglihatan kabur dan sering silau. 2.       Klien mengatakan sulit mengambil barang karena mata buram 3.       Klien pernah melukai dirinya saat memasak karena mata buram DO : 1.       Optalmoschope terlihat adanya pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil 2.       Klien direncanakan untuk dilakukan operasi katarak  3.       Diagnose medis klien adalah katarak DS : 1.       Klien mengatakan takut menjalani operasi untuk pertama kalinya 2.       Klien mengatakan sangat khawatirdengan kondisinya saat ini DO : 1.       Klien tampak cemas 2.       Klien tampak gelisah Klien terlihat sesekali melamun DS : 1.       Klien dan keluarga



Problem Gangguan Persepsi Sensori



Etiologi Penurunan tajam pengelihatan 



Ansietas



Stressor : tindakan pembedahan



Defisiensi pengetahuan



Kurang sumber pengetahuan



bertanya kenapa bias terjadi penyakit ni DO : 1.       Klien tampak bingung saat didiagnosa mengenai penyakit terkait Intervensi                       Tgl. Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi 27/05/ Gangguan Setelah dilakukan tindakan 2017 Persepsi Sensori keperawatan 1 x 24 jam, 1.       Kaji fungsi penglihatan klien b.d penurunan masalah risiko cedera tidak 2.       Jaga kebersihan mata tajam terjadi. Dengan kriteria hasil :3.       Monitor penglihatan mata pengelihatan 1.       Tidak terdapat 4.       Monitor fungsi lapang pengembunan pada mata pandang, pengelihatan, visus 2.       Pandangan tidak kabur klien 3.       Pandangan tidak buram 5.       Orientasikan pasien akan Lapangaan pandang normal lingkungan fisik sekitarnya 6.       Cegah sinar yang menyilaukan 7.         27/05 Ansietas b.d Setelah dilakukan tindakan Pengurangan kecemasan (5820) : 2017 Stressor : keperawatan 1 x 24 jam, 1.       Gunakan pendekatan yang tindakan masalah ansietas dapat teratasi. tenang dan meyakinkan pembedahan Dengan kriteria hasil : 2.       Jelaskan semua prosedur 1.       Tidak terjadi ketakutan termasuk sensasi yang akan sebelum melakukan operasi dirasakan yang mungkin akan 2.       Klien tidak terlihat cemas dialami klien selama prosedur Klien tidak erlihat gelisah (dilakukan) 3.       Berada di sisi klien untuk menngkatkan rasa aman dan mengurangi ketakutan 4.       Dorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara yang tepat 5.       Kaji untuk tanda verbal dan non verbal kecemasan



27/05 2017



Defisiensi pengetahuan b.d



Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam,



Kolaborasi: 1.       Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti ansietas Kolaborasi dengan psikiater dalam mengatasi ansietas Pengajaran: Proses Penyakit (5602)



kurang sumber pengetahuan



masalah defisiensi pengetauan1.       Beri pendidikan tentang dapat teratasi. Dengan kriteria katarak hasil : 2.       Beri penyuluhan tentang 1.       Klien dan keluarga paham pengobatan katarak mengenai tindakan operasi 3.       Jelaskan kepada keluarga dan yang akan dilakukan pasien bagaimana katarak dapat 2.       Klien dan keluarga paham terjadi mengenai proses penyakit 4.       Jelaskan kepada klien dan keluarga cara membersihkan mata dengan benar 5.       Berikan edukasi tentang operasi katarak



·         Post-Operasi Diagnosa Post-Operasi No Diagnosa 1. Nyeri akut b.d Agens cedera fisik : prosedur bedah 2. Resiko infeksi 3. Risiko cedera 4. Risiko perlambatan pemulihan pasca bedah Data Fokus Data Subjektif



Data Objektif



1.       Pasien mengatakan nyeri skala 5 1.       Pasien tampak meringis 2.       Pasien mengatakan nyeri seperti 2.       Pasien merupakan post operasi katarak tertusuk 3.       Pasien tampak lemah 3.       Pasien mengatakan nyeri daerah bekas4.       Pasien tampak berbaring terus operasi 5.       Hasil laboratorium : GDS: 250mg/dl 4.       Pasien mengatakan nyeri terus – 6.       TTV : menerus setelah bius hilang nadi 110 x/ menit 5.       Pasien mengatakan memiliki riwayat RR : 27 x/menit DM TD : 130/100 mmHg 6.       Pasien mengatakan pusing setelah Suhu : 37 C operasi 7.       Pengkajian nyeri : 7.       Pasien mengatakan badan terasa P : pasca operasi katarak lemah Q : nyeri seperti ditusuk 8.       Pasien mengatakan bila pasien R : sekitar tempat operasi mangalami luka, lukanya sukar sembuh S : skala 5 T : nyeri setelah bius hilang



Analisis Data Data Fokus DS : 1.       Pasien mengatakan nyeri skala 5 2.       Pasien mengatakan nyeri seperti tertusuk 3.       Pasien mengatakan nyeri daerah bekas operasi 4.       Pasien mengatakan nyeri terus – menerus setelah bius hilang DO: 1.       Pasien tampak meringis 2.       Pasien merupakan post operasi katarak 3.       TTV : nadi 110 x/ menit RR : 27 x/menit TD : 130/100 mmHg Suhu : 37 4.       Pengkajian nyeri : P : pasca operasi



Problem Nyeri akut



Etiologi Agens cedera fisik : prosedur bedah



katarak Q : nyeri seperti ditusuk R : sekitar tempat operasi S : skala 5 DS: DO: 1.       Pasien merupakan post operasi katarak 2.       TTV : nadi 110 x/ menit RR : 27 x/menit TD : 130/100 mmHg Suhu : 37 C 3.         DS : 1.       Pasien mengatakan pusing setelah operasi 2.       Pasien mengatakan badan terasa lemah DO : 1.       Pasien merupakan post operasi katarak 2.       Pasien tampak lemah 3.       Pasien tampak berbaring terus 4.       TTV : nadi 110 x/ menit RR : 27 x/menit TD : 130/100 mmHg Suhu : 37 C DS : 1.       Pasien mengatakan memiliki riwayat DM 2.       Pasien mengatakan pusing setelah operasi 3.       Pasien mengatakan bila pasien mangalami luka, lukanya sukar sembuh DO : 1.       Pasien merupakan



Risiko Infeksi



Risiko Cedera



Risiko perlambatan pemulihan pasca bedah



post operasi katarak 2.       Hasil laboratorium : GDS: 250mg/dl 3.       TTV : nadi 110 x/ menit RR : 27 x/menit TD : 130/100 mmHg Suhu : 37 C Intervensi                   Tgl. Diagnosa 27/05/ Nyeri akut b.d 2017 agens cedera fisik : prosedur bedah



27/05/ 2017



Tujuan dan Kriteria hasil Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam, masalah nyeri akut dapat teratasi sebagian. Dengan kriteria hasil : 1.       Nyeri berkurang dengan skala 3 2.       Klien tidak tampak meringis 3.       Klien tidak mengeluh nyeri



Intervensi Manajemen Nyeri : 1.       Lakukan pengkajian nyeri komprehensi yang meliputi lokasi, karakteristrik, onset atau durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan factor pencetus 2.       Gali bersama pasien faktorfaktor yang dapat menurunkan atau memperberat nyeri 3.       Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap ketidaknyamanan 4.       Dukung istirahat yang adekuat untuk menurunkan nyeri 5.       Libatkan keluarga dalam modalitas penurunan nyeri, jika memungkinkan



Kolaborasi : 1.       Kolaborasikan dengan dokter dalam pemberian analgesic Risiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan Kontrol Infeksi (6540) keperawatan 1 x 24 jam, masalah risiko infeksi tidak 1. Observasi area yang terjadi. Dengan kriteria dapat menjadi port hasil : d’entry kuman 1.       Klien tidak menunjukkan 2. Pastikan lingkungan adanya tanda-tanda infeksi sekitar tempat tidur klien bersih dan tidak banyak benda-benda yang tidak dibutuhkan 3. Anjurkan pasien



mengenai teknik mencuci tangan dengan tepat 4. Edukasi klien dan keluarganya untuk melakukan hand hygiene 5. Lakukan tindakantindakan pencegahan yang universal Kolaborasi : 1. Berikan antibiotik oral, tropical, dan intravena sesuai indikasi. 27/05/ 2017



Risiko Cedera



Setelah dilakukan tindakan Manajemen Lingkungan (6480) : keperawatan 1 x 24 jam, 1.       Ciptakan lingkungan yang masalah risiko cedera dapat aman bagi pasien teratasi. Dengan kriteria hasil2.       Singkirkan benda-benda : berbahaya dari lingkungan 1.       Tidak terdapat 3.       Sediakan tempat tidur yang pengembunan pada mata rendah,yang sesuai 2.       Pandangan tidak kabur 4.       Letakkan benda yang sering 3.       Pandangan tidak buram digunakkan dalam jangkauan 4.       Lapangaan pandang pasien normal 5.       Sedaiakan sarana langsung dan berkesinambungan untuk memanggil perawat,dan informasikan pasien dan keluarga bahwa mereka akan dijawab dengan segera Pencegahan jatuh (6490) : 1.       Identifikasi prilaku dan factor yang mempengaruhi risiko jatuh 2.       Kaji ulang riwayat jatuh bersama dengan pasien dan keluarga 3.       Identifikasi karakteristrik dari lingkungan yang mungki meningkatkan potensi jatuh 4.       Letakan benda-benda dalam jangkauan yang mudah bagi pasien 5.       Ajarkan pasien bagaiman jika pasien jatuh untuk meminimalkan cedera



27/05/ 2017



Risiko perlambatan pemulihan pasca bedah



Setelah dilakukan tindakan 1.       Pantau tanda – tanda infeksi keperawatan 1 x 24 jam, 2.       Anjurkan klien tentang cara masalah risiko perlambatan meminimalkan penekanan pada pemulihan pasca tidak daerah yang diinsisi terjadi. Dengan kriteria 3.       Pantau TTV hasil : 4.       Pantau perfusi jaringan 1.       Waktu penyembuhan luka5.       Perawatan luka : inspeksi luka post-operasi normal. setiap penggantian balutan Kolaborasi : 1.       Kolaborasi dengan dokter pemberian antibiotic 2.       Kolaborasi dengan dokter analisa kondisi pasien