Makalah Bisnis Pariwisata [PDF]

  • Author / Uploaded
  • mutia
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

3.1 Definisi Sistem Kepariwisataan 3.1.1 Pengertian Sistem Kepariwisataan Sistem kepariwisataan terdiri dari kata “sistem” dan “kepariwisataan”. Sistem adalah suatu kesatuan yang yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi, atau energi. Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. Sistem kepariwisataan adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang terdiri dari komponen atau elemen yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. Elemenelemen dalam sistem kepariwisataan terdiri dari objek kepariwisataan, atribut kepariwisataan, hubungan internal, dan lingkungan. Kepariwisataan memiliki tiga komponen: a)



Asal, tempat tinggal wisatawan.



b)



Perjalanan, sarana untuk tiba di tempat tujuan dan kembali ke tempat asal.



c)



Tujuan, tempat kunjungan yang jauh dari asal.



3.1.2 Fungsi Sistem Kepariwisataan Adapun fungsi dari sistem kepariwisataan ini terdiri dari 4 fungsi, antara lain : 1.



Melakukan pendataan/inventarisasi sumber - sumber potensi daerah, terutama di sektor Pariwisata, termasuk didalamnya : a. Pemetaan wilayah pariwisata (raw data) b. Pembuatan peta tematik daerah wisata dan sebarannya berdasarkan jenis obyek wisata (wisata pantai/laut, gunung/tebing, hutan/kebun atau wisata lainnya), lokasi obyek wisata, dan lain-lain. c. Pembuatan peta tematik sarana dan prasarana wisata meliputi hotel, restoran, tempat ibadah, SPBU, tempat belanja, bank, dan lain-lain (site map wisata).



2.



Menyediakan fungsi pengelolaan basis data pariwisata



3.



Menyediakan sistem informasi pariwisata, meliputi a. Jenis dan deskripsi obyek wisata, letak daerahnya dan transportasi menuju ke obyek. b. Sarana dan prasarana wisata meliputi hotel, restoran, tempat ibadah, spbu, bank, dll.



4.



Menyediakan sistem aplikasi kepariwisataan, meliputi a. Administrasi pengunjung (tiket masuk, retribusi, statistik pengunjung, dll b. Sistem layanan wisata (pemesanan tiket, koordinasi dengan biro perjalanan) c. Pembukuan, administrasi umum, keuangan (untuk pengelolaan byek wisata daerah)



3.2 Dimensi Wilayah dalam Sistem Kepariwisataan Dimensi wilayah adalah penjelasan mengenai suatu wilayah yang menjadi tujuan wisata seperti wilayah perairan, daratan, pegunungan, dan sebagainya. Dimensi wilayah juga menjelaskan mengenai garis-garis batas suatu perairan atau pulau di suatu wilayah tujuan pariwisata.



3.3 Terminologi Kepariwisataan Berikut beberapa istilah yang sering kita temui dalam kepariwisataan a. Pariwisata atau turisme adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan, dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini. Seorang wisatawan atau turis adalah seseorang yang melakukan perjalanan paling tidak sejauh 80 km (50 mil) dari rumahnya dengan tujuan rekreasi, merupakan definisi oleh Organisasi Pariwisata Dunia b. Accessibility (Aksesibilitas) adalah derajat kemudahan dicapai oleh orang terhadap suatu objek, pelayanan ataupun lingkungan. c. Agritourism adalah suatu kegiatan perjalanan / wisata yang dipadukan dengan aspek-aspek kegiatan pertanian. Pengertian ini mengacu pada unsur rekreatif yang memang sudah menjadi ciri kegiatan wisata, unsur pendidikan dalam kemasan paket wisatanya, serta unsur sosial ekonomi dalam pembangunan pertanian dan perdesaan.



1



d. Backpacker adalah seorang yang melakukan perjalanan / traveling yang membawa selalu membawa tas dipunggungnya e. Bahari adalah perjalanan pariwisata yang berhubungan pada rekreasi atau melancong, yang objeknya adalah laut dan isinya (berselancar, menyelam, berperahu ). f. Cinderamata adalah sebuah jenis oleh-oleh yang khas dari suatu tempat wisata g. Diving adalah kegiatan menyelam di dalam laut biasanya bertujuan untuk melihat dan menikmati keindaha bawah laut. h. Eduwisata adalah salah satu metode perjalanan wisata dengan tujuan belajar. i. Ekowisata adalah metode perjalanan wisata dengan dasar tourism responsibility dimana baik pengunjung maupun pengelola bertanggung jawab terhadap tempat wisata tersebut. j. Jet Lag adalah suatu perasaan yang sangat lelah sewaktu melakukan penerbangan yang sangat lama. k. LO (Liaison Officer) adalah petugas penghubung / perantara yang membantu pengunjung atau tamu untuk mengantar ketempat-tempat tujuannya.



3.4 Klasifikasi Kepariwisataan Demikian beragamnya motif wisata yang mendorong seseorang melakukan perjalanan wisata, Akan tetapi tidak ada kepastian apakah semua jenis motif wisata telah atau dapat diketahui. Pada hakikatnya motif orang motif orang untuk mengadakan perjalanan wisata itu tidak terbatas dan tidak dapat dibatasi. McIntosh mengklasifikasikan motif-motif wisata yang dapat diduga menjadi empat (4) kelompok, yaitu: 1.



Motif Fisik, yaitu motif-motif yang berhubungan dengan kebutuhan badaniah, seperti olahraga, istirahat, kesehatan dan sebagainya



2.



Motif budaya, yang harus diperhatikan disini adalah yang bersifat budaya seperti, sekedar untuk mengenal atau memahami tata cara dan kebudayaan bangsa atau daerah lain: 2



kebiasaannya, kehidupannya sehari-hari, kebudayaannya yang berupa bangunan, musik, tarian dan sebagainya; 3.



Motif Interpersonal, yang berhubungan dengan keinginan untuk bertemu dengan keluarga, teman, tetangga, atau sekedar dapat melihat tokoh-tokoh terkenal: penyanyi, penari, bintang film, tokoh politik dan sebagainya;



4.



Motif status atau motif prestise. Banyak orang beranggapan bahwa orang yang pernah mengunjungi tempat lain itu dengan sendirinya melebihi sesamanya yang tidak bepergian. Orang yang pernah bepergian ke daerah-daerah lain dianggap atau merasa dengan sendirinya naik gengsinya atau statusnya.



Klasifikasi McIntosh tersebut sudah tentu dapat disubklasifikasikan menjadi kelompokkelompok motif yang lebih kecil. Motif-motif yang lebih kecil tersebut digunakan untuk menentukan tipe perjalanan wisata. Misalnya, tipe wisata rekreasi, olahraga, ziarah, kesehatan. Dibawah ini tercantum sejumlah subkelas motif wisata serta tipe wisatanya yang sering disebut-sebut sebagai berikut: a. Wisata Bersenang-senang atau Tamasya. Motif bersenang-senang atau tamasya, melahirkan tipe wisata tamasya. Wisatawan tipe ini ingin mengumpulkan pengalaman sebanyak-banyaknya, mendengarkan dan menikmati apa saja yang menarik perhatian. Ia tidak terikat pada satu sasaran yang sudah ditentukan dari rumah. Wisatawan tamasya berpindah-pindah dari tempat yang satu ke tempat yang lain dengan menikmati pemandangan alam, adat kebiasaan setempat, pesta rakyat, hiruk pikuk kota besar atau ketenangan tempat yang sepi, monumen, peninggalan sejarah dan sebagainya. Wisatawan tipe ini sukar dibedakan dari tipe wisatawan tipe berikutnya. b. Wisata Rekreasi. Motif rekreasi dengan tipe wisata rekreasi ialah kegiatan yang menyelenggarakan kegiatan yang menyenangkan yang dimaksudkan untuk memulihkan kesegaran jasmani dan rohani manusia. Kegiatan-kegiatannya dapat berupa olahraga (tenis, berkuda, mendaki gunung), membaca, mengerjakan hobi dan sebagainya; juga dapat diisi dengan perjalanan tamasya singkat untuk menikmati keadaan di sekitar tempat menginap (Sightseeing). Bedanya dengan wisatawan tipe wisata tamasya adalah; wisatawan tipe



3



rekreasi biasanya menghabiskan waktunya di satu tempat saja, sedang wisatawan tamasya berpindah-pindah tempat. c. Wisata Kebudayaan. Dalam tipe wisata kebudayaan orang tidak hanya sekedar mengunjungi suatu tempat untuk menyaksikan dan menikmati atraksi, akan tetapi lebih dari itu. Ia mungkin datang untuk mempelajari atau mengadakan penelitian tentang keadaan setempat. Seniman-seniman sering mengadakan perjalanan wisata untuk memperkaya diri, menambah pengalaman dan mempertajam kemampuan penghayatannya. Pelukis-pelukis



sering



menjelajahi



daerah-daerah



tertentu



untuk



mencari



dan



mengumpulkan obyek lukisan. Mereka itu semua mengadakan perjalanan berdasarkan motif kebudayaan. Jelaslah bahwa atraksi tidak selalu berupa kebudayaan, dapat juga berupa keindahan alam, atau seniman, atau guru yang terkenal, untuk mengadakan wawancara, bertukar pikiran dan sebagainya. Dalam wisata budaya itu juga termasuk kunjungan wisatawan ke berbagai peristiwa khusus (special events) seperti upacara keagamaan, penobatan raja, pemakaman tokoh tersohor, pertunjukan rombongan kesenian yang terkenal dan sebagainya. d. Wisata Olahraga. Wisata olahraga ialah pariwisata di mana wisatawan mengadakan perjalanan wisata karena motif olahraga. Wisata olahraga ini merupakan bagian yang penting dalam kegiatan pariwisata. Olahraga dewasa ini merata di kalangan rakyat dan tersebar di seluruh dunia, dengan bermacam-macam organisasi baik yang bersifat nasional maupun internasional. Dalam hubungan dengan olahraga, harus dibedakan antara pesta olahraga atau pertandingan olahraga (sporting events). e. Wisata Bisnis. Bisnis merupakan motif dalam wisata bisnis. Banyak hubungan terjadi antara orang-orang bisnis. Ada kunjungan bisnis, ada pertemuan-pertemuan bisnis, ada pekan raya dagang yang perlu dikunjungi dan sebagainya, ada yang besar, ada yang kecil. Semua peristiwa itu mengundang kedatangan orang-orang bisnis, baik dari dalam maupun dari luar negeri. Arus wisatawan itu tidak hanya bertambah besar pada waktu peristiwaperistiwa itu terjadi. f. Wisata Konvensi. Banyak pertemuan-pertemuan nasional maupun internasional untuk membicarakan bermacam-macam masalah: Kelaparan dunia, pelestarian hutan, pemberantasan penyakit tertentu, sekadar untuk pertemuan tahunan antara ahli-ahli di



4



bidang tertentu, dan sebagainya. Perjalanan wisata yang timbul karenanya pada umumnya disebut wisata konvensi. g. Wisata Spiritual. Motif spiritual dan wisata spiritual merupakan salah satu tipe wisata yang tertua. Sebelum orang mengadakan perjalanan untuk rekreasi, bisnis, olahraga dan sebagainya, orang sudah mengadakan perjalanan untuk berziarah (pariwisata ziarah) atau untuk keperluan keagamaan lain. Tempat-tempat ziarah di Palestina, Roma, Mekkah dan Madinah merupakan tempat-tempat tujuan perjalanan pariwisata yang penting. h. Wisata Kesehatan. Wisata kesehatan (health tourism) pada zaman dahulu merupakan tipe wisata yang penting sekali. Selalu ada kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pariwisata di tempat-tempat sumber air mineral (spa) yang dianggap memiliki khasiat untuk menyembuhkan penyakit. Atau wisata kesehatan seperti yang sekarang sering dilakukan pasien Indonesia yang berobat ke Singapura, Jepang, check up ke Amerika Serikat, dan sebagainya. Perjalanan pasien-pasien tersebut adalah perjalanan wisata kesehatan. i. Wisata Sosial (Social Tourism). Wisata yang dimaksud bukanlah wisata yang berdasarkan motif sosial. Seperti motif wisata pada umumnya, motif wisata sosial ialah reakreasi, bersenang-senang (pleasure tourism) atau sekadar mengisi waktu libur. Akan tetapi perjalanannya dilaksanakan dengan bantuan pihak-pihak tertentu yang diberikan secara sosial. Bantuan itu dapat berupa kendaraan, tempat penginapan seperti wisma peristirahatan atau hotel, yang hanya menarik sewa yang rendah sekali. Sebagai contohnya, wisata sosial buruh suatu pabrik untuk mengisi waktu liburan yang diberi subsidi oleh perusahaan, berupa angkutan, makan, dan wisma peristirahatan.



4.1



Ekonomi Nasional Perekonomian nasional adalah sistem yang digunakan oleh suatu negara untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya. Sehinga ekononomi nasional ini diperuntukkan bagi masyarakat yang menginginkan agar Indonesia menjadi negara yang mandiri sehingga segala hasil sumber daya alam bisa digunakan untuk kemakmuran rakyat dan tidak tergantung oleh hutang luar negeri atau lembaga seperti IMF. Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, ihwal Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial antara lain dinyatakan sebagai berikut: 5



1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan; 2) Cabang-cabang produski yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara; 3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat; 4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas asas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.



Kondisi ekonomi suatu Negara mencerminkan bagaimana keadaan Negara tersebut, apakah Negara tersebut maju atau tidak, tingkat keamanannya, serta masalah kesehatannya. Saat ini Negara Indonesia masih dalam masa perbaikan atas peristiwa krisis ekonomi yang terjadi saat pemerintahan orde baru tahun 1998. Sebenarnya pertumbuhan perekonomian Indonesia yang sangat bagus terjadi pada masa orde baru, atau pada masa pemerintahan Soeharto. Pada saat itu pemerintah mencanangkan pelaksanaan pola umum pembangunan jangka panjang (25-30 tahun) secara periodik lima tahunan yang disebut pelita ,yang kebijakan ekonominya mencakup segala bidang seperti, kebutuhan pokok,pendidikan dan kesehatan, kesempatan kerja, kesempatan berusaha, penyebaran pembangunan, dan lain- lain. Pada tahun 1984 Indonesia berhasil swasembada beras, kesuksesan ini mendapatkan penghargaan dari FAO(Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia) pada tahun 1985. Ini suatu prestasi yang sangat luar biasa bagi Indonesia , dan sangat sulit di ulangi hingga saat ini. Namun dampak negative pada saat pemerintahan Soeharto ialah terjadinya krisis moneter yang melanda negara ini, yang disebabkan banyaknya hutang luar negeri. Selain itu KKN pun merajalela, kemudian timbulah perbedaan ekonomi antar daerah, antar golongan pekerjaan, antar kelompok dalam masyarakat terasa semakin tajam. Hal ini yang menyebabkan runtuhnya orde baru. Setelah orde baru sampai saat ini Indonesia masih berusaha untuk memperbaiki kondisi ekonominya dan hal itu membawa dampak yang positif. Dimana pertumbuhan ekonomi Indonesia dinilai terus membaik dan terjaga disekitar 5 persen dalam 3 tahun terakhir. Pada 6



2015, ekonomi tumbuh 4,88 persen, 5,02 persen di 2016, dan diperkirakan 5,01 persen pada 2017.



4.2 Kontribusi Pariwisata Terhadap Ekonomi Nasional dan Regional A. Kontribusi Pariwisata Terhadap Ekonomi Nasional Kontribusi pariwisata terhadap pendapatan pemerintah dapat diuraikan menjadi dua, yakni: kontribusi langsung dan tidak langsung. Kontribusi langsung berasal dari pajak pendapatan yang dipungut dari para pekerja pariwisata dan pelaku bisnis pariwisata pada kawasan wisata yang diterima langsung oleh dinas pendapatan suatu destinasi. Sedangkan kontribusi tidak langsung pariwisata terhadap pendapatan pemerintah berasal dari pajak atau bea cukai barang-barang yang di import dan pajak yang dikenakan kepada wisatawan yang berkunjung. Dalam kedua konteks di atas, WTO memprediksi bahwa usaha perjalanan wisata dan bisnis pariwisata tersebut secara langsung dan tidak langsung termasuk juga pajak perorangan telah berkontribusi terhadap pariwisata dunia melampaui US$ 800 billion pada tahun 1998, dan pada tahun 2010 berlipat dua kali jika dibandingkan tahun 1998. Pariwisata dapat meningkatkan pendapatan bagi pemerintah di mana pariwisata tersebut dapat dikembangkan dengan baik. Pada beberapa negara yang telah mengembangkan sektor pariwisata, terbukti bahwa sektor pariwisata secara internasional berkontribusi nyata terhadap penciptaan peluang kerja, penciptaan usaha-usaha terkait pariwisata seperti usaha akomodasi, restoran, klub, taxi, dan usaha kerajinan seni souvenir. Menurut Canada Government Revenue Attributable to Tourism, (2007), mendifinisikan bahwa yang dimaksud “Tourism employment” adalah ukuran yang dipakai untuk mengukur besarnya tenaga kerja yang terserap secara langsung pada sector pariwisata termasuk juga besarnya tenaga kerja yang terserap di luar bidang pariwisata akibat keberadaan pembangunan pariwisata. Dan WTO mencatat kontribusi sector pariwisata terhadap penyediaan lahan pekerjaan sebesar 7% secara internasional. Sedangkan menurut Mitchell dan Ashley 2010, mencatat bahwa sumbangan pariwisata dalam penyerapan tenaga kerja jika dibandingkan dengan sector lainnya menunjukkan angka yang cukup berarti, dan indeks terbesar terjadi di Negara New Zealand sebesar 1,15 disusul 7



oleh Negara Philipines, kemudian Chile, Papua New Guinea, dan Thailand sebesar 0,93. Sementara di Indonesia indeks penyerapan tenaga kerja dari sector pariwisata sebesar 0,74, masih lebih rendah jika dibandingkan Negara Afrika Selatan yang mencapai 0,84. Dalam dua kasus di atas, pariwisata memegang peranan penting dalam penyerapan tenaga kerja di hampir semua Negara yang mengembangkan pariwisata, walaupun harus diakui sector pertanian “agriculture” masih lebih besar indeks penyerapannya dan berada di atas indeks penyerapan tenaga kerja oleh sector pariwisata di hampir semua Negara.



B. Kontribusi Pariwisata Terhadap Ekonomi Regional Berdasarkan fakta yang ada, pariwisata memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap keadaan suatu daerah baik itu dampak sosial, budaya sampai dengan ekonomi. Namun, dampak yang sangat berperan dalam pengembangan masyarakat suatu daerah adalah dampak ekonomi. Dengan adanya sektor pariwisata ini mampu mengembangkan ekonomi lokal terutama pada daerah yang mempunyai daya tarik wisata yang cukup baik. Selain itu, dampak ekonomi juga dapat bersifat positif maupun negatif dalam setiap pengembangan obyek wisata.  Segi Positif Dampak ekonomi dari segi positif ini ada yang langsung dan ada juga yang tidak langsung. Dampak positif langsungnya antara lain membuka lapangan pekerjaan yang baru untuk komunitas lokal, yang sesuai dengan kemampuan dan skill dari masyarakat sekitar sehingga masyarakat lokal bisa mendapatkan peningkatan taraf hidup yang layak. Namun, selain untuk masyarakat lokal, dampak ekonomi juga akan berpengaruh bagi pemerintah daerah yang akan mendapatkan pendapatan dari pajak. Pajak yang didapatkan oleh pemerintah biasanya dalam bentuk pajak hiburan dan sebagainya. Sedangkan dampak ekonomi yang tidak langsung adalah kemajuan pemikiran akan pengembangan suatu obyek wisata, terutama dengan adanya emansipasi wanita sehingga wanita pun bisa bekerja. Dengan begitu dapat lebih mengembangkan perekonomian lokal melalui pemberdayaan masyarakat dari semua kalangan, tidak terkecuali kaum wanita.



8



 Segi Negatif Dari segi negatifnya, dampak terhadap ekonomi lokal sebenarnya tidak serta merta berjalan lancer, banyak faktor yang menyebabkan tidak semua masyarakat lokal menerima dampak dari perkembangan perekonomian, antara lain adanya kebocoron. Kebocoran dalam pariwisata ini banyak disebabkan karena adanya investor yang menanamkan modalnya untuk mengembangkan objek wisata di suatu daerah. Hal seperti inilah yang sebenarnya harus dapat dicegah oleh pemerintah daerah agar pendapatan yang diterima oleh daerah tidak dijajah oleh para investor luar. Pengembangan suatu obyek wisata yang dilakukan dengan baik akan menghasilkan pendapatan ekonomi yang baik juga untuk komunitas setempat (Joseph D. Fritgen, 1996). Menurut Prof.Ir Kusudianto Hadinoto bahwa suatu tempat wisata yang direncanakan dengan baik, tidak hanya memberikan keuntungan ekonomi yang memperbaiki taraf , kualitas dan pola hidup komunitas setempat, tetapi juga peningkatan dan pemeliharaan lingkungan yang lebih baik. Menurut Mill dalam bukunya yang berjudul “The Tourism, International Business” (2000, p.168-169), menyatakan bahwa : “pariwisata dapat memberikan keuntungan bagi wisatawan maupun komunitas tuan rumah dan dapat menaikkan taraf hidup melalui keuntungan secara ekonomi yang dibawa ke kawasan tersebut. 4.3 Pertumbuhan Pariwisata dan Dampaknya terhadap Suatu Perekonomian A. Pertumbuhan Pariwisata Pariwisata merupakan industry perdagangan jasa yang memiliki mekanisme pengaturan yang kompleks karena mencakupn pengaturan pergerakan wisatawan dari Negara asalnya, di daerah tujuan wisata hingga kembali ke Negara asalnya yang melibatkan berbagai hal, seperti: transportasi, penginapan, restoran, pemandu wisata, dan lain-lain. Oleh karena itu, industry pariwisata memegang peranan yang sangat penting dalam pengembangan pariwisata. Dalam menjalankan perannya, industry pariwisata harus menerapkan konsep dan peraturan serta panduan yang berlaku dalam pengembangan pariwisata agar mampu mempertahankan dan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan yang nantinya bermuara pada pemberian manfaat ekonomi bagi industry pariwisata dan masyarakat local. Industry-industri pariwisata yang sangat berperan dalam pengembangan pariwisata 9



adalah: biro perjalanan wisata, hotel dan restoran. Selain itu juga di dukung oleh industryindustri pendukung pariwisata lainnya. Pariwisata Indonesia menjadi sektor paling menjanjikan. Bahkan, sektor ini memiliki peran penting terhadap perekonomian. Ini bisa dilihat dari tren pertumbuhannya yang selalu di atas pertumbuhan ekonomi Indonesia dan melebihi perkembangan pariwisata dunia. Menurut Arief Yahya selaku Menteri Pariwisata Republik Indonesia dalam acara Jumpa Pers Akhir Tahun di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona Kementerian Pariwisata



"Untuk tahun 2017, Indonesia diproyeksikan hanya akan



mendapatkan 16,2 juta wisman atau sekitar 95 persen dari target yang ditetapkan sebesar 17 juta wisman. Meskipun target wisman meleset, namun perolehan devisa pariwisata tahun ini mencapai US$ 17,6 miliar atau di atas target," ungkap Menpar. Ditambahkan Menpar, perolehan devisa pariwisata sebesar US$ 17,6 miliar tersebut dengan perhitungan capaian 16,2 juta wisman dikalikan ASPA (Average Spending per Arrival) atau rata-rata pengeluaran per kunjungan sebesar US$ 1.100/wisman. Perolehan devisa pariwisata tahun ini akan menempatkan posisinya sebagai penghasil devisa terbesar, mengalahkan atau sejajar dengan devisa Crude Palm Oil (CPO) sebesar US$ 16 miliar berada di urutan teratas. Untuk pengembangan destinasi pariwisata, tambahnya, akan difokuskan pada pengembangan 15 Destination Management Organization (DMO), desa wisata, pusat rekreasi masyarakat, pasar wisata, zona kreatif, daya tarik wisata serta melakukan kerjasama dan kemitraan. Untuk sektor ekonomi kreatif, visi yang diusulkan adalah meningkatkan kualitas hidup, toleransi, dan penciptaan nilai tambah. Langkah-langkah yang akan dilakukan agar sejalan dengan visi tersebut adalah peningkatan daya saing dan penciptaan nilai tambah, pengembangan institusi, apresiasi dan penegakan hukum, promosi terpadu dan berkesinambungan, pengembangan SDM dan bahan baku, serta pengembangan teknologi dan akses pembiayaan.



10



B. Dampak Pertumbuhan Pariwisata Terhadap Suatu Perekonomian Pariwisata disambut sebagai industri yang membawa aliran devisa, lapangan pekerjaan dan cara hidup modern. Industri periwisata memberikan keunikan tersendiri dibandingkan dengan sektor ekonomi lain karena adanya empat faktor, yaitu : a. Pariwisata adalah Industri Ekspor Fana Segala transaksi yang terjadi di industri pariwisata berupa pengalaman yang dapat diceritakan kepada orang lain, tetapi tidak dapat dibawa pulang sebagai cinderamata. b. Butuhnya Barang dan Jasa Tambahan oleh Wisatawan Saat seorang wisatawan mengunjungi suatu destinasi, ia selalu membutuhkan barang dan jasa tambahan, seperti transportasi dan kebutuhan air bersih. c. Pariwisata adalah Produk Fragmented But Intergreted Maksudnya disini adalah pariwisata sebagai produk yang terpisah-pisah tetapi terintegrasi dan langsung mempengaruhi sektor ekonomi lain. UU nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan secara jelas menyatakan, pariwisata berkaitan dengan banyak sektor atau multisektor. Koordinasi strategis lintas sektor terkait dengan pariwisata di antaranya dengan bidang pelayanan ke pelayanan kepabeanan, keimigrasian, dan karantina; bidang keamanan dan ketertiban; bidang prasarana umum yang mencakupi jalan, air abersih, listrik, telekomunikasi, dan kesehatan lingkungan; bidang transportasi darat, laut, dan udara; dan bidang promosi pariwisara dan kerjasama luar negeri. Kerjasama antarsektor harus diatur dengan tata kerja, mekanisme dan hubungan baik untuk manfaat bersama. d. Pariwisata Merupakan Ekspor yang Sangat Tidak Stabil Sifat kepariwisataan yang dinamis dan musiman, membuat industri ini mngalami fluktuasi yang sangat tinggi. Industri pariwisata rentan terhadap banyak hal, seperti politik, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Dampak pariwisata terhadap perekonomian bisa bersifat positif dan bisa negatif. Secara umum dampak tersebut dapat dikelompokkan(Cohen, 1984) sebagai berikut : 1.



Dampak terhadap peneriamaan devisa



2.



Dampak terhadap pendapatan masyarakat



3.



Dampak terhadap peluang kerja



4.



Dampak terhadap harga dan tarif 11



5.



Dampak terhadap distribusi manfaat dan keuntungan



6.



Dampak terhadap kepemilikan dan pengendalian



7.



Dampak terhadap pembangunan



8.



Dampak terhadap pendapatan pemerintah



Keunikan industri pariwisata terhadap perekonomian berupa dampak ganda (multiplier effect) dari pariwisata terhadap ekonomi. Pariwisata memberikan pengaruh tidak hanya terhadap sektor ekonomi yang langsung terkait dengan industri periwisata, tetapi juga industri tidak langsung terkait dengan industri pariwisata. Gambar A. Dampak Ganda Pariwisata terhadap Perekonomian



Pariwisata memberikan keuntungan berganda ke bawah, terutama bagi masyarakat setempat (trickle down). Secara ideal, pariwisata menghidupkan pemaok-pemasok lokal dan mengurangi ketergantungan terhadap import. Dampak ganda dapat memperbaiki kualitas pelayanan lokal dengan berinvestasi dan mendorong pembelajaan dalam negeri. Namun, tidak tertutup kemungkianan, dampak ganda memperbesar kebocoran devisa, apabila pembelanjaan masyarakat sarat dengan import. Pariwisata memberikan keuntungan sebagai dampak positif, yang juga memberikan kerugian sebagai dampak negatif. Beberapa keuntungan dari pariwisata terhadap perekonomian di antaranya sebagai berikut :



12



a. Dampak terhadap Penerimaan Devisa Di Indonesia, kontribusi pariwisata terhadap neraca peneriamaan negara dihitung melalui Neraca Pariwisata Nasional (Nesparnas). Pada umumnya diistilahkan dengan Tourism Satellite Account (TSA). Nesparnas menghitung secara kuantitatif melaui standar statistik dengan mengacu pada UN System of National Accounts yang menampilkan definisi dan klasifikasi yang dipergunakan untuk survey sesuai standar internasional. Berdasarkan data dapat diketahui bahwa sumbangan periwisata terhadap perekonomian dan keterkaitannya dengan berbagai sektor ekonomi lain baik konsumsi yang dilakukan oleh wisatawan untuk sektor pariwisata maupun sektor lain. Perhitungan Nesparnas terdiri atas beberapa subsektor dalam ekonomi (perdagangan, hotel, restoran, transportasi dan jasa), faktor pendapatan (upah, keuntungan, dan bunga) serta komposisi pengeluaran (konsumsi, pemerintah, investasi, ekspor, dan impor). Ketiga komponen itu dihitung menjadi satu sebagai devisa dari sektor kepariwisataan. Nesparnas menggambarkan besaran devisa yang mengalir masuk dan mengalir keluar dari sektor pariwisata. b. Dampak terhadap Pendapatan Masyarakat Setiap kegiatan pariwisata menghasilkan pendapatan khususnya bagi masyarakat setempat . Pendapatan itu dihasilkan dai transaksi antara wisatawan dan tuan rumah dalam bentuk pembelanjaan yang dilakukan oleh wisatawan. Pengeluaran wisatawan terdistribusi tidak hanya ke pihak-pihak yang terlibat langsung dalam industri pariwisata seperti hotel, restoran, biro perjalanan wisata, dan pemandu wisata. Distribusi pengeluaran wisatawan juga diserap ke sektor pertanian, sektor industri kerajinan, sektor angkutan, sektor komunikasi, dan sektor lain yang terkait. c. Dampak terhadap Peluang Kerja Pariwisata merupakan industri yang menawarkan beragam jenis pekerjaan kreatif sehingga mampu menampung jumlah tenaga kerja yang cukup banyak. Seorang wisatawan dilayani oleh banyak orang. Sebagai contoh, wisatawan yang bersantai di pantai dapat memberikan pendapatan bagi penjual makan-minum, penyewa tikar, pemijat, dan pekerja lain.



13



d. Dampak terhadap Struktur Ekonomi Peningkatan pendapatan masyarakat dari industri pariwisata membuat struktur ekonomi masyarakat menjadi lebih baik. Masyarakat bisa memperbaiki kehidupan dari bekerja di industri pariwisata. e. Dampak dalam Membuka Peluang Investasi Keragaman usaha dalam industri pariwisata memberikan peluang bagi para investor untuk menanamkan modal. Kesempatan berinvestasi di daerah wisata berpotensi membentuk dan meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. f. Dampak terhadap Aktivitas Wirausaha Adanya kebutuhan wisatawan saat berkunjung ke destinasi wisata mendorong masyarakat untuk menyediakan kebutuhannya dengan membuka usaha atau wirausaha. Pariwisata membuka peluang untuk berwirausaha dengan menjajahkan berbagai kebutuhan wisatawan, baik produk barang maupun produk jasa. Selain keuntungan-keuntungan itu, pariwisata memberikan dampak yang merugikan bagi masyarakat di antaranya sebagai berikut : a. Bahaya Ketergantungan terhadap Industri pariwisata Melihat banyaknya keuntungan yang dapat diperoleh dari sektor pariwisata namun beberapa daerah tujuan wisata menjadi sangat tergantung dari kepariwisataan untuk kehidupannya. Hal ini menjadikan wisatawan sangat rentan terhadap perubahan permintaan wisata. b. Pengembalian Modal Lambat Industri pariwisata adalah Industri dengan investasi yang besar dan pengembalian modal yang lambat. Hal ini menyebabkan kesulitan bagi pengusaha pariwisata untuk mendapatkan pinjaman untuk modal usaha. c. Mendorong Timbulnya Biaya Eksternal Lain Pengembangan pariwisata menyebabkan muncul biaya eksternal lain bagi penduduk di daerah tujuan wisata, seperti biaya kebersihan lingkungan, biaya pemeliharaan lingkungan yang rusak akibat aktivitas wisata, dan peluang lain.



14



4.4 Mengukur Sumbangan Pariwisata a. Foreign Exchange Earnings Pengeluaran sektor pariwisata akan menyebabkan perekonomian masyarakat local menggeliat dan menjadi stimulus berinvestasi dan menyebabkan sektor keuangan bertumbuh seiring bertumbuhnya sektor ekonomi lainnya. Pengalaman di beberapa negara bahwa kedatangan wisatawan ke sebuah destinasi wisata juga menyebabkan bertumbuhnya bisnis valuta asing untuk memberikan pelayanan dan kemudahan bagi wisatawan selama mereka berwisata. b. Contributions To Government Revenues Kontribusi pariwisata terhadap pendapatan pemerintah dapat diuraikan menjadi dua, yakni: kontribusi langsung dan tidak langsung. Kontribusi langsung berasal dari pajak pendapatan yang dipungut dari para pekerja pariwisata dan pelaku bisnis pariwisata pada kawasan wisata yang diterima langsung oleh dinas pendapatan suatu destinasi. Sedangkan kontribusi tidak langsung pariwisata terhadap pendapatan pemerintah berasal dari pajak atau bea cukai barang-barang yang di import dan pajak yang dikenakan kepada wisatawan yang berkunjung. Dalam kedua konteks di atas, WTO memprediksi bahwa usaha perjalanan wisata dan bisnis pariwisata tersebut secara langsung dan tidak langsung termasuk juga pajak perorangan telah berkontribusi terhadap pariwisata dunia melampaui US$ 800 billion pada tahun 1998, dan pada tahun 2010 berlipat dua kali jika dibandingkan tahun 1998. Menurut penelitian, pariwisata Kanada menghasilkan $ 19, 7 Juta pendapatan untuk ketiga tingkat pemerintahan gabungan di Kanada pada tahun 2007. Dan Belanja Kanada menyumbang tiga dari setiap empat dolar, sementara satu dari empat dolar berasal dari wisatawan asing yang berwisata di Kanada. c. Employment Generation Pada beberapa negara yang telah mengembangkan sektor pariwisata, terbukti bahwa sektor pariwisata secara internasional berkontribusi nyata terhadap penciptaan peluang kerja, penciptaan usaha-usaha terkait pariwisata seperti usaha akomodasi, restoran, klub, taxi, dan usaha kerajinan seni souvenir.



15



Menurut Canada Government Revenue Attributable to Tourism, (2007), mendifinisikan bahwa yang dimaksud “Tourism employment” adalah ukuran yang dipakai untuk mengukur besarnya tenaga kerja yang terserap secara langsung pada sector pariwisata termasuk juga besarnya tenaga kerja yang terserap di luar bidang pariwisata akibat keberadaan pembangunan pariwisata. Dan WTO mencatat kontribusi sector pariwisata terhadap penyediaan lahan pekerjaan sebesar 7% secara internasional. d. Infrastructure Development Berkembangnya sektor pariwisata juga dapat mendorong pemerintah lokal untuk menyediakan infrastruktur yang lebih baik, penyediaan air bersih, listrik, telekomunikasi, transportasi umum dan fasilitas pendukung lainnya sebagai konsekuensi logis dan kesemuanya itu dapat meningkatkan kualitas hidup baik wisatawan dan juga masyarakat local itu sendiri sebagai tuan rumah. Sepakat membangun pariwisata berarti sepakat pula harus membangun yakni daya tarik wisata “attractions” khususnya daya tarik wisata man-made, sementara untuk daya tarik alamiah dan budaya hanya diperlukan penataan dan pengkemasan. Karena Jarak dan waktu tempuh menuju destinasi “accesable” akhirnya akan mendorong pemerintah untuk membangun jalan raya yang layak untuk angkutan wisata, sementara fasilitas pendukung pariwisata “Amenities” seperti hotel, penginapan, restoran juga harus disiapkan. Pembangunan infrastruktur pariwisata dapat dilakukan secara mandiri ataupun mengundang pihak swasta nasional bahkan pihak investor asing khususnya untuk pembangunan yang berskala besar seperti pembangunan Bandara Internasional, dan sebagainya. Perbaikan dan pembangunan insfrastruktur pariwisata tersebut juga akan dinikmati oleh penduduk local dalam menjalankan aktifitas bisnisnya, dalam konteks ini masyarakat local akan mendapatkan pengaruh positif dari pembangunan pariwisata di daerahnya. e. Development of Local Economies Pendapatan sektor pariwisata acapkali digunakan untuk mengukur nilai ekonomi pada suatu kawasan wisata. Sementara ada beberapa pendapatan lokal sangat sulit untuk dihitung karena tidak semua pengeluaran wisatawan dapat diketahui dengan jelas seperti misalnya penghasilan para pekerja informal seperti sopir taksi tidak resmi, pramuwisata tidak resmi, dan lain sebagainya. WTO memprediksi bahwa pendapatan pariwisata secara 16



tidak langsung disumbangkan 100% secara langsung dari pengeluaran wisatawan pada suatu kawasan. Dalam kenyataannya masyarakat local lebih banyak berebut lahan penghidupan dari sector informal ini, artinya jika sector informal bertumbuh maka masyarakat local akan mendapat menfaat ekonomi yang lebih besar. Sebagai contoh, peran pariwisata bagi Provinsi Bali terhadap perekonomian daerah “PDRB” sangat besar bahkan telah mengungguli sector pertanian yang pada tahun-tahun sebelumnya memegang peranan penting di Bali. Salah satu cara melihat sumbangan sektor pariwisata terhadap PDRB dapat dilihat dengan dua cara, yaitu: Dari sisi permintaan (demand side) yang berkaitan dengan pengeluaran wisatawan. Gabungan dari sisi penawaran (supply side) dan sisi permintaan (demand side). Dari sisi penawaran sebagian sektor pariwisata bisa dilihat dalam PDRB yang mencakup restoran/rumah makan dan jasa hiburan. Sedangkan sisi permintaan adalah semua pengeluaran wisatawan baik wisman maupun wisnus, di luar pengeluaran yang telah ada dalam sisi penawaran, yang merupakan output dari usaha-usaha yang melayani para wisatawan. Dengan mengalikan rasio nilai tambah dari usaha-usaha tersebut dengan outputnya maka diperoleh nilai tambah yang ditimbulkan oleh permintaan wisatawan. Sehingga dengan menjumlahkan kedua nilai tambah dari sisi penawaran dan permintaan dapat diperoleh nilai tambah sektor pariwisata secara keseluruhan. Sementara itu barang-barang impor akan menjadi mahal apabila diukur dengan mata uang rupiah, sehingga bahan baku usaha industri yang masih banyak mengandalkan dari luar negeri akan semakin tidak efisien. Kenaikan harga barang dan jasa pada umumnya tidak bisa terelakkan lagi. Ini bisa dilihat dengan tingginya laju inflasi pada tahun 1998 yang hampir mencapai 80 persen. Daya beli masyarakat menjadi turun, suku bunga pinjaman di bank menjadi tinggi mengakibatkan lesunya roda perekonomian nasional maupun regional. Banyak perusahaan yang gulung tikar akibat resesi ini sehingga peningkatan pengangguran tidak terelakkan lagi dengan banyaknya pekerja yang di-PHK. Di sisi lain banyak usaha-usaha kecil yang sifatnya informal bermunculan dengan menampung tenaga kerja korban PHK, seperti munculnya cafe-cafe di ibukota. Usahausaha tersebut berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 tahun 1990 tentang Pariwisata merupakan bagian dari usaha penyediaan sarana pariwisata. Tampaknya dengan



17



terpuruknya berbagai usaha akhir-akhir ini menjadikan sebagian usaha pariwisata tetap bisa bertahan.



f. Sumbangan Sektor Pariwisata dari Sisi Permintaan Dari total pengeluaran wisman pada tahun 1998 sebesar Rp 7.796,89 milyar dan wisnus sebesar Rp 4.725,82 milyar tercipta nilai tambah Rp 7.455,53 milyar. Nilai tambah ini ternyata yang terbesar terserap pada usaha jasa akomodasi, yaitu 24,5 persen diikuti dengan pengeluaran untuk transport sebesar 20,7 persen. Sedangkan porsi terkecil dikeluarkan untuk keperluan tamasya yang hanya mencapai 2,8 persen dari total nilai tambah yang diciptakan wisatawan. Namun apabila di lihat pada tahun 1997 dan 1998 di mana krisis ekonomi melanda Indonesia, justru pariwisata memberikan sumbangan yang lebih besar jika dibandingkan dengan tahun-tahun tidak terjadinya krisis. Ini menunjukkan bahwa pariwisata bisa merupakan sektor yang bisa diharapkan menjadi sektor andalan dalam menciptakan nilai tambah dimasa krisis. Bahkan sesuai dengan GBHN bahwa sektor pariwisata khususnya pemasukan devisa dari wisman dapat menjadi sektor andalan penerimaan devisa setelah menurunnya ekspor Indonesia akhir-akhir ini. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk terus bisa meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan masyarakat dan meningkatkan mobilitas masyarakat Indonesia yang pada akhirnya akan meningkatkan jumlah kunjungan wisnus. Jumlah kunjungan wisnus maupun PDRB menurut harga yang berlaku menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun. Sedangkan jumlah wismannya terlihat adanya tren yang menurun sejak tahun 1997. Hal ini berkaitan dengan peristiwaperistiwa yang terjadi di ibukota mulai dari bulan Mei 1998 di mana pemberitaan terjadinya kerusuhan di luar negeri sudah tidak bisa dibendung lagi yang mengakibatkan ditundanya atau dibatalkannya rencana perjalanan wisman untuk berkunjung ke Indonesia pada umumnya dan Jakarta pada khususnya. g. Sumbangan Sektor Pariwisata dari Sisi Permintaan Dan Penawaran Selama kurun waktu tujuh tahun (1992 - 1998) sumbangan sektor pariwisata berdasarkan metode gabungan antara sisi permintaan dan penawaran mengalami fluktuasi 18



naik turun. Sumbangan terbesar terjadi pada tahun 1997 yang mencapai 10,95 persen dan paling rendah terjadi pada tahun 1993 sebesar 8,80 persen. Namun bila dilihat menurut jenis kegiatan sumbangan paling banyak selama kurun waktu tujuh tahun adalah rumah makan/restoran. Pada tahun 1997 di mana krisis ekonomi mulai melanda Indonesia, justru sektor pariwisata memberikan sumbangan terbesar terhadap PDRB selama kurun waktu 7 tahun (1992 - 1998). Tahun berikutnya, 1998, krisis ekonomi semakin terasa dampaknya oleh masyarakat dan dunia usaha pada umumnya, termasuk usaha pariwisata. Sehingga sumbangan sektor pariwisata terhadap PDRB pada tahun tersebut mengalami penurunan sebesar 14,43 persen, yaitu dari 10,95 persen pada tahun 1997 menjadi 9,37 persen pada tahun 1998. 4.5 Kasus : Tentang Perkembangan Pariwisata Bali dan Kontribusinya terhadap Perekonomian Bali Seperti yang telah kita ketahui bersama, Pulau Bali merupakan daya tarik wisata yang dimiliki oleh Negara Indonesia secara Internasional. Oleh karena itu, harus ada perhatian khusus dari pemerintah pusat mengenai bagaimana mengatur perputaran perekonomian yang terjadi di Pulau Bali. Jangan sampai terjadi kebocoran yang cukup besar sehingga menjadi tidak ada gunanya keberadaan pariwisata di Pulau Bali. Berdasarkan fakta yang didapatkan, Pembangunan di Propinsi Bali didasarkan pada bidang ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian dalam arti luas guna melanjutkan usaha-usaha memantapkan swasembada pangan, pengembangan sektor pariwisata dengan karakter kebudayaan Bali yang dijiwai oleh agama Hindu, serta sektor industri kecil dan kerajinan yang berkaitan dengan sektor pertanian dan sektor pariwisata (Anonim, 1999; Anonim, 2001. Dari pernyataan diatas, diketahui bahwa keadaan perekonomian Bali sangat bergantung pada sektor pariwisata salah satunya. Tentu juga dengan didukung oleh perkembangan sektor industri kecil yang memainkan peran dalam sektor pariwisatanya juga. Hal itu juga ditandai dengan pertumbuhan ekonomi Bali yang selalu lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional. Pada perencanaan lima tahun yang dikeluarkan oleh pemerintah, Bali mengalami kenaikan-kenaikan yang cukup signifikan.



19



Pertumbuhan perekonomian Bali 1999-2003 atas dasar harga konstan tahun 1993 sebesar 2,78%, Pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan lima tahun sebelumnya yang disebabkan oleh dampak krisis ekonomi nasional 1997/1999 dan Bom Kuta I tahun 2002. Namun pertumbuhan ekonomi Bali 2004-2005 atas harga konstan tahun 2000 mengalami kenaikan rata-rata sebesar 5.09%. Walau tahun 2005 Bali lagi-lagi diguncang Bom Kuta II, tetapi tidak banyak berpengaruh terhadap perekonomian Bali karena wisatawan tetap datang ke Bali walau sedikit mengalami penurunan. Pulau Bali mengalami pertumbuhan ekonomi lokal yang cukup signifikan disamping faktor pariwisata yang sangat indah, Pulau Bali memiliki adat yang cukup kuat sehingga masyarakat lokal tidak mudah mengalami degradasi sosial walaupun banyak wisatawan mancanegara yang datang ke Pulau Bali. Dengan begitu, keekonomian lokal di Pulau Bali sangat terjaga dan tidak terlalu banyak kerugian yang terjadi sehingga masyarakat lokal dapat terberdayakan.



20



DAFTAR PUSTAKA https://www.scribd.com/uploaddocument?archive_doc=90588473&escape=false&metadata=%7 B%22context%22%3A%22archive_view_restricted%22%2C%22page%22%3A%22read%22%2 C%22action%22%3A%22download%22%2C%22logged_in%22%3Atrue%2C%22platform%22 %3A%22web%22%7D https://www.slideshare.net/mayahabary/ppt-bispar-sap-4?from_action=save https://media.neliti.com/media/publications/259351-upaya-pemerataan-kontribusi-pariwisata-pa8b2ba08.pdf https://dokumen.tips/documents/bisnis-pariwisata-pertumbuhan-pariwisata-ekonomi nasional.html http://www.baliekbis.com/pereknomian-bali-2017-pariwisata-masih-jadi-tumpuan-utama/



21