25 0 128 KB
MAKALAH CEDERA KEPALA BERAT (CKB)
DISUSUN OLEH: SERI MARLIANI Amd. Kep.
RUMAH SAKIT UMUM HARAPAN BERSAMA SINGKAWANG 2020/2021
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan, karena atas rahmat dan pertolonganNya yang telah memberikan kemudahan kepada penulis untuk menyelesaikan makalah “Cedera Kepala Berat”. Penyusunan makalah disusun
ini
sebagai. Penulis menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak tidak
banyak yang bisa penulis lakukan dalam menyelesaikan
makalah ini. Untuk itu
penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih atas semua bantuan dan dukungannya selama pelaksanaan dan penyusunan makalah ini. Penulis menyadari, dalam penulisanmakalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.
Singkawang, 7 Juli 2020
Seri Marliana
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................i KATA PENGANTAR ....................................................................................ii DAFTAR ISI ...................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG ........................................................................ 1 B. RUMUSAN MASALAH ..................................................................... 1 C. TUJUAN ............................................................................................. 2 BAB II PEMBAHASAN A. DEFINISI ............................................................................................. 3 B. ETIOLOGI ........................................................................................... 3 C. KLASIFIKASI ..................................................................................... 4 D. TANDA &GEJALA CEDERA KEPALA BERAT............................. 4 E. KOMPLIKASI CEDERA KEPALA BERAT ..................................... 4 F. PEMERIKSAAN PENUNJANG CEDERA KEPALA ....................... 5 G. PENATALAKSANAAN CEDERA KEPALA BERAT...................... 6 H. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN CEDERA KEPALA ........... 6 BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN .................................................................................... 11 DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 12
iii
iv
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Cidera kepalaberat merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas (Mansjoer, 2002). Kecelakaan
lalulintas
merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, khusunya di negara berkembang.Menurut World Health Orhanization (WHO) pada tahun 2002 kecelakaan lalu lintas
merupakan
penyebab kematian urutan
kesebelas di seluruh dunia, sekitar 1,2 juta jiwa meninggal setiap tahunnya.Angka kematian semakin meningkat dari tahun ke tahun akibat dari cidera kepala yang mendapat penanganan yang kurang tepat atau tidak sesuai dengan harapan kita (Smeltzer, 2002). Karena tingginya angka kematian yang disebabkan karena cidera kepala khususnya
CKB.
Maka
penulis tertarikmenulis makalah yang berjudul
Cedera Kepala Berat. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa definisi cedera kepala? 2. Apa etiologi cedera kepala? 3. Apa saja klasifikasi cedera kepala? 4. Bagaimana tanda & gejala cedera kepala berat? 5. Bagaimana komplikasi cedera kepala berat? 6. Apa saja pemeriksaan penunjang cedera kepala berat? 7. Bagaimana penatalaksanaan cedera kepala berat? 8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan cedera kepala?
1
C. TUJUAN 1. Untuk mengetahui definisi cedera kepala 2. Untuk mengetahui etiologi cedera kepala 3. Untuk mengetahui macam-macam klasifikasi cedera kepala 4. Untuk mengetahui tanda & gejala cedera kepala berat 5. Untuk mengetahui pengobatan dan pencegarah cedera kepala ringan 6. Untuk mengetahui komplikasi cedera kepala berat 7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang cedera kepala 8. Untuk mengetahui penatalaksanaan cedera kepala berat 9. Untuk mengetahui bagaimana konsep asuhan keperawatan cedera kepala
2
BAB II PEMBAHASAN
A. DEFINISI Cedera kepala adalah gangguan fungsi normal otak karena trauma baik trauma tumpul maupun trauma tajam. Defisit neurologis
terjadi
karena
robekannya substansi alba, iskemia, dan pengaruh massa karena hemoragik, serta edema serebral di sekitar jaringan otak (Batticaca, 2008). Menurut Doenges (2000), Cedera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan (accelerasi) dan perlambatan (decelerasi) yang merupakan perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada percepatan faktor dan penurunan kecepatan, serta rotasi yaitu pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencegahan. Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala (Suriadi dan Yuliani, 2001). B. ETIOLOGI Penyebab cedera kepala dibagi menjadi cedera primer yaitu cedera yang terjadi akibat benturan langsung maupun tidak langsung, dan cedera sekunderyaitu cedera yang terjadi akibat cedera saraf melalui akson meluas, hipertensi intrakranial, hipoksia, hiperkapnea/ hipotensi
sistemik. Cedera
sekunder merupakan cedera yang terjadi akibat berbagai proses patologis yang
timbul sebagai tahap lanjutan dari kerusakan otak primer, berupa
perdarahan,
edema
otak,
kerusakan
neuron
berkelanjutan,
iskemia,
peningkatan tekanan intrakranial dan perubahan neurokimiawi (Hickey, 2003)
3
C. KLASIFIKASI Beratnya cedera kepala saat ini didefinisikan oleh The Traumatik Coma Data Bank berdasarkan Skore ScalaComa Glascow (GCS). Penggunaan istilah cedera kepala ringan, sedang dan berat berhubungan dari pengkajian parameter dalam menentukan terapi dan perawatan. Adapun klasifikasinya adalah sebagai berikut: 1. Cedera Kepala Ringan Nilai GCS 13-15 yang dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia akan tetapi kurang dari 30 menit. Tidak terdapat fraktur tengkorak serta tidak ada kontusio serebral dan hematoma 2. Cedera Kepala Sedang Nilai GCS 9-12 yang dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia lebih dari 0 menit tetapi kurang dari 24 jam. Dapat mengalami fraktur tengkorak. 3. Cedera Kepala Berat Nilai GCS 3-8 yang diikuti dengan kehilangan kesadaran atau amnesia lebih dari 24 jam meliputi kontusio serebral, laserasi atau hematoma intrakranial D. TANDA & GEJALA CEDERA KEPALA BERAT Tanda-tanda atau gejala klinis untuk yang cederakepala berat adalah perubahan ukuran pupil (anisocoria), trias Cushing (denyut jantung menurun, hipertensi, depresi pernafasan)apabila meningkatnya tekanan intrakranial, terdapat pergerakan atau posisi abnormal ekstremitas (Reisner, 2009). E. KOMPLIKASI CEDERA KEPALA BERAT 1. Gejala sisa cedera kepala berat: beberapa pasien dengan cedera kepala berat dapat mengalami ketidakmampuan baik secara fisik (disfasia, hemiparesis, palsi saraf cranial) maupun mental (gangguan kognitif, 4
perubahan kepribadian). Sejumlah kecil pasien akan tetap dalam status vegetatif. 2. Kebocorancairan serebrospinal: bila subarachnoid
dan
telinga
tengah
hubungan atau
sinus
antara
rongga
paranasal
akibat
frakturbasis cranii hanya kecil dan tertutup jaringan otak maka hal ini tidak akan terjadi. Eksplorasi bedah diperlukan bila terjadi kebocoran cairan serebrospinal persisten. 3. Epilepsi pascatrauma: terutama terjadi pada pasien yang mengalami kejang
awal
pascatrauma
(pada minggu yang
lama,
pertama
fraktur
setelah cedera),
depresi
kranium
dan
amnesia hemato
mintrakranial. 4. Hematomsubdural kronik. 5. Sindrom pasca concusio: nyeri kepala, vertigo dan gangguan konsentrasi dapat menetap bahkan setelah cedera kepala ringan.Vertigo dapat terjadi akibatcederavestibular(konkusi labirintin) F. PEMERIKSAAN PENUNJANG CEDERA KEPALA 1. CT Scan dan Rontgen mengidentifikasi adanya hemoragik, menentukan ukuran ventrikuler, pergeseranjaringan otak 2. Angiografi serebral menunjukan kelainan sirkulasi serebral, seperti pergeseran jaringan otak akibat edema, perdarahan, trauma 3. X-Ray mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis (perdarahan/edema), fragmen tulang 4. Analisa gas darah mendeteksi ventilasi atau masalah pernapasan (oksigenasi) jika peningkatan tekanan intracranial. 5. Elektrolit untuk mengoreksi keseimbangan elektrolit sebagai akibat peningkatan tekanan intracrania
5
G. PENATALAKSANAAN CEDERA KEPALA BERAT Untuk cedera kepala
berat,
tatalaksana spesialis bedah saraf sangat
diperlukan setelah resusitasi dilakukan.Aspek spesifik terapi cedera kepala dibagi menjadi dua kategori: 1. Bedah a. Intrakranial: evakuasi bedah saraf segera pada hematom
yang
mendesak ruang. b. Ekstrakranial: inspeksi untuk komponen fraktur kranium yang menekan pada laserasi kulit kepala. Jika ada, maka hal ini membutuhkan terapi bedah segera dengan debridement luka dan menaikkan fragmen tulang untuk mencegah infeksi lanjut pada meningen dan otak. 2. Medikamentosa a. Bolus manitol (20%, 100 ml) intravena jika terjadi peningkatan tekanan intrakranial. Hal ini dibutuhkan pada tindakan darurat sebelum
evakuasi hematom
intrakranial
pada
pasien
dengan
penurunan kesadaran. b. Antibiotik profilaksis untuk fraktur basis cranii. c. Antikonvulsan untuk kejang. d. Sedatif dan obat-obat narkotik dikontraindikasikan, karena dapat memperburuk penurunan kesadaran H. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN CEDERA KEPALA 1. PENGKAJIAN Data fokus yang perlu dikaji yaktu: a. Biodata Pasien meliputi: nama, umur, jenis kelamin, alamat, tanggal
MRS,
no. RM, diagnosa medis, pekerjaan, suku/bangsa,
tanggal pengkajian b. Biodata penanggung-jawab, meliputi: nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, hubungan dengan pasien 6
c. Riwayat kesehatan meliputi : keluhan utama, kapan cedera terjadi, penyebab cedera, riwayat tak sadar, amnesia, riwayat kesehatan yang lalu, dan riwayat kesehatan keluarga. d. Pemeriksaan fisik: Keadaan umum, tanda vital e. Pemeriksaan persistem: 1) Sistem
persepsi
dan
sensori
(pemeriksaan
panca
indra,
penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap, dan perasa) 2) Sistem persarafan (tingkat kesadaran/nilai GCS, reflek bicara, pupil, orientasi waktu dan tempat) 3) Sistem pernafasan (nilai frekuensi nafas, kualitas, suara, dan kepatenan jalan nafas) 4) Sistem kardiovaskuler (nilai TD, nadi, irama, kualitas dan frekuensi) 5) Sistem
gastrointestinal
(nilai
kemampuan
menelan,
nafsu
makan/minum, peristaltik, eliminasi) 6) Sistem integumen (nilai warna, turgor, tekstur darikulit, luka/lesi 7) Sistem reproduksi 8) Sistem perkemihan (nilai frekuensi BAK, volume BAB) 9) Pola fungsi kesehatan a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan (termasuk adakah kebiasaan merokok, minum alkohol, dan penggunaan obatobatan) b) Pola aktivitas dan latihan (adakah keluhan lemas, pusing, kelelahan, dan kelemahan otot) c) Pola nutrisi dan metabolisme (adakah keluhan mual, muntah) d) Pola eliminasi e) Pola tidur dan istirahat f) Pola kognitif dan perceptual g) Persepsi diri dan konsep diri h) Pola toleransi dan koping stres i) Pola seksual dan reproduksi 7
j) Pola hubungan dan peran k) Pola nilai dan keyakinan 2. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN NANDA 2015 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan cedera kepala adalah sebagai berikut. a. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d penurunan konsentrasi dan suplai oksigen ke otak b. Nyeri akut b.d agen cedera fisik (trauma) c. Ketidakefektifan Pola nafas b.d hipoventilasi d. Kerusakan integritas kulit b.d imobilitas yang lama e. Defisit perawatan diri: makan/mandi, toileting b.dkelemahan fisik dan nyeri 3. INTERVENSI KEPERAWATAN (NOC DAN NIC 2013) a. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d penurunan konsentrasi dan suplai oksigen ke otak. Tujuan: Pasien akan mempertahankan perfusi jaringan serebral yang efektif selama dalam perawatan NOC: Circulation status (Status Sirkulasi), Tissue Prefusion:Cerebral (Perfusi Jaringan : Serebral) NIC: Intrakranial Pressure (ICP) Monitoring (Monitor tekanan intrakranial) -
Berikan informasi kepada keluarga
-
Monitor tekanan perfusi serebral
-
Catat respon pasien terhadap stimulus
-
Monitor tekanan intrakranial pasien dan respon neurologi terhadap aktivitas
-
Monitor intake dan output cairan 8
-
Monitor suhu dan angka WBC
-
Kolaborasi pemberian antibiotik
-
Posisikan pasien pada posisi semifowler
-
Minimalkan stimulus dari lingkungan
Peripheral Sensation Management (Manajemen sensasi perifer) -
Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam/tumpul
-
Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi atau laserasi
-
Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
-
Monitor kemampuan BAB
-
Kolaborasi pemberian analgetik
-
Monitor adanya tromboplebitis
b. Nyeri akut b.d agen cedera fisik (trauma) Tujuan: Pasien mempertahankan rasa nyaman nyeri selama dalam perawatan. NOC: Pain Level (level nyeri),Pain control (control nyeri),dan Comfortlevel (level kenyamanan) NIC: Pain Management (manajemen nyeri) -
Lakukan lokasi,
pengkajian karakteristik,
nyeri
secara
komprehensif
termasuk
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi -
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
-
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
-
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
-
Kurangi faktor presipitasi nyeri 9
-
Ajarkan tentang teknik non farmakologi
-
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
c. Ketidakefektifan Pola nafas b.d hipoventilasi Tujuan: Pasien akan mempertahankan pola napas yang efektif selama dalam perawatan NOC: Respiratory
status:
Ventilation
(Status
Respirasi:
Ventilasi)
Respiratory status: Airway patency (Status Respirasi: Patensi Jalan Napas), Vital sign Status (status TTV) NIC: Airway Management (ManajemenJalan Napas) -
Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
-
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
-
Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
-
Pasang mayo bila perlu
-
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
-
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
-
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
-
Berikan bronkodilator bila perlu
-
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
-
Monitor respirasi dan status Oksigenasi
10
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN 1. Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala. 2. Penyebab utama CKB yaitubenturan langsung maupun tidak langsung, atau akibat berbagai proses patologis yang timbul sebagai tahap lanjutan dari kerusakan otak primer, berupa perdarahan, edema otak, kerusakan neuron, dll. 3. Cedera kepala terdiri dari: cedera kepala ringan (CKR), cedera kepala sedang (CKS), dan cedera kepala berat (CKB). 4. Pemeriksaan
penunjang
cedera
kepala
yaitu
CT-Scan,
Rontgen,
Angiografi serebral, analisa gas darah, dan pemeriksaan elektrolit.
11
DAFTAR PUSTAKA
Batticaca, F.B. 2008. ”Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan”. Jakarta: Salemba Medika. Mansjoer, A. 2007. “Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1”. Jakarta: Media Aesculapius Nanda. 2015. “Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10 editor T. Heather, Shigemi Kamitsuru”. Jakarta: EGC. Suriadi & Yuliani, R. 2001. “Asuhan Keperawatan pada Anak, edisi 1” Jakarta: CV Sagung Seto.
12