14 0 944 KB
APLIKASI EBN TENTANG PENGARUH PENURUNAN SKALA NYERI DADA DENGAN TEHNIK RELAKSASI BONSON PADA PASIEN ST elevation myocardial infarction (STEMI) DI RUANG ICU RS ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG
OLEH : NAMA
: Fifianty Rumarubun
NIM
: G3A017213
PEMBIMBING AKADEMIK
:
PEMBIMBING KLINIK
:
PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG TAHUN AJARAN 2018-2019
i
KATA PENGANTAR
Alhamdullilahirobbil al’amin, segala puji saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat dan hidayahNya tercurahkan kepada saya yang tak terhingga ini. Sholawat serta salam kita panjatkan kepada junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW dan keluarganya, sahabatnya beserta pengikutnya sampai akhir zaman, amin ya robal alamin. Karena anugerah dan bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang merupakan salah satu tugas Stase Kegawatdaruratan Sistem dengan
judul
“Asuhan
Keperawatan
Kegawatdaruratan
Pada
sistim
kardiovaskuler di Ruang ICU RS ROEMANI” tepat waktu. Penulis menyadari bahwa makalah ini banyak sekali terdapat kekurangan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami dan khususnya kepada para pembaca.
Semarang, 30 Agustus 2018
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... KATA PENGANTAR .................................................................................. DAFTAR ISI ................................................................................................. BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. A. LATAR BELAKANG ........................................................................... B. RUMUSAN MASALAH ....................................................................... C. TUJUAN ................................................................................................ D. MANFAAT ............................................................................................ BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... A. KONSEP DASAR ................................................................................. 1. PENGERTIAN ............................................................................... 2. ETIOLOGI ...................................................................................... 3. MANIFESTASI KLINIS ................................................................ 4. PATOFISIOLOGI ........................................................................... 5. PEMERIKSAAN PENUNJANG .................................................... 6. PATHWAY ..................................................................................... B. KONSEP KEPERAWATAN ................................................................. 1. PENGKAJIAN ................................................................................ 2. DIAGNOSA .................................................................................... 3. INTERVENSI ................................................................................. BAB III KASUS ........................................................................................... A. PENGKAJIAN ....................................................................................... B. DIAGNOSA ........................................................................................... C. INTERVENSI ........................................................................................ D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI HARI KE-1 ............................... E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI HARI KE-2 ............................... F. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI HARI KE-3 ...............................
iii
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................. A. PENGKAJIAN ....................................................................................... 1. KENDALA ..................................................................................... 2. SOLUSI ........................................................................................... B. DIAGNOSA ........................................................................................... 1. PENGERTIAN DIAGNOSA .......................................................... 2. ALASAN PENGANGKATAN DIAGNOSA ................................ 3. ALASAN MEMPRIORITASKAN DIAGNOSA ........................... 4. TINDAKAN YANG SUDAH DILAKUKAN, RASIONAL, KENDALA DAN SOSULI ................................................................................. C. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ................................................... BAB IV PENUTUP ...................................................................................... A. KESIMPULAN ...................................................................................... B. SARAN .................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
iv
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ST Elevasi Miocard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot jantung secara permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses degeneratif maupun dipengaruhi oleh banyak faktor ditandai dengan keluhan nyeri dada peningkatan enzim jantung dan ST elevasi pada pemeriksaan EKG. STEMI adalah cerminan dari pembuluh darah koroner tertentu yang tersumbat total sehingga aliran darahnya benar-benar berhenti otot jantung yang diperdarahi tidak mendapat nutrisi dan oksigen dan mati. (Brunner & Suddart, 2008) Sistem yang digunakan pada individu dengan infark miocard akut (serangan jantung) untuk mengetahui stratifikasi risiko disebut klasifikasi killip, yang dibedakan menjadi 4 tahap yaitu: a. Tahap 1: tidak ada gagal jantung, tidak ada tanda klinis dekompensasi jantung b. Tahap 2: gagal jantung. Kriteria diagnostik termasuk krepitasi, gallop S3, dan hipertensi vena. Kongesti paru dengan ronki basah halus di bagian basal paru c. Tahap 3: gagal jantung parah, edema paru d. Tahap 4: syok kardiogenik. Tanda meliputi (hipertensi, bukti vasokonstriksi perifer seperti oliguria, sianosis
Karena tingginya angka kematian yang disebabkan oleh STEMI. Maka penulis tertarik mengambil kasus cedera kepala sebagai kasus kelolaan dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN SISTEM PADA KLIEN DENGAN ST elevation myocardial infarction (STEMI) DI ICU RS ROEMANI”.
1
B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas, dapat kita merumuskan masalah sebagai berikut : “Bagaimana Merawat Klien dengan Nyeri Akut Pada ST elevation myocardial infarction (STEMI) di ICU RS ROEMANI”
C. TUJUAN 1. Tujuan Umum Agar penulis mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Nyeri Akut Pada ST elevation myocardial infarction (STEMI), dengan menggunakan pendekatan manajemen keperawatan secara benar, tepat dan sesuai dengan standar keperawatan secara profesional. 2. Tujuan Khusus b. Penulis dapat mengkaji pasien yang mengalami Nyeri Akut Pada ST elevation myocardial infarction (STEMI) ICU RS ROEMANI c. Penulis dapat mengidentifikasi data untuk menentukan diagnosa keperawatan yang terjadi pada pasien dengan Nyeri Akut Pada ST elevation myocardial infarction (STEMI). d. Mengetahui prinsip implementasi asuhan keperawatan pada klien dengan Nyeri Akut Pada ST elevation myocardial infarction (STEMI).
D. MANFAAT Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara praktis sebagai berikut: 1. Bagi perkembangan keperawatan Karya Tulis Ilmiah ini dapat dijadikan sebagai bahan dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan Nyeri Akut Pada ST elevation myocardial infarction (STEMI), sehingga dapat dilakukan tindakan yang segera untuk mengatasi masalah yang terjadi pada pasien. 2. Bagi pembaca Memberikan pengertian, pengetahuan dan engambilan keputusan yang tepat kepada pembaca. Khususnya dalam menyikapi dan mengatasi
2
jika ada penderita nyeri pada ST elevation myocardial infarction (STEMI).
3. Bagi instansi RS ROEMANI Sebagai bahan masukan dan menambah referensi untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan pada pasien dengan Nyeri Akut ST elevation myocardial infarction (STEMI). 4. Bagi perawat Digunakan sebagai alat bantu evaluasi dalam upaya meningktkan kualitas penanganan Nyeri Akut bagi pasien ST elevation myocardial infarction (STEMI). 5. Bagi penulis Diharapkan penulis dapat menambah pengetahuan dan pengalaman yang lebih mendalam dalam memberikan asuhan keperawatan khusunya pada pasien dengan Nyeri Akut pada ST elevation myocardial infarction (STEMI).
3
BAB II LANDASAN TEORI
A. KONSEP DASAR 1. PENGERTIAN ST elevation myocardial infarction (STEMI) merupakan salah satu spektrum sindroma koroner akut yang paling berat. Sindroma koroner akut (SKA) merupakan satu subset akut dari penyakit jantung koroner (PJK) (Firdaus I, 2012). SKA merupakan spektrum klinis yang mencakup angina tidak stabil, infark mikard akut tanpa elevasi segmen ST (NSTEMI) dan infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (STEMI) (Myrtha R, 2011).
(a)
(b) Gambar 1. (a) gambaran EKG jantung normal; (b) gambaran EKG jantung STEMI
4
2. ETIOLOGI Umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak setelah oklusi trombus pada plak ateroskerotik yang sudah ada sebelumnya. Ini disebabkan karena injuri yang disebabkan oleh faktorfaktor seperti merokok, hipertensi, dan akumulasi lipid (Nurarif AH & Hardhi K, 2013).Penyebab lain infark tanpa aterosklerosis koronaria antara lain emboli arteri koronaria, anomali arteri koronaria kongenital, spasme koronaria terisolasi, arteritis trauma, gangguan hematologik, dan berbagai penyakit inflamasi sistemik (Libby, Bonow, Mann, Zipes, 2008).
3. TANDA DAN GEJALA Gambaran klinis infark miokard umumnya berupa nyeri dada substernum yang terasa berat, menekan, seperti diremas-remas dan terkadang dijalarkan ke leher, rahang, epigastrium, bahu, atau lengan kiri, atau hanya rasa tidak enak di dada. STEMI sering didahului oleh serangan angina pektoris pada sekitar 50% pasien. Namun, nyeri pada STEMI biasanya berlangsung beberapa jam sampai hari, jarang ada hubungannya dengan aktivitas fisik dan biasanya tidak banyak berkurang dengan pemberian nitrogliserin, nadi biasanya cepat dan lemah, pasien juga sering mengalami diaforesis. Pada sebagian kecil pasien (20% sampai 30%) STEMI tidak menimbulkan nyeri dada. STEMI ini terutama terjadi pada pasien dengan diabetes mellitus dan hipertensi serta pada pasien berusia lanjut (Robbins SL, Cotran RS, Kumar V, 2007;Sudoyo AW dkk, 4. PATOFISIOLOGI Infark miokard (serangan jantung) terjadi ketika arteri korener (setidaknya sebagian) tiba-tiba terhalang oleh bekuan darah yang menyebabkan setidaknya beberapa dari otot jantung yang mendapat suplai darah oleh arteri menjadi infark (mati). Pada kasus STEMI arteri koroner benar-benar diblokir oleh bekuan darah dan sebagai hasilnya hampir
5
semua otot jantung yang disuplai oleh arteri yang terkena mulai mati (Fogoros RN, 2008). Serangan jantung tipe ini biasanya ditunjukkaan oleh perubahan karakteristik pada hasil EKG. Slah satu perubahan EKG adalah elevasi pada “segmen ST”. Segmen ST yang tinggi menunjukkan bahwa terjadi kerusakan otot jantung yang relatif besar (karena arteri koroner benarbenar tersumbat) (Fogoros RN, 2008). Faktor risiko biologis infark miokard yang tidak dapat diubah yaitu usia, jenis kelamin, ras, dan riwayat keluarga. Sedangkan faktor risiko yang masih dapat diubah, sehingga berpotensi dapat memperlambat proses aterogenik, antara lain kadar serum lipid, hipertensi, merokok, gangguan toleransi glukosa, dan diet yang tinggi lemak jenuh, kolesterol, serta kalori (Santoso & Setiawan, 2009).
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan laboratorium harus dilakukan sebagai bagian dalam tatalaksana pasien STEMI tetapi tidak boleh menghambat implementasi terapi reperfusi. Pemeriksaan petanda kerusakan jantung yang dianjurkan adalah creatinin kinase (CK) MB dan cardiac specific troponin (cTn) T atau cTn I, yang dilakukan secara serial. CTn digunakan sebagai petanda optimal untuk pasien STEMI yang disertai kerusakan otot skeletal karena pada keadaan ini juga akan diikuti peningkatan CKMB (Sudoyo AW dkk, 2010). Terapi reperfusi diberikan segera mungkin pada pasien dengan elevasi ST dan gejala IMA serta tidak tergantung pada pemeriksaan biomarker. Peningkatan nilai enzim diatas dua kali nilai batas atas normal menunjukkan adanya nekrosis jantung(Sudoyo AW dkk, 2010). CKMB meningkat setelah 3 jam bila ada infark miokard dan mencapai puncak dalam 10-24 jam dan kembali normal dalam 2-4 hari. Operasi jantung, miokarditis, dan kardioversi elektrik dapat meningkatkan CKMB.
6
cTn : ada dua jenis yaitu cTn T dan cTn I. Enzim ini meningkat setelah 2 jam bila ada infark miokard dan mencapai puncak dalam 10-24 jam dan cTn T masih dapat dideteksi setelah 5-14 hari sedangkan cTn I setelah 5-10 hari. Pemeriksaan enzim jantung yang lain yaitu mioglobin, creatinine kinase (CK), Lactic dehydrogenase (LDH). Reaksi non spesifik terhadap injuri miokard adalah leukositosis polimorfonuklear yang dapat terjadi dalam beberapa jam setelah onset nyeri dan menetap selama 3-7 hari. Leukosit dapat mencapai 12.000-15.000/ul(Sudoyo AW dkk, 2010). Pemeriksaan EKG 12 sandapan harus dilakukan pada semua pasien dengan nyeri dada atau keluhan yang dicurigai STEMI, dalam waktu 10 menit sejak kedatangan di IGD sebagai landasan dalam menentukan keputusan terapi reperfusi. Jika pemeriksaan EKG awal tidak diagnostik untuk STEMI tetapi pasien tetap simptomatik dan terdapat kecurigaan kuat STEMI, EKG serian dengan interval 5-10menit atau pemantauan EKG 12 sandapan secara kontinyu harus dilakukan untuk mendeteksi potensi perkembangan elevasi segmen ST. EKG sisi kanan harus diambil pada pasien dengan STEMI inferior, untuk mendeteksi kemungkinan infark ventrikel kanan (Sudoyo AW dkk, 2010).
7
6. PATHWAY
Faktor penyebab injuri vaskular: Merokok
Endapan lipoprotein di tunika intima
Endapan lipoprotein di tunika intima
Flaque fibrosa
Invasi dari akumulasi dari lipid
Penyempitan/ obtruksi arteri koroner
Penurunan suplai darah ke miokard
Hipertensi Akumulasi lipid Lesi komplikata
Aterosklerosis
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
Penurunann kontraktilitas miokard
Kelemahan miokard Vol akhir diastolik ventrikel kiri Tekanan atrium kiri
Iskemia
Infark Miokard
Komplikasi: Gagal jantung kongesti Perikarditis Ruptur jantung Aneurisma jantung Defek septum ventrikel Disfungsi otot papilars Tromboembolisme
Tekanan vena pulmonalis meningkat
Nyeri akut
Hipertensi kapiler paru
Odem paru
Penurunan curah jantung
Gangguan pertukaran gas 8
Tidak seimbang kebutuhan dengan suplai oksigen
Metabolisme anaerob meningkat
Asaam laktat mengkat
Nyeri dada
Kurang informasi Tidak tahu kondisi dan pengobatan (klien dan keluarga bertanya) Kurang pengetahuan Ansietas
Suplai darah ke jaringan tidak adekuat
Kemahan fisik
9
Intoleransi aktivitas
B. KONSEP KEPERAWATAN PENGKAJIAN (ErvinAmbeua, 2018) Pengkajian Primer : a. Airways Tidak adanya obstruksi jalan nafas tidak ada suara nafas tambahan pada klien saat bernafas b. Breathing I : Frekuensi nafas tidak teratur, tidak ada jejas pada dada,abdomen frekuensi nafas 24>3 detik,akral hangat,conjungtiva tidak anemise,terpasang kateter,infus sed cairan rl 60 tetes/menit d. Disability GCS : E4 V5 M6, kesadaran CM, pupil isokor kanan-kiri,kekuatan otot ekstremits atas 5-5 dan ekstremitas bawah 5-5 e. Expouse Suhu 36,5C, akral hangat, tidak ada fraktur atau jejas
Pengkajian Sekunder (ErvinAmbeua, 2018) : a. Sistem kardiovaskuler Tanda : ST elevasi, irama ireguler, terdapat bunyi jantung S3,S4/Irama gallop dan murmur, Hamman’s sign (bunyi udara beriringan dengan denyut jantung menandakan udara di mediastinum), hipertensi atau hipotensi b. Sistem pernafasan Gejala : tidak ada kesulitan dalam bernafan,
10
Tanda : irama nafas teratur, pengembangan dada kanan dan kiri sama tidak ada krepitas, sonor pada semua lapang paru, tidak ada suara nafas tambahan. c. Sistem integumen pucat, tidak adanya krepitasi sub kutan, , cemas, gelisah, bingung. d. Sistem musculoskeletal : tidak ada edema pada ektremitas atas dan bawah, kekuatan otot dari 5- 5 e. Sistem endokrin : Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid f. Sistem gastrointestinal : Adanya mual atau muntah, kadang disertai konstipasi. g. Sistem neurologi : Nyeri di dada kiri seperti di tusuk,hilang timbul 2 menit sekali,skala nyeri 4 h. Sistem urologi : Penurunan haluaran urine i. Sistem reproduksi : Tidak ada masalah pada reproduksi. Tidak ada gangguan pada alat reproduksi. j. Sistem indera
Penglihatan : penglihatan agak rabun bila melihat jauh.
Pendengaran : tidak ada masalah dalam pendengaran
Penciuman : tidak ada masalah dalam penciuman
Pengecap : tidak ada masalah dalam pengecap
Peraba : tidak ada masalah dalam peraba, sensasi terhadap panas/dingin tajam/tumpul baik.
k. Sistem abdomen : Biasanya kondisi disertai atau tanpa demam. l. Nyeri/Kenyamanan Gejala : nyeri pada satu sisi dada kiri, nyeri tajam seperti di tusuk tusuk,terasa panas dapat menjalar ke leher, bahu dan tembus ke belakang, serangan tiba-tiba hilang timbul skala nyeri 4 Tanda : Melindungi bagian nyeri, perilaku distraksi, ekspresi meringis m. Keamanan Gejala : riwayat terjadi Tuborculosis 11
n. Penyuluhan/pembelajaran - Gejala : riwayat factor resiko keluarga dengan tuberculosis
1. DIAGNOSA Diagnosa menurut nanda (2015) adalah sebagai berikut : a.
Nyeri akut b.d agen injuri (fisik) iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri.
b.
Penurunan curah jantung b.d perubahan faktor-faktor listrik, penurunan karakteristik miokard.
c.
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d iskemik, kerusakan otot jantung, penyempitan/ penyumbatan pembuluh darah arteri koronaria.
d.
Ansietas b.d ancaman aktual terhadap integritas biologis
e.
Kurang pengetahuan b.d kurang informasi tentang fungsi jantung/ implikasi penyakit jantung.
2. INTERVENSI Intervensi menurut NIC dan NOC (2013) adalah sebagai berikut : a. Nyeri akut b.d agen injuri (fisik) iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri. Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan nyeri akut dapat teratasi
Menajemen nyeri
dengan kriteria hasil :
Lakukan pengkajian nyeri secara komperhensif termaksud
Mampu mengontrol nyeri, mampu
lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi
menggunakan teknik non
,kualitas,dan faktor presipitasi
farmakologi untuk mengurangi nyeri
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
12
Gunakan teknik komunikasi terapiutik untuk mengetahui
menajemen nyeri
pengalaman nyeri pasien
Mampu mengenali nyeri
Kontrol lingkungan yang dapat
(skala,intensitas,frekuensi,dan
mempengaruhi nyeri seperti suhu
tanda nyeri)
ruangan, pencahayaan dan
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri Pilih dan lakukan penangan nyeri (farmakologi,non farmakologi dan interpersonal)
Ajarkan tentang teknik non farmakologi
Tingkatkan istirahat
Gunakan teknik relaksasi BONOSN
Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
b. Penurunan curah jantung b.d perubahan faktor-faktor listrik, penurunan karakteristik miokard. Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan penurunan curah jantung dapat teratasi dengan kriteria hasil :
Cardiac care :
Evaluasi adanya nyeri
Catat adanya tanda dan gejala
Ttv dalam rentang normal
Dapat mentoleransi aktivitas, dan
Monitor status kardiovaskuler
tidak ada kelelahan
Monitor balance cairan
Tidak ada edem paru, perifer,dan
Monitor adanya perubahan TD
tidak ada ansietas
Monitor respon pasien terhadap
penurunan cardiac put put
Tidak ada penurunan kesadaran
13
efek pengobatan antiaritmia
Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
Monitor adanya dyspneu,fatigue,takipneu,dan ortopneu
Anjurkan untuk menurunkan stres
Motinor TTV :
Monitor TTV
Catat adanya fluktuasi TD
Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
Monitor jumlah dan irama jantung
Monitor suara paru
Identivikasi penyebab perubahan vital sign
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d iskemik, kerusakan otot jantung, penyempitan/ penyumbatan pembuluh darah arteri koronaria. Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan Ketidakefektifan perfusi
Menajemen sensation perifer :
jaringan perifer dapat teratasi dengan
Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap
kriteria hasil :
panas/dingin/tajam/tumpul
Monitor adanya paretese
sirkulasi yang di tandai dengan :
Montitor kemampuan BAB
TTD dalam rentang
Kolaborasi pemberian analgetik
normal
Diskusi mengenai penyebab
a. Mendemonstrasikan status
Tidak ada ortostatik
perubahan sensasi
hipertensi
Tidak ada tanda tanda
14
dari
peningkatan tekanan intrakarnial (tidak lebih dari 15 mmhg) b. Mendemonstrasikan kemampuan kongnitif yang di tandai dengan
Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan
Menunjukan konsentrasi dan orientasi
Memproses informasi
Membuat keputusan dengan benar
d. Ansietas b.d ancaman aktual terhadap integritas biologis Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Setelah di lakukan tindakan keperawatan di harapkan Ansietas dapat teratasi
dengan kriteria hasil :
Penurunan kecemasan :
menenangkan
Klien mampu mengindentifikasi
dan mengungkapkan gejala cemas
Gunakan pendekatan yang
yang di rasakan selama prosedur
Mengindentifikasi, mengungkapkan dan menunjukan tehnik untuk mengontrol cemas
Jelaskan semua prosedur dan apa
Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
Dengarkan dengan pernuh
TTV dalam batas normal
Postur tubuh, ekspresi
Identtivikasi tingkat kecemasan
wajah,bahasa tubuh dan tingkat
Dorong pasien untuk
perhatian
aktivitas menunjukan
mengungkapkan apa yang
15
berkurangnya kecemasan
menimbulkan kecemasan
Intruksi pasien dengan teknik relaksasi
Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
e. Kurang pengetahuan b.d kurang informasi tentang fungsi jantung/ implikasi penyakit jantung.
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Setelah di lakukan tindakan keperawatan
Berikan penilaian tentang tongkat
di harapkan kurang pengetahuan dapat
pengetahuan pasien tentang proses
teratasi dengan kriteria hasil :
penyakit
Pasien dan keluarga menyatakan
penyakit,kondisi,prognosis,dan
Jelaskan tanda dan gejala yang muncul dengan cara yang tepat
program pengobatan
Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang di jelaskan secara benar
Jelaskan patofisiologis dari penyakit
paham tentang
Diskusikan gaya hidup yang baik dengan keluarga dan pasien
Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang di jelaskan perawat dan tim kesehatan lainya
16
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN SISTEM PADA KLIEN DENGAN NYERI ST elevation myocardial infarction (STEMI)
A. PENGKAJIAN 1. Identitas Nama
: Tn. S
No Reg
: ***
Usia
: 46 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Semarang
Tanggal masuk RS
: 21 agustus 2018
Tanggal pengkajian : 21 agustus 2018 Diagnosa Medis
: ST elevation myocardial infarction (STEMI)
2. Riwayat Penyakit a. Keluhan utama : Klien nyeri pada dada tembus sampai ke belakang,nyerinya datang setiap 2 menit sekali hilang timbul,nyerinya seperti di tusuk tusuk dan terasa panas,skala nyeri 4 b. Riwayat penyakit sekarang Keluarga mengatakan sejak kurang lebih 3 hari yang lalu pasien tampak lemas dan nyeri pada area dada kiri tembus ke belakang. pagi jam 09.00 wib pasien tiba – tiba lemas tidak bertenaga dan keringat dingin serta nyeri dada kiri dan oleh keluarga pasien diantar ke IGD ROEMANI. Pukul 10.00 wib pasien tiba di IGD RS ROEMANI dan mendapat penanganan oleh dokter dan perawat. Hasil pemeriksaan di IGD didapatkan pasien tampak sangat lemas, tensi 130/70 mmHg, Nadi 72x/mnt, RR 19x/mnt, Spo2 98x/mnt, suhu 36,5°c. Pasien mendapat terapi Infus RL grojok 1 flesh dan dilanjutkan 20
17
tts/mnt. Pasien juga dilakukan pemeriksaan CT Csan kepala, ECG dan laboratorium. Hasil pemeriksaan kadar kolesterol dalam darah 255 dan oleh dokter IGD pasien di rawat di ruang ICU. Tanggal 21/08/2018 pukul 10.30 WIB pasien dipindahkan oleh perawat di ICU. Pemeriksaan TTV jam 10.30 wib Tensi 130/70, nadi 54x/mnt, RR 20x/mnt dan Spo2 94%. c. Riwayat penyakit dahulu Keluarga mengatakan 1 tahun lalu pernah menderita nyeri dada dan hanya membiarkan saja tanpa memeriksa ke dokter atau RS. Keluarga mengatakan pasien tidak memiliki alergi terhadap makanan dan obat – obatan.
3. Pengkajian Primer a. Airways (jalan nafas) Tidak adanya obstruksi jalan nafas tidak ada suara nafas tambahan pada klien saat bernafas,terpasang nasal kanul 3 lpm b. Breathing
RR : 23, Pola nafas normal
Penggunaan alat bantu nafas dengan nasal kanul 3 lpm
FiO2 : 35 %, SpO2 : 97%
Tidak ada suara nafas tambahan
c. Circulation
Nadi : 135 x/m, tidak teratur dan lemah
TD : 152/89 mmHg
MAP : 121 mmHg
Ekstremitas hangat, kemerahan
Pengisian kapiler < 3 detik
Terpasang cairan RL 60 tpm
d. Disabillity
Kesadaran CM
18
GCS : E4, V5, M:6
Pupil isokor 2 mm
Reaksi cahaya +/+
Kekuatan tonus otot 5
5
5
5
e. Eksposure
Tidak ada fraktur atau jejas
Suhu 36,5 oC
Abdomen datar, turgor kulit, mukosa bibir lembab
4. Pengkajian Sekunder a. Riwayat Alergi : tidak ada b. Penilaian nyeri : tidak ada c. Resiko jatuh : tidak ada d. Data penunjang : 1) Lab Darah Hari/
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai Normal
Tanggal
Hasil
Minggu/
Hemoglobin Leukosit 21-8-2018 Thrombosit Hematokrit Eritrosit Kolesterol Ureum Creatinin SGOT SGPT 21-8-2018 Foto CT SCAN 21-8-
Ket
EKG
13,4 13,24 302 38,57 4,58 255 17 0,97 18 15 Normal St elevasi
2018
Klinis : kesadaran CM
19
g/dl 10^3/ul 10^3/ul % 10^6/ul Mg/dl Mg/dl Mg/dl IU/L IU/L
14-18 4-11 150-450 36-47 4,2-5,4 70-110 15-45 0.60-1.30 1-38 1-41
Normal Normal Normal Normal Normal High Normal Normal Normal Normal
Cor
Pulmo : Normal
: CTR = 52%, aorta baik
Kesimpulan : Cor tidak membersar Pulmo gambaran bronchopneumania
2) Therapy
Hari/Tgl
Jenis Terapi
Dosis
Golongan dan Fungsi Kandungan
21 – 08 - Cairan IV : 2018 - Infus Ringer 90 Komposisi: Per Sumber elektrolit laktat 60 tpm. tetes/menit 1000 dan air untuk hidrasi. mL Natrium laktat 3,1 gram, NaCl 6 gram, KCl 0,3 gram, CaCl2 0,2 gram, air untuk injeksi adalah 1,000 mL. ORAL: cpg
1×75 mg
Analgetik bebas
aspilet
1×1 50mg
Obat resep
isosorbide dinitrate
3>