Makalah Fix Kel Ruptur Uteri [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PATOFISIOLOGIS DALAM KASUS KEBIDANAN “Ruptur Perineum Derajat III dan IV” Dosen Pembimbing : Ira Titisari, S.SiT, M.Keb



Semester 1 Disusun Oleh: 1. Berty Pritasari



(P17312205058)



2. Beta Riyadus Sholihah



(P17312205059)



3. Jihan Pramecwari P.P



(P17312205060)



4. Afifah Maulina W. M



(P17312205061)



5. Ratih Sukesi



(P17312205062)



6. Alifya Likuida Ainur R.



(P17312205063)



7. Arini Nafisatul K.



(P17312205064)



8. Maria Dorotea Inaq



(P17312205065)



POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN DI KEDIRI TA. 2020/2021



KATA PENGANTAR Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah



memberikan



rahmat



dan



karunia-Nya



sehingga



penyusun



dapat



menyelesaikan makalah patofisiologi dalam kasus kebidanan ini dengan judul “Ruptur Perineum Derajat III dan IV”. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah patofisiologi kebidanan poltekkes malang program studi profesi kebidanan kediri. Dalam penyusunan makalah ini, menyampaikan ucapan terimakasih kepada dosen mata kuliah patofisiologi dalam kasus kebidanan. Penyusun menyadari bahwa dalam Menyusun makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk sempurnanya makalah ini. Akhir kata penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca.



Kediri, 22 Agustus 2020



Penyusun



ii



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.........................................................................................ii DAFTAR ISI........................................................................................................iii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang......................................................................................1 1.2 Tujuan...................................................................................................2 1.2.1 Tujuan Umum..............................................................................2 1.2.2 Tujuan Khusus.............................................................................2 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Ruptur Perineum...................................................................................3 2.1.1 Anatomi Perineum Wanita..........................................................3 2.1.2 Definisi Ruptur Perineum ...........................................................5 2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Ruptur Perineum...........................5 2.1.4 Klasifikasi Ruptur Perineum ......................................................7 2.1.5 Tanda dan Gejala Laserasi Perineum .........................................9 2.1.6 Dampak Laserasi Perineum ........................................................10 2.1.7 Komplikasi Ruptur Perineum......................................................11 2.1.8 Penanganan Ruptur Perineum ....................................................12 2.1.9 Langkah Penjahitan Ruptur Perineum.........................................12 2.1.10 Konsep Askeb...........................................................................13 2.2. Asuhan Kebidanan SOAP.....................................................................23 BAB 3 PEMBAHASAN......................................................................................33 BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan...........................................................................................35 4.2 Saran.....................................................................................................35 DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................36



iii



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyebab kematian janin dalam rahim paling tinggi yang berasal dari faktor ibu adalah penyulit kehamilan seperti ruptur uteri. Ruptur uteri merupakan salah satu bentuk perdarahan yang terjadi pada kehamilan lanjut dan persalinan, selain plasenta previa, solusio plasenta, dan gangguan pembekuan darah. Penyebab kematian janin dalam rahim paling ting-gi oleh karena faktor ibu yaitu ibu dengan penyulit kehamilan ruptur uteri. Ruptura uteri atau robekan rahim merupakan peristiwa yang amat membahayakan baik untuk ibu maupun untuk janin. Ruptura uteri dapat terjadi secara komplet dimana robekan terjadi pada semua lapisan miometrium termasuk peritoneum dan dalam hal ini umumnya janin sudah berada dalam cavum abdomen dalam keadaan mati ; ruptura inkomplet, robekan rahim secara parsial dan peritoneum masih utuh dengan angka kejadian sekitar 0.5%. Terjadinya ruptura uteri pada seorang ibu hamil atau sedang bersalin masih merupakan suatu bahaya besar yang mengancam jiwanya dan janinnya kematian ibu dan anak karena ruptura uteri masih tinggi. Insidens dan angka kematian yang tertinggi kita jumpai di negara-negara yang sedang berkembang, seperti Afrika dan Asia. Angka ini sebenernya dapat diperkecil bila ada pengertian dari para ibu dan masyarakat.Prenatal care, pimpinan partus yang baik, disamping fasilitas pengangkutan dari daerah-daerah perifer dan penyediaan darah yang cukup juga merupakan faktor yang penting. Ibuibu yang telah mengalami pengangkatan rahim, biasanya merasa dirinya tidak sempurna lagi dan takut diceraikan oleh suaminya. Oleh karena itu, diagnosa yang tepat serta tindakannya yang jitu juga penting.



1



1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan umum Mahasiswa mampu memahami kasus ruptur jalan lahir derajad III dan IV 1.2.2 Tujuan khusus 1. Mahasiswa mampu memahami teori ruptur jalan lahir serajat III dan IV 2. Mahasiswa mampu memahami anatomi robekan jalan lahir derajat III dan IV 3. Mahasiswa mampu memahami komplikasi robekan jalan lahir serajat III dan IV



2



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruptur Perineum 2.1.1 Anatomi PerineumWanita Perineum adalah regio yang terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm. Saat persalinan, tidak hanya ditentukan oleh organ-organ genitalia interna saja seperti uterus dan vagina, tetapi bagian seperti otot-otot, jaringan-jaringan ikat dan ligamen- ligamen juga mempengaruhi jalan lahir. Otot-otot yang menahan dasar panggul dibagian luar adalah musculus sphincter ani externus, musculus bulbocavernosus yang melingkari vagina, dan musculus perinei transversus superfisialis. Lebih ke dalam lagi ditemukan otot dalam yang paling kuat, disebut diafragma pelvis, terutama musculus levator ani yang berfungsi menahan dasar panggul. Letak musculus levator ani ini sedemikian rupa dan membentuk sebuah segitiga di bagian depan, disebut trigonum urogenitalis. Di dalam trigonum ini terdapat uretra, vagina dan rectum. Perineum terdiri atas diafragma urogenital dan bagian bawah dari



genitalia



eksterna. Regiourogenital berhubungan dengan



pembukaan dari sistem urinaria dan system reproduksi. Sedangkan regio anal terdiri atas anus dan musculus sphincter ani externus. Perineum terletak di bawah diafragma pelvis. Perineum merupakan area berbentuk belah ketupat bila dilihat dari bawah, dan dapat dibagi menjadi regio urogenital dan regio anal di posterior oleh garis yang menghubungkan tuberositas ischii secara horizontal. Perineum bila dilihat dari bawah dengan tungkai abduksi berbentuk berlian dan di anterior dibatasi oleh symphisis pubis, posterior oleh ujung os. coccygis, dan lateral oleh tuber ischiadicum.



3



1. Regio anal a. Carnalis analis Panjang kanalis sekitar 4 cm dan membentuk sudut posteroinferior. b. Sphincter ani Terdiri dari komponen sphincter externa dan interna. Sphincter ani interna merupakan lanjutan dari otot polos sirkular rektum. Sphincter ani externa menyatu dengan puborectalis membentuk area penebalan yang disebut anulus anorectalis. c. Fossa ischiorectalis Terletak di kedua sisi canalis analis. Dinding medial dan lateral fossa ischiorectalis adalah m. levator ani dan canalis analis serta obturatorius internus. Fossa terisi oleh lemak. 2. Regio Urogenital Regio ini berbentuk segitiga. Membrana perinealis merupakan lapisan



fasia



kuat



yang



melekat



ke



tepi trigonum



urogenitalis. Pada wanita, membran ini ditembus oleh uretra dan vagina. a. Vulva Merupakan istilah untuk menyebut genitalia eksterna wanita. Mons pubis merupakan tonjolan lemak



yang



menutupi



symhphisis pubis dan os. pubis. Labia mayora adalah bibir berlemak yang memiliki rambut yang meluas ke posterior dari mons pubis. Labia minora terletak di sebelah dalam labia mayora dan di posterior menyatu membentuk fourchette.



4



b. Uretra Pada wanita, uretra berukuran pendek sekitar 3-4 cm. Faktor ini menyebabkan



predisposisi



infeksi



saluran



kemih



akibat



penyebaran organisme. Uretra berjalan dari leher kandung kemih menuju meatus eksterna, meatus ini terletak di antara klitoris dan vagina. c. Vagina Vagina adalah saluran berotot yang berjalan ke arah atas dan belakang dari orificium vagina. Pasokan darah vagina didapat dari a. vaginalis dan cabang vaginalis a. uterine. 2.1.2 Definisi Ruptur Perineum Ruptur adalah robek atau koyaknya jaringan secara paksa. Sedangkan perineum adalah



lantai pelvis dan struktur



yang



berhubungan yang menempati pintu bawah panggul; bagian ini dibatasi disebelah anterior oleh symphisis pubis, di sebelah lateral oleh tuber ischiadicum, dan di sebelah posterior oleh os. Coccygeus. Tempat yang paling sering mengalami perlukaan akibat persalinan adalah perineum. Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada saat bayi lahir baik secara spontan maupun dengan menggunakan alat atau tindakan. Robekan terjadi hampir pada semua primipara. Pada dasarnya, robekan perineum dapat dikurangi dengan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui kepala janin terlalu cepat. 2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Ruptur Perineum Ruptur perineum dapat diikuti pada setiap persalinan pervaginam, tetapi terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan risiko ruptur derajat 3 sampai 4, diantaranya adalah nullipara, proses persalinan kala II, posisi persisten oksiput posterior, ras Asia dan penggunaan anestesi local. Berikut adalah faktor yang mempengaruhi: 1. Paritas



5



Adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500 gram yang pernah dilahirkan hidup maupun mati bila berat badan tidak diketahui maka dipakai umur kehamilan lebih dari 24 minggu. Robekan



perineum



hampir terjadi pada



semua



persalinan



pertama (primipara) dan tidak jarang pada persalinan berikutnya (multipara). 2. Berat lahir bayi Semakin besar berat bayi yang dilahirkan meningkatkan risiko terjadinya ruptur perineum. Bayi besar adalah bayi yang begitu lahir memiliki berat lebih dari 4000 gram. Hal ini terjadi karena semakin besar berat badan bayi yang dilahirkan akan meningkatkan risiko terjadinya ruptur perineum karena perineum tidak cukup kuat menahan regangan kepala bayi dengan berat badan bayi yang besar, sehingga pada proses kelahiran bayi dengan berat badan bayi lahir yang besar sering terjadi ruptur perineum. Kelebihan berat badan dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya ibu menderita diabetes mellitus, ibu yang memiliki riwayat melahirkan bayi besar, faktor genetik, dan pengaruh kecukupan gizi. Berat bayi lahir normal adalah sekitar 2500 sampai 4000 gram. 3. Cara mengejan Kelahiran kepala harus dilakukan cara-cara yang telah direncanakan untuk memungkinkan lahirnya kepala dengan pelanpelan.



Lahirnya kepala dengan



pelan-pelan dan sedikit demi



sedikit mengurangi terjadinya laserasi. Penolong harus mencegah terjadinya pengeluaran kepala yang tiba-tiba oleh karena ini akan mengakibatkan laserasi yang hebat dan tidak teratur, bahkan dapat meluas sampai sphincter ani dan rektum. Pimpinan mengejan yang benar sangat penting, dua kekuatan yang bertanggung jawab untuk lahirnya bayi adalah kontraksi uterus dan kekuatan mengejan. 4. Elastisitas perineum Perineum yang kaku dan tidak elastis akan menghambat persalinan kala II dan dapat meningkatkan resiko terhadap janin.



6



Juga menyebabkan robekan perineum yang luas sampai tingkat 3. Hal ini sering ditemui pada primigravida berumur diatas 35 tahun. 5. Umur ibu 35 tahun Pada



umur



150 cc



3. Analisa Dx



: P...A... Inpartu kala IV



Masalah



:-



4. Penatalaksanaan Kala IV Tgl/Ja



Penatalaksanaan



m 1. Pantau keadaan umu ibu 2. Pantau temperature suhu ibu setiap 2 jam sekali 3. Nilai perdarahan pervaginam setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada 1 jam kedua. 4. Ajarkan ibu menilai konstraksi uterus dan jumlah darah yang keluar. 5. Pantau tekanan darah, nadi, TFU, kandung kemih, darah yang keluar setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit setiap 1 jam kedua pada kala IV. 6. Bersihkan ibu dan tempat bersalin menggunakan air DTT.



22



Ket



7. Ajarkan klien untuk masase uterus untuk membuat konstraksi uterus menjadi lebih baik. 8. Fasilitas bounding bertahap kepada ibu. 9. Ajarkan mobilisasi bertahap kepada ibu (miring kanan-kiri, duduk) 10. Fasilitasi pemenuhan nutrisi makan atau minum serta istirahat kepada ibu. 11. Melengkapi Dokumentasi. 2.2 Asuhan Kebidanan SOAP Tanggal pengkajian



: 21 Agustus 2020, Jam 08.00 WIB



Tempat pengkajian



: Ruang Bersalin RS “C”



1. Subjektif a. Identifikasi Nama



: Ny “E” / Tn “M”



Umur



: 20 th / 32 th



Suku



: Jawa / Jawa



Agama



: Islam / Islam



Pendidikan



: SMU / SMU



Pekerjaan : IRT / Pengusaha Menikah : 1 kali Alamat



: Jl. Veteran Selatan No.1



b. Keluhan Utama Ibu mengatakan hamil Usia Kehamilan 39-40 minggu, sudah merasakan kenceng teratur dan mengeluarkan lendir darah sejak pukul 05.00 WIB, datang ke RS jam 08.00 WIB. Ibu mengeluarkan cairan ketuban. Ibu mengatakan cemas dengan keadaannya saat ini. c. Riwayat Kesehatan Lalu dan Sekarang 1) Tidak ada riwayat penyakit serius, seperti : DM, Tumor, Hipertensi, PMS, dan TBC. 2) Tidak ada riwayat penyakit yang menyertai kehamilan, seperti : sakit kepala hebat, nyeri perut hebat, dan kering.



23



3) Tiadak ada riwayat ketergantungan obat, alcohol, dan merokok. d. Riwayat Persalinan 1) Persalinan



: tanggal 22 Agustus 2020, Jam 14.00 WIB



2) Tempat persalinan



: RS



3) Penolong



: Dokter dan Bidan Rs



4) Jenis persalinan



: Spontan



5) Kala 1 : kala 1 berlangsung + 8 jam 6) Kala 2 : kala 2 berlangsung + 20 menit. Ibu melahirkan secara normal (pervaginam) 7) Kala 3 : dilakukan manajemen aktif kala 3. Plasenta lahir lengkap (selaput dan kotiledon lengkap), perdarahan + 100cc, Ruptur perineum tk.3, lamanya kala 3 adalah 5 menit. 8) Kala 4 : kala 4 berlangsung normal, pemantauan kala 4 dilakukan sampai 6 jam postpartum 9) Keadaan bayi: a) BBL



: 3600 gram



b) PBL: 53 cm c) Jenis Kelamin



: laki-laki



d) Apgar Score



: 8/10



e) Kulit Kemerahan f) Konjungtiva merah muda g) Sclera tidak icterus h) Tali pusat masih basah dan terbungkus betadhine dan kasa steril, tidak ada tanda-tanda infeksi e. Riwayat Kehamilan No



Kehamilan Ke



1



P



UK Komp



E



R



Persalinan Jenis Penol



S



A



Temp



L



Anak Komp



I



f. Riwayat reproduksi



24



L



BB/



T/



H/



/P TB



G



M



N



N



-



A



Nifas Komp



I



Lam Ko a



mp



N



I



1) Menarche



: 13 tahun



2) Siklus haid



: 28-30 hari



3) Lamanya haid : 5-6 hari 4) Keluhan haud : ada nyeri tapi tidak terlalu mengganggu. 5) HPHT



: 18-11-2019



6) TP



: 25-8-2020



g. Riwayat Pernikahan Nikah satu kali, umur 20 tahun, lama perkawinan dengan suami sekarang 11 bulan. h. Riwayat Kehamilan Sekarang 1) TM 1: ibu periksa 1x, keluhan mual, minum vit c, tablet Fe 20 tablet 2) TM 2: ibu periksa 1x, tidak ada keluhan, minum vit c, kalk, Fe 30 tablet 3) TM 3: ibu periksa 2x, tidak ada keluan, minum vit c, kalk, Fe 50 tablet 4) Ibu telah memeriksakan kehamilannya > 4 kali di BPM dan telah mendapat imunisasi TT sebanyak 2 kali. a) TT 1



: Tanggal 24-12-2019



b) TT 2



: Tanggal 25-2-2020



i. Pola Sehari-hari 1) Pola Nutrisi Selama hamil : Ibu makan  3x/hari, tiap makan habis 1 piring sedang dengan komposisi nasi, sayuran hijau dan lauk pauk seadanya. Ibu minum 8-9 gelas / hari , jenis minuman air putih dan air the Selama di RS : Minum air teh 2 gelas, makan habis ½ porsi 2) Pola Eliminasi Selama hamil : BAB 1x/ hari konsistensi lembek, BAK 5-6x/hari berwarna jernih, lancer Selama di RS : BAK 4x 3) Pola Istirahat



25



Selama hamil : Ibu tidur ± 8-9 jam/hari, siang ±1 jam dan malam ± 6-7 jam Selama di RS : Ibu belum tidur  4) Pola Aktifitas Selama hamil : Ibu melakukan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, memasak sendiri Selama di RS : Ibu berbaring ditempat tidur dengan mobilisasi miring kanan/miring kiri



5) Pola Personal Higiene Selama hamil : Ibu mandi 2x sehari, gosok gigi 2x/hari, ganti baju 2x/hari dan  ganti celana dalam celana dalam tiap kali mandi j. Riwayat KB Ibu belum pernah menggunakan KB. 2. Objektif a. Pemeriksaan Umum Keadaan Umum : baik Kesadaran



: composmentis



TTV: TD : 110/70 mmHg



Rr



:18x/menit



BB



:58 kg



N : 80x/menit



S



: 36.6 C



TB



:160cm



b. Pemeriksaan Fisik Muka



: oedema (-), pucat (-)



Mulut



: bersih, caries gigi (-)



Leher



: Pembesaran kelenjar tyroid (-), pembesar kelenjar limfe(-), bendungan vena jugularis (-)



Dada



: simetris, benjolan abnormal (-), hiperpigmentasi aerola, kedua puting menonjol, colostrum (+/+)



Abdomen : Luka bekas  operasi (-), hiperpigmentasi pada perut, striae lividae (-), kandung kemih teraba kosong



26



Leopold I : TFU 3 jari di bawah prosesus xipoideus, bagian fundus teraba lunak, bulat dan tidak melenting (bokong). Leopold II : bagian kanan perut ibu teraba bagian janin yang lurus dan datar seperti papan/punggung, bagian kiri perut ibu teraba bagian kecil-kecil janin/ekstremitas (punggung kanan). Leopold III : bagian bawah perut ibu teraba bagian janin yang keras, bulat, melenting (kepala), Leopold IV : bagian terendah janin sudah masuk panggul, sebagian kepala masuk PAP 2/5 bagian (divergen). TFU



: 34 cm, TBJ: 3565 gram. Auskultasi DJJ: punctum maksimum di kanan bawah pusat, frekuensi 144 kali/menit, teratur, kuat. Kontraksi uterus: 3-4 kali/menit, durasi 35 detik, intensitas kuat.



Genetalia : Odema (-), Varises (-), tumor (-), tanda PMS (-), bloodslime (+). VT



: portio lunak, eff 25%, θ 6cm, ket (+), Letkep, UUK jam 12, H II, bagian kecil (-).



Ekstremitas atas



: simetris, oedema -/-



Ekstremitas bawah



: simetris, oedema -/-, verises -/-, reflek



patella +/+ c. Pemeriksaan Penunjang: Goldar



:A



Hb



: 12 gr%



HbsAg



:-



Protein urin : 3. Analisis Ny E G1P0A0 usia 20 tahun UK 39-40 minggu, inpartu kala I fase aktif janin intrauterin, tunggal, hidup (I/T/H).



4. Penatalaksanaan Tgl/Waktu (08.00) 



Penatalaksanaan Ket Memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan



27



bahwa pembukaan belum lengkap dan ibu dianjurkan miring kiri dan kanan (keluarga mengerti). 



Memberikan inform consent pada suami atau keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan (suami setuju).







Menganjurkan teknik relaksasi kepada ibu (ibu faham)







Menganjurkan keluarga untuk memberikan kebutuhan nutrisi kepada ibu (keluarga mengerti)







Menyiapkan lembar observasi dan partograf.



Catatan perkembangan S : Ibu mengatakan tidak bisa menahan untuk meneran dan ingin BAB O : K/U : Baik



Kesadaran : Composmentis



DJJ : + 143 x/mnt



His : 4.10”.45’



VT :V/V taa, θ 10 cm, portio tidak teraba, eff 100%, Ket (-), letkep, uuk jam 12, H3, molase (-), tidak Ada bagian yang menumbung di kanan dan kiri Janin. A : Ny E G1P0A0 Uk 39-40 minggu inpartu kala 2 P: 



Melihat dan mendengar tanda gejala kala 2 (doran, teknus, perjol, vulka)







Memeriksa



kelengkapan



partus



set



dalam



bak



instrument, obat-obat esensial, dan peralatan resusitasi bayi. 



Memakai APD







Melepas perhiasan, cuci tangan, dan keringkan







Memakai sarung tangan steril untuk melakukan pemeriksaan dalam







Memasukkan oksitosin ke dalam spuit







Membersihkan vulva dengan kapas DTT



28







Melakukan pemeriksaan dalam (ket (-))







Mendekontaminasi sarung tangan







Melakukan pemantauan DJJ (145x/mnt)







Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap







Memposisikan ibu senyaman mungkin







Melakukan bimbingan meneran







Meletakkan handuk bersih di perut bawah ibu, jika kepala bayi sudah membuka vulva 5-6cm







Meletakkan kain 1/3 bagian bawah bokong ibu







Membuka partus set dan memeriksa kelengkapan







Memakai sarung tangan steril/DTT pada kedua tangan







Melindungi perineum, 1 tangan berada di bawah vulva untuk melindungi robekan perineum, tangan lainnya menahan



kepala



bagian



belakang



untuk



mempertahankan fleksi dan membantu melahirkan kepala 



Memeriksa adanya lilitan tali pusat (-)







Menunggu kepala putar paksi luar secara spontan







Memegang bayi secara biparietal, mengajari ibu meneran saat ada kontraksi, gerakkan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan kea rah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang







Melakukan sanggah susur (lahir spontan)







Melakukan penilaian selintas, langsung menangis, bergerak aktif (14.00)



(14.00)







Mengeringkan semua badan bayi







Cek fundus







Menyuntikkan Oksitosin 10 IU DI 1/3 paha lateral distal (14.01)







Melakukan perawatan bayi baru lahir normal dengan



29



mengeringkan bayi, memotong dan mengikat tali pusat kemudian melakukan IMD. KALA III S : Ibu merasa mules di bagian perut O : Ku : lemah Kesadaran : CM (14.05)



TFU : setinggi pusat, tidak ada janin kedua. Laserasi : derajat 3 Perdarahan : + 500cc A : Ny E P1A0 inpartu kala III dengan rupture derajat 3 P: 



Memberitahu ibu hasil pemeriksaannya bahwa ibu dalam keadaan kurang baik, ada robekan perineum derajat lll, dan terjadi perdarahan sebanyak 500 cc.







Melihat tanda-tanda pelepasan plasenta (semburan darah, tali pusat memanjang, uterus globular)







Melakukan PTT dan dorso kranial saat ada His







Jika plasenta terlihat di introitus vagina, pilin plasenta searah jarum jam, placenta lahir (06.01)







Melakukan masase uterus 15 kali dalam 15 detik, UC baik







Mengecek kelengkapan plasenta, (plasenta lengkap)







Mengecek laserasi, (laserasi derajat 3)







Melakukan kolaborasi dengan dokter SPOg untuk memberikan terapi dan tindakan lebih lanjut.







Memberikan intramuskuler,



injeksi



metergin



tujuannya



0,2



keluar



unit



secara



menghentikan



perdarahan yang keluar dari pervaginam. 



Melakukan penjahitan secara khusus pada luka robekan perineum derajat III, dan kolaborasi dengan dokter SPOg. Cara penjahitan pada robekan perineum derajat



30



III yaitu, melakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi lokasi laserasi dan sumber perdarahan, memberikan betadin pada luka yang akan dijahit, pasang busi rektum hingga ujung robekan, memulai penjahitan dari ujung robekan dengan jahitan dan simpul submukosa, dengan benang vicryl/dexon no.2/0 hingga ke sfingter ani, jepit kedua sfingter ani dengan kleam dan jahit dengan benang no. 2/0. Lanjutkan penjahitan ke bagian otot perineum dan submukosa dengan benang yang sama (atau cromic no. 2/0). 



Mengobservasi keadaan umum ibu seperti: o TD: 90/60 mmHg, S: 370c,



N: 80x/menit,



jumlah perdarahan yang keluar pervaginam 300 cc, melakukan pendokumentasian. KALA IV S : Ibu merasa lega telah melahirkan bayi dan plasentanya O : KU/ Kesadaran : baik/CM TD : 120/80 Mmhg



S : 36,7 C



N : 82 x/mnt



Rr : 20 x/mnt



A : Ny E P1A0 inpartu kala IV P: 



Mengajarkan ibu untuk masase uterus







Menghitung jumlah kehilangan darah, perdarahan + 250 cc



(14.30)







Membersihkan ibu dengan air DTT







Menganjurkan ibu untuk makan dan minum, ibu bersedia







Meletakkan alat bekas pakai ke larutan klorin







Cuci tangan







Dokumentasi partograf



31



32



BAB 3 PEMBAHASAN Studi Kasus Asuhan Kebidanan pada Ny.E dilaksanakan berdasarkan pengumpulan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Pada pengumpulan data dilakukan melalui anamnesa yang terdiri dari data subjektif dan objektif. Berdasarkan pengumpulan data subjektif dari hasil wawancara ibu yaitu pada tanggal 21 Agustus 2020. Dari pengkajian yang dilakukan pada Ny.E G1P0A0 usia kehamilan 39-40 minggu mengatakan merasa mulas dan nyeri pinggang yang menjalar ke perut bagian bawah dan keluar lendir campur darah dari jalan lahir sejak pukul 05.00 WIB. Setelah itu,diakukan pemeriksaan objektif pada Ny.E didapatkan data hasil pemeriksaan umum, keadaan umum ibu baik kesadaran nya composmentis, keadaan emosional ibu stabil dan dilakukan pemeriksan TTV dengan hasil dalam batas normal. Pada kasus ini Ny.E telah memasuki masa persalinan, sehingga kelompok memberikan asuhan sayang ibu selama proses persalinan dimulai dari kala I sampai kala IV. Ketika memasuki kala IV yaitu setelah terjadinya pengeluaran plasenta, Ny.E mengatakan bahwa ia merasakan nyeri pada daerah jalan lahir dan merasa lemas. Kemudian dilakukan pemeriksaan objektif untuk mengetahui keadaan fisik Ny.E dengan cara inspeksi pada jalan lahir yaitu terlihat pengeluaran pervaginam darah segar dan terlihat adanya robekan, serta melakukan palpasi dengan meraba robekan yang tidak teratur dan kedalaman robekan sampai ke otot perineum (Grade III). Robekan perineum derajat III adalah robekan yang mengenai bagian ukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, dan otot perineum hingga otot spingter anus. Setelah itu melakukan penjahitan secara khusus pada luka robekan perineum



derajat III, dan kolaborasi dengan dokter SPOg. Cara penjahitan pada robekan perineum derajat III yaitu, melakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi lokasi laserasi dan sumber perdarahan, memberikan betadin pada luka yang akan dijahit, pasang busi rektum hingga ujung robekan, memulai penjahitan dari ujung robekan dengan jahitan dan simpul submukosa, dengan benang vicryl/dexon no.2/0 hingga ke sfingter ani, jepit kedua sfingter ani dengan kleam dan jahit dengan benang no. 2/0. Lanjutkan penjahitan ke bagian otot perineum dan submukosa dengan benang yang sama (atau cromic no. 2/0).



33



Menurut teori Suistyawati (2012) perawatan luka perineum yaitu dengan membersihkan vulva setiap kali selesai BAB dan BAK, menganjurkan untuk mengganti pembalut minimal 2 kali sehari. Waktu yang tepat membersihkan luka peineum yaitu saat mandi karena pada saat mandi ibu post partum pasti melepas pembalut setelah terbuka maka kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada pembalut, setelah BAK (buang air kecil) karena pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi kontaminasi air seni pada rectum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu diperlukan pembersihan perineum, setelah BAB (buang air besar) karena pada saat buang air besar diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar anus untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri. Berdasarkan hal ini penatalaksanaan yang telah diberikan bahwa seluruh asuhan yang diberikan kepada klien dapat membantu penyembuhan akibat robekan perineum derajat III serta diharapkan Ny. E agar dapat menjaga kebersihan genitalianya. Pemberian asuhan ini dilakukan secara rutin dengan terus memantau sampai proses penyembuhan luka perineum sembuh dengan sempurna.



34



BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan



Seperti dikatakan sebelumnya, ruptur uteri memberi dampak negatif bagi ibu dan bayi. Konsekuensi yang dialami bayi yang lahir pada kasus ruptur uteri adalah hipoksia atau anoksia janin, asidosis janin (pH arteri umbilikus