Makalah Imunologi Ii - Kel'2 - Autoimun [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH IMUNOLOGI II “ AUTOIMUN ”



DI SUSUN OLEH KELOMPOK II : 1. ASISKA JAYA



(51119007)



2. ECI NOVELA



(51119009)



3. FITRI DESMAYANA



(51119011)



4. MARGARET



(51119016)



5. NADILA TRI MELANI



(51119019)



6. SELVI DAMAYANTI



(51119022)



7. YULINDA MAYANTI PHAYANA



(51119029)



DOSEN PEMBIMBING : NURHIDAYANTI, M. Kes



PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI LABORATURIUM MEDIS FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN IKEST MUHAMMADIYAH PALEMBANG TAHUN AJARAN 2020/2021



1



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Imunologi II tentang “ Autoimun “ ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Nurhidayanti, M. Kes selaku Dosen mata kuliah Imunologi yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangkah menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai “ Autoimun “. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan dating, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat di pahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah di susun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata – kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.



Palembang, 21 September 2021



Penyusun 2



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR....................................................................................................................2 DAFTAR ISI...................................................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang .............................................................................................................4 1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................4 1.3 Tujuan ...........................................................................................................................5 BAB II PEMBAHASAN 2.1. Definisi Autoimun .......................................................................................................6 2.2. Penyebab & Mekanisme Autoimun ..........................................................................6 2.3. Faktor – Faktor Pengaruh Perkembangan Penyakit Autoimun ............................7 2.4. Jenis – Jenis Penyakit Autoimun ...............................................................................8 2.5. Cara Diagnosa Penyakit Autoimun.........................................................................10 2.6. Cara Mengobati Penyakit Autoimun .....................................................................10 BAB III PENUTUP 3.1.Kesimpulan .................................................................................................................12 3.2.Saran ...........................................................................................................................12 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................13



3



BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem imun dalam keadaan normal dapat untuk membedakan diri dari yang bukan dirinya dalam mempertahankan integritas host. Suatu intervensi atau gangguan yang terjadi dapat mengakibatkan reaksi yang berlebihan untuk self-antigen yang menyebabkan Autoimunitas. Peningkatan yang signifikan telah di amati pada penyakit autoimun di seluruh dunia. Namun etiologi dan pathogenesis dari penyakit autoimun ini tetap tidak di ketahui. Adapun yang tergolong penyakit autoimun antara lain Juvenile Idiopatik Artritis (JIA), Multipel Sklerosis, Lupus Eritemetosus Sistematik (SLE), Diabetes Melitus tipe 1, Sindrom Grave, Skleroderma, dan Multipel Sklerosis. Penyakit autoimun menyerang sekitar 8% dari populasi di seluruh dunia, 78% di antaranya adalah perempuan. (K.D. Kumara, dkk. 2016). Autoimun adalah respon imun terhadap antigen jaringan sendiri yang di sebabkan kegagalan mekanisme normal yang berperan untuk mempertahankan Self-Tolerance sel B, sel T atau keduanya. Potensi autoimun di temukan pada semua individu oleh karena limfosit dapat mengekspresikan reseptor spesifik untuk banyak self antigen. Autoimun terjadi karena self-antigen dapat menimbulkan aktivasi, profilerasi serta diferensiasi sel T autorektif menjadi sel efektor yang menimbulkan kerusakan jaringan dan berbagai organ. Baik antibodi maupun sel T atau keduanya dapat berperan dalam pathogenesis penyakit autoimun, seperti Rheumatoid arthritis (RA), dan Systemic lupus erythematosus (SLE). (Purwaningsing Endang, 2013).



1.2. Rumusan Masalah 1. Apa itu Autoimun? 2. Apa penyebab dan mekanisme Autoimun bias terjadi? 3. Apa saja faktor – faktor yang berpengaruh dalam perkembangan penyakit Autoimun? 4. Apa saja jenis – jenis penyakit Autoimun? 5. Bagaimana cara diagnosa penyakit Autoimun? 6. Bagaimana cara mengobati penyakit Autoimun?



4



1.3. Tujuan 1. Mengetahui definisi dari Autoimun 2. Mengetahui penyebab serta mekanisme Autoimun bias terjadi 3. Mengetahui faktor – faktor yang berpengaruh dalam perkembangan penyakit Autoimun 4. Mengetahui jenis – jenis penyakit Autoimun 5. Mengetahui cara diagnosa penyakit Autoimun 6. Mengetahui cara mengobati penyakit Autoimun



5



BAB II PEMBAHASAN



1. Definisi Autoimun Autoimun adalah respon imun terhadap antigen jaringan sendiri yang di sebabkan kegagalan mekanisme normal yang berperan untuk mempertahankan Self-Tolerance sel B, sel T atau keduanya. Potensi autoimun di temukan pada semua individu oleh karena limfosit dapat mengeskpresikan reseptor spesifik untuk banyak self antigen. Autoimun terjadi karena self-antigen dapat menimbulkan aktivasi, proliferasi serta diferensiasi sel T autoreaktif menjadi sel efektor yang menimbulkan kerusakan jaringan dan berbagai organ. Baik antibodi maupun sel T atau keduanya dapat berperan dalam pathogenesis penyakit autoimun, seperti



Rheumatoid Arthritis



(RA), dan



Systemic Lupus



Erythematosus (SLE). (Purwaningsih Endang, 2013). Penyakit Autoimun adalah kondisi yang diinisiasi oleh hilangnya toleransi imunologik terhadap Self-Antigen dan menyebabkan terjadinya kelompok penyakit yang timbul akibat gangguan dari system imun baik spesifik pada organ tertentu maupun mempengaruhi tubuh secara sistematis. Penyakit autoimun terjadi pada sekitar 5% populasi penduduk dunia. Secara umum kejadian penyakit autoimun lebih tinggi pada wanita di banding pria. (Raveinal., & Triansyah Fandi. 2019). Penyakit Autoimun juga merupakan respon imun yang mengakibatkan kerusakan pada jaringan tubuh sendiri serta menggangu fungsi fisiologis tubuh. Penyakit autoimun dapat menyerang bagian tubuh manapun dengan tanda klasik autoimun berupa inflamasi. Autoimun di kategorikan sebagai penyakit yang terus meningkat secara global sejak akhir perang dunia II. Pandemi autoimun mencakup 80 penyakit yang mengalami peningkatan baik insidensi dan prevalensinya. Penyakit ini lebih sering di temukan pada wanita dan merupakan penyebab kematian 10 terbanyak pada anak perempuan dan wanita pada semua usia di Amerika Serikat. (Khasanah Cahya Yulia, 2017).



2. Penyebab dan Mekanisme Autoimun Penyakit Autoimun adalah penyakit yang disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang menyerang jaringan tubuh sendiri. Dalam kondisi normal, sistem kekebalan tubuh akan menjaga tubuh dari serangan organisme asing, seperti bakteri atau virus. Namun, 6



pada penderita autoimun, sistem kekebalan tubuhnya melihat sel tubuh yang sehat tersebut sebagai organisme asing. Sehingga sistem imun tubuh akan melepaskan protein yang disebut autoantibodi untuk menyerang sel-sel tubuh yang sehat. Sel Autoimun terjadi saat respon imun adaptif menyerang self-antigen. Mekanisme autoimun selanjutnya diikuti dengan aktivasi sejumlah besar sel T. Seluruh sel T teraktivasi dikontrol oleh sel T regulators atau Tregs. Tregs memiliki kelemahan yaitu selektifitas dan stabilitas yang rendah. Untuk itu diperlukan rekayasa Treg dengan koekspresi reseptor selektif dan Treg stabilizer. Reseptor selektif yang dapat dimodifikasi dengan sel T adalah Chimeric Antigen Receptor (CAR). CAR diketahui dapat secara selektif menghambat respon imun patologis dan menghentikan inflamasi. CAR dikombinasikan dengan Treg stabilizer yang memberi efek amplifikasi dan stabilisasi yaitu Forkhead box P3 (FoxP3). FoxP3 adalah protein inti yang berfungsi sebagai regulator utama dari perkembangan dan fungsi supresif Tregs dalam mempertahankan self-tolerance. Mekanisme kerja dari sel T regulator merupakan Proses yang kompleks dan berbeda tergantung pada letak reaksi imun, tipe aktivasi dari target supresi, dan status aktivasi Tregs. Dalam tingkat molekular, Mekanisme supresi oleh Tregs dibagi menjadi supresi Sel T konvensional (Tcon), T cell receptor (TCR)-Induced calcium, NFAT, dan NF-κB. Mekanisme kerja Tregs yang pertama yaitu pengeluaran CTLA4 bertarget antigen presenting cell (APC). CTLA4 akan menurunkan CD80 dan CD86 APC sehingga menurunkan kemampuan aktivasi Tcon. Proses supresi cepat oleh Tregs menekan TCRInduced calcium, sinyal NFAT, dan NF-κB yang bertujuan untuk menekan aktivasi Tcon baik jangka pendek maupun panjang. Mekanisme lain yaitu pengeluaran sitokin yang secara langsung bersifat Imunosupresif yaitu IL-10, IL-35, dan TGF-β. Selain itu, Tregs dapat mengaktivasi granzyme sebuah protease serin dan mengonsumsi IL-2 yang sinergis dalam menginduksi apoptosis sel efektor. 3. Faktor – Faktor yang Berpengaruh dalam Perkembangan Penyakit Autoimun Ada beberapa faktor tertentu yang meningkatkan risiko mengidap penyakit autoimun. a. Kelebihan Berat Badan Kelebihan berat badan atau obesitas juga dapat meningkatkan risiko autoimun, yaitu rheumatoid arthritis atau radang sendi psoriatik. Ini terjadi karena 7



berat badan yang lebih banyak, dapat memberi tekanan yang lebih besar pada persendian atau jaringan lemak yang membuat zat yang mendukung peradangan. b. Rokok Tidak hanya menyebabkan penyakit jantung dan paru-paru, merokok juga dapat berisiko lebih tinggi terhadap sejumlah penyakit autoimun. Penyakit autoimun yang dimaksud antara lain, lupus, rheumatoid arthritis, dan hipertiroidisme. c. Infeksi Jika seseorang memiliki kecenderungan genetik atau turunan yang sensitif terhadap infeksi virus atau bakteri tertentu, memiliki risiko lebih besar terhadap penyakit autoimun. Meskipun alasan di balik risiko ini belum jelas, namun para peneliti terus meneliti peran infeksi yang dapat memengaruhi sistem kekebalan atau menjadi penyebab autoimun. d. Jenis Kelamin Jenis kelamin seseorang juga disebutkan menjadi faktor yang berperan aktif terhadap penyakit autoimun. Kaum hawa cenderung memiliki risiko yang lebih besar terkena autoimun dibandingkan laki-laki. Menurut studi tahun 2014, wanita 6,4 persen lebih berisiko terkena ini. e. Usia Tidak hanya jenis kelamin, usia juga dapat meningkatkan risiko seseorang terserang penyakit autoimun. Sebagian besar gangguan autoimun didiagnosis pada orang yang lebih muda dan setengah baya. Meskipun demikian, penyakit berbeda dan kelainan autoimun lainnya seperti rheumatoid arthritis lebih sering terjadi seiring bertambahnya usia seseorang. f. Genetik Salah satu faktor risiko yang dapat menyebabkan seseorang mengidap penyakit autoimun karena faktor genetik. Penelitian menunjukkan, riwayat keluarga merupakan faktor pendukung terkuat untuk penyakit ini. Jika di antara keluarga ada yang mengidapnya, dengan mudah orang tersebut dapat mengidap penyakit itu juga.



8



4. Jenis – Jenis Penyakit Autoimun Beberapa contoh penyakit autoimun dan gejalanya: a. Lupus Lupus dapat memengaruhi hampir semua organ tubuh dan menimbulkan beragam gejala, seperti demam, nyeri sendi dan otot, ruam kulit, kulit menjadi sensitif, sariawan, bengkak pada tungkai, sakit kepala, kejang, nyeri dada, sesak napas, pucat, dan perdarahan. b. Penyakit Graves Penyakit graves dapat menimbulkan gejala berupa kehilangan berat badan tanpa alasan yang jelas, mata menonjol, rambut rontok, jantung berdebar, insomnia, dan gelisah. c. Psoriasis Penyakit ini dapat dikenali dengan kulit yang bersisik dan munculnya bercak merah pada kulit. d. Multiple Sclerosis Gejala yang dapat ditimbulkan oleh multiple sclerosis meliputi nyeri, mati rasa pada salah satu bagian tubuh, gangguan penglihatan, otot kaku dan lemas, koordinasi tubuh berkurang, dan kelelahan. e. Myasthenia Gravis Gejala yang dapat dialami akibat menderita myasthenia gravis adalah kelopak mata terkulai, pandangan kabur, lemah otot, kesulitas bernapas, dan kesulitan menelan. f. Tiroiditis Hashimoto Penyakit ini dapat menimbulkan gejala berupa berat badan naik tanpa sebab yang jelas, sensitif terhadap udara dingin, mati rasa di tangan dan kaki, kelelahan, rambut rontok, dan kesulitan berkonsentrasi. g. Kolitis ulseratif dan Crohn’s disease Gejala yang dapat dialami jika menderita kedua penyakit ini adalah nyeri perut, diare, buang air besar berdarah, demam, dan berat badan turun tanpa sebab.



9



h. Rheumatoid arthritis Rheumatoid arthritis dapat membuat penderitanya mengalami gejala berupa nyeri sendi, radang sendi, pembengkakan sendi, dan kesulitan bergerak. i. Sindrom Guillain Barre Penyakit ini menimbulkan gejala berupa lemas yang jika kondisinya semakin parah dapat berkembang menjadi kelumpuhan. j. Vaskulitis Vaskulitis dapat dikenali dengan gejala demam, penurunan berat badan tanpa alasan yang jelas, kelelahan, tidak nafsu makan, dan ruam kulit.



5. Cara Diagnosa Penyakit Autoimun Untuk mendiagnosis penyakit autoimun, dokter akan melakukan tanya jawab seputar gejala dan keluhan yang dialami pasien, riwayat kesehatan pasien, serta riwayat penyakit di dalam keluarga pasien. Selanjutnya, akan dilakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh. Meski setiap penyakit autoimun memiliki ciri khas, tetapi gejala yang muncul bisa sama. Oleh karena itu, biasanya akan melakukan pemeriksaan penunjang berikut ini untuk memastikan diagnosis: a. Tes ANA (antinuclear antibody), untuk mengetahui aktivitas antibodi yang menyerang tubuh b. Tes autoantibodi, untuk mendeteksi karakteristik antibodi dalam tubuh c. Tes darah lengkap, untuk menghitung jumlah sel darah merah dan sel darah putih d. Tes C-Reactive protein, untuk mendeteksi peradangan dalam tubuh e. Tes sedimentasi eritrosit, untuk mengetahui tingkat keparahan peradangan yang terjadi di dalam tubuh



6. Cara Mengobati Penyakit Autoimun Pengobatan untuk menangani penyakit autoimun tergantung pada jenis penyakit yang diderita, gejala yang dirasakan, dan tingkat keparahannya. Beberapa metode penanganan yang dapat dilakukan adalah:



10



a. Obat-obatan Obat-obatan yang dapat diberikan untuk menangani penyakit autoimun meliputi: 1) Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti ibuprofen atau aspirin, untuk mengatasi nyeri 2) Obat penekan sistem kekebalan tubuh, seperti kortikosteroid, untuk menghambat perkembangan penyakit dan memelihara fungsi organ tubuh 3) Obat anti-TNF, seperti infliximab, untuk mencegah peradangan akibat penyakit autoimun rheumatoid arthritis dan psoriasis b. Terapi pengganti hormon Terapi pengganti hormon dilakukan jika pasien menderita penyakit autoimun yang menghambat produksi hormon di dalam tubuh. Contohnya, pemberian suntik insulin pada penderita diabetes tipe 1 untuk mengatur kadar gula darah atau pemberian hormon tiroid bagi penderita tiroiditis. c. Pencegahan penyakit autoimun Beberapa upaya di bawah ini bisa mengurangi risiko terjadinya penyakit autoimun: •



Berolahraga secara rutin







Tidak merokok







Menjaga berat badan tetap ideal







Menjaga kebersihan tubuh agar terhindar infeksi virus dan bakteri



11



BAB III PENUTUP



3.1 Kesimpulan Autoimunitas adalah respon imun terhadap antigen tubuh sendiri yang disebabkan oleh menkanisme normal yang gagal berperan untuk mempertahankan self-tolerance sel B, sel T atau keduanya. Respon imun terlalu aktif menyebabkan disfungsi imun, menyerang bagian dari tubuh tersebut dan merupakan kegagalan fungsi sistem kekebalan tubuh yang membuat badan menyerang jaringannya sendiri. Sistem imunitas menjaga tubuh melawan pada apa yang terlihatnya sebagai bahan asing atau berbahaya. Bahan seperti itu termasuk mikro-jasad, parasit (seperti cacing), sel kanker, dan malah pencangkokkan organ dan jaringan. Obat yang menekan sistem kekebalan tubuh azathioprine,



chlorambucil,



cyclophosphamide,



(imunosupresan), seperti



cyclosporine,



mycophenolate,



dan



methotrexate, sering digunakan, biasanya secara oral dan seringkali dengan jangka panjang. Tetapi, obat ini menekan bukan hanya reaksi autoimun tetapi juga kemampuan badan untuk membela diri terhadap senyawa asing, termasuk mikro-jasad penyebab infeksi dan sel kanker. Kosekwensinya, risiko infeksi tertentu dan kanker meningkat.



3.2 Saran Dan kami berharap makalah ini dapat bermanfaat pagi pembaca. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak memiliki kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan dan sarana yang kami miliki. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sesalu kami harapkan sehinga dimasa mendatang makalah ini dapat menjadi lebih baik



12



Daftar Pustaka Anggraini, N. 2016. Systemic Lupus Erythematosus. J Medula Unila, Vol.4(4): 117-124. Fairweather D. 2012 Autoimmune Disease : Mechanisms. Encycl life Sci, Vol 21(9):1–6 Purwaningsih Endang. (2013). Disfungsi Telomer pada Penyakit Autoimun. Jurnal Kedokteran Yarsi. Vol.21, No.1 : 041 – 049. K.D. Kumara., R. Niruri., S.N.K.N. Wirandani., L.N. Ulandari., & A.M.D. Diantini. (2016). Angka Kejadian Penyakit Autoimun pada Pasien Anak di RSUP Sanglah Denpasar. Jurnal Farmasi Udayana. Vol.5, No.2 : 30 – 34. Raveinal., & Triansyah Fandi. (2019). Multiple Autoimmune Syndrome pada Pasien Erupsi Obat Alergi akibat Obat Antituberkulosis dengan Hyper IgE. Jurnal Kesehatan Andalas. Vol.8, No.4 : 274 -278. Khasanah Cahya Yulia. (2017). Potensi Koekspresi Chimeric Antigen Receptor (CAR) dan Gen FOXP3 pada Sel T Regulators sebagai Modalitas Terapi Penatalaksanaan Autoimun. Essence of Scientific Medical Journal. Hal. 26 – 30. Pratomo, E, & Syarief, D. (2011). Miracle of Love Dengan Lupus Menuju Tuhan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Roviati, E. (2012). Systemic Lupus Erithematosus (SLE): Kelainan Autoimun Bawaan yang Langka dan Mekanisme Biokimiawinya. Jurnal Scientiae Educatia , Vol 1(2): 22-24 Soeroso J, Isbagio H, Kalim H, dkk. (2009). Osteoartritis. Dalam: Sudoyo W, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing. Yanih, I. (2016). Kualitas Hidup Penderita Systemic Lupus Erythematosus (Sle) Berdasarkan Lupus Qol. Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol 1(3) : 20-27



13