Makalah Inteligensi Dan Kreativitas [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Bakat adalah anugrah yang tidak boleh disia – siakan dan harus dikembangkan secara maksimal. Setiap manusia terlahir dengan memiliki bakat tertentu. Bakat adalah sesuatu yang sudah dimiliki secara alamiah, yang mutlak memerlukan latihan untuk membangkitkan dan mengembangkannya Seperti halnya bakat, kreativitas yang dimiliki oleh seseorang juga anugrah yang harusdipergunakan secara tepat sasaran. Kreativitas, disamping bermakna baik untuk pengembangan diri maupun untuk pembangunan masyarakat , juga merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Kreativitas erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Kreativitas selalu berada dibelakang sebuah penemuan



besar.



Kreativitas dan bakat sangat dibutuhkan individu untuk bisa melewati seleksi alam. Perpaduan keduanya juga sangat diperlukan untuk menghasilkan produk kreativitas yang bermanfaat. Maka dari itu, Pemakalah mengangkat tema kreativitas dan keberbakatan.



1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengertian inteligensi? 2. Bagaimana faktor yang mempengaruhi inteligensi? 3. Bagaimana pengukuran inteligensi? 4. Bagaimana tingkat kecerdasan inteligensi? 5. Bagaimana gangguan inteligensi? 6. Bagaimana pengertian kreativitas? 7. Bagaimana karakteristik individu kreatif? 8. Hubungan inteligensi dan kreativitas? 9. Bagaimana faktor yang mempengaruhi kreativitas? 10. Baga imana hambatan dalam berkreativitas?



1.3 Tujuan Makalah Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Psikologi Kreativitas dan untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang kreativitas.



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Inteligensi 2.2.1



Pengertian Inteligensi Istilah inteligensi berasal dari kata “inteliligere” yang artinya menghubungkan atau menyatukan satu sama lain. Beberapa pengertian inteligensi menurut para ahli adalah sebagai berikut. Menurut Terman, “inteligensi adalah kemampuan untuk berpikir abstrak”. Ebbinghaus mendefinisikan “inteligensi sebagai kemampuan untuk membuat kombinasi”. Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif.



2.2.2



Faktor-faktor yang mempengaruhi inteligensi: 1. Pembawaan, ditentukan oleh sifat dan ciri yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan kita yakni dapat tidaknya memecahkan suatu soal, pertama-tama ditentukan oleh pembawaan kita. Orang itu ada yang pintar dan ada yang kurang pintar. Meskipun menerima pelajaran yang sama, perbedaan itu masih tetap ada. 2. Kematangan, tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tiap organ (fisik mapun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Anak-anak tak dapat memecahkan soal-soal tertentu, karena soal tersebut masih terlampau sukar baginya. Organ dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk melakukan mengenai soal itu. Kematangan berhubungan erat dengan umur. 3. Pembentukan, ialah segala keadaan di luar diri diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Dapat kita bedakan pembentukan sengaja (seperti yang dilakukan di sekolah), dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar). 4. Minat dan pembawaan yang khas, minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. Motif menggunakan dan menyelidiki dunia luar (manipulate and exploring motivasi). Dari manipulasi dan ekplorasi yang dilakukan terdapat dunia luar itu, lama-kelamaan timbullah minat terhadap seuatu. Apa yang membuat minat mendorong seseorang untuk berbuat lebih giat dan lebih baik. 5. Kebebasan, kebebasan itu berarti manusia dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam memecahkan masalah. Manusia memiliki kebebasan memilih metode, juga bebas dalam



memilih masalah sesuai dengan kebutuhannya. Dengan adanya kebebasan ini berarti bahwa minat itu tidak selamanya menjadi syarat dalam perbuatan intelegensi.



2.2.3



Pengukuran Inteligensi (IQ) Tingkat intelegensi seseorang tidak dapat diketahui hanya berdasarkan perkiraan melalui pengamatan, melainkan harus diukur dengan menggunakan alat khusus yang dinamakan tes intelegensi atau Intelligence Quotient (IQ). Walgito (1997) (dalam Khadijah, 2009 : 92) mengemukakan bahwa orang yang dapat dipandang sebagai orang yang pertama menciptakan tes intelegensi adalah Binet. Masyarakat umum seringkali menyamakan istilah IQ dengan intelegensi, padahal keduanya berbeda. Intelegensi adalah kemampuan umum yang dimiliki seseorang (kecerdasan individu sebenarnya yang sifatnya pembawaan/hereditas), sedangkan IQ adalah suatu ukuran tingkat kecerdasan seseorang. Alat yang dianggap paling akurat mengukur kecerdasan seseorang adalah tes IQ, yang tentu saja bila dilakukan secara benar dan dengan orang yang tepat (orang yang diukur kecerdasannya dan psikolog sebagai orang yang tepat melakukan tes IQ bagi seseorang). Hanya saja karena yang diukur adalah sesuatu yang sifatnya tidak konkret, maka tes IQ tidak sepenuhnya dapat dipercaya sebagai penunjukan intelegensi seseorang. Macam-macam tes intelegensi,antara lain:



1. Tes Binet Simon; 2. Brightness test atau tes Mosselon yaitu tes three words (tes 3 kata); 3. Telegram test, yaitu tes membuat berita dalam bentuk telegram; 4. Definitie, yaitu tes mendefinisikan sesuatu; 5. Wiggly test,yaitu tes menyusun kembali balok-balok kecil yang semula tersusun menjadi satu; 6. Stenguest test, yaitu tes mengamati suatu benda sebaik-baiknya, lalu dirusak kemudian diminta membentuk kembali; 7. Absurdity test, yaitu tes mencari keanehan yang terdapat dalam suatu bentuk cerita; 8. Medallion test, yaitu tes menyelesaikan gambar yang belum jadi atau baru sebagian; 9. Educational test (scholastik test), yaitu tes yang biasanya diberikan di sekolah-sekolah.



a. Berdasarkan cara tes yang disebut tes binet-simon sebagai tes intelegensi yang pertama muncul, memperhitungkan 2 hal dalam melakukan tes, yaitu :



1. Umur Kronologis (Cronological Age atau Calender Age atau CA) yaitu umurseseorang sebagaimana yang



ditunjukkan dengan hari kelahirannya atau lamanya ia hidup sejak tanggal lahirnya. 2. Umur mental (mental age disingkat MA) yaitu umur kecerdasansebagaimana yang ditunjukkan oleh hasil tes kemampuan akademik.



Perbandingan kecerdasan itu = umur mental dibandingkan dengan umur kronologis.



Sehingga dapat dirumuskan :



IQ = (MA/CA) x 100%



Caranya :



1. Berikan soal-soal yang sesuai tingkat umur; 2. Tiap pertanyaan (dalam soal) dinilai betul/salah; 3. Tentukan jumlah soal untuk tingkat umur; 4. Jumlahkan nilai tiap kelompok soal; 5. Berikan soal-soal untuk umur dibawahnya, sehingga soal terjawab; 6. Pada kelompok soal tingkat umur yang sudah terjawab kita hentikan; 7. Berikan pertanyaan dari soal untuk umur di atasnya, pada saat anak tersebut tidak dapat menjawab semua pertanyaan, baru dihentikan;(8) Nilai jawaban yang betul kita jumlahkan, itulah umur kecerdasan (MA);(9) Hasil angka akhir setelah dihitung dengan rumus, itulah IQ. Angka akhir tersebut disesuaikan dengan kategori IQ anak atas pedoman Simon,yaitu : a. 140 – ke atas = Luar biasa cerdas (genius) b. 120 – 139



= Sangat Cerdas (superior)



c. 110 – 119



= Pandai (di atas normal)



d. 90 – 109



= Normal



e. 80 – 89



=Dull (di bawah normal)



f. 70 – 79



= Borderline (garis batas potensi)



g. 50 – 69



= Debile



h. 26 – 49



= Embicile



i. 0 -25



= Idiot



Keterangan: 



Idiot: Tingkatan ini termasukkelompok individu terbelakang. Hanya mampu mengcapkan bebrapa kata saja. Juga tidak mampu mengurus diri sendiri, makan, minum, berpakaian, dan kegiatan lainnya. Mereka tidak dapat ditugasi sekalipun sangat sederhana. Pada umumnya harus berbaring selama hidup. Badan lemah, rentan terhadap penyakit, tidak mengetahui bahaya. Tidak bisa dididik dan kebanyakan berumur pendek.







Embisil: Masih dapat belajar bahasa, bisa mengurus diri sendiri, ditugasi ringan seperti mencuci piring, mengepel lantai. IQnya rata-rata anak normal usia 3-7 tahun (MA : 3-7), tidak bisa sekolah bersama anak-anak normal.







Debil: Dapat membaca, menulis, berhitung dalam hitung-hitungan sederhana.banyak di sekolah anak-anak normal, di sekolah masyarakat kurang atau belum maju.







Dull (bodoh): Di bawah kelompok normal dan di atas kelompok terbelakang. Agak lambat dalam belajar, ada yang sulit menuntaskan SLTP, ada yang bisa menyelesaikan SLTP, tetapi sulit tuntas SLTA.







Normal: Kelompok terbesar presentasenya di masyarakat. MA rata-rata = CAnya.







Pandai: termasuk kategori high average (di atas normal)







Sangat cerdas: Pada tingkatan ini, mereka mampu menyelesaikan pendidikan akademi dan biasanya menjadi leader.







Genius: over genius, memecahkan masalah-masalah yang rumit dan sulit.



b. Tes Wechsler Ini adalah tes intelegensi yangdibuat oleh Wechsler Bellevue tahun 1939. Tes ini ada dua macam.Pertama, untuk umur 16 tahun ke atas yaitu Wechsler Adult Intelegensi Scale (WAIS), dan keduates untuk anak-anak yaitu Wechsler Intelegensi Scale for Children (WISC). Tes Wechsler meliputi dua sub, yaitu verbal dan performance (tes lisan dan perbuatan atau keterampilan). Tes lisan meliputi pengetahuan umum, pemahaman, ingatan, mencari kesamaan, hitungan dan bahasa. Sedangkan tes keterampilan meluputi : a)



Menyusun gambar



b)



Melengkapi gambar



c)



Menyusunbalok-balok kecil



d)



Menyusun bentuk gambar



e)



Sandi (kode angka-angka)



Sistem scoring tes Wechsler berbeda dengan Binet-Simon. Jika tes Binet-Simon menggunakan skala umur maka Wechsler dengan skala angka. Pada tes Wechsler setiap jawaban diberi skor tertentu. Jumlah skor mentah itu dikonveksikan menurut daftar table konversi sehingga diperoleh angka IQ. Persamaan tes Wechsler dengan Binet-Simon yaitu keduanya dilaksanakan secara individual (perorangan). Selain dikemukakan di atas masih adalagi tes ntelegensi lain yang dipergunakan, yaitu tes Army Alpha dan Beta. c. Tes Army Alpha dan Beta Ini digunakan untuk men-tes calon-calon tentara di Amerika Serikat. Tes Army Alpha khusus untukcalon tentara yang pandai membaca sedang Army Beta untuk calon yang tidak pandai membaca. Tes ini diciptakan mulanya untuk memenuhi keperluan yang mendesak. Dengan menyeleksi calon tentara waktu Perang Dunia II. Salah satu kelebihannya dibandingkan dengan tes Binet-Simon dan Wechsler adalah tes ini dilaksanakan secara serombongan (kelompok) sehingga menghemat penggunaan waktu. d. Tes Progressive Matrics Tes intelegensi ini diciptakan oleh L. S. Penrose dan J. C. Laven di Inggris tahun 1938. Tes ini dapat diberikan secara rombongan dan perorangan. Berbeda dengan dengan Binet-Simon dan Wechsler, tes ini tidak menggunakan IQ tetapi menggunkaan percentile.



2.2.4



Gangguan Inteligensi (RM) 1. Retardasi mental adalah keadaan dengan inteligensi kurang (abnormal) sejak masa perkembangan atau kedaan kekurangan inteligensi sehingga daya guna social dan dalam pekerjaan seseorang menjadi terganggu. 2. Demensia Demensia adalah kemunduran inteligensi karena kerusakan otak yang sudah tidak dapat diperbaiki lagi.



1.2 Kreativitas 1.2.1 Pengertian Kreativitas Kreativitas adalah kemampuan untuk memecahkan masalah yang memberikan individu untuk menciptakan individu ide-ide asli/ adaptif fungsi kegunaannya secara penuh untuk berkembang. 1.2.2 Karakteristik Individu yang Mendukung Kreativitas 1.



Kesadaran dan kepekaan terhadap masalah yaitu individu memiliki kepekan dan kesadaran yang tinggi terhadap individu daripada individu lain.



2.



Ingatan (memori) yaitu individu kreatif memiliki daya ingat yang tajam.



3.



Kelancaran, individu yang kreatif tempat kemampuan untuk membangkitkan sejumlah ide besar dan mudah.



4.



Fleksibilitas yaitu memiliki kemampuan untuk membangktkan banyak ide.



5.



Disiplin dan keteguhan hati individu tidak hanya mengembangkan ide-ide baru, tetapi bekerja keras dan teguh untuk mengembangkannya.



6.



Keaslian yaitu individu memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang baru dan luar biasa, menggunakan hal-hal dan situasi dengan cara yang luar biasa.



7.



Adaptasi yaitu individu yang kreatif dan terbuka akan baru.



8.



Permainan intelektual, individu yang kreatif memiliki kesukaan untuk menggali permainan ide baru untuk kepentingan mereka sendiri.



9.



Humor, memiliki kemampuan untuk bereaksi secara spontan terhadap kejanggalan makna atau penjelasan.



10. Nonkonformitas, berani mengambil risiko bahkan yang berorientasi pada kegagalan. 11. Toleran terhadap ambiguitas, secara aktif mengusahakan ketidakpastian kompleksitas dan ketidakteraturan baik untuk tantangan yang hadir maupun demi kepuasn yang dihasilkan. 12. Kepercayaan diri, memiliki kepercayaan diri dari dalam dirinya yang berharga terhadap karya mereka dan memiliki pengertian tentang misi dan keharusan. 13. Skeptisime, skeptic terhadap ide-ide yang diterima dan sering memainkan devil’s advocate. 14. Inteligensi, individu yang kreatif memiliki IQ di atas rata-rata.



1.2.3 Hubungan inteligensi dan Kreativitas Kreativitas berkembang karena dipengaruhi faktor dominan inteligensi. Orang yang kreatif, umumnya memiliki inteligensi yang tinggi, atau orang yang inteligensinya tinggi, pada umumnya memiliki kreativitas yang tinggi pula sehingga dapat dikatakan antara kretivitas dan inteligensi itu memiliki hubungan sangat erat.



1.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas a. faktor intrinsik – inteligensi, bakat, minat, kepribadian, dan perasaan. b. faktor ekstrinsik – adat-istiadat, social-budaya, pendidikan, dan lingkungan.



1.2.5 Hambatan kreativitas Secara rinci, hambatan-hambatan kreativitas dapat dijelaskan sebagai berikut: 



Hambatan psikologis Hambatan ini membuat seseorang menjadi tidak bebas dalam mengeksploitasi dan mengubah gagasan, mengalami halangan dalam mengekspresikan kemampuan konseptual, dan kurang mampu berkomunikasi dengan baik







Hambatan budaya Hambatan dalam hal budaya adalah adanya keseragaman berpikir atau “pemujaan” terhadap cara berpikir logis dan rasional. Hal ini akan menghambat penyelesaian yang bersifat intuitif atau menggunakan perasaan.







Hambatan lingkungan Lingkungan sosial seperti sekolah, dimana guru-guru sangat khawatir untuk mencoba gagasan baru, akan menghambat kreativitas. Lingkongan fisik misalnya tata letak ruang kerja dapat diatur sedemikian rupa agar dapat mendukung suasana kerja yang produktif dan kreatif.







Hambatan bahasa berpikir Kemampuan untuk memilih bahasa berpikir yang paling tepat untuk memecahkan masalah akan dapat menghasilkan pemecahan masalah yang amat kreatif.







Hambatan keterpakuan fungsional Hambatan ini bersumber pada kebiasaan kita untuk memfungsikan peralatan, orang, ataupun teknologi hanya dengan satu cara.







Hambatan kebiasaan memandang Kebiasaan memandang suatu benda atau alat adalah suatu penghambat kreatifitas.



BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN



3.2 SARAN



DAFTAR PUSTAKA http://kadekenitanopita.blogspot.com/2014/02/inteligensi-dan-kreativitas.html?view=snapshot http://komvis10ikha.blogspot.com/2012/05/kreativitas-dan-inovasi-dalam.html http://sitiinurhidayah.blogspot.com/2015/11/intelegensi-pengertian-intelegensi.html http://keperawatanprofesionalislami.blogspot.com/2013/03/makalah-kreativitas-dan-intelegensi.html https://seliyahanum.wordpress.com/2012/01/08/pengukuran-intelegensi-2/