Makalah Jantung Koroner [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner merupakan pembunuh nomor satu di negara-negara maju dan dapat juga terjadi di negara-negara berkembang. Organisasi kesehatan duina (WHO) telah mengemukakan fakta bahwa penyakit jantung koroner (PJK) merupakan epidemi modern dan tidak dapat dihindari oleh faktor penuaan. Diperkirakan bahwa jika insiden PJK mencapai nol maka dapat meningkatkan harapan hidup 3 sampai 9% (Shivaramakrishna. 2010). Penyakit Jantung Koroner pada mulanya disebabkan oleh penumpukan lemak pada dinding dalam pembuluh darah jantung (pembuluh koroner), dan hal ini lama kelamaan diikuti oleh berbagai proses seperti penimbunan jarinrangan ikat, perkapuran, pembekuan darah, dll.,yang kesemuanya akan mempersempit atau menyumbat pembuluh darah tersebut. Hal ini akan mengakibatkan otot jantung di daerah tersebut mengalami kekurangan aliran darah dan dapat menimbulkan berbagai akibat yang cukup serius, dari Angina Pectoris (nyeri dada) sampai Infark Jantung, yang dalam masyarakat di kenal dengan serangan jantung yang dapat menyebabkan kematian mendadak. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan penyakit jantung koroner ? 2. Bagaimana anatomi dan fisiologi jantung koroner ? 3. Apa penyebab terjadinya penyakit jantung koroner ? 4. Apa saja gejala penyakit jantung koroner ? 5. Bagaimana patofisiologi penyakit jantung koroner ? 6. Apa saja klasifikasi penyakit jantung koroner ? 7. Apa saja komplikasi akibat penyakit jantung koroner ? 8. Apa faktor resiko dari penyakit jantung koroner ? 9. Bagaimana pemeriksaan pada penyakit jantung koroner ? 10. Apa saja pencegahan terjadinya penyakit jantung koroner ?



C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui pengertian penyakit jantung koroner. 2. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi jantung oroner. 3. Untuk mengetahui penyebab terjadinya penyakit jantung koroner. 4. Untuk mengetahui gejala penyakit jantung koroner. 5. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit jantung koroner 6. Untuk mengetahui klasifikasi penyakit jantung koroner. 7. Untuk mengetahui komplikasi akibat penyakit jantung koroner. 8. Untuk mengetahui faktor resiko dari penyakit jantung koroner. 9. Untuk mengetahui pemeriksaan pada penyakit jantung koroner. 10. Untuk mengetahui pencegahan terjadinya penyakit jantung koroner. 4



BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Penyakit Jantung Koroner Penyakit jantung koroner adalah suatu keadaan dimana terjadi penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh darah koroner. Penyempitan atau penyumbatan ini dapat menghentikan aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai dengan rasa nyeri. Kondisi lebih parah kemampuan jantung memompa darah akan hilang, sehingga sistem kontrol irama jantung akan terganggu dan selanjutnya bisa menyebabkan kematian (Soeharto, 2001) Penyakit Jatung Koroner (PJK) adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh penyempitan atau penghambatan pembuluh arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung. Jantung diberi oksigen dalam darah melalui arteri - arteri koroner utama yang bercabang menjadi sebuah jaringan pembuluh lebih kecil yang efisien (Iman, 2001:13). Didefinisikan sebagai PJK jika pernah didiagnosis menderita PJK (angina pektoris dan/atau infark miokard) oleh dokter atau belum pernah didiagnosis menderita PJK tetapi pernah mengalami gejala/riwayat: nyeri di dalam dada/rasa tertekan berat/tidak nyaman di dada dan nyeri/tidak nyaman di dada dirasakan di dada bagian tengah/dada kiri depan/menjalar ke lengan kiri dan nyeri/tidak nyaman di dada dirasakan ketika mendaki/naik tangga/berjalan tergesa-gesa dan nyeri/tidak nyaman di dada hilang ketika menghentikan aktifitas/istirahat.



2. Anatomi dan Fisiologi Penyakit Jantung Koroner Pembuluh darah koroner terdapat di bagian pangkal aorta (ortic root). Secara garis besar pembuluh darah koroner terdiri atas dua yaitu: Pembuluh darah koroner kiri dan pembuluh darah koroner kanan. Pembuluh darah koroner kiri bercabang dua yaitu : left anterior decending (LAD) dan left circumplex (LCX). Pembuluh koroner terdiri dari 3 lapisan, yaitu tunika intima (lapisan dalam), tunika media (lapisan tengah), dan tunika adventisia (lapisan luar), tunika intima terdiri dari 2 bagian, lapisan tipis sel-sel endotel merupakan lapisan yang memberikan permukaan licin antara darah dan dinding arteri serta lapisan subendhotelium, sel-sel endhotel ini memproduksikan zat-zat seperti prostaglandin, heparin dan activator plasminogen yang membantu mencegah agregasi trombosit dan vasokonstriksi. Selain itu endotel juga mempunyai daya regenerasi cepat untuk memelihara daya anti trombogenik arteri. Jaringan ikat menunjang lapisan endotel dan memisahkannya dengan lapisan yang lain. Tunika media merupakan lapisan otot di bagian tengah dinding arteri yang mempunyai 3 bagian: bagian sebelah dalam disebut membrane elastic internal, 5



kemudian jaringan fibrus otot polos dan sebelah luar membrane jaringan elastic eksterna. Lapisan tebal otot polos dan jaringan kolagen, memisahkan jaringan membrane elastic eksterna. Dan yang terakhir ini memisahkan tunika media dengan adventisia. Tunika adventisia umumnya mengandung jaringan ikat dan dikelilingi oleh vasa vasorum yaitu jaringan arteriol. (Anwar, 2004) Dalam keadaan normal arteri koronaria dapat mengalirkan darah hampir 10% dari curah jantung per menit yaitu kira-kira 50-75ml darah per 100 gram miokard. Dalam keadaan stress atau latihan maka timbul aliran cadangan koroner (coronary flow reserve) dimana aliran koroner bisa sampai 240ml per 100 gram miokard. Pada keadaan stenosis maka aliran cadangan koroner dapat mempertahankan aliran basal (basal flow) di sebelah distal stenosis. Pada stenosis 70% atau lebih tetap saja aliran distal stenosis (distal flow) tidak mencukupi pada saat stress atau latihan, sehingga menyebabkan iskemia (Shujuan, 2010)



3. Penyebab Penyakit Jantung Koroner Penyakit jantung koroner terjadi ketika arteri koronaria (arteri yang memasok darah ke otot jantung) menjadi mengeras dan menyempit. Hal ini disebabkan penumpukan kolesterol dan bahan lainnya, yang disebut plak, pada dinding pembuluh darah. Penumpukan ini disebut aterosklerosis. Plak akan semakin besar sehingga aliran darah ke otot jantung semakin sedikit dan semakin sulit. Akibatnya, 6



otot jantung tidak bisa mendapatkan darah atau oksigen yang dibutuhkan. Ketika jaringan kurang asupan, maka hal itu akan direspons sel sebagai apa yang kita kenal dengan “nyeri dada khas” yang disebut dengan “angina”, atau jika arteri koronaria tersumbat total, maka pasien dapat jatuh ke dalam kondisi “serangan jantung”. Serangan jantung inilah yang merupakan kegawatan medis karena menyebabkan kerusakan jantung permanen atau bahkan kematian. 4. Gejala Penyakit Jantung Koroner Menurut, Hermawatirisa 2014 : hal 3,Gejala penyakit jantung koroner   



Timbulnya rasa nyeri di dada (Angina Pectoris) Sesak nafas (Dispnea) Keanehan pada irama denyut jantung. Irama denyut jantung yang tidak stabil (aritmia) bahkan bisa menyebabkan henti jantung (sudden cardiac arrest) yang bila tidak ditangani dengan cepat dapat menyebabkan kematian.  Pusing dan keringat dingin  Rasa lelah berkepanjangan  Sakit perut, mual dan muntah Penyakit jantung koroner dapat memberikan manifestasi klinis yang berbedabeda. Untuk menentukan manifestasi klinisnya perlu melakukan pemeriksaan yang seksama. Dengan memperhatikan klinis penderita, riwayat perjalanan penyakit, pemeriksaan fisik, elektrokardiografi saat istirahat, foto dada, pemeriksaan enzim jantung dapat membedakan subset klinis PJK. 5. Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah kondisi pada arteri besar dan kecil yang ditandai penimbunan endapan lemak, trombosit, neutrofil, monosit dan makrofag di seluruh kedalaman tunika intima (lapisan sel endotel), dan akhirnya ke tunika media (lapisan otot polos). Arteri yang paling sering terkena adalah arteri koroner, aorta dan arteri - arteri sereberal. (Ariesty, 2011:hal 6). Langkah pertama dalam pembentukan aterosklerosis dimulai dengan disfungsi lapisan endotel lumen arteri, kondisi ini dapat terjadi setelah cedera pada sel endotel atau dari stimulus lain, cedera pada sel endotel meningkatkan permeabelitas terhadap berbagai komponen plasma, termasuk asam lemak dan triglesirida, sehingga zat ini dapat masuk kedalam arteri, oksidasi asam lemak menghasilkan oksigen radikal bebas yang selanjutnya dapat merusak pembuluh darah. (Ariesty, 2011:hal 6). Cedera pada sel endotel dapat mencetuskan reaksi inflamasi dan imun, termasuk menarik sel darah putih, terutama neutrofil dan monosit, serta trombosit ke area cedera, sel darah putih melepaskan sitokin proinflamatori poten yang kemudian memperburuk situasi, menarik lebih banyak sel darah putih dan trombosit ke area lesi, menstimulasi proses pembekuan, mengaktifitas sel T dan B, dan melepaskan senyawa kimia yang berperan sebagai chemoattractant (penarikkimia) yang mengaktifkan siklus inflamasi, pembekuan dan fibrosis. Pada saat ditarik ke area 7



cedera, sal darah putih akan menempel disana oleh aktivasi faktor adhesif endotelial yang bekerja seperti velcro sehingga endotel lengket terutama terhadap sel darah putih, pada saat menempel di lapisan endotelial, monosit dan neutrofil mulai berimigrasi di antara sel - sel endotel keruang interstisial. Di ruang interstisial, monosit yang matang menjadi makrofag dan bersama neutrofil tetap melepaskan sitokin, yang meneruskan siklus inflamasi. Sitokin proinflamatori juga merangsang ploriferasi sel otot polos yang mengakibatkan sel otot polos tumbuh di tunika intima. (Ariesty, 2011:hal 6). 6. Klasifikasi Penyakit Jantung Koroner Menurut,( Putra S, dkk, 2013: hal 4) Klasifikasi PJK : 1. Angina Pektoris Stabil/Stable Angina Pectoris Penyakit Iskemik disebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen miokard. Di tandai oleh rasa nyeri yang terjadi jika kebutuhan oksigen miokardium melebihi suplainya. Iskemia Miokard dapat bersifat asimtomatis (Iskemia Sunyi/Silent Ischemia), terutama pada pasien diabetes.8 Penyakit ini sindrom klinis episodik karena Iskemia Mi okard transien. Laki-laki merupakan 70% dari pasien dengan Angina Pektoris dan bahkan sebagian besar menyerang pada laki-laki ±50 tahun dan wanita 60 tahun.



2. Angina Pektoris Tidak Stabil/Unstable Angina Pectoris Sindroma klinis nyeri dada yang sebagian besar disebabkan oleh disrupsi plak ateroskelrotik dan diikuti kaskade proses patologis yang menurunkan aliran darah koroner, ditandai dengan peningkatan frekuensi, intensitas atau lama nyeri, Angina timbul pada saat melakukan aktivitas ringan atau istirahat, tanpa terbukti adanya nekrosis Miokard. 



Terjadi saat istirahat (dengan tenaga minimal) biasanya berlangsung> 10 menit.







Sudah parah dan onset baru (dalam 4-6 minggu sebelumnya), dan







Terjadi dengan pola crescendo (jelas lebih berat, berkepanjangan, atau sering dari sebelumnya).



3. Angina Varian Prinzmetal Arteri koroner bisa menjadi kejang, yang mengganggu aliran darah ke otot jantung (Iskemia). Ini terjadi pada orang tanpa penyakit arteri koroner yang signifikan, Namun dua pertiga dari orang dengan Angina Varian mempunyai penyakit parah dalam paling sedikit satu pembuluh, dan kekejangan terjadi pada tempat penyumbatan. Tipe Angina ini tidak umum dan hampir selalu terjadi bila seorang beristirahat - sewaktu tidur. Anda mempunyai risiko meningkat untuk kejang koroner jika anda mempunyai : penyakit arteri koroner yang mendasari, merokok, atau menggunakan obat perangsang atau obat terlarang (seperti kokain). Jika 8



kejang arteri menjadi parah dan terjadi untuk jangka waktu panjang, serangan jantung bisa terjadi.



4. Infark Miokard Akut/Acute Myocardial Infarction Nekrosis Miokard Akut akibat gangguan aliran darah arteri koronaria yang bermakna, sebagai akibat oklusi arteri koronaria karena trombus atau spasme hebat yang berlangsung lama. Infark Miokard terbagi 2 :  Non ST Elevasi Miokardial Infark (NSTEMI) 



ST Elevasi Miokardial Infark (STEMI)



7. Komplikasi Penyakit Jantung Koroner Menurut, (Karikaturijo, 2010: hal 11 ) Komplikasi PJK Adapun komplikasi PJK adalah:  Disfungsi ventricular 



Aritmia pasca STEMI







Gangguan hemodinamik







Ekstrasistol ventrikel Sindroma Koroner Akut Elevasi ST Tanpa Elevasi ST Infark miokard Angina tak stabil



8. Faktor resiko a) Faktor risiko yang dapat dimodifikasi :  Merokok Merokok dapat merangsang proses aterosklerosis karena efek langsung pada dinding arteri, karbonmonoksida menyebabkan hipoksia arteri, nikotin menyebabkan mobilisasi katekolamin yang menimbulkan reaksitrombosit, glikoprotein tembakau dapat menimbulkan reaksi hipersensitifitas dinding arteri. 



Hiperkolesterolemia



Kolesterol, lemak dan substansi lainnya dapat menyebabkan penebalan dinding harteri, sehingga lumen dari pembuluh darah tersebut menyempit dan proses ini disebutaterosklerosis. 



Hipertensi



Peningkatan tekanan darah merupakan beban yang berat untuk jantung, sehingga menyebabkanhipertropi ventrikel kiri atau pembesaran ventrikel kiri (faktormiokard). Serta tekanan darah yangtinggi menimbulkan trauma langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehinggamemudahkan terjadinya aterosklerosis koroner (factor koroner). 9







Diabetes mellitus



Intoleransi terhadap glukosa predisposisi penyakit pembuluhdarah. 



sejak



dulu



telah



diketahui



sebagai



Obesitas dan sindrom metabolic



Obesitas adalah kelebihan jumlah lemak tubuh > 19 % pada laki laki dan > 21 % pada perempuan.Obesitas juga dapat meningkatkan kadar kolesterol dan LDL kolesterol. Resiko PJK akan jelasmeningkat bila BB mulai melebihi 20% dari BB ideal.  



Inaktifitas fisik Perubahan keadaan sosial dan stress



Penelitian Supargo dkk (1981-1985) di FKUI menunjukkan orang yang stress satu setengah kali lebihbesar mendapatkan resiko PJK. Stress disamping dapat menaikkan tekanan darah juga dapatmeningkatkan kadar kolesterol darah. 



Kelenjar tiroid yang kurang aktif



Hipotiroid / hiposekresi terjadi bila kelenjar tiroid kurang mengeluarkan sekret pada waktu bayi,sehingga menyebabkan kretinisme atau terhambatnya pertumbuhan tubuh. Pada orang dewasa mengakibatkan mixodema, proses metabolik mundur dan terdapatkecenderungan untuk bertambah berat dan gerakan lamban.



b) Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi :  Usia Resiko PJK meningkat dengan bertambahnya usia; penyakit yang serius jarang terjadi sebelum usia 40tahun. Tetapi hubungan antara usia dan timbulnya penyakit mungkin hanya mencerminkan lebihpanjangnya lama paparan terhadap faktor-faktor pemicu. 



Jenis kelamin



Wanita agaknya relative kebal terhadap penyakit ini sampai menopause, kemudian menjadi samarentannya seperti pria; diduga karena adanya efek perlindungan esterogen. 



Riwayat keluarga



Riwayat keluarga yang positif terhadap PJK (saudara atau orang tua yang menderita penyakit inisebelum usia 50 tahun) meningkatkan timbulnya aterosklerosis prematur. Pentingnya pengaruhgenetic dan lingkungan masih 10



belum diketahui. Tetapi, riwayat keluarga dapat juga mencerminkankomponen lingkungan yang kuat, seperti misalnya gaya hidup yang menimbulkan stress atauobesitas. 



Etnis



Orang Amerika-Afrika lebih rentan terhadap PJK daripada orang kulit putih. 9. Pemeriksaan pada Penyakit Jantung Koroner  Identitas Pasien Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal MRS dan diagnosa medis. (Wantiyah,2010: hal 17)  Keluhan utama Pasien penyakit jantung koroner biasanya merasakan nyeri dada dan dapat dilakukan dengan skala nyeri 0-10, 0 tidak nyeri dan 10 nyeri palig tinggi. Pengakajian nyeri secara mendalam menggunakan pendekatan PQRST, meliputi prepitasi dan penyembuh, kualitas dan kuatitas, intensitas, durasi, lokasi, radiasi/penyebaran,onset.(Wantiyah,2010: hal 18)  Riwayat kesehatan lalu Dalam hal ini yang perlu dikaji atau di tanyakan pada klien antara lain apakah klien pernah menderita hipertensi atau diabetes millitus, infark miokard atau penyakit jantung koroner itu sendiri sebelumnya. Serta ditanyakan apakah pernah MRS sebelumnya. (Wantiyah,2010: hal 17)  Riwayat kesehatan sekarang Dalam mengkaji hal ini menggunakan analisa systom PQRST. Untuk membantu klien dalam mengutamakan masalah keluannya secara lengkap. Pada klien PJK umumnya mengalami nyeri dada. (Wantiyah,2010: hal 18)  Riwayat kesehatan keluarga Mengkaji pada keluarga, apakah didalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung koroner. Riwayat penderita PJK umumnya mewarisi juga faktor-faktor risiko lainnya, seperti abnormal kadar kolestrol, dan peningkatan tekanan darah. (A.Fauzi Yahya 2010: hal 28)  Riwayat psikososial Pada klien PJK biasanya yang muncul pada klien dengan penyakit jantung koroner adalah menyangkal, takut, cemas, dan marah, ketergantungan, depresi dan penerimaan realistis. (Wantiyah,2010: hal 18)  Pola aktivitas dan latihan Hal ini perlu dilakukan pengkajian pada pasien dengan penyakit jantung koroner untuk menilai kemampuan dan toleransi pasien dalam melakukan aktivitas. Pasien penyakit jantung koroner mengalami penurunan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.(Panthee & Kritpracha, 2011:hal 15)



11



Pemeriksaan Fisik a. Keadaan umum Keadaan umum klien mulai pada saat pertama kali bertemu dengan klien dilanjutkan mengukur tanda-tanda vital. Kesadaran klien juga diamati apakah kompos mentis, apatis, samnolen, delirium, semi koma atau koma. Keadaan sakit juga diamati apakah sedang, berat, ringan atau tampak tidak sakit. b. Tanda-tanda vital Kesadaran compos mentis, penampilan tampak obesitas, tekanan darah 180/110 mmHg, frekuensi nadi 88x/menit, frekuensi nafas 20 kali/menit, suhu 36,2 C. (Gordon, 2015: hal 22) c. Sistem Review 1. Sistem persyarafan, meliputi kesadaran, ukuran pupil, pergerakan seluruh ekstermitas dan kemampuan menanggapi respon verbal maupun non verbal. (Aziza, 2010: hal 13) 2. Sistem penglihatan, pada klien PJK mata mengalami pandangan kabur.(Gordon, 2015: hal 22) 3. Sistem pendengaran, pada klien PJK pada sistem pendengaran telinga , tidak mengalami gangguan. (Gordon, 2015:hal 22) 4. Sistem abdomen, bersih, datar dan tidak ada pembesaran hati. (Gordon, 2015:hal 22) 5. Sistem respirasi, pengkajian dilakukan untuk mengetahui secara dinit tanda dan gejala tidak adekuatnya ventilasi dan oksigenasi. Pengkajian meliputi persentase fraksi oksigen, volume tidal, frekuensi pernapasan dan modus yang digunakan untuk bernapas. Pastikan posisi ETT tepat pada tempatnya, pemeriksaan analisa gas darah dan elektrolit untuk mendeteksi hipoksemia. (Aziza, 2010: hal 13) 6. Sistem kardiovaskuler, pengkajian dengan tekhnik inspeksi, auskultrasi, palpasi, dan perkusi perawat melakukan pengukuran tekanan darah; suhu; denyut jantung dan iramanya; pulsasi prifer; dan tempratur kulit. Auskultrasi bunyi jantung dapat menghasilkan bunyi gallop S3 sebagai indikasi gagal jantung atau adanya bunyi gallop S4 tanda hipertensi sebagai komplikasi. Peningkatan irama napas merupakan salah satu tanda cemas atau takut (Wantiyah,2010: hal 18) 7. Sistem gastrointestinal, pengkajian pada gastrointestinal meliputi auskultrasi bising usus, palpasi abdomen (nyeri, distensi). (Aziza,2010: hal 13) 8. Sistem muskuluskeletal, pada klien PJK adanya kelemahan dan kelelahan otot sehinggah timbul ketidak mampuan melakukan aktifitas yang diharapkan atau aktifitas yang biasanya dilakukan. (Aziza,2010: hal 13) 9. Sistem endokrin, biasanya terdapat peningkatan kadar gula darah. (Aziza,2010: hal 13) 10. Sistem Integumen, pada klien PJK akral terasa hangat, turgor baik. (Gordon, 2015:hal 22)



12



11. Sistem perkemihan, kaji ada tidaknya pembengkakan dan nyeri pada daerah pinggang, observasi dan palpasi pada daerah abdomen bawah untuk mengetahui adanya retensi urine dan kaji tentang jenis cairan yang keluar . (Aziza,2010: hal 13) Pemeriksaan Penunjang Untuk mendiagnosa PJK secara lebih tepat maka dilakukan pemeriksaan penunjang diantaranya: a. EKG memberi bantuan untuk diagnosis dan prognosis, rekaman yang dilakukan saat sedang nyeri dada sangat bermanfaat. b. Chest X-Ray (foto dada) Thorax foto mungkin normal atau adanya kardiomegali, CHF (gagal jantung kongestif) atau aneurisma ventrikiler (Kulick, 2014: hal 42). c. Latihan tes stres jantung (treadmill) Treadmill merupakan pemeriksaan penunjang yang standar dan banyak digunakan untuk mendiagnosa PJK, ketika melakukan treadmill detak jantung, irama jantung, dan tekanan darah terus-menerus dipantau, jika arteri koroner mengalami penyumbatan pada saat melakukan latihan maka ditemukan segmen depresi ST pada hasil rekaman (Kulick, 2014: hal 42). d. Ekokardiogram Ekokardiogram menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar jantung, selama ekokardiogram dapat ditentukan apakah semua bagian dari dinding jantung berkontribusi normal dalam aktivitas memompa. Bagian yang bergerak lemah mungkin telah rusak selama serangan jantung atau menerima terlalu sedikit oksigen, ini mungkin menunjukkan penyakit arteri koroner (Mayo Clinik, 2012 hal 43). e. Kateterisasi jantung atau angiografi adalah suatu tindakan invasif minimal dengan memasukkan kateter (selang/pipa plastik) melalui pembuluh darah ke pembuluh darah koroner yang memperdarahi jantung, prosedur ini disebut kateterisasi jantung. Penyuntikkan cairan khusus ke dalam arteri atau intravena ini dikenal sebagai angiogram, tujuan dari tindakan kateterisasi ini adalah untuk mendiagnosa dan sekaligus sebagai tindakan terapi bila ditemukan adanya suatu kelainan (Mayo Clinik, 2012: hal 43). f. CT scan (Computerized tomography Coronary angiogram) Computerized tomography Coronary angiogram/CT Angiografi Koroner adalah pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk membantu memvisualisasikan arteri koroner dan suatu zat pewarna kontras disuntikkan melalui intravena selama CT scan, sehingga dapat menghasilkan gambar arteri jantung, ini juga disebut sebagai ultrafast CT scan yang berguna untuk mendeteksi kalsium dalam deposito lemak yang mempersempit arteri koroner. Jika sejumlah besar kalsium ditemukan, maka memungkinkan terjadinya PJK (Mayo Clinik, 2012: hal 43). g. Magnetic resonance angiography (MRA) Prosedur ini menggunakan teknologi MRI, sering dikombinasikan dengan penyuntikan zat pewarna kontras, yang berguna untuk mendiagnosa adanya penyempitan atau penyumbatan, meskipun pemeriksaan ini tidak sejelas pemeriksaan kateterisasi jantung (Mayo Clinik, 2012: hal 44).



13



10. Pencegahan 



Jalani pola hidup sehat  Hindari dan berhenti merokok  Hindari makanan berkolestrol tinggi agar terhindar dari penyakit jantung koroner  Luangkan waktu untuk berolahraga setiap hari atau menciptakan gerakangerakan kecil  Istirahat teratur dan cukup Dengan menghindari makanan berkolestrol dan berlemak adalah cara bijak untuk mencegah penyakit jantung koroner. Sebab lemak dan kolestrol inilah yang nantinya akan menutupi dinding pembuluh darah arteri yang memasok makanan ke jantung. Ketika anda telah di diagnosis mengidap penyakit jantung, sebaiknya untuk segera mencari pengobatan penyakit janntung koroner yang tepat. Dengan menggunakan bahan herbal seperti jus buah manggis atau produk obat jantung herbal yang banyak di temukan di toko obat. Dengan menggunakan obat berbahan herbal, tentunya akan sangat aman dan tanpa efek samping. Selain itu anda juga bisa segera memeriksakannya ke dokter secara medis.



14



BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit yng menyerang organ jantung. Gejala dan keluhan dari PJK hampir sama dengan gejala yang dimiliki oleh penyakit jantung secara umum. Penyakit jantung koroner juga salah satu penyakit yang tidak menular. Kejadian PJK terjadi karena adanya faktor resiko yang antara lain adalah gaya hidup yang kurang aktivitas fisik (olahraga), riwayat PJK pada keluarga, merokok, konsumsi alkohol dan faktor sosial ekonomi lainnya. Penyakit jantung koroner ini dapat dicegah dengan melakukan pola hidup sehat dan menghindari fakto-faktor resiko.seperti pola makan yang sehat, menurunkan kolesterol, melakukan aktivitas fisik dan olehraga secara teratur, menghindari stress kerja. B. SARAN Penyakit jantung koroner dapat menyeran siapa saja, baik tua maupun muda. Maka dari itu kita harus memulai berperilaku hidup sehat yang seimbang dan menghindari resiko stress. Mengonsumsi makanan berserat dan sehat, mengurangi makanan berkolestrrol, kontrol kolesterol, tekanan darah dan gula darah, serta cek juga kesehatan secara rutin. Hindari segala factor resiko dan pemicu penyakit jantung koroner seperti menghindari rokok, dan lain-lain. Perlunya sosialisasi terhadap seluruh kelompok umur masyarakat agar lebih memahami karakteristik penderita penyakit jantung koroner.



15



DAFTAR PUSTAKA



http://aprilyantiakil.blogspot.com/2014/05/makalah-penyakit-jantungkoroner.html http://eprints.uny.ac.id/22957/2/BAB%20II.pdf http://yellyfebriani.blogspot.com/2013/01/penyakit-jantung-koroner.html https://doktersehat.com/jantung-koroner/ https://samoke2012.files.wordpress.com/2015/10/askep-pjk.pdf https://www.academia.edu/9463486/MODUL_2_PENYAKIT_JANTUNG_KOR ONER



16