Makalah Kelompok 3 Akuntansi Keprilakuan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KELOMPOK 3 AKUNTANSI KEPRILAKUAN (MENTAL ACCOUNTING)



Dosen Pengampu: RINI PURNAMASARI, M.Ak



Disusun Oleh: ANNISA NURUL FADILLAH AHMAD MAJID 19.2800.022 WIDIA 18.2800.027 RISNA ARIFAH PRATIWI 19.2800.061 MARWAH ARIFIN 19.2800.081 HALAMAN SAMPUL JURUSAN AKUNTANSI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM IAIN PAREPARE 2021



KATA PENGANTAR



‫َّحي ِْم‬ ‫بِس‬ ِ ‫ْــــــــــــــــــم هللاِ الرَّحْ َم ِن الر‬ ِ ‫الحمد هلل رب العالمين وبه نستعين على امور الدنيا والدين والصالة والسالم على سيد نا‬ ‫محمد وعلى اله واصحابه اجمعين‬



Segala puji bagi Allah swt atas rahmat, taufiq dan hidayahNya, sehingga makalah dengan judul “MENTAL ACCOUNTING” dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam tidak lupa dihaturkan kepada Rasulullah Muhammad saw, beserta para keluarga, sahabat dan umat pengikutnya. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah AKUNTANSI KEPRILAKUAN pada Program Studi Akuntansi Lembaga Keuangan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, IAIN Parepare. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini sehingga diharapkan kritik serta saran dari dosen pengampu mata kuliah AKUNTANSI KEPRILAKUAN untuk kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen pengampu yang telah membimbing dalam menulis makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih. Parepare, 27 Maret 2021



1



DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL.........................................................................1 KATA PENGANTAR..........................................................................2 DAFTAR ISI.........................................................................................1 BAB I PENDAHULUAN.....................................................................1 A. Latar Belakang............................................................................1 B. Rumusan Masalah.......................................................................1 C. Tujuan Pembahasan....................................................................1 BAB II PEMBAHASAN......................................................................2 A. Konsep Mental Accounting........................................................2 B. Teori yang mendasari Mental Accounting..................................2 C. Contoh Mental Accounting dalam Bidang Akuntansi................2 BAB III PENUTUP...............................................................................3 A. Kesimpulan.................................................................................3 B. Saran...........................................................................................3 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................4



BAB I PENDAHULUAN



A. LATAR BELAKANG Secara



umum,



Mental



Accounting



mengacu



pada



proses



pengelompokan dari suatu hasil. Seseorang dapat mengelompokkan hasil, terutama terhadap asset yang dimiliki menjadi tiga kategori di dalam Mental Accounting, yaitu : Current Income, Current Assets, Future Income. Menurut Thaler, Mental Accouting merupakan serangkaian proses kognitif yang digunakan oleh individu atau kelompok untuk mengatur, mengevaluasi, dan menjaga aktivitas keuangannya. Sementara itu, Tversky dan Kahneman mendefinisikan Mental Accouting sebagai sebuh gambaran yang digunakan untuk menentukan hasil : (a). kesatuan hasil dasar dan kebiasaan yang ada dievaluasi bersama, dan (b). suatu hasil referensi yang dianggap netral dan normal. Cheema dan Soman menyatakan bahwa konstruk “Mental Accounting” adalah sebuah perumpamaan yang digunakan dalam pengambilan keputusan belanja karena kegunaannya di dalam sebuah konsep fenomena empiris. Mental Accounting merupakan bentuk kognitif pembukuan yang dilakukan individu untuk mengecek pengeluaran dan pengendalian konsumsi, dalan membatasi pengeluaran seseorang sering menggunakan Mental Accounting dengan membatasi alokasi anggaran ke dalam kategori tertentu. Adanya peran lain dari Mental Accounting, yaitu transaksi khusus, di mana seseorang mengatur sebuah akun untuk transaksi, beban biaya, dan kredit konsumsi. Mental Accounting juga dapat bertindak sebagai mekanisme pengaturan didalam diri sendiri. Seperti yang dituliskan oleh



Thaler : “ prosedur mental accounting telah berkembang untuk menghemat waktu dan biaya, dan juga untuk menangani masalah pengendalian diri”. Pernyataan tentanf Mental Accouting tersebut menunjukkan bahwa proses accounting berisi unsur ketidaktepatan atau ambiguitas. Bagaimana seseorang melakukan proses Mental Accounting? Mental Accounting pada dasarnya terdiri berbagai aturan dan kebiasaan yang



telah



diperbaharui



selama



bertahun-tahun.



Anda



dapat



menemukannya di dalam beberapa teks buku. Akan tetapi, tidak ada sumber yang sama untuk menjelaskan kebiasaan Mental Accounting, kita bisa mempelajarinya hanya dengan mengamati perilaku seseorang dalam pengambil keputusan. Hal ini merupakan hasilpengkodean dalam Mental Accounting untuk keputusan khusus yang akan dibuat. Soman juga pernah membahas tentang bagaimana proses Mental Accounting yang digambarkan dalam bentuk biaya (uang), tetapi bukan waktu. Beliau berpendapat bahwa individu tidak memiliki kemampuan untuk



memperhitungkan



waktu,



seperti



dokter



dan



pengacara,



kebanyakan orang tidak secara rutin mengecek waktu dan uang mereka, kecuali intervensi (misalnya, pendidikan tentang nilai waktu) digunakan untuk membuat waktu dapat terlihat seperti uang. Artinya, manfaat masa depan tidak terkait dengan biaya sebelumnya, dan efek biaya menjadi tidak terlihat. System Accounting menyediakan input untuk melakuka kedua analisis biaya manfaat ex-ante dan ex-post. Komponen kedua tentang Mental Accounting melibatkan aktivitas ke dalan akun tertentu, baik itu pada sumber dan penggunaan dana (pengeluaran) yang diberi keterangan secara nyata maupun ke dalam system Mental Accounting. Pengeluaran dapat dikelompokkan kedalam kategori (perumahan, makanan, dan lain-



lain), serta pengeluaran terkadang dibatasi oleh anggaran implisit atau eksplisit.



Rumusan Masalah 1. Jelaskan Konsep Mental Accounting ? 2. Jelaskan Teori yang mendasari Mental Accounting ! 3. Jelaskan contoh Mental Accounting dalam bidang Akuntansi ! B. Tujuan Pembahasan 1. Mengetahui konsep dari Mental Accounting. 2. Lebih memahami teori yang mendasari Mental Accounting. 3. Dan mengetahui contoh Mental Accounting dalam bidang Akuntansi.



BAB II PEMBAHASAN A. KONSEP MENTAL ACCOUNTING Mental Accounting pertama kali diperkenalkan oleh Richard Thaler pada tahun 1985 menjelaskan bahwa mental accounting merupakan model baru dari perilaku konsumen yang dibangun dengan menggunakan psikologi kognitif dan mikro ekonomi. Model ini diuji dalam beberapa skenario yang sebenarnya memiliki kesamaan namun dapat memberikan dampak perilaku yang berbeda. Menurut Richard Thaler dari Chicago, akunting mental didasarkan pada satuperangkat prinsip inti yang penting: 1. Konsumen cenderung memisahkan pendapatan. Ketika penjual memilikisatu produk dengan lebih dari satu dimensi positif, ada hasrat untuk mengevaluasisetiap dimensi secara terpisah. Menyebutkan banyak manfaat dari produk industribesar, misalnya, dapat membuat bagianbagiannya tampak lebih besar daripada kalaudilihat secara keseluruhan. 2. Konsumen cenderung mengintegrasikan kerugian. Pemasar mendapatkankeuntungan yang jelas dalam menjual sesuatu jika biayanya dapat ditambahkan padapembelian lain yang lebih. Pembeli rumah cenderung tidak segan mengeluarkan biayatambahan mengingat tingginya harga pembelian rumah. 3. K o n s u m e n c e n d e r u n g m e n g i n t e g r a s i k a n k e r u g i a n l e b i h k e c i l p a d a pendapatan yang lebih besar. Prinsip penundaan



bias



menjelaskan



mengapa



pajakpendapatanyang diambil dari pembayaran cek per bulan



kurang



disukai



disbandingpem bayaran



pajak



j um lah



bulat



yang



besar



lebi h



di sukai



kal au



pem bi ayaan- pembiayaan kecil itu diserap oleh jumlah pembayaran yang lebih besar. 4. Konsumen cenderung memisahkan pendapatan kecil dari kerugian



besar.Prinsip silver lining bias menjelaskan



popularitas rabat pada pembelian besar sepertimobil. Prinsip akunting mental sebagian disebabkan oleh teori prospek. Teori prospekmenegaskan bahwa konsumen membuat bagan alternatif keputusan dari segi pendapatan dan kerugian sesuai dengan fungsi nilai. Konsumen umumnya menolak kerugian. Mereka cenderung melebih-lebihkan probabilitas yang sangat rendah danmerendahkan probabilitas yang sangat tinggi. MenurutThaler dan Shefrin (1981) alasan seseorang mengambil keputusan di dalam hal keuangan bisa dijelaskan dengan istilah “mental accounting. Sebuah fenomena perilaku finansial atau ekonomi perilaku (behavioral finance) yang pertama kali diteliti oleh Richard Thaler. Mental accounting adalah perilaku ekonomi bilamana seseorang menggolongkan masukan dan keluaran berdasarkan pos-pos seperti halnya model akuntansi (account code). Mental accounting merupakan rangkaian operasi kognitif yang dipergunakan oleh individu maupun rumah tangga dalam mengkode, membuat kategori, dan mengevaluasi aktivitas finansialnya. Secara umum Mental Accounting (Akuntansi Mental) merupakan Akuntansi mental mengacu kepada kecenderungan orang untuk memisahkan uang mereka ke dalam rekening yang terpisah (berbeda) berdasarkan kriteria subjektif, seperti sumber uang dan niat untuk setiap akun. Menurut teori, individu menetapkan fungsi yang berbeda untuk



masing-masing kelompok aset, yang sering memiliki efek yang tidak rasional dan merugikan pada keputusan mereka. Meskipun banyak orang yang menggunakan akuntansi mental, mereka mungkin tidak menyadari betapa tidak logis pemikiran ini. Misalnya, orang sering memiliki ‘celengan’ atau dana yang disisihkan untuk liburan atau membeli rumah, namun mereka masih membawa kartu kredit. Ada 3 Komponen dalam Mental Accounting, yaitu : 1. Persepsi terhadap hasil (outcomes) dan membuat serta mengevaluasi keputusan 2. Menetapkan aktivitas untuk pencatatan yang spesifik. 3. Menentukan pembatasan periode waktu terhadap mental accounting lainnya yang berkaitan. Ketiga komponen tersebut, hingga saat ini menjadi bahan diskusi oleh berbagai kalangan sehingga hal ini dapat memperkaya pembahasan mengenai topik ini sekaligus memberikan referensi/pemahaman lebih baik dalam menentukan pilihan atau saat harus mengambil keputusan.



B. TEORI YANG MENDASARI MENTAL ACCOUNTING Mental accounting merupakan deskripsi mengenai cara seseorang melakukan proses akuntansi yang hanya dapat dipelajari dengan melakukan pengamatan mengenai perilaku seseorang atau menyimpulkan kaidah-kaidah yang berlaku di masyarakat. Menurut Thaler (1985), mental accounting adalah suatu rangkain operasi kognitif yang dipergunakan oleh individu maupun rumah tangga dalam mengkode, membuat kategori, dan mengevaluasi aktivitas finansialnya. Mental accounting berfokus pada bagaimana seharusnya seseorang menyikapi dan mengevaluasi suatu situasi saat terdapat dua atau lebih



kemungkinan



hasil,



khususnya



bagaimana



mengkombinasikan



kemungkinan-kemungkinan dari hasil tersebut. Dalam mental accounting, individu menentukan tingkat utilitas yang berbeda pada tiap-tiap akun kekayaan sehingga mempengaruhi keputusan konsumsi mereka. Tversky and Kahneman (1981) menyatakan bahwa mental accounting berfokus kepada bentuk dari keputusan individu dalam keuangan, sedangkan Shefrin dan Thaler (1988) membahas bahwa mental accounting juga dipengaruhi pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap keuangan. Dalam penelitian ini, Teori Mental Accounting yang digunakan sebagai acuan adalah teori menurut Thaler (1985), dimana mental accounting berfokus pada bagaimana seharusnya seseorang menyikapi dan mengevaluasi suatu situasi saat terdapat dua atau lebih kemungkinan hasil,



khususnya



bagaimana



mengkombinasikan



kemungkinan-



kemungkinan dari hasil tersebut. Behavioral Life-Cycle Theory (Shefrin dan Thaler, 1988) berkaitan dengan penggunaan pendapatan dalam perilaku konsumsi seseorang. Menurut Shefrin dan Thaler (1988), seseorang mengkategorikan kekayaannya ke dalam tiga akun yaitu current income, current assets, dan future income. Menurut teori ini, seseorang tidak memperlakukan kekayaan mereka dengan cara yang sama, tetapi sangat bergantung bagaimana ia memandang uang yang dimilikinya sebagai current income, current assets, atau future income. Dari ketiga akun tersebut seseorang lebih banyak melakukan pengeluaran untuk akun current income. Behavioral Life-Cycle Theory menekankan pada pengendalian diri, mental accounting, dan framing . Terkait dengan pengendalian diri, Thaler dan Shefrin mengatakan bahwa seseorang seharusnya mengadopsi aturan yang dapat membatasi kesempatan untuk membelanjakan uang, baik itu dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar dirinya. Terkait dengan mental accounting, Thaler dan Shefrin (1988) mengatakan



pengkategorian dan evaluasi dalam aktivitas finansial diasumsikan dapat membantu menerapkan batasan terhadap uang belanja. Behavioral LifeCycle Theory juga terkait dengan hipotesis pendapatan permanen (Friedman, 1957) yang menunjukkan bahwa seseorang akan mengambil pinjaman (kredit) ketika pendapatan mereka lebih rendah dari yang diharapkan dan menyimpan ketika pendapatan mereka lebih tinggi dari yang diharapkan. Keputusan untuk mengambil pinjaman ketika pendapatan mereka lebih rendah dari yang diharapkan adalah untuk tetap dapat memenuhi konsumsi mereka.



C. CONTOH



MENTAL



ACCOUNTING



DALAM



BIDANG



AKUNTANSI Apa pengaruh akuntansi ke pasar saham? Ada yang berpendapat data akuntansi dipakai penganut analisis fundamental untuk mengambil keputusan investasi. Sebagian analisa fundamental melibatkan datadata akuntansi untuk menemukan perusahaan yang baik, punya peluang pertumbuhan dan menemukan harga wajar. Secara pendekatan psikologi, pola pikir akuntansi ternyata juga mempengaruhi pola pikir pelaku pasar dalam mengambil keputusan transaksi.



Mental accounting atau akuntansi mental adalah sebuah fenomena seseorang membagi uang dalam beberapa akun atau rekening terpisah berdasarkan tujuan dan sumber uang tersebut. Contoh, si A berencana membeli mobil tahun ini dan rumah lima tahun yang akan datang. Si A sudah membuat tabungan terpisah untuk kedua tujuan tersebut.



Ia secara rutin menyisihkan pendapatan per bulan dalam dua rekening berbeda. Ternyata uang untuk membeli mobil masih kurang Rp 50 juta, sedang rekening untuk membeli rumah sudah ada dana Rp 200 juta. Bunga kredit membeli mobil sekitar 15% per tahun sedang bunga tabungan 8% per tahun. Tuan A akhirnya memutuskan membeli mobil secara kredit untuk menutupi kekurangan dana dan tidak mengganggu tabungan yang disiapkan untuk membeli rumah. Sekilas keputusan ini terlihat disiplin. Tetapi keputusan ini sebenarnya tidak rasional, karena terdapat selisih suku bunga kredit dan tabungan sebesar 7%. Harusnya tuan A menggunakan sebagian dana pembelian rumah untuk menutup kekurangan dana pembelian mobil. Lalu, pendapatan bulanbulan berikutnya yang harusnya dipakai membayar cicilan mobil disimpan ke rekening pembelian rumah. Mental accounting juga terjadi ketika seseorang membagi rekening berdasarkan sumber pendapatan. Ada yang menempatkan dalam akun yang berbeda, ada juga membuatnya secara virtual, ada juga yang dalam catatannya. Sumber uang ternyata mempengaruhi bagaimana nantinya uang digunakan. Uang yang dihasilkan dari gaji karena bekerja selama sebulan berbeda perlakukannya dengan uang yang didapatkan dari hadiah, bonus atau warisan. Orang cenderung lebih mudah menggunakan dan menghabiskan uang hasil bonus, hadiah dan warisan, dibandingkan uang hasil bekerja selama sebulan, biarpun nilainya sama. Thaler (1980) pertama kali menggagas fenomena akuntansi mental ini, di mana seseorang membuat pemikiran yang menyerupai cara sebuah organisasi atau perusahaan dalam membuat sebuah sistem akuntansi untuk



mengelola keputusan keuangan yang akan dilakukan. Perlakuan akuntansi perusahaan tersebut ternyata mempengaruhi para individu dalam membuat keputusan keuangan. Ada banyak akun, baik secara riil ataupun virtual yang terbentuk di pemikiran seseorang saat mengelola uang. Uang yang nilainya sama-sama Rp 10 juta rupiah seharusnya tidak mendapat perlakuan berbeda. Mental acconting ternyata juga terjadi dalam aktivitas transaksi saham, baik trading maupun investasi. Sejumlah pelaku pasar pernah berdiskusi dengan penulis tentang posisi transaksi saham yang sedang rugi. Pelaku pasar tadi menanyakan waktu dan level harga yang tepat untuk melakukan pembelian saham yang merugi untuk menyelamatkan posisi rugi tersebut dengan melakukan pembelian di level bawah (averaging down). Dengan melakukan averaging down, rata-rata harga beli akan turun dan kalau harga saham naik lebih mudah untuk keluar dari posisi saham tersebut dengan break event point. Fokus yang dilakukan investor adalah mencari cara menyelamatkan posisi yang rugi tadi, di mana seolah-olah ada akun tersendiri untuk posisi saham tersebut. Seharusnya pelaku pasar tidak perlu fokus pada setiap posisi sahamnya, tetapi lebih melihat keseluruhan portofolio. Bila berpikir setiap posisi saham adalah akun yang terpisah dan harus keluar pasar atau dijual dalam posisi untung, maka yang akan terjadi adalah kerugian besar. Pelaku pasar tidak berani melakukan cut loss dan berpikir menyelamatkan posisi rugi tersebut dengan melakukan averaging down. Bagaimana kalau saham tersebut terus turun atau diam tidak bergerak. Menahan posisi rugi dan melakukan pembelian di bawah membuat risiko menjadi lebih besar.



Tidak masalah bila ada beberapa posisi terpaksa keluar dari pasar atau dijual dalam posisi rugi. Fokus harus diarahkan bagaimana supaya posisi portofolio secara keseluruhan tidak mengalami kerugian, bahkan kalau bisa mengalami keuntungan atau pertumbuhan. Penulis juga pernah ditanya pelaku pasar yang ingin melakukan buy back saham yang telah dijual rugi sebelumnya. Alasannya ingin mengembalikan kerugian yang dialami di saham tersebut. Ada akun kerugian yang tertinggal di posisi saham tersebut dan harus dikembalikan dengan meraih keuntungan di saham tersebut. Penulis lantas bertanya ke pelaku pasar tersebut, apakah kerugian di saham A harus ditutup dengan keuntungan dari saham yang sama? Kenapa tidak membeli saham B yang punya peluang naik lebih tinggi? Jadi pelaku pasar tersebut telah terjebak dalam akuntansi mental, di mana terbentuk akun-akun virtual di pemikirannya tentang posisi sebuah saham. Bila pelaku pasar berpikir lebih jernih dan mampu mengesampingkan fenomena akuntansi mental ini, tentu keputusan investasinya akan lebih baik dan punya potensi keuntungan lebih besar.



BAB III PENUTUP



A. KESIMPULAN Dari apa yang telah kami paparkan dalam pembahasan diatas, maka kami dapat menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Secara umum Mental Accounting (Akuntansi Mental) merupakan Akuntansi mental mengacu kepada kecenderungan orang untuk memisahkan uang mereka ke dalam rekening yang terpisah (berbeda) berdasarkan kriteria subjektif, seperti sumber uang dan niat untuk setiap akun. Menurut teori, individu menetapkan fungsi yang berbeda untuk masing-masing kelompok aset, yang sering memiliki efek yang tidak rasional dan merugikan pada keputusan mereka. Meskipun banyak orang yang menggunakan akuntansi mental, mereka mungkin tidak menyadari betapa tidak logis pemikiran ini. Misalnya, orang sering memiliki ‘celengan’ atau dana yang disisihkan untuk liburan atau membeli rumah, namun mereka masih membawa kartu kredit. 2. Mental



accounting



merupakan



deskripsi



mengenai



cara



seseorang



melakukan proses akuntansi yang hanya dapat dipelajari dengan melakukan pengamatan mengenai perilaku seseorang atau menyimpulkan kaidah-kaidah yang berlaku di masyarakat. Menurut Thaler (1985), mental accounting adalah suatu rangkain operasi kognitif yang dipergunakan oleh individu maupun rumah tangga dalam mengkode, membuat kategori, dan mengevaluasi aktivitas finansialnya.



B. SARAN Demikianlah makalah yang kami buat mudah – mudahan apa yang saya paparkan bisa menjadi tambahan pengetahuan bagi kita semua untuk lebih mengenal dunia kewirausahaaan .Kami  menyadari apa yang kami paparkan dalam makalah ini tentu  masih belum  sesuai apa yang di harapkan,untuk itu kami  berharap masukan yang lebih banyak lagi dari dosen pembimbing dan teman – teman semua.



DAFTAR PUSTAKA



https://aditya140.wordpress.com/2020/10/17/pengertian-mental-accounting/ https://media.neliti.com/media/publications/23814-ID-mental-accounting-danvariabel-demografi-sebuah-fenomena-pada-penggunaan-kartu-k.pdf https://www.coursehero.com/file/p7qc013/AKUNTANSI-MENTALAkuntansi-mental-mental-accounting-mengacu-pada-cara-konsumen/ https://kolom.kontan.co.id/news/akuntansi-mental#:~:text=Mental %20accounting%20juga%20terjadi%20ketika%20seseorang%20membagi %20rekening%20berdasarkan%20sumber%20pendapatan.&text=Perlakuan %20akuntansi%20perusahaan%20tersebut%20ternyata,pemikiran%20seseorang %20saat%20mengelola%20uang.