4 0 199 KB
MAKALAH KEGAWATDARURATAN PSIKIATRI; TENTAMEN SUICIDE Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen Bencana Dosen Pengampu : Viyan Septiyana A, S.Kep, Ners, M.Kep
Disusun oleh: Kelompok 3 / 3B 1. Aliya Hafsah
(P279011190550
7. Muhamad Rifki F
(P27901119082)
2. Andini Rahmayani (P27901119058)
8. Neng Atin N
(P27901119084)
3. Dwi Haryani
9. Nurfadilah Setiawan (P27901119087)
(P27901119065)
4. Intan Windiastika (P27901119076)
10. Rifdah Septilia H
(P27901119092)
5. Khilda Najah F
11. Siska Suharyati
(P27901119096)
12. Yuli Yulyana
(P27901119102)
(P27901119077)
6. Muhamad Trisna (P27901119081)
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Keluarga dengan judul “Kegawatdaruratan Psikiatri; Tentamen Suicide” Dalam menyusun makalah ini, kami banyak menemui kesulitan dan hambatan sehingga kami tidak terlepas dari segala bantuan, arahan, dorongan semangat dari berbagai pihak. Dan akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih atas kesabaran dan keikhlasannya dalam memberikan masukan, motivasi dan bimbingan selama penyusunan makalah ini. Segala kemampuan dan daya upaya telah kami usahakan semaksimal mungkin, namun kami menyadari bahwa kami selaku penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca. Kami berharap semoga hasil makalah ini memberikan manfaat bagi kita semua, Aamiin.
Tangerang, 25 Januari 2022 Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................
i
DAFTAR ISI ..................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .....................................................................................
1
B. Rumusan Masalah ................................................................................
1
C. Tujuan ..................................................................................................
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Bunuh Diri .........................................................................
3
B. Macam-Macam Bunuh Diri .................................................................
4
C. Etiologi .................................................................................................
5
D. Tanda-Tanda Awal Percobaan Bunuh Diri ..........................................
5
E. Karakteristik Pada Pelaku Percobaan Bunuh Diri................................
6
F. Psikopatologi ........................................................................................
7
G. Penilaian Gawat Darurat Risiko Bunuh Diri .......................................
8
H. Manajemen Untuk Mencegah Percobaan Bunuh Diri .........................
10
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ..........................................................................................
12
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
13
ii
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Setiap kehidupan yang dialami manusia selalu mengalami fluktuasi dalam berbagai hal. Berbagai stressor baik fisik, psikologis maupun social mampu mempengaruhi bagaimana persepsi seorang individu dalam menyikapi kehidupan. Hanya individu dengan pola koping yang baik yang mampu mengendalikan stressor-stressor tersebut sehingga seorang individu dapat terhindar dari merilaku maladaptive. Selain faktor pola koping, faktor support system individu sangat memegang peranan vital dalam menghadapi stressor tersebut. Individu yang mengalami ketidakmampuan dalam menghadapi stressor disebut individu yang berperilaku maladaptive, terdapat berbagai macam jenis perilaku maladaptive yang mungkin dialami oleh individu, dari yang tahap ringan hingga ke tahap yang paling berat yaitu Tentamen suicide atau percobaan bunuh diri. Menurut ahli, Bunuh diri merupakan kematian yang diperbuat oleh sang pelaku sendiri secara sengaja (Haroid I. Kaplan & Berjamin J. Sadock, 1998). Seorang individu yang mengalami tentamen suicide biasanya mengalami beberapa tahap sebelum dia melakukan percobaan bunuh diri secara nyata, Pertama kali biasanya klien memiliki mindset untuk bunuh diri kemudian biasanya akan disampaikan kepada orang-orang terdekat. Ancaman tersebut biasanya dianggap angin lalu, dan ini adalah sebuah kesalahan besar. Selanjutnya klien akan mengalami bargaining dengan pikiran dan logikanya, tahap akhir dari proses ini biasaya klien menunjukan tindakan percobaan bunuh diri secara nyata. Kegawatdaruratan psikiatri adalah setiap pikiran, perasaan dan tindakan yang membutuhkan intervensi terapeutik segera, karena membutuhkan intervensi segera, maka dokter memiliki peranan penting dalam pencegahan dan penatalaksanaan kasus kegawatdaruratan psikiatrik. Kegawatdaruratan psikiatri yang paling sering ditemui adalah bunuh diri dan perilaku kekerasan/penyerangan atau gaduh gelisah.
1
Keperawatan kegawatdaruratan dalam kasus tentamen suicide berfokus pada penanganan klien setelah terjadinya upaya nyata dari klien yang melakukan percobaan bunuh diri sehingga tidak berfokus pada aspek psikologi dan psikiatri dari klien dengan tentamen suicide. B.
Rumusan Masalah 1. Apa pengertian bunuh diri? 2. Bagaimana macam-macam bunuh diri? 3. Bagaimana etiologi bunuh diri? 4. Bagaimana tanda-tanda awal bunuh diri? 5. Bagaimana karakteristik pada pelaku percobaan bunuh diri? 6. Apa psikopatologi pada bunuh diri? 7. Bagaimana penilaian gawat darurat risiko bunuh diri? 8. Bagaimana manajemen untuk mencegah percobaan bunuh diri?
C.
Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian bunuh diri 2. Untuk mengetahui macam-macam bunuh diri 3. Untuk mengetahui etiologi bunuh diri 4. Untuk mengetahui tanda-tanda awal bunuh diri 5. Untuk mengetahui karakteristik pada pelaku percobaan bunuh diri 6. Untuk mengetahui psikopatologi pada bunuh diri 7. Untuk mengetahui penilaian gawat darurat risiko bunuh diri 8. Untuk mengetahui manajemen untuk mencegah percobaan bunuh diri
2
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Bunuh Diri Bunuh diri bukan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan suatu perilaku atau satu bentuk atau cara menuju kematian. Bunuh diri biasanya merupakan “jeritan minta tolong” (cry for help) untuk melepaskan diri dari situasi yang tidak menyenangkan. Tindakan ini dilakukan oleh diri sendiri dan disengaja. Bunuh diri adalah cara yang paling tragis bagi seseorang untuk mengakhiri hidupnya. Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Captain, 2008). Menciderai diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Captain, 2008). Perilaku destruktif diri yaitu setiap aktivitas yang tidak dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku desttruktif diri langsung mencakup aktivitas bunuh diri. Niatnya adalah kematian, dan individu menyadari hal ini sebagai hasil yang diinginkan. Perilaku destruktif diri tak langsung termasuk tiap aktivitas kesejahteraan fisik individu dan dapat mengarah kepada kematian. Orang tersebut tidak menyadari tentang potensial terjadi pada kematian akibat perilakunya dan biasanya menyangkal apabila dikonfrontasi (Stuart & Sundeen, 2006). Rentang Respon Protektif Bunuh Diri Pada umunya tindakan bunuh diri merupakan cara ekpresi orang yang penuh stress. Dalam hal ini, rentang respon perlindungan dirinya telah bergeser ke arah yang berlawanan. Rentang respon perlindungan diri (self-protective) adalah seperti bagian berikut: Adaptif
Peningkatan Diri
Maladaptif
Pertumbuhan Peningkatan Beresiko
Perilaku desruktifdiri tak langsung 3
Pencenderaan diri
Bunuh diri
Perilaku bunuh diri berkembang dalam rentang respon diantaranya: 1. Suicidal ideation, pada tahap ini merupakan proses contemplasi dari suicide, atau sebuah metoda yang digunakan tanpa melakukan aksi/tindakan, bahkan klien pada tahap ini tidak akan mengungkapkan idenya apabila tidak ditekan. Walaupun demikian, perawat perlu menyadari bahwa pasien pada tahap ini memiliki pikiran tentang keinginan untuk mati 2. Suicidal intent, pada tahap ini klien mulai berfikir dan sudah melakukan perencanaan yang konkrit untuk melakukan bunuh diri 3. Suicidal threat, pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan dan hasrat dalam, bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya Suicidal gesture, pada tahap ini klien menunjukkan perilaku destruktif yang diarahkan pada diri sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam kehidupannya tetapi sudah pada percobaan untuk melakukan bunuh diri. 4. Suicidal attempt, pada tahap ini perilaku destruktif klien yang mempunyai indikasi individu ingin mati dan tidak mau diselamatkan misalnya minum obat yang mematikan 5. Suicide, tindakan yang bermaksud untuk membunuh diri sendiri, hal ini telah didahului oleh beberapa percobaan bunuh diri sebelumnya. B. Macam-macam Bunuh Diri Sosiolog Emile Durkheim (1897, 1951) membedakan bunuh diri menjadi empat jenis yaitu : (Upe, 2010:99) a. Bunuh diri egoistik, yaitu bunuh diri yang dilakukan oleh orang-orang yang merasa kepentingan individu lebih tinggi dari pada kepentingan kesatuan sosialnya, b. Bunuh diri altruistik, yaitu bunuh diri karena adanya perasaan integrasi antar sesama individu yang satu dengan yang lainnya sehingga menciptakan masyarakat yang memiliki integritas yang kuat, misalnya bunuh diri harakiri di Jepang, c. Bunuh diri anomi, yaitu tipe bunuh diri yang lebih terfokus pada keadaan moral dimana individu yang bersangkutan kehilangan cita-cita, tujuan dan norma dalam hidupnya,
4
d. Bunuh diri fatalistik, tipe bunuh diri yang demikian tidak banyak dibahas oleh Durkheim. pada tipe bunuh diri anomi terjadi dalam situasi di mana nilai dan norma yang berlaku di masyarakat melemah, sebaliknya bunuh diri fatalistik terjadi ketika nilai dan norma yang berlaku di masyarakat meningkat dan terasa berlebihan. C. Etiologi Berdasarkan Stuart dan Sundeen, etiologi bunuh diri dapat digolongkan dalam faktor predisposisi dan presipitasi, yaitu: 9. Faktor Predisposisi Diagnostik leih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri mempunyai hubungan dengan gangguan jiwa. Individu yang berisiko untuk bunuh diri adalah gangguan afektif, penyalahgunaanzat dan schizophrenia. Faktor predisposisi meliputi sifat kepribadian (impulsive, bermusuhan dan depresi), lingkungan psikososial, riwayat keluarga dan faktor biokimia. 10. Faktor Presipitasi Beberapa faktor presipitasi yang berkaitan dengan bunuh diri adalah perasaan terisolasi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti, kegagalan beradaptasi, perasaan marah/bermusuhan, dan cara mengakhiri keputusan C. Tanda-tanda Awal Bunuh Diri Menurut Santrock terdapat tanda-tanda awal bunuh diri khususnya pada remaja yaitu sebagai berikut : a. Mengancam akan bunuh diri, misalnya ”aku berharap mati saja”; ”keluargaku pasti akan lebih baik kalau aku tidak ada”; ”aku tidak punya apa-apa yang membuatku tetap hidup.” b. Sudah pernah mencoba bunuh diri sebelumnya, sekecil apapun empat dari lima orang yang melakukan bunuh diri sebelumnya telah melakukan sedikitnya satu percobaan bunuh diri. c. Tersirat unsur-unsur kematian dalam musik, seni dan tulisan-tulisan pribadinya.
5
d. Kehilangan anggota keluarga, binatang peliharaan, atau pacar akibat kematian, diabaikan, atau putusnya suatu hubungan. e. Gangguan dalam keluarga, seperti tidak memiliki pekerjaan, penyakit yang serius, pindah, perceraian. f. Gangguan tidur, kebersihan diri dan kebiasaan makan. g. Menurunnya nilai-nilai disekolah dan hilangnya minat terhadap sekolah atau kegiatan yang sebelumnya dianggap penting. h. Perubahan pola tingkah laku yang dramatis, misalnya remaja yang senang sekali berteman dan berkumpul dengan banyak orang berubah menjadi pemalu dan menarik diri. i. Perasaan murung, tidak berdaya dan putus asa yang mendalam. j. Menarik diri dari anggota keluarga dan teman, merasa disingkirkan oleh orang yang berarti bagi dirinya. k. Membuang atau memberikan semua hadiah-hadiah miliknya dan sebaliknya mulai menata kerapihan. l. Serangkaian kecelakaan atau tingkah laku beresiko yang tidak terencana seperti penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan, mengabaikan keselamatan diri, menerima tantangan yang berbahaya. (dalam hubungannya dengan penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan, telah terjadi peningkatan yang drakmatis selama beberapa tahun belakangan ini sehubungan dengan jumlah remaja yang melakukan bunuh diri pada saat sedang dibawah penggaruh alkohol dan obat-obatan terlarang). D. Karakteristik Pada Pelaku Percobaan Bunuh Diri Munurut Kartono terdapat beberapa ciri karakteristik dari orang-orang yang cenderung melakukan dan sudah melakukan perbuatan bunuh diri, antara lain: a. Ada ambivalensi yang sadar atau tidak sadar antara keinginan untuk mati dan untuk hidup. b. Ada perasaan tanpa harapan, tidak berdaya, sia-sia, sampai pada jalan buntu, merasa tidak mampu mengatasi segala kesulitan dalam hidupnya. c. Dia merasa pada batas ujung kekuatan, merasa sudah mencapai total, secara fisik dan secara mental.
6
d. Selalu dihantui atau dikejar-kejar rasa cemas, takut, tegang, depresi, marah, dendam, dosa atau bersalah. E. Psikopatologi Orang yang siap membunuh diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan tindak kekerasan, mempunyai rencana spesifik, dan mempunyai niat untuk melakukan. Perilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi 3 kategori, yaitu: 1. Ancaman bunuh diri Peningkatan verbal atau nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Ancaman menunjukkan ambevalensi seseorang tentang kematian kurangnya respon positif dapat ditafsirkan seseorang sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri. 2. Upaya bunuh diri Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah. 3. Bunuh diri Mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau terabaikan. Orang yang melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak langsung ingin mati mungkin pada mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya. Perbedaan antara percobaan bunuh diri dan bunuh diri Percobaan bunuh diri
Bunuh diri
Umumnya terjadi pada semua kelompok
Terjadi pada usia dewasa dan usia lanjut
usia Lebih umum terjadi pada wanita muda yang
Lebih umum terjadi pada pria(lebih banyak
tidak menikah
pada bujangan, bercerai atau duda)
Bersifat ambivalen (mendua)
Bersifat tegas
Menggunakan
metode
yang
tidak Menggunakan
mematikan
menyakitkan
7
metode
yang
lebih
Berkaitan dengan perilaku untuk menarik
Berkaitan dengan keinginan untuk mati
perhatian Cara yang sering dipakai adalah dengan
Cara
yang
sering
dipakai
adalah
meminum racun
menggantung diri, minum racun, atau membakar diri
Stressor
sering
kali
berupa
konflik
interpersonal atau konflik dalam keluarga
Stressor bervariasi meliputi sakit stadium terminal dan faktor ekonomi
F. Penilaian Gawat Darurat Risiko Bunuh Diri 1. Wawancara untuk mengkaji kemungkinan penyebab: a. Penyakit fisik: epilepsi, tumor, penyakit alzheimer, multiple sklerosis, trauma keganasan, dll b. Ringkasan gangguan jiwa dan komorbiditas gangguan jiwa 2. Wawancara untuk mengkaji faktor risiko dan faktor protektif a. Faktor risiko
Ide, rencana dan akses ke alat-alat saat ini
Riwayat percobaan bunuh diri/melukai diri sendiri
Riwayat keluarga dengan bunuh diri
Penyalahgunaan alkohol/zat psikoaktif
Riwayat gangguan jiwa saat ini/sebelumnya
Baru pulang dari perawatan di rawatan psikiatri
Implusivitas dan kontrol diri rendah
Keputusasaan
Kehilangan
Masalah yang berkepanjangann
Riwayat perilaku salah dan kekerasan
Kondisi akut: dipermalukan dan rasa putus asa
Masalah komorbiditas kesehatan
Usia, jenis kelamin, tidak menikah, homoseksual
b. Faktor protektif
8
Dukungan sosial yang positif
Spiritualitas
Tanggungjawab pada keluarga, aset ekonomi
Memiliki anak atau hamil
Kepuasan hidup
Memiliki kemampuan membedakan mana yang nyata dan tidak nyata
Memiliki keterampilan menyelesaikan masalah
Hubungan terapeutik yang positif
Memiliki hobi, aktivitas rekreasional
3. Lakukan pemeriksaan fisik untuk mencari kemungkinan tanda-tanda:
Sayatan pada pergelangan tangan
Luka tusuk di dada/abdomen
Luka tembak
Jejas bekas gantung diri
Luka memar akibat jatuh atau membentur benda keras
Bau muntah racun serangga
Tanda-tanda intoksikasi obat-obatan tertentu
Kemungkinan diagnosis utama:
Gangguan mental organik
Gangguan akibat penyalahgunaan zat dan alkohol
Gangguan psikotik
Gangguan mood
Gangguan neurotik
Gangguan kepribadian
Instrumen yang biasa dipakai untuk menentukan resiko klien melakukan bunuh diri diantaranya dengan SAD PERSONS: No
SAD PERSONS
Keterangan
9
1
Sex (jenis kelamin)
Laki-laki lebih komit melakukan suicide 3 kali lebih tinggi dibandingkan wanita, meskipun wanita lebih sering 3 kali dibanding laki-laki mencoba percobaan bunuh diri
2
Age (umur)
Kelompok resiko tinggi: 19 tahun atau lebih muda, 45 tahun atau lebih tua dan khususnya umur 65 tahun lebih
3
Depression
35 – 79% orang melakukan bunuh diri mengalami sindrome depresi
4
Previous
attempts 65 – 70 % orang melakukan bunuh diri sudah pernah
(percobaan
bunuh melakukan percobaan sebelumnya
diri 5
ETOH (alkohol)
65
%
orang
yang
suicide
adalah
orang
yang
menyalahgunakan alkohol 6
Rational Loss
Thinking Orang skizofrenia dan demensia lebih sering melakukan (kehilangan bunuh diri dibanding general populasi
berfikir rasional) 7
Sosial
Support Orang yang melakukan bunuh diri biasanya kurangnya
Lacking
(kurang dukungan dari teman dan saudara, pekerjaan yang bermakna
dukungan sosial) 8
serta dukungan spiritual keagamaan
Organized
Plan Adanya perencanaan yang spesifik terhadap bunuh diri
(perencanaan
yang merupakan resiko tinggi
terorganisasi) 9
10
No
Spouse
(tidak Orang duda, singgle adalah lebih rentan dibandingkan
memiliki pasangan)
menikah
Sickness
Orang yang berpenyakit kronik dan terminal berisiko tinggi melakukan bunuh diri
G. Manajemen untuk Mencegah Percobaan Bunuh Diri Bila kondisi pasien sudah stabil: 1. Awasi, jangan biarkan pasien sendirian 10
2. Simpan benda-benda yang dapat digunakan untuk bunuh diri: benda tajam, tali, ikat pinggang, racun serangga 3. Apabila pasien minum obat, pastikan apakah obat-obat benar diminum dalam dosis yang sesuai 4. Buat kontrak; tidak akan melakukan tindakan bunuh diri pada periode waktu tertentu 5. Tegakkan hubungan saling percaya dengan pasien 6. Jangan menghakimi perilaku pasien 7. Tingkatkan harga diri pasien; memberikan aspek positif diri, menyusun rencana jangka pendek 8. Kerahkan dukungan keluarga/orang terdekat. Edukasi supaya memberikan dukungan kepada pasien. Ajak pasien untuk mengenali potensi penyelesaian masalah yang selama ini efektif 9. Jika pasien tidak memiliki keluarga/keluarga tidak mampu merawat pasien dirumah maka hospitalisasi
11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Bunuh diri merupakan suatu aktifitas yang jika tidak di cegah dapat menyebabkan kematian. Bunuh diri dapat disebabkan oleh adanya faktor pencetus dan faktor predisposisi. Faktor pencetus dapat berupa perasaan terisolasi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti, kegagalan beradaptasi, perasaan marah/bermusuhan, dan cara mengakhiri keputusasaan.
Sedangkan
faktor
predisposisi
meliputi
gangguan
afektif,
penyalahgunaan zat dan skizofrenia. Faktor predisposisi meliputi sifat kepribadian (impulsive, bermusuhan dan depresi), lingkungan psikososial, riwayat keluarga dan faktor biokimia. Karakteristik pasien dengan perilaku bunuh diri dapat berupa adanya gangguan alam perasaan, perubahan penampilan fisik, menarik diri, ketidakberdayaan dan gangguan interaksi sosial. Perawat memiliki peran yang sangat pentig dalam menerapkan asuhan keperawatan yang terkait bunuh diri. Diperlukan suatu penatalaksanaan kegawatdaruratan yang bertujuan utnuk melindungi, meningkatkan harga diri, penguatan koping dan dukungan keluarga. Sehingga pasien akan dapat dicegah dari perilaku bunuh diri dan dapat menjalani kehidupannya dengan baik.
12
DAFTAR PUSTAKA
Jannah, Syirifah Rauzatul. 2007. Tinjauan Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Pada Pasien Dengan Bunuh Diri. Idea Nursing Jurnal Vol 1(1). Jawa Tengah, RS Amino. 2019. Modul Kegawatdaruratan Psikiatri. https://rsamino.jatengprov.go.id/ Diakses pada tanggal 25 Januari 2022 Mafazah,
Naila.
2020.
Buku
Teks
Psikiatri
di
Pelayanan
Primer.
https://www.scribd.com/document/441545853/BUKU-TEKS-PSIKIATRI-DIPELAYANAN-PRIMER-edit-terakhir-1 Diakses pada tanggal 25 Januari 2022.
13