Makalah KMB DM [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH



“ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELLITUS”



Oleh : Rabiatul Jannah I1B113644



UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS KEDOKTERAN BANJARBARU PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN HALAMAN PENGESAHAN Nama



: Rabiatul Jannah



Judul Makalah



: Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus



Tanggal



: 7 Juli 2014



2



Mengetahui, Dosen



Noor Diani, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.Kep.MB NIP. 19780317 200812 2 001



ii KATA PENGANTAR



3



Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan izin dan karunia serta anugerahNya makalah Keperawatan Medikal Bedah yang bertopik Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus dapat selesai tepat pada waktunya. Tidak lupa pula saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini baik dengan materi maupun non materi. Kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak agar pembuatan dan penyusunan makalh berikutnya bisa lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pihak pada umumnya dan saya pada khususnya.



Wassalam,



Penulis



iii ISI DAFTAR



Halaman



4



HALAMAN JUDUL.............................................................. ...........……...



i



HALAMAN PENGESAHAN ……………...................................... ……...



ii



DAFTAR ISI................................................................................................



iii



KATA PENGANTAR………………………………………………………



iv



BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………. A. Latar Belakang..................................................................... 6 B. Tujuan ......................................................................................



6 7



BAB II DIABETES MELLITUS…………. A. B. C. D. E. F. G. H.



Pengertian……………………….….…................................... 8 Klasifikasi Diabetes Melitus.................................................. 8 Etiologi……........................................................ ……………... 9 Patofisiologi……………………………………………………. 11 Gejala Klinis…………………………………………………… 13 Komplikasi…………………………………………………….. 13 Penegakkan Diagnostik………………………………………… 18 Penatalaksanaan………………………………………………... 19



BAB III ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS…………. A. Pengkajian.......................................................................... B. Diagnosa Keperawatan........................................................



25 25 26 Halaman



C. Discharge Planning…………………………………………….. iv D. Rencana Asuhan Keperawatan…………………………………. BAB IV PENUTUP……………………………………………………….. A. Kesimpulan........................................................................ B. Saran................................................................................. DAFTAR PUSTAKA



26 27 34 34 35



5



v BAB I



PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat prevalensi dari diabetes mellitus sangat tinggi, diduga terdapat sekitar 10 juta kasus diabetes di Amerika Serikat dan setiap tahunnya didiagosis 600.000 kasus baru. Diabetes merupakan penyebab kematian ketiga di Amerika Serikat dan merupakan penyebab utama kebutaan akibat retinopati diabetik (Sylvia A. Price). Tujuh puluh lima persen penderita diabetes akhirnya meninggal karena penyakit vaskuler. Komplikasi yang paling utama adalah serangan jantung, payah jantung, stroke



6



dan ganggren. Selain itu, kematian neonatal intrauterine pada ibu-ibu yang menderita diabetes meningkat (Sylvia A. Price). Pada tahun 1995, tercatat penderita diabetes di Indonesia merupakan urutan ke-7 di dunia dengan urutan pertama India, yang selanjutnya Cina, Amerika Serikat, Rusia, Jepang, dan Brazil. Diperkirakan jumlah ini akan terus berkembang pada tahun-tahun berikutnya. Usia harapan hidup rata-rata pasien diabetes berkurang sembilan tahun bagi laki-laki dan tujuh tahun bagi perempuan bila dibandingkan dengan yang bukan pasien diabetes. Pengurangan usia ini paling besar bila awitan penyakit terjadi pada usia muda. Pasien diabetes sebenarnya relatif dapat hidup normal asalkan mereka mengetahui dengan baik keadaan dan cara penatalaksanaan penyakit yang dideritanya. Oleh karena itu, edukasi pasien amatlah perlu. Karena kualitas hidup semua pasien diabetes sangat terpengaruh oleh banyaknya komplikasi yang menimbulkan bahaya. Terlebih lagi, perlunya diet ketat dan pengobatan terus-menerus menimbulkan pergulatan emosi yang terus-menerus pula, bagi banyak pasien. Penyebab kematian pada diabetes (urut frekuensi) adalah infark miokard, gagal ginjal, stroke infeksi ketoasidosis koma hiperosmolar hipoglikemia (Brunner & suddart).



B. Tujuan 6



1. Memahami pengertian diabetes melitus



2. Menjelaskan perbedaan antara diabetes tipe I dan tipe II 3. Menjelaskan asuhan keperawatan penyakit diabetes melitus



7



BAB II DIABETES MELLITUS



A. PENGERTIAN Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah (Mansjoer dkk,1999). Sedangkan menurut Francis dan John (2000), Diabetes Mellitus klinis adalah suatu sindroma gangguan



8



metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin atau keduanya. B. KLASIFIKASI DIABETES MELLITUS 1. Klasifikasi Klinis a. Diabetes Mellitus 1) Tipe tergantung insulin (DMTI), Tipe I 2) Tipe tak tergantung insulin (DMTTI), Tipe II (DMTTI yang tidak mengalami obesitas , dan DMTTI dengan obesitas) b. Gangguan Toleransi Glukosa (GTG) c.



Diabetes Kehamilan (GDM)



2. Klasifikasi risiko statistik a.



Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa



b.



Berpotensi menderita kelainan toleransi glukosa



Pada Diabetes Mellitus tipe 1 sel-sel β pancreas yang secara normal menghasilkan hormon insulin dihancurkan oleh proses autoimun, sebagai akibatnya penyuntikan insulin diperlukan untuk mengendalikan kadar glukosa darah. Diabetes mellitus tipe I ditandai oleh awitan mendadak yang biasanya terjadi pada usia 30 tahun. Diabetes mellitus tipe II terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat penurunan jumlah produksi insulin. C. ETIOLOGI



8



DM atau kencing manis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh karena peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemi) akibat kekurangan hormon insulin baik absolut maupun relatif. Absolut berarti tidak ada insulin sama sekali sedangkan relatif berarti jumlahnya cukup/memang sedikit tinggi atau daya kerjanya kurang. Hormon Insulin dibuat dalam pancreas. Keadaan yang menyebabkan hiperglikemia, yaitu : 1. Kerusakan genetik dari sel beta



9



2. Kerusakan genetik dari aksi insulin 3. Penyakit dari pankreas endokrin : pankreasitis, trauma, neoplasma. 4. Mengkonsumsi obat – obatan ilmiah 5. Infeksi 6. Faktor keturunan 1. Diabetes Mellitus tergantung insulin (DMTI) a.



Faktor genetik : Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu



presdisposisi



atau



kecenderungan



genetic



kearah



terjadinya



diabetes



tipe



I.



Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya. b. Faktor imunologi : Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.



c.



Faktor lingkungan Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh hasil



penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas. 2. Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI) Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap



10



kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia (Price,1995). Diabetes Mellitus tipe II disebut juga Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak. Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya adalah: a.



Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)



b. Obesitas c.



Riwayat keluarga



d. Kelompok etnis D. PATOFISIOLOGI



11



12



E. GEJALA KLINIS Menurut Askandar (1998) seseorang dapat dikatakan menderita Diabetes Mellitus apabila menderita dua dari tiga gejala yaitu : 1. Keluhan TRIAS: Banyak minum, Banyak kencing dan Penurunan berat badan. 2. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl 3. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl Sedangkan menurut Waspadji (1996) keluhan yang sering terjadi pada penderita Diabetes Mellitus adalah: Poliuria, Polidipsia, Polifagia, Berat badan menurun, Lemah, Kesemutan, Gatal, Visus menurun, Bisul/luka, Keputihan.



13



F. KOMPLIKASI Beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus (Mansjoer dkk, 1999), yaitu : 1. Akut a.



Hipoglikemia dan hiperglikemia



b. Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler). c.



Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.



d. Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler (Suddarth and Brunner, 1990). Jika tidak tepat ditangani, dalam jangka panjang penyakit diabetes bisa menimbulkan berbagai komplikasi, yaitu : 1.



Kardiopati diabetik,



2.



Gangren dan impotensi,



3.



Nefropati diabetik,



4.



Retinopati diabetik



1. Kardiopati diabetik Kardiopati diabetik adalah gangguan jantung akibat diabetes. Glukosa darah yang tinggi dalam jangka waktu panjang akan menaikkan kadar kolesterol dan trigliserida darah. Lama-kelamaan akan terjadi aterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah. Maka bagi para penderita diabet perlu pemeriksaan kadar kolesterol dan trigliserida darah secara rutin. Dari pengalaman saya untuk menurunkan kadar gula darah sekaligus menormalkan kadar kolestrol dan trigliserida sebenarnya sangat mudah. Yang pertama sebenarnya pola makan malam. Upayakanlah tidak makan nasi pada malam hari. Gantilah dengan makan kentang atau bisa juga pisang kepok rebus atau bisa juga konsumsi sayur dan buah-buahan. Penyempitan pembuluh darah koroner menyebabkan infark jantung dengan gejala antara lain nyeri dada. Karena diabetes juga merusak sistem saraf, rasa nyeri kadangkadang tidak terasa. Serangan yang tidak terasa ini disebut silent infraction atau silent



14



heart attack. Kematian akibat kelainan jantung dan pembuluh darah pada penderita diabetes kira-kira dua hingga tiga kali lipat lebih besar dibanding bukan penderita diabetes., pengendalian kadar gula dalam darah belum cukup untuk mencegah gangguan jantung pada penderita diabetes. Sebagaimana rekomendasi Asosiasi Diabetes Amerika (ADA) serta perkumpulan sejenis di Eropa atau Indonesia (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia/Perkeni), penderita diabetes diharapkan mengendalikan semua faktor secara bersama-sama untuk mendapatkan hasil yang optimal. Tekanan darah harus diturunkan secara agresif di bawah 130/80 mmHg, trigliserida di bawah 150 mg/dl, LDL (kolesterol buruk) kurang dari 100 mg/dl, HDL (kolesterol baik) di atas 40 mg/dl. Hal ini memberi proteksi lebih baik pada jantung. 2. Gangren dan impotensi Penderita diabetes yang kadar glukosanya tidak terkontrol respons imunnya menurun. Akibatnya, penderita rentan terhadap infeksi, seperti infeksi saluran kencing, infeksi paru serta infeksi kaki. Banyak hal yang menyebabkan kaki penderita diabetes mudah kena infeksi, terkena knalpot, lecet akibat sepatu sesak, luka kecil saat memotong kuku, kompres kaki yang terlalu panas. Infeksi kaki mudah timbul pada penderita diabetes kronis dan dikenal sebagai penyulit gangren atau ulkus. Jika dibiarkan, infeksi akan mengakibatkan pembusukan pada bagian luka karena tidak mendapat aliran darah. Pasalnya, pembuluh darah penderita diabetes banyak tersumbat atau menyempit. Jika luka membusuk, mau tidak mau bagian yang terinfeksi harus diamputasi. Penderita diabetes yang terkena gangren perlu dikontrol ketat gula darahnya serta diberi antibiotika. Penanganan gangren perlu kerja sama dengan dokter bedah. Untuk mencegah gangren, penderita diabetes perlu mendapat informasi mengenai cara aman memotong kuku serta cara memilih sepatu. Impotensi juga menjadi momok bagi penderita diabetes, impotensi disebabkan pembuluh darah mengalami kebocoran sehingga penis tidak bisa ereksi. Impotensi pada penderita diabetes juga bisa disebabkan oleh faktor psikologis atau gabungan organis dan psikologis.



15



Ulkus/gangren (Soeparman, 1987, hal 377) terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain: 1) Grade 0



:



tidak ada luka



2) Grade I



:



kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit



3) Grade II :



kerusakan kulit mencapai otot dan tulang



4) Grade III :



terjadi abses



5) Grade IV :



Gangren pada kaki bagian distal



6) Grade V :



Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal



3. Nefropati diabetik Nefropati diabetik adalah gangguan fungsi ginjal akibat kebocoran selaput penyaring darah. Sebagaimana diketahui, ginjal terdiri dari jutaan unit penyaring (glomerulus). Setiap unit penyaring memiliki membran/selaput penyaring. Kadar gula darah tinggi secara perlahan akan merusak selaput penyaring ini. Gula yang tinggi dalam darah akan bereaksi dengan protein sehingga mengubah struktur dan fungsi sel, termasuk membran basal glomerulus. Akibatnya, penghalang protein rusak dan terjadi kebocoran protein ke urin (albuminuria). Hal ini berpengaruh buruk pada ginjal. Menurut situs Nephrology Channel, tahap mikroalbuminuria ditandai dengan keluarnya 30 mg albumin dalam urin selama 24 jam. Jika diabaikan, kondisi ini akan berlanjut terus sampai tahap gagal ginjal terminal. Karena itu, penderita diabetes harus diperiksa kadar mikroalbuminurianya setiap tahun. Penderita diabetes tipe 1 secara bertahap akan sampai pada kondisi nefropati diabetik atau gangguan ginjal akibat diabetes. Sekitar lima sampai 15 persen diabetes tipe 2 juga berisiko mengalami kondisi ini. Gangguan ginjal, menyebabkan fungsi ekskresi, filtrasi dan hormonal ginjal terganggu. Akibat terganggunya pengeluaran zat-zat racun lewat urin, zat racun tertimbun di tubuh. Tubuh membengkak dan timbul risiko kematian. Ginjal juga memproduksi hormon eritropoetin yang berfungsi mematangkan sel darah merah. Gangguan pada ginjal menyebabkan penderita mengalami anemia. Pengobatan progresif sejak dini bisa menunda bahkan menghentikan progresivitas penyakit. Repotnya penderita umumnya baru berobat saat gangguan ginjal sudah lanjut atau terjadi



16



makroalbuminuria (300 mg albumin dalam urin per 24 jam). Pengobatan meliputi kontrol tekanan darah. Tindakan ini dianggap paling penting untuk melindungi fungsi ginjal. Biasanya menggunakan penghambat enzim pengonversi angiotensin (ACE inhibitors) dan atau penghambat reseptor angiotensin (ARBs). Selain itu dilakukan pengendalian kadar gula darah dan pembatasan asupan protein (0,6-0,8 gram per kilogram berat badan per hari). Penderita yang telah sampai tahap gagal ginjal memerlukan hemodialisis atau transplantasi ginjal. Gejala nefropati diabetes baru terasa saat kerusakan ginjal telah parah berupa bengkak pada kaki dan wajah, mual, muntah, lesu, sakit kepala, gatal, sering cegukan, mengalami penurunan berat badan. Penderita nefropati harus menghindari zat yang bisa memperparah kerusakan ginjal, misalnya pewarna kontras yang digunakan untuk rontgen, obat anti-inflamasi nonsteroid serta obat-obatan yang belum diketahui efek sampingnya. 4. Retinopati diabetik Diabetes juga dapat menimbulkan gangguan pada mata, terutama adalah retinopati diabetik. Keadaan ini, disebabkan rusaknya pembuluh darah yang memberi makan retina. Bentuk kerusakan bisa bocor dan keluar cairan atau darah yang membuat retina bengkak atau timbul endapan lemak yang disebut eksudat. Selain itu terjadi cabang-cabang abnormal pembuluh darah yang rapuh menerjang daerah yang sehat. Retina adalah bagian mata tempat cahaya difokuskan setelah melewati lensa mata. Cahaya yang difokuskan akan membentuk bayangan yang akan dibawa ke otak oleh saraf optik. Bila pembuluh darah mata bocor atau terbentuk jaringan parut di retina, bayangan yang dikirim ke otak menjadi kabur. Gangguan penglihatan makin berat jika cairan yang bocor mengumpul di fovea, pusat retina yang menjalankan fungsi penglihatan sentral. Akibatnya, penglihatan kabur saat membaca, melihat obyek yang dekat serta obyek yang lurus di depan mata. Pembuluh darah yang rapuh bisa pecah, sehingga darah mengaburkan vitreus, materi jernih seperti agar-agar yang mengisi bagian tengah mata. Hal ini menyebabkan cahaya yang menembus lensa terhalang dan tidak sampai ke retina atau mengalami distorsi. Jaringan parut yang terbentuk dari pembuluh darah yang pecah di korpus vitreum dapat



17



mengerut dan menarik retina, sehingga retina lepas dari bagian belakang mata. Pembuluh darah bisa muncul di iris (selaput pelangi mata) menyebabkan glaukoma. Risiko terjadinya retinopati diabetik cukup tinggi. Sekitar 60 persen orang yang menderita diabetes 15 tahun atau lebih mengalami kerusakan pembuluh darah pada mata. Pemeriksaan dilakukan dengan oftalmoskop serta angiografi fluoresen yaitu foto rontgen mata menggunakan zat fluoresen untuk mengetahui kebocoran pembuluh darah. Pengobatan dilakukan dengan bedah laser oftalmologi. Yaitu, penggunaan sinar laser untuk menutup pembuluh darah yang bocor, sehingga tidak terbentuk pembuluh darah abnormal yang rapuh. Selain itu bisa dilakukan vitrektomi yaitu tindakan mengeluarkan vitreus yang dipenuhi darah dan menggantinya dengan cairan jernih. Penderita retinopati hanya boleh berolahraga ringan dan harus menghindari gerakan membungkuk sampai kepala di bawah. Menderita diabetes bukan berarti kiamat. Penderita diabetes bisa hidup secara wajar dan normal seperti orang- orang yang bukan penderita diabetes. Bedanya, penderita diabetes harus disiplin mengontrol kadar gula darah agar tidak meningkat di atas normal untuk jangka waktu panjang. Penyakit diabetes mellitus (DM)-yang dikenal masyarakat sebagai penyakit gula atau kencing manis-terjadi pada seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula (glukosa) dalam darah akibat kekurangan insulin atau reseptor insulin tidak berfungsi baik. Diabetes yang timbul akibat kekurangan insulin disebut DM tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Sedang diabetes karena insulin tidak berfungsi dengan baik disebut DM tipe 2 atau Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Insulin adalah hormon yang diproduksi sel beta di pankreas, sebuah kelenjar yang terletak di belakang lambung, yang berfungsi mengatur metabolisme glukosa menjadi energi serta mengubah kelebihan glukosa menjadi glikogen yang disimpan di dalam hati dan otot. Tidak keluarnya insulin dari kelenjar pankreas penderita DM tipe 1 bisa disebabkan oleh reaksi autoimun berupa serangan antibodi terhadap sel beta pankreas. Pada penderita DM tipe 2, insulin yang ada tidak bekerja dengan baik karena reseptor insulin pada sel berkurang atau berubah struktur sehingga hanya sedikit glukosa yang berhasil masuk sel. Akibatnya, sel mengalami kekurangan glukosa, di sisi lain glukosa



18



menumpuk dalam darah. Kondisi ini dalam jangka panjang akan merusak pembuluh darah dan menimbulkan pelbagai komplikasi. Tiga gejala klasik yang dialami penderita diabetes. Yaitu, banyak minum, banyak kencing, dan berat badan turun. Pada awalnya, kadang-kadang berat badan penderita diabetes naik. Penyebabnya, kadar gula tinggi dalam tubuh. Gejala lain, adalah gangguan saraf tepi berupa kesemutan terutama di malam hari, gangguan penglihatan, gatal di daerah kemaluan atau lipatan kulit, bisul atau luka yang lama sembuh, gangguan ereksi pada pria dan keputihan pada perempuan. Jika tidak tepat ditangani, dalam jangka panjang penyakit diabetes bisa menimbulkan berbagai komplikasi akibat gangguan pembuluh darah, gangguan bisa terjadi pada pembuluh darah otak (stroke), pembuluh darah mata (gangguan penglihatan), pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner), pembuluh darah ginjal (gagal ginjal), serta pembuluh darah kaki (luka yang sukar sembuh/gangren). Penderita juga rentan infeksi, mudah terkena infeksi paru, gigi, dan gusi serta saluran kemih. G. PENEGAKKAN DIAGNOSTIK Kriteria yang melandasi penegakan diagnosa diabetes adalah kadar glukosa darah yang meningkat secara abnormal, yaitu pemeriksaan : 1.



Glukosa darah sewaktu.



2.



Kadar glukosa darah puasa



3.



Tes toleransi glukosa



Bukan DM



Puasa



Vena



< 100 2 jam PP



-



Kapiler < 80 Gangguan



Puasa



Vena



Toleransi



140



Glukosa



Kapiler



100



- 2 jam PP



Vena 100 - 140 Kapiler



80 -



80 –



120



120 DM



Puasa



Vena



> 140 2 jam PP



Vena



> 200



Kapiler



> 120



Kapiler > 200



Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :



19



1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L) 2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L) 3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75



gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl) H. PENATALAKSANAAN Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia) tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan series pada pola aktivitas pasien. Ada lima konponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu: 1. Diet a. Syarat diet diabetes hendaknya dapat: 1) Memperbaiki kesehatan umum penderita 2) Mengarahkan pada berat badan normal 3) Menormalkan pertumbuhan diabetes anak dan diabetes dewasa muda 4) Mempertahankan kadar KGD normal 5) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik 6) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita. 7) Menarik dan mudah diberikan b. Prinsip diet diabetes, adalah: 1) Jumlah sesuai kebutuhan 2) Jadwal diet ketat 3) Jenis: boleh dimakan/tidak c. Diit diabetes sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan kandungan kalorinya.



20



1) Diit DM I



: 1100 kalori



2) Diit DM II



: 1300 kalori



3) Diit DM III



: 1500 kalori



4) Diit DM IV



: 1700 kalori



5) Diit DM V



: 1900 kalori



6) Diit DM VI



: 2100 kalori



7) Diit DM VII



: 2300 kalori



8) Diit DM VIII



: 2500 kalori



Keterangan : Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan normal Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes remaja, atau diabetes komplikasi. Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of relative body weight (BBR= berat badan normal) dengan rumus: BB (Kg) BBR =



X 100 % TB (cm) – 100



Kurus (underweight) 1) Kurus (underweight)



:



BBR < 90 %



2) Normal (ideal)



:



BBR 90 – 110 %



3) Gemuk (overweight)



:



BBR > 110 %



4) Obesitas, apabila



:



BBR > 120 %



5) Obesitas ringan



:



BBR 120 – 130 %



6) Obesitas sedang



:



BBR 130 – 140 %



7) Obesitas berat



:



BBR 140 – 200 %



8) Morbid



:



BBR > 200 %



21



Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita diabetes yang bekerja biasa adalah: 1) kurus



:



BB X 40 – 60 kalori sehari



2) Normal



:



BB X 30 kalori sehari



3) Gemuk



:



BB X 20 kalori sehari



4) Obesitas



:



BB X 10-15 kalori sehari



2. Latihan Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita diabetes, adalah: a. Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila dikerjakan setiap 1 ½ jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensitivitas insulin dengan reseptornya. b. Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore c.



Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen



d. Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein e. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang pembentukan glikogen baru f.



Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.



3. Penyuluhan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya. 4. Obat a. Tablet OAD (Oral Antidiabetes)



22



1). Mekanisme kerja sulfanilurea a) kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra pancreas b) kerja OAD tingkat reseptor 2). Mekanisme kerja Biguanida Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu: a) Biguanida pada tingkat prereseptor  ekstra pankreatik Menghambat



absorpsi



karbohidrat,



menghambat



glukoneogenesis



meningkatkan afinitas pada reseptor insulin. b) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulin. c) Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek intraseluler. b.



Insulin Indikasi penggunaan insulin, yaitu :



1) DM tipe I 2) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD 3) DM kehamilan 4) DM dan gangguan faal hati yang berat 5) DM dan infeksi akut (selulitis, gangren) 6) DM dan TBC paru akut 7) DM dan koma lain pada DM 8) DM operasi 9) DM patah tulang 10) DM dan underweight 11) DM dan penyakit Graves Beberapa cara pemberian insulin, yaitu : 1). Suntikan insulin subkutan



di



hati,



23



Insulin reguler mencapai puncak kerjanya pada 1-4 jam, sesudah suntikan subcutan, kecepatan absorpsi di tempat suntikan tergantung pada beberapa factor antara lain: a) Lokasi suntikan



Ada 3 tempat suntikan yang sering dipakai yaitu dinding perut, lengan, dan paha. Dalam memindahkan suntikan (lokasi) janganlah dilakukan setiap hari tetapi lakukan rotasi tempat suntikan setiap 14 hari, agar tidak memberi perubahan kecepatan absorpsi setiap hari. b) Pengaruh latihan pada absorpsi insulin Latihan akan mempercepat absorbsi apabila dilaksanakan dalam waktu 30 menit setelah suntikan insulin karena itu pergerakan otot yang berarti, hendaklah dilaksanakan 30 menit setelah suntikan.



2). Pemijatan (Masage) Pemijatan juga akan mempercepat absorpsi insulin. 3). Suhu Suhu kulit tempat suntikan (termasuk mandi uap) akan mempercepat absorpsi insulin. a ) Dalamnya suntikan Makin dalam suntikan makin cepat puncak kerja insulin dicapai. Ini berarti suntikan intramuskuler akan lebih cepat efeknya daripada subcutan. b) Konsentrasi insulin Apabila konsentrasi insulin berkisar 40 – 100 U/ml, tidak terdapat perbedaan absorpsi. Tetapi apabila terdapat penurunan dari u –100 ke u – 10 maka efek insulin dipercepat. 4). Suntikan intramuskular dan intravena Suntikan intramuskular dapat digunakan pada koma diabetik atau pada kasus-kasus dengan degradasi tempat suntikan subkutan. Sedangkan suntikan intravena dosis rendah digunakan untuk terapi koma diabetik.



24



BAB III ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELLITUS A. Pengkajian 1. Riwayat Kesehatan Keluarga Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ? 2. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.



25



3. Aktivitas/ Istirahat : Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun. 4. Sirkulasi Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah 5. Integritas Ego Stress, ansietas 6. Eliminasi Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare 7. Makanan / Cairan Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik. 8. Neurosensori Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan penglihatan. 9. Nyeri / Kenyamanan Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat) 10. Pernapasan Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak) 11. Keamanan Kulit kering, gatal, ulkus kulit.



25



B. Diagnosa Keperawatan 1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan keseimbangan insulin, makanan, dan aktivitas jasmani



26



2. Resiko syok. 3. Resiko infeksi.. 4. Kerusakan integritas jaringan 5.



Ketidakefektipan perfusi jaringan perifer b/d penurunan sirkulasi darah keperifer, proses penyakit (DM)



6.



Resiko ketidakseimbangan elektrolit b/d gejala poliuri dan dehidrasi



C. Discharge Planning 1. Berikan penjelasan secara lisan dan tulisan tentang perawatan dan pengobatan yang diberikan. 2. Ajarkan dan evaluasi untuk mengenal gejala syok dan asidosis diabetik dan penanganan kedaruratan 3. Simulasikan cara pemberian terapi insulin mulai dari persiapan alat sampai penyuntikan dan lokai 4. Ajarkan memonitor atau memeriksa glukosa darah dan glukosa dalam urine 5. Perencanaan diit, buat jadwal 6. Perencanaan latihan, jelaskan dampak latihan dengan diabetik 7. Ajarkan gabaimana untukmencegah hiperglikemi dan hipoglikemi daninfomasikan gejala gejala yang muncul darikeduanya. 8. Jelaskan komplikasi yang muncul 9. Ajarkan mencegah infeksi : keberihan kaki, hindari perlukaan,gunakan sikat gigi yang halus. D. Rencana Keperawatan Diabetes mellitus No 1



Diagnosa Keperawatan



Itujuan Dan Kriteria Hasil



Intervensi



Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC : kurang dari kebutuhan Nutritional Status : food and Nutrition Management tubuh Fluid Intake Kaji adanya alergi makanan Definisi : Intake nutrisi



27



tidak cukup untuk keperluan metabolisme tubuh.



-



-



-



-



-



Nutritional Status : nutrient Kolaborasi dengan ahli gizi untuk Intake menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien. Kriteria Hasil : Anjurkan pasien untuk Batasan karakteristik : meningkatkan intake Fe Adanya peningkatan berat Anjurkan pasien untuk Berat badan 20 % atau badan sesuai dengan meningkatkan protein dan lebih di bawah ideal tujuan vitamin C Dilaporkan adanya intake Beratbadan ideal sesuai Berikan substansi gula makanan yang kurang dari dengan tinggi badan Yakinkan diet yang dimakan RDA (Recomended Daily Mampumengidentifikasi mengandung tinggi serat untuk Allowance) kebutuhan nutrisi mencegah konstipasi Membran mukosa dan Tidk ada tanda tanda Berikan makanan yang terpilih konjungtiva pucat malnutrisi ( sudah dikonsultasikan dengan Kelemahan otot yang Menunjukkan peningkatan ahli gizi) digunakan untuk fungsi pengecapan dari Ajarkan pasien bagaimana menelan/mengunyah menelan membuat catatan makanan Luka, inflamasi pada Tidak terjadi penurunan harian. rongga mulut berat badan yang berarti Monitor jumlah nutrisi dan Mudah merasa kenyang, kandungan kalori sesaat setelah mengunyah Berikan informasi tentang makanan kebutuhan nutrisi Dilaporkan atau fakta Kaji kemampuan pasien untuk adanya kekurangan mendapatkan nutrisi yang makanan dibutuhkan Dilaporkan adanya Nutrition Monitoring perubahan sensasi rasa BB pasien dalam batas normal Perasaan ketidakmampuan Monitor adanya penurunan berat untuk mengunyah makanan badan Miskonsepsi Monitor tipe dan jumlah aktivitas Kehilangan BB dengan yang biasa dilakukan makanan cukup Monitor interaksi anak atau Keengganan untuk makan orangtua selama makan Kram pada abdomen Monitor lingkungan selama makan Tonus otot jelek Jadwalkan pengobatan dan Nyeri abdominal dengan tindakan tidak selama jam makan atau tanpa patologi Monitor kulit kering dan Kurang berminat terhadap perubahan pigmentasi makanan Monitor turgor kulit Pembuluh darah kapiler Monitor kekeringan, rambut mulai rapuh kusam, dan mudah patah Diare dan atau steatorrhea Monitor mual dan muntah



28



- Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok) - Suara usus hiperaktif - Kurangnya informasi, misinformasi Faktor-faktor yang berhubungan : Ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau ekonomi. 2 Resiko Syok Definisi : Beresiko terhadap ketidakcukupan aliran darah kejaringan tubuh, yang dapat mengakibatkan disfungsi seluler yang mengancam jiwa Faktor resiko : - Hipotensi Hipovolemi Hipoksemia Hipoksia Infeksi SepsisSindrom respons inflamasi sistemik



Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht Monitor makanan kesukaan Monitor pertumbuhan dan perkembangan Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva Monitor kalori dan intake nuntrisi Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet NOC :



NIC :



Syok prevention Syok management



Syok prevention - Monitor sirkulasi BP, warna kulut, suhu, HR, dan ritme, nadi perifer. - Monitor tanda inadekuat oksigenasi jaringan - Monitor suhu dan pernapasan - Monitor input dan output - Pantau nilai labor : HB,HT, AGD, dan elektrolit - Monitor hemodinamik invasi yang sesuai - Monitor tanda dan gejala asites - Monitor tanda awal syok - Tempatkan pasien pd posisi supine, akki elevasi,untuk peningkatan preload dgn tepat - Lihat dan pelihara kepatenan jalan napas - Berikan cairan iv dan oral secara tepat



Kriteria Hasil : Nadi dalam batas yang diharapkan Irama jantung dalam batas yang diharapkan Frekuensi napas dalam batas yang diharapkan Irama pernapasan dalam batas yang diharapkan Natrium serum dbn Kalium serum dbn Klorida serum dbn Kalsium serum dbn Magnesium serum dbn PH darah serum dbn Hidrasi : Indikator Mata cekung tidak ditemukan Demam tidak ditemukan TD dbn



29



-



Berikan vasodilator yg tepat - Ajarkan keluarga dan px ttg tanda dan gejala datangnya syok Ajarkan keluarga dan px ttg langkah untuk mengatasi gejala syok Syok management : - Monitor fungsi neurologis - Monitor fungsi renal - Monitor tekanan nadi - Catat gas darah arteri dan oksigen dijaringan - Monitor EKG - Memanfaatkan pemantauan jalur arteri untuk meningkatkan akurasi pembacaan TD - Memantau trend lm parameter hemodinamik - Memntau faktor penentu pengiriman jaringan oksigen - Memonitor gejala gagal pernapasan



30



3



Resiko Infeksi



NOC :



Immune Status Definisi : Peningkatan resiko masuknya organisme Knowledge : Infection patogen control Faktor-faktor resiko : Risk control Prosedur Infasif Kriteria Hasil : Ketidakcukupan pengetahuan untuk Klien bebas dari tanda dan menghindari paparan gejala infeksi patogen Menunjukkan kemampuan Trauma untuk mencegah Kerusakan jaringan dan timbulnya infeksi peningkatan paparan Jumlah leukosit dalam batas lingkungan normal Ruptur membran amnion Menunjukkan perilaku Agen farmasi hidup sehat (imunosupresan) Malnutrisi Peningkatan paparan lingkungan patogen Imonusupresi Ketidakadekuatan imum buatan Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb, Leukopenia, penekanan respon inflamasi) Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit tidak utuh, trauma jaringan, penurunan kerja silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi pH, perubahan peristaltik) Penyakit kronik



NIC : Infection infeksi)



Control



(Kontrol



Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain Pertahankan teknik isolasi Batasi pengunjung bila perlu Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing Tingktkan intake nutrisi Berikan terapi antibiotik bila perlu Infection Protection (proteksi terhadap infeksi) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal Monitor hitung granulosit, WBC Monitor kerentanan terhadap infeksi Batasi pengunjung Saring pengunjung terhadap penyakit menular Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko



31



4



Kerusakan integritas jaringan Definisi : Kerusakan jaringan membran mukosa, kornea, integumen, atau subkutan Batasan karakteristik :



Gangguan sirkulasi I Iritan zat kimia Defisit cairan Kelebihan cairan Hambatan mobilitas fisik Kurang pengetahuan Faktor mekanik (misal :



Tissue integrity : skin and mucous



Pressure ulcer prevention wound care



Wound healing : primary and secondary intention



Anjurkan px utk menggunakan pakaian yg longgar Jaga kulit agar tetap bersih dan kering Mobilisasi pasien setiap 2 jam sekali Monitor kulit akan adanya kemerahan Oleskan lotion atau minyak pd daerah yg tertekan Monitor aktivitas dan mobilisasi px Monitor status nutrisi px Memandikan px dengan sabun dan air hangat Observasi luka Ajarkan keluarga ttg luka dan



V Kriteria Hasil :



- Krusakan jaringan mis : membran mukosa, kornea, integumen, atau subkutan Faktor yg berhubungan :



NOC :



Pertahankan teknik isolasi k/p Berikan perawatan kuliat pada area epidema Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase Ispeksi kondisi luka / insisi bedah Dorong masukkan nutrisi yang cukup Dorong masukan cairan Dorong istirahat Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi Ajarkan cara menghindari infeksi Laporkan kecurigaan infeksi Laporkan kultur positif NIC :



Perfusi jaringan normal Tidak ada tanda-tanda infeksi Ketebalan dan tektur jaringan normal Menunjukkan pemahamn dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cidera berulang Menunjukkan terjadinya proses penyembuhan luka



32



tekanan sobekan) Faktor nutrisi Radiasi Suhu ekstrim 5



Ketidakefektipan perfusi



perawatan luka Kolaborasi ahli gizi dlm pemberian diet TKTP



NOC :



jaringan perifer



Circulation status Tissue perfusion : Definisi : Penurunan cerebral sirkulasi darah ke perifer yg dapat mengganggu Kriteria Hasil : kesehatan Mendemontrasikan status sirkulasi yg Tidak ada nadi ditandai dgn : Perubahan fungsi motorik Tekanan systole dan Perubahankarakteristik diastole dalam rentang yg kulit Perubahan tekanan darah diharapkan Tidak ada hipertensi diekstrermitas Warna tidak kembali Tidak ada tanda-tanda ketungkai saat tungkai peningkatan intra kranial diturunkan Kelambatan penyembuhan Mendemontrasikan luka perifer kemampuan kognitif yg Penurunan nadi ditandai dgn : Edema Berkomunikasi dgn jelas Nyeri ekstremitas Warna kulit pucat saat dan sesuai dgn elevasi kemampuan Menunjukkan perhatian , Faktor yg berhubungan ; konsentrasi, dan orientasi Kurang pengetahuan ttg Memproses informasi faktor pemberat Membuat keputusan dgn Kurang pengetahuan benar ttgprses penyakit Diabetes melitus Hipertensi T Gaya hidup monoton merokok Batasan Karakteristik :



6



Resiko ketidakseimbangan



NOC :



NIC : Peripheral sensation management - Monitor adanya daerah tertentu yg hanya peka trhdap panas,dingin,tajam,tumpul - Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi atau laserasi - Gunakan sarung tangan utk proteksi - Batasi gerakan pd kepala, leher dan punggung - Monitor kemampuan BAB - Kolaborasi pemberian analgetik - Monitor adanya tromboplebitis - Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi



NIC :



33



elektrolit Definisi : Beresiko mengalami perubahan kadar elektrolit serum yg dapat menggangu kesehatan. Faktor resiko : Defisiensi volume cairan Diare Disfungsi endokrin Kelebuhan volume cairan Gangguan mekanisme regulasi Disfungsi ginjal Efek samping obat muntah



Fluid balance Hydration Nutritional status : food and fluid intake Kriteria Hasil : Mempertahan kan urine output sesuai dgn usia dan BB, BJ, urine normal, HT normal TD, nadi, suhu tubuh dalam batas normal Tidak ada tand-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yg berlebihan



Fluid management Pertahankan intake dan output yg akurat Monitor status hidrasi Monitor vital sign Monitor masukan makan / cairan dan hitung intake kalori harian Kolaborasi pemeberian cairan iv Monitor status nutrisi Dorong masukan oral Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk Monitor tingkat Hb dan Ht Monitor adanya tanda gejala gagal ginjal



34



BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Diabetes Melitus ( DM ) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, dengan tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein. Klasifikasi diabetes ada 2 yaitu : 1. Klasifikasi klinis 2. Klasifikasi risiko statistik Diagnoa keperawatan diabetes, yaitu : 1. Nyeri akut b/d agen injuri fisik 2. PK : Infeksi 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh mengabsorbsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis. 4. PK: Hipo / Hiperglikemi 5. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik: perubahan sirkulasi, imobilitas dan penurunan sensabilitas (neuropati) 6. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan tidak nyaman nyeri, intoleransi aktifitas, penurunan kekuatan otot 7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal (Familiar) dengan sumber informasi. 8. Kelelahan berhubungan dengan status penyakit



34



35



9. Sindrom deficit self care b/d kelemahan, penyakitnya



B. Saran Berdasarkan uraian di atas di harapkan kita dapat lebih memahami makna kesehatan,semoga informasi ini bisa membantu kita menghindari penyakit diabetes yang sekarang bukan lagi hanya disebabkan oleh genetis. bila gejala-gejala tersebut pernah anda/orang terdekat anda tangani, segerakan memeriksa kadar gula dalam darah.



36



DAFTAR PUSTAKA Price, Sylvia A dan Larraine M. Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 4. Jakarta : EGC Suddart & Brunner. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2. Jakarta : EGC Suddart & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 3. Jakarta : EGC Neal, Michael J. 2006. At a Glance Farmakologi Medis edisi 5. Surabaya : Erlangga McPhee, Stephen J & William F. Ganong. 2011. Patofisiologi Penyakit Pengantar Menuju Kedokteran Klinis. Jakarta : EGC Ikram, Ainal. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI Mansjoer, Arif, dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius FKUI Arjatmo Tjokronegoro. 2002. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI Nathan DM, Cleary PA, Backlund JY, et al. (December 2005)."Intensive diabetes treatment and cardiovascular disease in patients with type 1 diabetes". The New England Journal of Medicine 353 (25): 2643 53. doi:10.1056/NEJMoa052187.PMC 2637991. PMID 16371630. Nursing Interventions Classification (NIC) : Fifth Edition. Missouri : Mosby Elsevier. Nursing Outcomes Classification (NOC) : Fourth Edition.Missouri : Mosby Elsevier. Wiley, John dan Sons Ltd. 2009. NANDA International : 2009-2011. United Kingdom : Markono Print Media.



37