Makalah Kolcaba [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Teori Katharine Kolcaba



Dosen Pengajar : Ns. Ni Komang Yogi Triana, M.Kep.,Sp.Kep.A Oleh : Kelompok 1 Anggota : 1. Ni Luh Gede Linda Ariasih 2. Ni Putu Manik Juniantari 3. Ni Nyoman Manik Artari Aryanti 4. Ni Ketut Sari Murni 5. Ni Kadek Agnes Citra Dewi 6. Ni Kadek Ayu Pande Padmasari 7. Anak Agung Dewi Sayang 8. Anak Agung Made Mirah Kumala Dewi 9. Ni Luh Putu Kartini Dewi 10. Ni Kadek Diah Kharisnayanti 11. I Nyoman Manika Mas Bimantara 12. Ni Made Tiyastuti 13. I Gusti Sagung Dewi Mirawati



(C1119043) (C1119045) (C1119046) (C1119048) (C1119050) (C1119052) (C1119054) (C1119055) (C1119057) (C1119060) (C1119062) (C1119063) (C1119076)



S1 Keperawatan STIKES Bina Usada Bali 2019/2020



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan keperawatan dilakukan berdasarkan kaidah ilmu keperawatan serta model konsep teori keperawatan yangmerupakan pedoman dalam pemberian asuhan keperawatan. Model konseptual merupakan landasan untuk mengembangkan sebuah teori dan nilai moral bagi perawat. Ada empat konsep yang secara umum menjadi titik sentral yang dipertimbangkan dalam mengembangkan model konseptual disiplin keperawatan, yaitu manusia, lingkungan, keperawatan dan kesehatan. Pada penerapannya, penekanan dari setiap model keperawatan sangatlah bervariasi menyesuaikan dengan setiap konsep yang ingin dikembangkan. Namun setiap teori yang dikembangkan akan selalu menjelaskan hubungan antara konsep – konsep sentral tersebut. Salah satu contoh model konseptual yang akan dibahas disiini yaitu model teori kenyamanan (Comfort) yang dikembangkan oleh Katharine Kolcaba. Dalam pespektif pandangan Kolcaba ini, holistic comfort didefinisikan sebagai suatu pengalaman yang immediate yang menjadi sebuah kekuatan melalui kebutuhan akan pengurangan (relief), (ease), and (transcendence) yang dapat terpenuhi dalam empat konteks pengalaman yang meliputi aspek fisik, psikospiritual, sosial dan lingkungan. Model teori Kolcaba ini termasuk dalam lingkup Middle Range Theory yang memiliki criteria, lingkup, tingkap abtraksi, dan kestabilan penerimaan secara luas. Dalam lingkup dan tingkatan abstrak, middle range theory cukup spesifik untuk memberikan petunjuk riset dan praktik, cukup umum pada campuran populasi klinik dan mencakup fenomena yang sama. Sebagai petunjuk riset dan praktik, middle range theory lebih banyak digunakan daripada grand theory, middle range theory dapat diuji dalam pemikiran empiris. 1.2 Rumusan masalah 1. Bagaimana sejarah dari Katharine Kolcaba? 2. Apa saja paradigma keperawatan dari Kolcaba? 3. Sebutkan konsep – konsep dari teori Kolcaba? 4. Berikan contoh kasus dari teori Kolcaba!



1



1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui sejarah dari Katharine Kolcaba. 2. Untuk mengetahui bagaimana paradigma keperawatan dari Kolcaba. 3. Untuk mengetahui konsep – konsep dari teori Kolcaba. 4. Untuk mengetahui contoh kasus dari teori Kolcaba. 1.4 Manfaat Untuk



menambah



wawasan



luas



tentang



2



teori



dari



Katharine



Kolcaba.



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sejarah Katharine Kolcaba Teori kenyamanan pertama kali dikenal sekitar tahun 1990 an oleh seorang tokoh bernama Katharine Kolcaba. Kolcaba lahir di Cleveland, Ohio pada tanggal 8 Desember 1944. Beliau adalah doktor keperawatan yang menerima sertifikat sebagai perawat spesialis gerontologi dengan fokus penelitian pada perawatan paliatif dan perawatan jangka panjang di rumah. Pada tahun 1965, ia menerima diploma di bidang keperawatan dan praktik paruh waktu bertahun-tahun dalam keperawatan medical bedah, perawatan jangka panjang, dan homecare. Pada tahun 1987, ia lulus RN pada kelas MSN di Case Westren Reserve University (CWRU) francees Payne Bolton School of Nursing. Sejak tahun 1900-1929, sebenarnya kenyamanan klien sudah merupakan tujuan utama dari profesi perawat dan dokter, karena kenyamanan dianggap sangat menentukan proses kesembuhan klien. Namun, setelah dekade tersebut, kenyamanan kurang mendapat perhatian khusus dari pemberi pelayanan kesehatan. Pelayanan lebih difokuskan pada tindakan pengobatan medis untuk mempercepat kesembuhan klien. Katharine Kolcaba merupakan tokoh keperawatan yang kemudian membawa kembali konsep kenyamanan sebagai landasan utama dalam memberikan pelayanan kesehatan dalam sebuah teori yaitu “Comfort Theory and Practice: a Vision for Holistic Health Care and Research”. Saat ini Kolcaba bekerja sebagai Associate Professor of Nursing di Fakultas Keperawatan Universitas Akron dan terus mengembangkan teori kenyamanan ini secara empiris (March, A. & McCormack, D., 2009). 2.2 Paradigma Keperawatan 1. Keperawatan Keperawatan



adalah



penilaian



kebutuhan



akan



kenyamanan,



perancangan



kenyamanan digunakan untuk mengukur suatu kebutuhan dan penilaian kembali digunakan untuk mengukur kenyamanan setelah dilakukan implementasi. Pengkajian dan evaluasi dapat dinilai secara subjektif, seperti ketika perawat menanyakan kenyamanan pasien atau secara objektif, seperti observasi terhadap penyembuhan luka, perubahan nilai laboratorium atau perubahan perilaku. Penilaian juga dapat dilakukan melalui



3



rangkaian penilaian sekala (VAS) atau daftar pertanyaan (kuisioner), yang mana keduanya telah dikembangkan oleh Kolcaba. 2. Pasien Penerima perawatan seperti individu, keluarga, institusi, atau masyarakat yang membutuhkan perawatan kesehatan. 3. Lingkungan Lingkungan adalah aspek dari pasien, keluarga, atau institusi yang dapat dimanipulasi oleh perawat atau orang tercinta untuk meningkatkan kenyamanan. 4. Kesehatan Kesehatan adalah fungsi optimal seperti yang digambarkan oleh pasien atau kelompok dari pasien, keluarga, atau masyarakat. 2.3 Konsep Utama Teori Comfort dari Kolcaba



Gambar 2.1 : Kerangka konseptual teori kenyamanan Kolcaba Teori Comfort dari Kolcaba ini menekankan pada beberapa konsep utama beserta definisinya, antara lain : 1. Health Care Needs Kebutuhan perawatan kesehatan adalah kebutuhan kenyamanan yang berkembang dari situasi stress dalam asuhan kesehatan yang tidak dapat dicapai dengan system dukungan penerima secara umum (tradisional). Kebutuhan manusia dapat berupa kebutuhan fisiologis, psikospiritual, sosiokultural, atau lingkungan. Hal ini dapat diidentifikasi melalui observasi, laporan verbal atau nonverbal, dan konsultasi keuangan dan intervensi (Kolcaba, 2003).



4



2. Comforting Interventions Intervensi untuk rasa nyaman adalah tindakan keperawatan dan ditujukan untuk mencapai kebutuhan kenyamanan penerima asuhan, mencakup fisiologis, sosial, budaya, ekonomi, psikologis, spiritual, lingkungan, dan intervensi fisik (Kolcaba, 2001) 3. Intervening variables Variable yang mengintervensi adalah interaksi yang mempengaruhi persepsi penerima mengenai kenyamanan sepenuhnya. Hal ini mencakup pengalaman sebelumnya, usia, sikap, status emosional, latar belakang budaya, system pendukung, prognosis, ekonomi, edukasi, dan keseluruhan elemen lainnya dari pengalaman penerima (Kolcaba,1994). Variabel interpensi akan memberikan pengaruh kepada perencanaan dan pencapaian intervensi asuhan keperawatan untuk pasien. 4. Enhanced Comfort Comfort merupakan sebuah konsep yang mempunyai hubungan yang kuat dalam keperawatan. Comfort diartikan sebagai suatu keadaan yang dialami oleh penerima yang dapat didefinisikan sebagai suatu pengalaman yang immediate yang menjadi sebuah kekuatan melalui kebutuhan akan kelegaan (relief), ketentraman (ease), and (transcedence) yang dapat terpenuhi dalam empat konteks kenyamanan yang meliputi aspek fisik, psikospiritual, sosial dan lingkungan. Beberapa tipe Comfort didefinisikan sebagai berikut: a. Relief, merupakan arti kenyamanan dari hasil penelitian Orlando (1961), yang mengemukakan bahwa perawat meringankan kebutuhan yang diperlukan oleh pasien. b. Ease, merupakan arti kenyamanan dari hasil penelitian Henderson (1996), yang mendeskripsikan ada 14 fungsi dasar manusia yang harus dipertahankan selama pemberian asuhan. 14 Kebutuhan Henderson yaitu (Alligood, 2016) : (1) Bernapas normal (2) Makan dan minum dengan cukup (3) Mengeluarkan buangan tubuh 5



(4) Bergerak dan mempertahankan postur tubuh yang diinginkan (5) Tidur dan istirahat (6) Memilih pakaian yang sesuai; memilih antara memakai atau melepas pakaian (7) Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal dengan cara menyesuaikan pakaian dan modifikasi lingkungan (8) Mempertahankan kebersihan tubuh, berhias dengan pantas, dan melindungi kulit (9) Mencegah bahaya di lingkungan dan mencegah dari aktivitas membahayakan orang lain (10) Berkomunikasi dengan orang lain untuk mengungkapkan perasaan, kebutuhan, kekhawatiran, dan pendapat (11) Beribadah sesuai keyakinan dirinya (12) Bekerja sehingga merasa berprestasi (13) Bermain atau berpartisipasi dalam berbagai pilihan kegiatan rekreasi (14) Belajar, menemukan atau memuaskan rasa ingin tahu yang mendukung pengembangan diri dan kesehatan yang normal, serta menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia c. Transedence, dijabarkan dari hasil penelitian Paterson dan Zderad (1975) yang menjelaskan bahwa perawat membantu pasien dalam mengatasi kesulitannya.



Empat konteks kenyamanan, berdasarkan asuhan yang diberikan berasal dari literature keperawatan (Kolcaba, 2003). Konteks fisiologis, psikospiritual, sosiokultural, dan lingkungan. Empat konteks dibandingkan dengan tiga jenis dari kenyamanan, pembuatan struktur taksonomi (matriks) dan dari hal tersebut menjabarkan kompleksitas kenyamanan sebagai tujuan utamnya. a. Fisik/fisiologis, berkenaan dengan sensasi tubuh



6



b. Psikospiritual, berkenaan dengan kesadaran internal diri, yang meliputi harga diri, konsep diri, sexualitas, makna kehidupan hingga hubungan terhadap kebutuhan lebih tinggi. c. Lingkungan, berkenaan dengan lingkungan, kondisi, pengaruh dari luar. d. Sosial, berkenaan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan hubungan sosial 5. Health Seeking Behavior (HSBs) Perilaku mencari bantuan menjabarkan tujuan hasil yang ingin dicapai tentang makna sehat, yakni sikap penerima berkonsultasi mengenai kesehatnnya dengan perawat. Kategori tersebut dijabarkan oleh Schnotfeldt ( 1975 ) dan dijelaskan menjadi internal, eksternal, atau peaceful death ( kematian yang damai ) 6. Institusional Integrity Perusahaan, komunitas, sekolah, rumah sakit, regional, Negara bagian, dan Negara yang memiliki kualitas yang lengkap, utuh, berkembang, etik, dan tulus akan memiliki integritas kelembagaan. Ketika institusi tersebut menunjukkan hal tersebut hal ini akan menciptakan dasar praktik dan kebijakan yang tepat (Kolcaba, 2001). 7. Best practice Praktik terbaik diartikan sebagai intervensi yang diberikan petugas kesehatan sesuai dasar keilmuan dan praktik untuk mendapatkan hasil yang terbaik untuk pasien dan keluarga (institusi). 8. Best policies Kebijakan terbaik institusi atau kebijakan regional dimulai dari adanya protocol prosedur dan medis yang mudah untuk diakses, diperoleh, dan diberikan. Hal ini yang disebut sebagai kebijakan yang baik.



2.4 Contoh Kasus Teori Kolcaba Anak I.A.A, laki-laki 10 tahun 6 bulan 21 hari, masuk RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta tanggal 5 November 2014 pukul 01.28 WIB dengan diagnosis medis Typhoid Abdominalis. Klien demam hari ke-7, demam naik turun, lebih tinggi terutama pada malam hari. Suhu tidak diukur.



7



Pengkajian dilakukan tanggal 6 November 2014. Klien mengeluh lemas, badan panas, mual, muntah 2 kali perhari selama 2 hari, tidak nafsu makan, makan bubur habis 2-3 sendok. Klien juga mengeluh diare lebih dari 5 kali perhari, konsistensi cair, dan nyeri perut tengah atas dengan skala numerik 3. Tekanan darah 106/60 mmHg, suhu tubuh 39,2oC, frekuensi nadi 120 kali permenit, frekuensi pernafasan 20 kali permenit. Berat badan 27 kg, tinggi badan 107 cm. hasil laboratorium menunjukan peningkatan angka leukosit dan pemeriksaan widal menunjukan peningkatan titer salmonella typhi. Masalah keperawatn yang terindentifikasi termasuk kedalam tipe relief dan tergolong dalam konteks physical yaitu hipertermia, nyeri akut, resiko defisit volume cairan dan resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Intervensi yang telah dilakukan berupa memonitor ttv dan tanda dehidrasi, memberi minum air sedikit demi sedikit, melakukan tepid water sponge, dan menganjurkan bedrest. Klien mendapatkan terapi anti mikroba, anti piretik, dan zink. Selain itu juga menganjurkan klien untuk mengekspresikan perasaan dan mengajarkan teknik manajemen nyeri distraksi, relaksasi, tata laksana demam serta berkolaborasi untuk penyediaan diet makanan lunak 1600 Kkal. Evaluasi setelah hari kelima perawatan, didapatkan data suhu tubuh 36,3oC, frekuensi nadi 92 kali per menit, frekuensi pernafasan 20 kali per menit, dan berat badan 27 kg. Klien tidak diare, tidak muntah, makan nasi tim habis 1 porsi, dan tidak nyeri perut. Masalah yang teratasi yaitu hipertermi dan nyeri serta resiko perubahan nutrisi dan resiko defisit volume cairan tidak menjadi aktual. Klien pulang tanggal 11 November 2014, keluarga diberi penjelasan untuk kontrol tanggal 20 November 2014 dan ke IGD segera jika demam disertai nyeri perut hebat, penurunan kesadaran atau muntah berwarna hijau.



8



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Kolcaba mengembangkan teori kenyamanan melalui 3 jenis pemikiran logis, yaitu induksi, deduksi, dan retroduksi. Menurut kolcaba kebutuhan keperawatan kesehatan adalah kebutuhan tentang kenyamanan dan peningkatan dari kondisi penuh tekanan dalam situasi perawatan kesehatan. Teori kenyamanan kolcaba memudahkan perawat untuk mengidentifikasi semua kebutuhan kenyamanan baik yang dikeluhkan klien maupun yang perawat analisa. Teori kenyamanan Kolcaba membagi tipe kenyamanan menjadi tiga, yaitu relief, ease, dan transcendence. Teori kenyamanan Kolcaba mempunyai tujuan akhir untuk mengantarkan klien menuju kenyamanan yang utuh dan menyeluruh. Kenyamanan utuh yang dimaksud adalah tercapainya tingkat kenyamanan tertinggi yaitu transcendence di keempat area yaitu fisik, psikospiritual, lingkungan, dan sosiokultural. 3.2 Saran Mengingat ilmu keperawatan merupakan ilmu terapan yang selalu berubah mengikuti perkembangan zaman, pelayanan kesehatan di Indonesia ke depan harus mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat secara professional sesuai dengan tuntunan kebutuhan masyarakat serta teknologi bidang kesehatan yang senantiasa berkembang. Dimana pelaksanaan asuhan keperawatan di sebagian besar rumah sakit di Indonesia umumnya telah menerapkan pendekatan ilmiah melalui proses keperawatan yang berdasarkan teori-teori keperawatan tertentu. Berdasarkan hal itu, penting bagi perawat untuk memahami berbagai teori keperawatan termasuk teori kenyamanan yang dikemukakan oleh Katherine Kolcaba. Melalui teori ini perawat dapat memiliki pengetahuan mengenai pentingnya penerapan proses keperawatan yang disertai dengan pemberian kenyamanan.



9