Teori Kenyamanan Kolcaba [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

2.1 Teori Kenyamanan Kolcaba 1. Konsep Teori Teori kenyamanan Kolcaba pertama kali dikembangkan pada 1991 ketika dia melakukan analisis konsep untuk memeriksa literatur dari banyak disiplin pada kenyamanan (Kolcaba & Kolcaba, 1991) Kenyamanan adalah hasil holistik karena merujuk pada keadaan orang yang dinamis dan beragam. Berfikir tentang hasil intervensi kenyamanan membutuhkan perspektif yang dimaksukkan untuk meningkatkan aspek-aspek kenyamanan secara tidak langsung. Sejauh mana kenyamanan holistik didasarkan pada persepsi semua aspek yang diambil bersama pada satu waktu, karena memiliki efek carry-on dalam satu aspek lainnya. Aspek kenyamana telah disusun dalam dua dimensi (Kolcaba, 1992). Menurut Kolcaba dan DiMarco (2015) hal tesebut dapat digambarkan dalam kerangka konseptual sebagai berikut :



Gambar 1. Kerangka Kerja Konseptual pada Teori Kenyamanan Aspek tersebut berasal dari review keperawatan kuno, historis, dan kontenporer sastra serta tinjauan literatur dari disiplin ilmu (kedokteran, psikiatri, ergonomi, psikologi) (Kolcaba 1991, Kolcaba 1992). Berdasarkan literatur tersebut dicontohkan bahwa kenyamanan bersifat positif dan diperoleh dengan adanya bantuan perawat dan pada beberapa kasus, hal tersebut sebagai indikasi adanya kemajuan dari status atau kondisi sebelumnya. Secara intuisi, kenyamanan adalah suatu yang menguatkan, dan dari ergonomis, berkaitan langsung dengan penampilan dalam bekerja. Namun, arti ini tidak secara implisit, ada konteks



lainnya, dan masih bersifat ambigu. Konsep tersebut dapat diartikan sebagai kata kerja, kata benda, kata sifat, kata keterangan, proses, dan hasil (alligood, Marta R, 2017) Kolcaba menggunakan idenya dari tiga teori keperawatan sebelumnya untuk mensitesis atau mengidentifikasi jenis kenyamanan menurut analisis konsep, antara lain : a.



Relief (kelegaan) merupakan arti kenyamanan hasil penelitian Orlando (1961), yang mengemukakan bahwa perawat meringankan kebutuhan yang diperlukan oleh pasien.



b.



Ease (ketentraman) merupakan arti kenyamanan hasil penelitian Handerson (1966), yang mendeskripsikan ada 13 fungsi dasar manusia yang harus dipertahankan selama pemberian asuhan.



c.



Transcendence, dijabarkan dari hasil penelitian Paterson dan Zderad (1975), yang menjelaskan bahwa perawat yang membantu pasien dalam mengatasi kesulitannya. (alligood, Marta R, 2017) Karena masing-masing dari ketiga tingkatan kenyamanan itu memerlukan hubungan



positif dengan kinerja, secara teoritis mereka juga menyiratkan komponen penguatan. Fitur dari kenyamanan memberikan alasan utama untuk mempromosikan kenyamanan pasien. Kenyaman ini sangat penting untuk sebuah kematian yang damai karena orang yang sekarat membutukhan kekuatan untuk penerimaan dan pelepasan. Kondisi kenyamanan sering kali berkelanjutan, tumpang tindih dan saling tergantung. Dimensi kedua kenyamanan adalah konteks dalam kenyamanan yang terjadi. Konteks diturunkan dari keperawatan literatur tentang holisme (Kolcaba, 1992). Kolcaba memandang bahwa kenyamanan dapat diukur melalui, Pertama konteks fisik, berkaitan dengan sensasi tubuh. Konteks yang kedua adalah psikospiritual, berkaitan dengan kesadaran internal diri, termasuk harga diri, seksualitas, dalam kehidupan seseorang, dan hubungan ke tingkat yang lebih tinggi. Konteks ketiga adalah sosial, berkaitan dengan hubungan interpersonal, keluarga dan budaya. Juga termasuk daam kenyamanan sosial adalah keuangan dan aspek informasi kehidupan sosial. Konteks keempat dalam kenyamanan yang dialami adalah lingkungan, berkaitan dengan cahaya, kebisingan, suasana, warna, dan suhu (Kolcaba, 1991). Kusioner kenyamanan dapat dihasilkan dari setiap aspek yang relevan dengan pertanyaan penelitian tertentu. Tiga tingkatan kenyamanan dan empat konteks perawatan bisa dimasukkan ke dalam model perawatan rumah sakit (Kolcaba, Tilton, & Drouin,



2006). Teori Kolcaba ini tentunya dapat diterapkan untuk spesifik kasus pasien untuk menggambarkan berbagai kebutuhan kenyamanan pasien. Dalam studi instrumen yang diikuti, tiga tingkatan kenyamanan (relief, ease, dan transendensi) terjadi sebagai faktor dimasing-masing dari empat konteks (fisik, psikospiritual, limgkungan, dan sosial), sebagaimana diungkapkan oleh analisis faktor yang mengisi kuesione kenyamanan (Kolcaba, 1992). Keempat konteks tesebut dianggap sebagai pengukur kenyamanan seseorang, masing-masing berisi item dari tiga tipe atau faktor-faktor. Skor kenyamanan dicapai dengan menambahkan skor untuk setiap subskala. Skor total kenyamanan adalah berguna untuk membedakan antara kelompok yang diketahui dan untuk pengujian hipotesis (Kolcaba, 1992). 2. Komponen utama teori comfort Kolcaba Terdapat 7 komponen dalam konsep utama teori comfort yang disampaikan Kolcaba sebagai berikut: a. Health care needs Kolcaba mendefinisikan kebutuhan pelayanan kesehatan sebagai suatu kebutuhan akan kenyamanan, yang dihasilkan dari situasi pelayanan kesehatan yang stressfUl, yang tidak dapat dipenuhi oleh penerima support sistem tradisional. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan fisik, psikospiritual, sosial dan lingkungan, yang kesemuanya membutuhkan monitoring, laporan verbal maupun non verbal, serta kebutuhan yang berhubungan dengan parameter patofisiologis, membutuhkan edukasi dan dukungan serta kebutuhan akan konseling financial dan intervensi. b. Comfort Comfort merupakan sebuah konsep yang mempunyai hubungan yang kuat dalam keperawatan. Comfort diartikan sebagai suatu keadaan yang dialami oleh penerima yang dapat didefinisikan sebagai suatu pengalaman immediate yang menjadi sebuah kekuatan melalui kebutuhan akan keringanan (relief), ketenangan (ease), and kemampuan lebih (transcedence) yang dapat terpenuhi dalam empat konteks pengalaman yang meliputi aspek fisik, psikospiritual, sosiokultural dan lingkungan. Kolcaba (2003) kemudian menderivasi konteks diatas menjadi beberapa hal berikut:



1) Kebutuhan rasa nyaman fisik (Physical comfort) Kebutuhan ak:an rasa nyaman fisik adalah penurunan mekanisme fisiologis yang terganggu atau beresiko karena suatu penyakit atau prosedur invasif yang berkenaan dengan sensasi tubuh. Intervensi comfort yang standar digunak:an untuk memperoleh atau mempertahankan homeostasis. 2) Kebutuhan rasa nyaman psikospiritual (Psychospiritual comfort) Kebutuhan rasa nyaman psikospiritual adalah kebutuhan terhadap kepercayaan diri, motivasi dan kepercayaan yang bertujuan agar pasien atau keluarga dapat bangkit atau meninggal dengan damai melalui prosedur yang menyakitkan atau trauma yang tidak dapat sembuh dengan segera. 3) Kebutuhan rasa nyaman sosiokultural (Socialcultural comfort) Kebutuhan rasa nyaman sosiokultural adalah kebutuhan penentraman hati, dukungan, bahasa tubuh yang positif dan perawatan yang dilihat dari segi budaya. Kebutuhan ini dipenuhi melalui coaching atau pemberian informasi (pendidikan kesehatan), promosi kesehatan, pelatihan, termasuk perilaku dapat melakukan, pesan kesejahteraan mendapatkan informasi sesuai dengan perkembangan yang berhubungan dengan prosedur pulang dari rumah sakit dan rehabilitasi. 4) Kebutuhan rasa nyaman lingkungan (environmental comfort) Kebutuhan rasa nyaman lingkungan termasuk kerapian, lingkungan yang sepi, perabotan yang nyaman, bau lingkungan minimum dan keamanan seperti dalam tatanan pediatrik. Juga termasuk perhatian dan saran terhadap adaptasi lingkungan di kamar rumah sakit dan rumah pasien. Perawat seharusnya melakukan upaya menurunkan kebisingan, penerangan dan gangguan pada saat tidur untuk memfasilitasi promosi kesehatan lingkungan. c. Comfort measures Comfort measures mengacu pada tiga comfort berikut, yaitu : Comfort care adalah filosofi perawatan kesehatan yang berdasarkan fisik, psikosipiritual, sosiokultural dan lingkungan yang nyaman bagi klien. Comfort care mempunyai 3



komponen, yaitu intervensi yang sesuai dan tepat waktu, model perawatan yang perhatian dan empati, berfokus pada kenyamanan pasien. Comfort measures itu sendiri adalah intervensi yang sengaja dirancang untuk meningkatkan kenyamanan klien atau keluarga. Tindakan kenyamanan diartikan sebagai suatu intervensi keperawatan yang didesain untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan yang spesifik dibutuhkan oleh penerima jasa, seperti fisiologis, sosial, financial, psikologis, spiritual, lingkungan dan intervensi fisik. Comfort needs adalah kebutuhan akan rasa nyaman relief ease dan transcendence dalam kontek pengalaman manusia secara fisik, psikospiritual, sosisokultural dan lingkungan. d. Enhanced Comfort Enhanced comfort yaitu meningkatkan kenyamanan yang terus menerus dengan melakukan intervensi kenyamanan secara konsisten dan terus menerus, sampai klien akan mencapai kesehatan yang diinginkan dalam mencari kesembuhan (HSBs ). Ini dilakukan dengan cara melakukan asuhan keperawatan secara menyeluruh dengan tindakan yang independent dan dependen sesuai dengan kewenangan perawat. Proses yang dilakukan pada tahap ini sesuai dengan asuhan keperawatan yaitu dengan melakukan tindakan dan dievaluasi secara terus-menerus dengan SOAP dan SOAPIER sampai klien mengalami kesembuhan sesuai dengan tujuan perawatan (outcomes comfort). Sebuah outcome yang langsung diharapkan pada pelayanan keperawatan, mengacu pada teori comfort ini. e. Intervening variables Intervening variables adalah faktor positif ataupun negatif yang sedikit sekali dapat dikontrol oleh perawat atau institusi tetapi berpengaruh langsung kesuksesan rencana intervensi kenyamanan. Variabel ini meliputi pengalaman masa lalu, usia, sikap, status emosional, support system, prognosis, financial, dan kebiasaan/pola kesehatan. f. Health seeking behavior (HSBs) HSBs adalah perilaku pasien atau keluarga yang terlibat secara sadar atau tidak sadar, menggerakkan mereka ke arah kesejahteraan. HSBs ini merupakan sebuah kategori yang luas dari outcome berikutnya yang berhubungan dengan pencarian kesehatan yang didefinisikan oleh resipien saat konsultasi dengan perawat. HSBs ini



dapat berasal dari eksternal (aktivitas yang terkait dengan kesehatan), internal (penyembuhan/pengembalian fungsi imun atau kematian yang damai). g. Institusional integrity Institusional integrity adalah kondisi sarana perawatan kesehatan yang menyeluruh, jujur, professional dan beretika. Integritas institusional dianggap sebagai nilai-nilai etik, stabilitas finansial, dan keseluruhan dari organisasi pelayanan kesehatan pada area lokal, regional, dan nasional. Pada sistem rumah sakit, definisi institusi diartikan sebagai pelayanan kesehatan umum atau home care. 3. Hubungan antar konsep dalam teori comfort Kolcaba Hubungan antar konsep Kolcaba dapat diterapkan dalam proses keperawatan dengan diawali dari kemampuan perawat dalam mengkaji kebutuhan rasa nyaman terkait pengalaman fisik, psikospiritual, sosiokultural, lingkungan klien dan anggota keluarga. Perawat dapat mengidentifikasi kebutuhan kenyamanan tersebut khususnya kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi oleh support system eksternal. Perawat kenyamanan,



menyusun merancang



rencana intervensi



keperawatan dan



untuk



menentukan



memenuhi



kebutuhan



keberhasilannya



dengan



memperhatikan intervening variables. Perawat melakukan intervensi yang dianggap efektif dengan perilaku yang caring, sehingga hasil yang dicapai terlihat sebagai peningkatan rasa nyaman atau disebut comfort measures. Sedangkan comfort care akan mengkaitkan semua komponen tersebut. Pasien dan perawat sepakat tentang health seeking behaviour yang diinginkan, bila kenyamanan tercapai, pasien dan anggota keluarga terikat oleh HSBs dan akan lebih puas dengan pelayanan kesehatan. Bila perawat dan klien puas terhadap institusi pelayanan, masyarakat akan mengetahui kontribusi institusi tersebut terhadap program kesehatan pemerintah. Institusi jadi lebih terpandang dan berkembang (Kolcaba, 2003; Sitzman & Eichelberger, 2011).



4. Kolcaba mengembangkan teori kenyamanan melalui tiga jenis pemikiran logis yaitu: a. Induksi



Induksi terjadi setelah terjadi proses generalisasi dari pengamatan terhadap objek yang spesifik (Bishop & Hardin, 2006). Ketika perawat mendalami tentang praktek keperawatan dan keperawatan sebagai disiplin, perawat menjadi familiar dengan konsep implisit atau eksplisit, term, proposisi,dan asumsi yang mendukung praktik keperawatan. Pada akhir 1980, Kolcaba menjabat sebagai kepala unit Alzheimer. Pada saat itu beliau menemukan istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan praktek pada perawatan demensia seperti: lingkungan yang mendukung, ketidakmampuan yang berlebih (excess disability), dan fungsi optimal. Ketika beliau mencoba menggambarkan hubungan antara ketiga istilah tersebut, beliau menyadari bahwa ketiganya tidak dapat menggambarkan praktik secara menyeluruh. Menurut beliau, ada bagian yang kurang lengakap dalam keperawatan, yaitu bagaimana perawat mencegah disabilitas dan penilaian apakah intervensi yang diberikan berhasil. Fungsi optimal diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan aktivitas, misalnya menata meja, menyiapkan makanan dan lain-lain. Akan tetapi, istilah ketidakmampuan berlebih tidak mampu mendefinisikan clarity secara menyeluruh. Oleh karena itu, Kolcaba (1) menggolongkan excess disability menjadi disabilitas fisik dan mental, (2) mengenalkan konsep comfort (3) menjelaskan hubungan non-recursive antara comfort dan fungsi optimal. Proses ini menandai langkah awal dari teori comfort Kolcaba dan pemikiran tentang kompleksitas terhadap teori tersebut (Kolcaba, 1992). b. Deduksi Deduksi merupakan proses penyimpulan prinsip atau premis yang bersifat general menjadi kesimpulan yang lebih spesifik (Bishop & Hardin, 2006). Tahapan deduktif dari perkembangan teori menghasilkan hubungancomfort dengan konsep lain untuk menghasilkan



sebuah



teori.



Pendapat



dari



ketiga theorist disertakan



dalam



teori comfort, oleh karena itu Kolcaba mencari bentuk dasar yang dibutuhkan untuk menyatukan ketiga konsep dasar: relief,ease, dan transcendence. Sesuatu hal yang diinginkan



adalah



suatu



kerangka



konsep



general



yang



mampu



menjelaskan comfort menjadi istilah yang lebih mudah dipahami dan mengurangi tingkat abstraksinya (Tomey & Alligood, 2010).



Teori dari seorang psikolog bernama Henry Murray, dianggap sesuai untuk mendukung teori comfort Kolcaba. Teori Murray menjelaskan tentanghuman needs, yang diaplikasikan pada pasien yang mendapatkan banyak stimulus dalam kondisi pemberian pelayanan kesehatan yang penuh denganstressor. Teori Murray menginspirasi pendapat Kolcaba bahwa meskipun comfort diaplikasikan secara spesifik, akan tetapi ketika comfort diberikan kepada pasien secara terus-menerus maka kenyamanan pasien secara keseluruhan dapat ditingkatkan (Tomey & Alligood, 2010). Dalam tahap deduktif ini, Kolcaba memulai dengan abstrak, teori konstruksi umum, dan proses sosiologis dari pengurangan untuk mengurangi keabstrakan dari teori comfort dalam praktek keperawatan. c. Retroduksi Retroduksi adalah suatu format pemikiran untuk memulai ide. Bermanfaat untuk memilih suatu fenomena yang dapat dikembangkan lebih lanjut dan diuji. Kolcaba menambahkan konsep integritas institusional dalm middle range theory. Kolcaba menambahkan line empat dalam teori Murray, antara lain kekuatan penghambat membutuhkan perawatan kesehatan, kukatan fasilitas adalah intervensi keperawatan, kekuatan interaksi merupakan variabel-variabel yang mempengaruhi intervensi keperawatan. Hasil yang diharapkan dari pemberian intervensi keperawatan adalah diperolehnya kenyamanan pasien yang dapat dilihat dari persepsi yang dikemukakan oleh pasien. 5. Konsep Metaparadigma Keperawatan Teori Comfort Kolcaba Uraian konsep paradigm keperawatan yang diaplikasikan dalam teori Kolcaba adalah sebagai berikut. a. Keperawatan Keperawatan adalah penilaian kebutuhan akan kenyamanan, perancangan kenyamanan digunakan untuk mengukur suatu kebutuhan, dan penilaian kembali digunakan untuk mengukur kenyamanan setelah dilakukan implementasi. Pengkajian dan evaluasi dapat dinilai secara subyektif, seperti ketika perawat menanyakan kenyamanan pasien, atau secara obyektif, misalnya observasi terhadap penyembuhan



luka, perubahan nilai laboratorium, atau perubahan perilaku. Penilaian juga dapat dilakukan melalui rangkaian penilaian skala (VAS) atau daftar pertanyaan (kuesioner), yang mana  keduanya telah dikembangkan oleh Kolcaba. b. Manusia Manusia adalah penerima asuhan keperawatan dapat berupa individu (pasien), keluarga, institusi atau komunitas yang membutuhkan perawatan kesehatan. c. Lingkungan Lingkungan adalah aspek dari pasien, keluarga, atau institusi yang dapat dimanipulasi oleh perawat atau orang tercinta untuk meningkatkan kenyamanan selama perawatan. Dalam kasus ini paparan AC dalam ruangan, pembatas tirai, kondisi ruangan yang kotor, sempit dan ramai merupakan gambaran dari pengkajian ketidaknyamanan yang dialami pasien.



d. Kesehatan Kesehatan adalah fungsi optimal, seperti yang digambarkan oleh pasien atau kelompok, dari pasien, keluarga, atau masyarakat. Adapun asumsi yan berkaitan dengan kesehatan menurut Kolcaba, antar lain : 1. Manusia mempunyai tanggapan/respon holistik terhadap stimulus yang kompleks. 2. Kenyamanan adalah suatu hasil holistik yang diinginkan yang mengacu pada disiplin keperawatan 3. Manusia bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan dasar kenyamanan mereka. 4. Kenyamanan yang akan ditingkatkan pada pasien harus melibatkan healthseeking behaviors (HSBs) pilihan mereka. 5. Pasien yang dianjurkan secara aktif untuk HSBs, merasa puas dengan pelayanan kesehatan mereka. 6. Integritas kelembagaan berdasar pada sistem nilai yang berorientasi pada penerima perawatan. Dalam teori keperawatan yang diaplikasikan residen dalam kasus kelolaan diharapkan kenyamanan tercapai, pasien dan anggota keluarga terikat oleh HSBs dan akan lebih puas dengan pelayanan kesehatan. 6. Proses keperawatan dalam teori comfort Kolcaba a. Pengkajian Tahap pertama dari proses keperawatan dalam teori comfort Kolcaba adalah melakukan pengkajian menurut Kolcaba, yang diarahkan pada Struktur Taksonomi Comfort. Perawat mengkaji pasien anak secara holistik dengan mengacu pada empat konteks pengalaman terkait rasa nyaman (fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosialkultural). Perawat harus mampu memandang masalah dari sudut pandang klien (empati), karena merupakan pengalaman subyektif klien. b. Perencanaan Tahap kedua dari proses keperawatan comfort Kolcaba adalah Comfort Measures dan Intervening Variable. 1) Comfort Measures



Intervensi kenyamanan memiliki tiga kategori yaitu : 1) intervensi kenyamanan



standar/tehnikal



untuk



mempertahankan



homeostasis



dan



mengontrol rasa sakit; 2) pelatihan/ coaching untuk meredakan kecemasan, memberikan jaminan dan informasi, menanamkan harapan, mendengarkan dan membantu merencanakan pemulihan; 3) tindakan yang menenangkan bagi jiwa (comforting), hal-hal yang menyenangkan yang perawat lakukan untuk membuat anak atau keluarga merasa diperhatikan dan diperkuat, seperti guided imagery (Kolcaba, 2003). 2) Intervening variables Intervening variables ini merupakan kekuatan yang berinteraksi terhadap pasien, sehingga mempengaruhi persepsi resipien dari comfort secara keseluruhan. Perawat dapat menyiasati dengan memperbanyak diskusi bersama pasien dan mengidentifikasi intervening variables apa saja yang dimiliki pasien serta bagaimana cara yang paling sesuai menurut pasien. lntervensi holistik yang sesuai dengan teori kenyamanan antara lain: terapi musik, pijatan dan sentuhan terapeutik (Peterson & Bredow, 2004).



2.2 Format Pengkajian I.



Data Biografi A. ldentitas Klien Nama Klien



: ................................................................................



Jenis Kelamin



: ................................................................................



Tgl Lahir/ usia



: ................................................................................



Tgl Masuk RS



: ................................................................................



Tgl Masuk Ruangan : ................................................................................ Tgl Pengkajian



: ................................................................................



No. Register



: ................................................................................



Diagnosa Medis



: ................................................................................



B. Identitas Penanggungjawab Nama



: .........................................................................



Pendidikan



: .........................................................................



Pekerjaan



: .........................................................................



Hubungan dengan pasien : ......................................................................... Alamat Rumah



: .........................................................................



II. Gambaran Umum Pasien A. Riwayat Penyakit Sekarang 1. Keluhan Utama: ................................................................................................................. 2. Riwayat Penyakit Sekarang: ................................................................................................................. 3. Riwayat Penyakit Dahulu: ................................................................................................................. 4. Riwayat Penyakit Keluarga: ................................................................................................................. 5. Diagnosa Medis: .................................................................................................................



B. Pengkajian Kenyamanan Fisik (Physical Comfort) 1. Kondisi Umum a. Keadaan umum



: ........................................................



b. Tingkat kesadaran



: ........................................................



c. Glasgow Coma Scale (GCS) : ........................................................ 1) Eye: ............................................................................................. 2) Motorik: ....................................................................................... 3) Verbal: ......................................................................................... d. Skala Risiko Jatuh



: ........................................................



Jenis Risiko Jatuh



: [ ] Rendah [ ] Sedang [ ] Tinggi



2. Tanda-tanda vital a. Berat badan



: ........................................................



b. Tinggi badan



: ........................................................



c. Tekanan darah



: ........................................................



d. Nadi



: ........................................................



e. Frekuensi napas



: ........................................................



f. Suhu tubuh



: ........................................................



3. Nyeri (Pain Relief) a. Keluhan nyeri



: [] Ya



[] Tidak



b. Lokasi



: ........................................................



c. Skala nyeri (FLACC)



: ........................................................



d. Durasi nyeri



: ........................................................



e. Kualitas nyeri



: ........................................................



4. Pencernaan (Reguler Bowel Function) a. Muntah



: [ ] Tidak



[ ] Ya, Frekuensi: .........................



b. Bisingusus



: ........................................................x / menit



c. Diare



: [ ] Tidak



[ ] Ya Frekuensi: ..........................



d. Konsistensi feses



: [ ] Lunak



[ ] Cair



e. Warnafeses



: [ ] Hijau



[ ] Kuning



f. Konstipasi



: [ ] Tidak



[ ] Ya



[ ] Lendir [ ] Darah [ ] Lainnya



5. Cairan dan Elektrolit (fluid and electrolyte balance) a. Turgor kulit



: [ ] Elastis [ ] Kurang elastis



b. Membran Mukosa : [ ] Lembab [ ] Kering c. Edema



: [ ] Ya



[ ] Tidak



d. Intake



: .........................................................................



e. Output



: .........................................................................



f. Urin/ BAK



: [ ] genetalia [ ] pampers [ ] kateter



g. Hasil laboratorium : ......................................................................... 6. Oksigenasi (Adequate oxygen saturation) a. Jalan nafas



: [ ] Bersih



[ ] Ada sumbatan:



b. Pernafasan



: [ ] Tidak sesak



[ ] Sesak



c. Penggunaan otot bantu nafas d. Irama



: [ ] Tidak



[ ] Ya



: [ ] Tidak Teratur [ ] Teratur



1) Jenis pemafasan



: .............................................................



2) Kedalaman



: [ ] Dalam



e. Batuk



[ ] Dangkal



: [ ] Tidak [ ] Ya, (produktif/ tidak produktit)



1) Sputum



: [ ] Tidak [ ] Ya, (putih/ kuning/ hijau)



2) Konsistensi



: [ ] Kental



[ ] Encer



3) Terdapat darah



: [ ] Tidak



[ ] Ya



: [ ] Vesikuler



[ ] Ronkhi



f. Suara nafas



[ ] Wheezing



[ ] Rales



g. Nyeri saat nafas



: [ ] Tidak



[]Ya



h. Alat bantu nafas



: [ ] Tidak



[ ] Ya



Saturasi Oksigen



: .............................................................



7. Aktifitas dan Gerak (Tuming andpositioning) a. Keterbatasan pergerakan : [ ] Tidak b. Fraktur Lokasi



[ ] Ya



: [ ] Tidak [ ] Ya : .............................................................



c. Ekstrimitas



: [ ] Normal [ ] Spastis [ ]Parese



d. Skala Barthel Indeks



: .............................................................



e. Skala Norton



: .............................................................



C. Pengkajian Kenyamanan Psikospiritual (Psikospiritual Comfort) Kondisi



: [ ] Tenang [ ] Rewel [ ] Cemas



D. Pengkajian Kenyamanan Sosial (Social Comfort) Orang terdekat dengan pasien dalam rumah: [ ] Ibu



[ ] Ayah



[ ] Kakak [ ] Adik [ ] Pengasuh



E. Pengkajian Kenyamanan Lingkungan (Environment Comfort) 1. Yang dirasakan pasien dan keluarga terhadap lingkungan: ................................................................................................................. 2. Keramaian pengunjung



: [ ] Tenang



[ ] Ramai



3. Kebersihan kamar



: [ ] Bersih



[ ] Cukup



[ ] Kotor



4. Suhu lingkungan



: [ ] Dingin



[ ] Cukup



[ ] Panas



Tabel Struktur taksonomi comfort Kolcaba Tipe Comfort Fisik Psikospiritual Lingkungan Sosiokultural



Relief



Ease



Transedence