Makalah Leptospirosis - Kesmas Uho [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Leptospirosis adalah penyakit infeksi akut yang dapat menyerang manusia maupun hewan (zoonosis). Penyakit ini disebabkan oleh leptospira bakteri aerob (termasuk golongan spirochaeta) yang berbentuk spiral dan bergerak aktif .



Di negara subtropik infeksi leptospira jarang ditemukan. Iklim yang cocok untuk perkembangan leptospira adalah udara yang hangat, tanah yang lembab/basah dan pH alkalis. Keadaan yang demikian dapat dijumpai di Negara tropik sepanjang tahun. Di negara beriklim tropik, kejadian leptospirosis lebih banyak 1000 kali dibandingkan dengan negara subtropik dengan risiko penyakit lebih berat. Angka insiden leptospirosis di negara tropik basah 5-20/100.000 per tahun. Leptospirosis tersebar baik di Indonesia maupun luar Indonesia. Angka insidens leptospirosis di New Zaeland antara tahun 1990 sampai 1998 sebesar 44 per 100.000. Angka insiden tertinggi terjadi pada pekerja yang berhubungan



EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR - Penyakit Leptospirosis



dengan daging (163,5/100.000), peternak (91,7/100.000) dan pekerja yang berhubungan dengan hutan sebesar 24,1 per 100.000.11) Di Brazil, kira-kira 10.000 kasus dilaporkan tiap tahun dari semua kota besar. Di Indonesia dilaporkan di dalam risalah Partoatmodjo (1964) bahwa sejak 1936 telah diisolasi berbagai serovar leptospira, baik dari hewan liar maupun hewan peliharaan. Di Indonesia leptospirosis tersebar antara lain di Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Bali, NTB, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat. Angka kematian leptospirosis di Indonesia termasuk tinggi, bisa mencapai 2,5-16,45%. Pada usia lebih 50 tahun kematian bisa sampai 56%. Penderita Leptospirosis yang disertai selaput mata berwarna kuning (kerusakan jaringan hati), risiko kematian akan lebih tinggi. 2) Di beberapa publikasi angka kematian dilaporkan antara 3%-54% tergantung sistem organ yang terinfeksi. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dan sejarah leptospirosis? 2. Bagimana triad epidemiologi leptospirosis? 3. Bagaimana tinjauan terhadap agen penyebab? 4. Bagaimana pencegahan dan penanggulangn leptospirosis? 5. Apakah leptospirosis bisa disembuhkan? 6. Bagaimana mengenali tikus sebagai hewan penyebab utama leptospirosis? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui Apa pengertian dan sejarah leptospirosis 2. Untuk mengetahui Bagimana triad epidemiologi leptospirosis 3. Untuk mengetahui Bagaimana tinjauan terhadap agen penyebab 4. Untuk mengetahui Bagaimana pencegahan dan penanggulangn leptospirosis 5. Untuk mengetahui Apakah leptospirosis bisa disembuhkan 6. Untuk mengetahui Bagaimana mengenali tikus sebagai hewan penyeab utama leptospirosis



EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR - Penyakit Leptospirosis



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Dan Sejarah Leptospirosis 1. Pengertian Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh mikroorganisme berbentuk spiral dan bergerak aktif yang dinamakan Leptospira. Penyakit ini dikenal dengan berbagai nama seperti Mud fever, Slime fever (Shlamnfieber), Swam fever, Autumnal fever, Infectious jaundice, Field fever, Cane cutter dan lain-lain (WHO, 2003). Leptospirosis adalah penyakit akibat bakteri Leptospira sp. yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia atau sebaliknya (zoonosis). Leptospirosis dikenal juga dengan nama Penyakit Weil, Demam Icterohemorrhage, Penyakit Swineherd's, Demam pesawah (Ricefield fever), Demam Pemotong tebu (Canecutter fever), Demam Lumpur, Jaundis berdarah, Penyakit



EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR - Penyakit Leptospirosis



Stuttgart, Demam Canicola, penyakit kuning non-virus, penyakit air merah pada anak sapi, dan tifus anjing. Infeksi dalam bentuk subakut tidak begitu memperlihatkan gejala klinis, sedangkan pada infeksi akut ditandai dengan gejala sepsis, radang ginjal interstisial, anemia hemolitik, radang hati dan keguguran. Leptospirosis pada hewan biasanya subklinis. Dalam keadaan ini, penderita tidak menunjukkan gejala klinis penyakit. Leptospira bertahan dalam waktu yang lama di dalam ginjal hewan sehingga bakteri akan banyak dikeluarkan hewan lewat air kencingnya. Leptospirosis pada hewan dapat terjadi berbulanbulan sedangkan pada manusia hanya bertahan selama 60 hari. Manusia merupakan induk semang terakhir sehingga penularan antarmanusia jarang terjadi. 2. Sejarah Leptospirosis Dikenal pertama kali sebagai penyakit occupational (penyakit yang diperoleh akibat pekerjaan) pada beberapa pekerja pada tahun 1883. Pada tahun 1886 Weil mengungkapkan manifestasi klinis yang terjadi pada 4 penderita yang mengalami penyakit kuning yang berat, disertai demam, perdarahan dan gangguan ginjal. Sedangkan Inada mengidentifikasikan penyakit ini di jepang pada tahun 1916. (Inada R, Ido Y, et al: Etiology, mode of infection and specific therapy of Weil's disease. J Exp Med 1916; 23: 377402.) B. Triad Epidemiologi 1. Host Leptospirosis merupakan penyakit infeksi pada manusia dan binatang yang disebabkan oleh bakteri leptospira yang berbentuk spiral dan bergerak EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR - Penyakit Leptospirosis



aktif. Leptospirosis merupakan zoonosis yang paling tersebar luas di dunia. Leptospirosis dapat terjadi sepanjang tahun. Leptospirosis kadang-kadang dapat masuk tubuh manusia melalui inhalasi tetesan urin atau melalui air minum. Setelah infeksi, leptospira muncul dalam darah dan menyerang hampir semua jaringan dan organ. kemudian dibersihkan dari tubuh oleh respon kekebalan tubuh terhadap infeksi. Namun, mereka dapat menetap di tubulus berbelit-belit dari ginjal dan ditumpahkan dalam urin selama beberapa minggu sampai beberapa bulan dan kadang-kadang bahkan lebih lama. Mereka kemudian dibersihkan dari ginjal dan organ lainnya, tetapi dapat bertahan di mata jauh lebih lama. Kemampuan Leptospira untuk bergerak dengan cepat dalam air menjadi salah satu faktor penentu utama ia dapat menginfeksi induk semang (host) yang baru 2. Agent Penyakit ini dapat menyerang semua usia, tetapi sebagian besar berusia antara 10-39 tahun. Sebagian besar kasus terjadi pada laki-laki usia pertengahan, mungkin usia ini adalah faktor resiko tinggi tertular penyakit ini. Laki-laki memiliki risiko terkena leptospirosis sebesar 3,59 kali dibandingkan perempuan. 3. Environment Risiko infeksi tergantung pada paparan. Bahkan, beberapa manusia memiliki risiko tinggi terpajan karena pekerjaan mereka, lingkungan tempat tinggal mereka dan gaya hidup mereka. Kelompokkelompok kerja utama pada risiko termasuk pekerja peternakan dan pertanian, pekerja toko hewan peliharaan, dokter hewan, selokan, pekerja hewan potong, penangan daging, EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR - Penyakit Leptospirosis



dan militer.(5) Di beberapa negara, praktis seluruh penduduk beresiko untuk menderita penyakit ini terkontaminasi dalam kegiatan sehari-hari, misalnya padi dan perkebunan tebu. . Kelembaban merupakan faktor penting dari kelangsungan hidup leptospira di lingkungan. . Hujan deras akan membantu penyebaran penyakit ini, terutama di daerah banjir Gerakan bakteri memang tidak memengaruhi kemampuannya untuk memasuki jaringan tubuh namun mendukung proses invasi dan penyebaran di dalam aliran darah induk semang. Di Indonesia, penularan paling sering terjadi melalui tikus pada kondisi banjir Keadaan banjir menyebabkan adanya perubahan lingkungan seperti banyaknya genangan air, lingkungan menjadi becek, berlumpur, serta banyak timbunan sampah yang menyebabkan mudahnya bakteri Leptospira berkembang biak .Air kencing tikus terbawa banjir kemudian masuk ke tubuh manusia melalui permukaan kulit yang terluka, selaput lendir mata dan hidung. Sejauh ini tikus merupakan reservoir dan sekaligus penyebar utama Leptospirosis karena bertindak sebagai inang alami dan memiliki daya reproduksi tinggi. Beberapa hewan lain seperti sapi, kambing, domba, kuda, babi, anjing dapat terserang Leptospirosis, tetapi potensi menularkan ke manusia tidak sebesar tikus. C. Tinjauan Tentang Agen Penyebab 1. Etiologi Leptospirosis disebabkan bakteri pathogen (dapat menyebabkan penyakit)



berbentuk



leptospiraceae



dan



spiral



termasuk



genus



ordo



spirochaetales.



Leptospira, Spiroseta



EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR - Penyakit Leptospirosis



famili



berbentuk



bergulunggulung tipis, motil, obligat, dan berkembang pelan secara anaerob. Genus Leptospira terdiri dari 2 spesies yaitu L interrogans yang merupakan bakteri patogen dan L biflexa adalah saprofitik. Berdasarkan temuan DNA pada beberapa penelitian terakhir, 7 spesies pathogen yang tampak pada lebih 250 varian serologi (serovars) telah berhasil diidentifikasi. Leptospira dapat menginfeksi sekurangnya 160 spesies mamalia diantaranya adalah tikus, babi, anjing, kucing, rakun, lembu, dan mamalia lainnya. Hewan peliharaan yang paling berisiko mengidap bakteri ini adalah kambing dan sapi. Setiap hewan berisiko terjangkit bakteri leptospira yang berbedabeda. Hewan yang paling banyak mengandung bakteri ini (resevoir) adalah hewan pengerat dan tikus. Hewan tersebut paling sering ditemukan di seluruh belahan dunia. Di Amerika yang paling utama adalah anjing, ternak, tikus, hewan buas dan kucing. Beberapa serovar dikaitkan dengan beberapa hewan, misalnya L pomona dan L interrogans terdapat pada lembu dan babi, L grippotyphosa pada lembu, domba, kambing, dan tikus, L ballum dan L icterohaemorrhagiae sering dikaitkan dengan tikus dan L canicola dikaitkan dengan anjing. Beberapa serotipe yang penting lainnya adalah autumnalis, hebdomidis, dan australis.



2. Mekanisme Penularan a. Cara Penularan



EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR - Penyakit Leptospirosis



Manusia terinfeksi leptospira melalui kontak dengan air, tanah (lumpur), tanaman yang telah dikotori oleh air seni dari hewan - hewan penderita leptospirosis. Bakteri leptospira masuk kedalam tubuh melalui selaput lendir ( mukosa ) mata, hidung atau kulit yang lecet dan kadangkadang melalui saluran cerna dari makanan yang terkontaminasi oleh urin tikus yang terinfeksi leptospira. Masuknya bakteri leptospira pada hospes secara kualitatif berkembang bersamaan dengan proses infeksi pada semua serovar leptospira. Namun masuknya bakteri secara kuantitatif berbeda bergantung : agent, induk semang, dan lingkungan. Melalui cara lain dapat saja terjadi yaitu melalui permukaan mukosa misalnya melalui luka abrasi, mukosa ( cavitas buccae / buccal cavity ), saluran hidung atau konjungtiva. Bakteri leptospira akan masuk dalam peredaran darah yang ditandai dengan adanya demam dan berkembang pada target organ serta akan menunjukan gejala infeksi pada organ tersebut. Gambaran klinik akan bervariasi bergantung dari kondisi manusianya, spesies hewan dan umurnya. b. Jenis Penularan Menurut Saroso (2003) penularan leptospirosis dapat secara langsung dan tidak langsung yaitu : 1) Penularan secara langsung a) Melalui darah, urin atau cairan tubuh lain yang mengandung kuman leptospira masuk kedalam tubuh pejamu. b) Dari hewan ke manusia merupakan peyakit akibat pekerjaan, terjadi pada orang yang merawat hewan atau menangani organ EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR - Penyakit Leptospirosis



tubuh hewan misalnya pekerja potong hewan, atau seseorang yang tertular dari hewan peliharaan. c) Dari manusia ke manusia meskipun jarang, dapat terjadi melalui hubungan seksual pada masa konvalesen atau dari ibu penderita leptospirosis ke janin melalui sawar plasenta dan air



a) b) c) d) e)



susu ibu. 2) Penularan tidak langsung dapat terjadi melalui: Genangan air Sungai atau badan air Danau Selokan saluran air dan lumpur yang tercemar urin hewan Jarak rumah dengan tempat pengumpulan sampah 3) Faktor Resiko Faktor-faktor resiko terinfeksi kuman leptospira, bila kontak langsung atau terpajan air atau rawa yang terkontaminasi yaitu : a) Kontak dengan air yang terkonaminasi kuman leptospira atau b) c) d) e) f) g)



urin tikus saat banjir. Pekerjaan tukang perahu, rakit bambu, pemulung. Mencuci atau mandi disungai atau danau. Tukang kebun atau pekerjaan di perkebunan. Petani tanpa alas kaki di sawah. Pembersih selokan. Pekerja potong hewan, tukang daging yang terpajan saat



memotong hewan. h) Peternak, pemeliharaan hewan dan dorter hewan yang terpajan karena menangani ternak atau hewan, terutama saat memerah susu, menyentuh hewan mati, menolong hewan melahirkan, atau kontak dengan bahan lain seperti plasenta, cairan amnion dan bila kontak dengan percikan infeksius saat hewan berkemih. i) Pekerja tambang. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR - Penyakit Leptospirosis



j) Pemancing ikan, pekerja tambak udang atau ikan tawar. k) Anak-anak yang bermain di taman, genangan air hujan atau kubangan. l) Tempat rekreasi di air tawar : berenang, arum jeram dan olah raga air lain, trilomba juang (triathlon), memasuki gua, mendaki gunung. Infeksi leptospirosis di Indonesia umumnya dengan perantara tikus jenis Rattus norvegicus (tikus selokan), Rattus diardii (tikus ladang), dan Rattus exulans Suncu murinus (cecurt). c. Gejala Klinis Gambaran klinis leptospirosis atas 3 fase yaitu fase pertama : fase leptospiremia, fase kedua: fase imun dan fase ketiga : fase penyembuhan. 1) Fase Leptospiremia Demam mendadak tinggi sampai menggigil disertai sakit kepala, nyeri otot, hiperaestesia pada kulit, mual muntah, diare, bradikardi relatif, ikterus, injeksi silier mata. Fase ini berlangsung 4-9 hari dan berakhir dengan menghilangnya gejala klinis untuk sementara. 2) Fase Imun Dengan terbentuknya IgM dalam sirkulasi darah, sehingga gambaran klinis bervariasi dari demam tidak terlalu tinggi, gangguan fungsi ginjal dan hati, serta gangguan hemostatis dengan manifestasi pendarahan spontan. 3) Fase Penyembuhan



EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR - Penyakit Leptospirosis



Fase ini terjadi pada minggu ke 2 - 4 dengan patogenesis yang belum jelas. Gejala klinis pada penelitian ditemukan berupa demam dengan atau tanpa muntah, nyeri otot, ikterik, sakit kepala, batuk, hepatomegali, perdarahan dan menggigil serta splenomegali. d. Jenis Leptospirosis Menurut berat ringannya, leptospirosis dibagi menjadi ringan dan berat, tetapi untuk pendekatan diagnosis klinis dan penanganannya, para ahli lebih senang membagi penyakit ini menjadi leptospirosis anikterik (non - ikterik) dan leptospirosis ikterik. 1) Leptospirosis anikterik Sebagian besar manifestasi



klinik



leptospirosis



adalah



anikterik, dan ini diperkirakan mencapai 90% dari seluruh kasus leptospirosis di masyarakat. Karena itu jika ditemukan satu kasus leptospirosis berat maka diperkirakan sedikitnya ada 10 kasus leptospirosis anikterik atau ringan. Onset leptospirosis ini mendadak dan ditandai dengan demam ringan atau tinggi yang umumnya bersifat remiten, nyeri kepala dan menggigil serta mialgia. Nyeri kepala bisa berat, mirip yang terjadi pada infeksi dengue, disertai nyeri retro-orbital dan photopobia. Nyeri otot terutama di daerah betis, punggung dan paha. Nyeri ini diduga akibat kerusakan otot sehingga creatinin phosphokinase pada sebagian besar kasus akan meningkat, dan pemeriksaan cretinin phosphokinase ini dapat untuk membantu diagnosis klinis leptospirosis. Akibat nyeri betis yang menyolok ini, pasien



EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR - Penyakit Leptospirosis



kadangkadang mengeluh sukar berjalan. Mual, muntah dan anoreksia dilaporkan oleh sebagian besar pasien. Pemeriksaan fisik yang khas adalah conjunctival suffusion dan nyeri tekan di daerah betis. Limpadenopati,



splenomegali,



hepatomegali



dan



rash



macupapular bisa ditemukan, meskipun jarang. Kelainan mata berupa uveitis dan iridosiklis dapat dijumpai pada pasien leptospirosis anikterik maupun ikterik. Gambaran klinik terpenting leptospirosis anikterik adalah meningitis aseptik yang tidak spesifik sehingga



sering



terlewatkan



diagnosisnya.



Dalam



fase



leptospiremia, bakteri leptospira bisa ditemukan di dalam cairan serebrospinal, tetapi dalam minggu kedua bakteri ini menghilang setelah munculnya antibodi (fase imun). Pasien dengan Leptospirosis anikterik pada umumnya tidak berobat karena keluhannya bisa sangat ringan. Pada sebagian pasien, penyakit ini dapat sembuh sendiri ( self - limited ) dan biasanya gejala kliniknya akan menghilang dalam waktu 2-3 minggu. Karena gambaran kliniknya mirip penyakit-penyakit demam akut lain, maka pada setiap kasus dengan keluhan demam, leptospirosis anikterik harus dipikirkan sebagai salah satu diagnosis bandingnya, apalagi yang di daerah endemik. Leptospirosis anikterik merupakan penyebab utama Fever of unknown origin di beberapa negara Asia seperti Thailand dan Malaysia. Diagnosis EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR - Penyakit Leptospirosis



banding leptospirosis anikterik harus mencakup penyakit-penyakit infeksi virus seperti influenza, HIV seroconversion, infeksi dengue, infeksi hantavirus, hepatitis virus, infeksi mononukleosis dan juga infeksi bakterial atau parasitik seperti demam tifoid, bruselosis, riketsiosis dan malaria. 2) Leptospirosis ikterik Ikterus umumnya



dianggap



sebagai



indikator



utama



leptospirosis berat. Gagal ginjal akut, ikterus dan manifestasi perdarahan merupakan gambaran klinik khas penyakit Weil. Pada leptospirosis ikterik, demam dapat persisten sehingga fase imun menjadi tidak jelas atau nampak overlapping dengan fase leptospiremia. Ada tidaknya fase imun juga dipengaruhi oleh jenis serovar dan jumlah bakteri leptospira yang menginfeksi, status imunologik dan nutrisi penderita serta kecepatan memperoleh terapi yang tepat. Leptospirosis adalah penyebab tersering gagal ginjal akut.



Tabel 1. Perbedaan gambaran klinik leptospirosis anikterik dan ikterik



EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR - Penyakit Leptospirosis



Sindroma, fase



Gambaran Klinik



Spesimen Laboratorim



Leptospirosis anikterik



Darah, LCS



Fase Leptospiremia



Demam



(3 -7 hari )



kepala, mialgia, nyeri



Fase Imun (3-30 hari)



tinggi,



perut,



muntah,



nyeri



mual, U r I n



conjunctiva



suffusion Demam



ringan,



nyeri



kepala, muntah Leptospirosis ikterik Fase



Leptospiremia Demam, nyeri kepala, Darah,



dan



mialgia, ikterik,



LCS



fase Imun ( sering gagal ginjal, hipotensi, minggu I menjadi



manifestasi



satu atau overlapping)



pendarahan, pneumonitis, minggu II



Urin



pneumonitis hemorhagik, leukositosis * antara fase Leptospiremia dengan fase imun terdapat periode asimptomatik ( 1 - 3 hari ) D. Pencegahan Dan Penanggulangan Leptospirosis 1. Pencegahan



EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR - Penyakit Leptospirosis



Sanitasi lingkungan harus diperhatikan terutama di pertenakan, pemotongan hewan,atau kolam renang.kampanye rumah yang anti tikus (rat proof) perlu dilakukan.perlindungan bagi perternakan mencakup pemakaian sepatu bot ,sarung tangan ,masker,danbaju pelindung .imunisasi bagi yang sering berhubungan dengan hewan penular juga penular juga perlu dilakukan. Penyuluhan tentang higiene pribadi dan penularan penyakit akan membantu mencegah KLB .kewaspadaan petugas kesehatan



dapat



berupa pengawasan situasi pascasarjana,hewan sakit dari rumah pendudukan dan daerah wisata (sebagai perlindungan dari urin hewan ),vaksinasi hewan peliharaan dengan strain lokal,serta mengontrol vektor jika diperlukan .ini dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit. Ada banyak cara mencegah Leptospirosis yaitu : a. Yang pekerjaannya menyangkut binatang : 1) Tutupilah luka dan lecet dengan balut kedap air. 2) Pakailah pakaian pelindung misalnya sarung tangan, pelindung atau perisai mata, jubah kain dan sepatu bila menangani binatang yang mungkin terkena, terutama jika ada kemungkinan menyentuh air seninya. 3) Pakailah sarung tangan jika menangani ari-ari hewan, janinnya yang mati di dalam maupun digugurkan atau dagingnya. 4) Mandilah sesudah bekerja dan cucilah serta keringkan tangan sesudah menangani apa pun yang mungkin terkena.



EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR - Penyakit Leptospirosis



5) Jangan makan atau merokok sambil menangani binatang yang mungkin terkena. Cuci dan keringkan tangan sebelum makan atau merokok. 6) Ikutilah anjuran dokter hewan kalau memberi vaksin kepada hewan. b. Untuk yang lain: 1) Hindarkanlah berenang di dalam air yang mungkin dicemari dengan air seni binatang. 2) Tutupilah luka dan lecet dengan balut kedap air terutama sebelum bersentuhan dengan tanah, lumpur atau air yang mungkin dicemari air kencing binatang. 3) Pakailah sepatu bila keluar terutama jika tanahnya basah atau berlumpur. 4) Pakailah sarung tangan bila berkebun.



2. Penanggulangan Penanggulangan KLB Penanggulangan KLB



dilakukan



pada



daerah



yang



penderita



Leptospirosis cenderung meningkat (per jam/hari/minggu/bulan) dengan pengambilan darah bagi penderita dengan gejala demam, sekitar 20 rumah dari kasus indeks. Angka kematian akibat leptospirosis tergolong tinggi, mencapai 2,5 sampai 16,45 persen atau rata-rata 7,1 persen. Bahkan pada penderita berusia di atas 50 tahun, risiko kematian lebih besar, bisa mencapai 56 persen. Pada



EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR - Penyakit Leptospirosis



penderita yang sudah mengalami kerusakan hati yang ditandai selaput mata berwarna kuning, risiko kematian akibat leptospirosis lebih tinggi lagi. Untuk itu, lakukan pencegahan sedini mungkin. Antara lain dengan menjaga kebersihan lingkungan. Tempat-tempat yang kemungkinan bisa dijadikan tempat bersarangnya tikus, segera dibersihkan agar tak ada tempat sedikitpun untuk berkembangbiaknya bakteri leptospira yang mematikan. a. Personal Hygiene 1) Pakaian pelindung (Pembersih septic tank, dll) 2) Sanitasi lingkungan, termasuk sanitasi kolam renang b. Pada hewan : 1) Rodent control 2) Vaksin hewan 3) Cara memelihara hewan yang sehat E. Hasil Akhir Pengobatan Pengobatan kasus leptospirosis masih diperdebatkan. Sebagian ahli mengatakan bahwa pengobatan leptospirosis hanya berguna pada kasus – kasus dini (early stage) sedangkan pada fase ke dua atau fase imunitas (late phase) yang paling penting adalah perawatan. Tujuan pengobatan dengan antibiotik adalah: 1. Mempercepat pulih ke keadaan normal 2. Mempersingkat lamanya demam 3. Mempersingkat lamanya perawatan 4. Mencegah komplikasi seperti gagal ginjal (leptospiruria) 5. Menurunkan angka kematian Obat pilihan adalah Benzyl Penicillin. Selain itu dapat digunakan Tetracycline, Streptomicyn, Erythromycin, Doxycycline, Ampicillin atau Amoxicillin. Pengobatan dengan Benzyl Penicillin 6-8 MU iv dosis terbagi selama 5-7 hari. Atau Procain Penicillin 4-5 MU/hari kemudian dosis diturunkan menjadi setengahnya setelah demam hilang, biasanya lama EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR - Penyakit Leptospirosis



pengobatan 5-6 hari. Jika pasien alergi penicillin digunakan Tetracycline dengan dosis awal 500 mg, kemudian 250 mg IV/IM perjam selama 24 jam, kemudian 250-500mg /6jam peroral selama 6 hari. Atau Erythromicyn dengan dosis 250 mg/ 6jam selama 5 hari. Tetracycline dan Erythromycin kurang efektif dibandingkan dengan Penicillin. Ceftriaxone dosis 1 g. iv. selama 7 hari hasilnya tidak jauh berbeda dengan pengobatan menggunakan penicillin.(11) Oxytetracycline digunakan dengan dosis 1.5 g. peroral, dilanjutkan dengan 0.6 g. tiap 6 jam selama 5 hari; tetapi cara ini menurut beberapa penelitian tidak dapat mencegah terjadinya komplikasi hati dan ginjal. F. Tikus Sebagai Hewan Penyebab Utama Leptospirosis 1. Pengertian Tikus Tikus merupakan satwa liar yang sudah akrab dan beradaptasi dengan kehidupan



manusia.



Keberadaan



tikus dibumi sudah jauh



lebih tua daripada umur manusia itu sendiri. Menurut Mc Neely (antropolog) dan Watchel (psikolog), dalam bukunya berjudul The Soul of The Tiger (1988), tikus merupakan hewan liar yang paling menikmati dampak positif dari kemajuan ekonomi d Benua Asia. Bumi Asia dianggap sebagai tempat kelahiran tikus sekitar 10 juta tahun yang lalu, yang kemudian berkembang diseluruh dunia. Penyebaran tikus ke seluruh dunia berlangsung



bersamaan dengan



migrasi manusia antar pulau dan antar benua. Di Benua Eropa, tikus berukuran



kecil



mulai dikenal pada abad ke-13 sedangkan tikus



berukuran besar pada abad ke 18. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR - Penyakit Leptospirosis



2. Biokologi Tikus a. Klasifikasi Tikus Lubang di tanah, kayu, tumpukan batu, atau tumpukan sampah baik di dalam maupun di luar rumah. Kebiasaan tinggal tikus berbeda menurut spesiesnya. Tikus adalah binatang malam (nokturnal) sehingga memerlukan kepandaian khusus untuk mencari makanan, jajan dan menghindari musuh tanpa menggunakan indera mata. Oleh karena itu, tikus mempunyai alat penciuman yang tajam. Alat peraba tikus sangat sensitif karena pada waktu melakukan aktivitas di malam hari (nokturnal) sehingga alat peraba tersebut sangat penting, yaitu berupa kumis (misae) dan bulu yang panjang diantara rambut pada badannya. Alat pendengar pada tikus yang tajam dan dapat menangkap suara dengan intensitas antara 22 KHz-90KHz. Suara tertentu merupakan alat komunikasi diantara mereka. Karena sifatnya yang nokturnal, tikus mempunyai alat penglihatan yang sangat tajam. Mereka dapat melihat bentuk sederhana di dalam kegelapan sejauh kirakira 10 m. Seperti halnya pada rodentia, tikus tidak dapat membedakan warna. Tikus mempunyai kemampuan untuk menggali 0,5 m pada tanah keras atau 2-3 m pada tanah gembur. Penggalian sarang biasanya membentuk suatu sistem terowongan yang spesifik. Di dekat rumah, tikus senang membuat sarang di dasar bangunan. Tikus yang tinggal EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR - Penyakit Leptospirosis



berdampingan dengan manusia pada umumnya pandai memanjat. Pada waktu memanjat mereka dibantu oleh benjolan pada telapak kaki, cakar dan ekornya. Selain memanjat, tikus got dapat melompat sampai setinggi 70 cm. Kemampuan tikus yang sangat merugikan manusia adalah kemampuannya untuk mengerat dengan giginya yang tajam. Tikus mampu mengerat bahan bangunan yang keras seperti aluminium, aspal, tembok, dll. Tikus juga pandai berenang terutama tikus got yang sangat menyukai tempat basah. Bahkan tikus juga dapat menyelam selama 3 detik sehingga mereka mampu masuk ke dalam rumah melalui saluran jamban yang selalu basah. Tikus berenang dengan menggunakan kaki belakang bergantian dan menurut hasil penelitian kecepatan berenangnya sekitar 1,4 km/jam. b. Reproduksi Siklus reproduksi tikus dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Tikus memiliki potensi perkembangbiakan sangat tinggi, karena : 1) Kematangan seks kelamin sangat cepat dan waktu yang diperlukan dari anak tikus menjadi tikus dewasa relatif cepat (Dewasa kelamin tikus rumah 5-8 minggu, tikus got dan atap 8-12 minggu) 2) Kurun waktu menyusui dari betina setelah beranak relatif sangat pendek (24-48 jam setelah melahirkan dapat hamil kembali) 3) Setiap betina sering beranak dan jumlah anaknya relatif banyak ( Tikus rumah(betina) menghasilkan 4-7 anak (8 kali pe rtahun), tikus got menghasilkan 8-12 anak (4-7 kali per tahun) dan tikus atap 4-8 anak (4-6 kali per tahun))



EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR - Penyakit Leptospirosis



4) Tikus betina dewasa dapat bunting dan beranak sepanjang tahun (Tikus komensal betina beranak setiap 24-28 hari) Potensi perkembangan tikus dipengaruhi oleh pemangsa dan penyakit, persaingan antar anggota tikus dan pengaruh kondisi lingkungan. Pertumbuhan



populasi tikus di suatu wilayah dengan



sumber daya dan luas area yang terbatas cenderung menurun. Dalam kondisi ini , kelompok tikus akan membentuk tingkatan sosial (social hierarchy). Raja tikus dipilih dari tikus jantan tertua dan berukuran besar. Raja Tikus mempunyai akses pertama kali untuk mendapatkan sumber makanan dan tempat tinggal yang baik di suatu area tertentu. 3. Kebiasaan dan Habitat Tikus a. Habitat Membuat lubang/sarang di tanah, bersembunyi di Basement dan bagian terendah gedung. Nocturnal Social hierarchy sangat kuat Daya jelajah (rats explore) 300 feet per hari dan pandai berenang sampai 1 mil. Bersarang di atas atap/bagian gedung. Di area luar , hidup diatas pohon (terutama pohon palm) dan daun-daunan. Nocturnal Social hierarchy sangat kuat Daya jelajah (rat explore) 100- 300 feet per hari dan tahan jatuh dari ketinggian 25 feet pada permukaan yang keras.



EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR - Penyakit Leptospirosis



Ditemukan hampir diseluruh area yang berpotensi sbg tempat persembunyian Excellent climbers Curious and inquisitive Nocturnal Social hierarchy sangat kuat Daya jelajah (rat explore) 12 feet per detik dan tahan jatuh dari ketinggian 8 feet pada permukaan yang keras. Kebiasaan Makanan Omnivora. (Daging, Ikan, Tepung, Biji-biji gandum, buah, sayuran) Kebutuhan : ¾ – 1 ons makanan per hari, ½-1 ounce



air/minuman



Omnivora.



(Benih,



Padi/Biji-bijian,



buah,



sayuran,telur). Kebutuhan : ½- 1 ons makanan per hari, 1 ounce air/minuman Omnivora. (Biji-biji gandum, buah, sayuran dan daging) Kebutuhan : 1/10 ons makanan per hari, 1/20 ounce air/minuman 4. Kemampuan Alat Indera Dan Fisik a. Kemampuan alat indera 1) Mencium Tikus menggunakan indera penciuman (oflactory organ) untuk mengetahui lokasi makanan, jalur, teritorial dan juga untuk mengetahui anggota baru atau bukan anggota kelompoknya. Tikus juga dapat mengetahui jalur dari bau urine dan bau sekresi tubuhnya yang mengandung pheromone serta mendeteksi kontaminan pada makanannya.



EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR - Penyakit Leptospirosis



2) Menyentuh Karena tikus tidak dapat melihat dengan baik, maka kontak dengan bermacam-macam objek atau keadaan dengan menggunakan vibrissae (bulu) atau whiskers (kumis). Rasa menyentuh merupakan indera perasa yang penting pada tikus. Rodent dan mencit tergolong hewan Thigmophilic. Sentuhan badan dan kibasan ekor yang digunakan untuk mengenali objek sangat membantu mengenali rintangan didepannya. Kemampuan tersebut disebut Thigmotaxis. 3) Mendengar Indera pendengaran tikus sangat sensitif, dapat mendengar suara Ultrasonic antara 90-100KHz sedangkan ambang sensitifitas pendengaran manusia adalah 20 KHz. Hal tsb menyebabkan mesin Ultrasonik tidak berhasil untuk mengendalikan tikus. 4) Melihat Tikus aktif di malam hari (nocturnal) dan buta warna, tetapi dapat mengenali suatu benda dari jarak 15 m dan dapat melihat gerakan dari jarak 10 m. Secara umum tikus selalu berkeliling dalam



EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR - Penyakit Leptospirosis



lingkungannya untuk mengetahui lokasi makanan, air, kawin, mencari bahan untuk sarang dan lokasi sarang. 5) Mengecap Rasa mengecap pada tikus berkembang sangat baik. Tikus dan mencit dapat mendeteksi dan menolak air minum yang mengandung phenylthiocarbamide 3 ppm yang merupakan senyawa racun dan berasa pahit. 6) Kinestetic Kemampuan tikus untuk membuat jalur yang digunakan mencari makan , istirahat dan bersarang. 5. Kemampuan fisik a. Menggali Rattus norvegicus merupakan binatang penggali lubang. Lubang tsb dipergunakan untuk tempat perlindungan dan sarang. Kemampuan menggali. b. Memanjat



EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR - Penyakit Leptospirosis



Tikus atap dan tikus rumah yang bentuk tubuhnya lebih kecil dan langsing lebih beradaptasi untuk memanjat dibandingkan tikus got. Kedua spesies tsb dapat memanjat kayu dan bangunan yang permukaannya kasar. Tikus got dapat memanjat pipa baik didalam maupun diluar.



c. Meloncat dan melompat R.norvegicus dewasa dapat meloncat vertikal 77 cm lebih dan dalam keadaan berhenti dapat melompat sejauh 1.2 meter. Mus musculus meloncat arah vertikal setinggi 25 cm. d. Menggerogoti Tikus



dapat



menggerogoti



bahan



bangunan/kayu,lembaran



aluminium, timah, aspal, maupun cairan pasir, kapur dan semen yang mutunya rendah e. Berenang dan menyelam



EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR - Penyakit Leptospirosis



R.novergicus, R,rattus dan M.musculus adalah perenang yang baik. Rattus norvegicus adalah perenang dan dan penyelam yang ulung, perilaku yang semi akuatik, hidup di saluran air bawah tanah,sungai dan areal lain yang basah. 6. Perilaku Bersarang Tikus sawah aktif pada malam hari (nokturnal), dan pada siang hari mereka berlindung di dalam lubang atau semak. Untuk tempat tinggal biasanya dipilih habitat yang cukup memberikan perlindungan dan aman terhadap predator, tersedia makanan, dan dekat sumber air. Lubang bagi tikus berfungsi sebagai tempat berlindung, memelihara anak dan anggota kelompok. Di dalam lubang selalu disiapkan jalan keluar yang ujungnya masih tertutup dan biasanya ditumbuhi oleh rumput-rumputan. Penutupnya masih utuh, yang tebalnya berkisar antara 1-2 cm. Jalan keluar tersebut akan dibuka pada keadaan darurat. Tikus tidak selamanya menghuni lubang, apabila kekurangan makanan atau banjir maka lubang tersebut akan ditinggalkannya. Hal ini biasanya terjadi pada saat sawah bera dan periode pengolahan tanah sampai tanam. Tikus yang meninggalkan sarang mengembara di sekitar sawah seperti tanggul irigasi, pekarangan, sekitar gudang padi, kebun tebu, rumpun bambu, semak belukar, pekuburan, atau tegalan yang permukaan tanahnya agak tinggi (Rohman dan Sukarna, 1991); sedangkan yang terjadi di lahan pasang surut, sebagian populasi masih menghuni lubang walaupun pada



EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR - Penyakit Leptospirosis



masa bera, karena tikus-tikus tersebut mempunyai makanan alternatif terutama ubi kayu yang ditanam petani setiap tahun, dan pada saat air pasang maka populasi tikus banyak terdapat di pematang yang lebih tinggi dan lebar. 7. Perilaku Sosial, Kompetisi dan Dominasi Pada kepadatan populasi yang tinggi, jantan yang kalah dalam kompetisi, akan keluar mencari wilayah itu dan membentuk kelompok baru. Perilaku tersebut menyebabkan penyebaran populasi yang merata sehingga tikus sawah mampu mengokupasi wilayah yang luas. Akan terjadi kompetisi, kompetisi dan dominasi spesies tikus jika populasi bertambah banyak. Jenis tikus yang menghuni lahan sawah irigasi terdiri atas tikus sawah (98,6 %), tikus wirok (1,0 %) dan tikus rumah (0,4 %). Dominasi tikus sawah menunjukkan bahwa spesies tersebut paling sukses beradaptasi dan menjadi ancaman utama pada lingkungan tersebut. Kompetisi antara ketiga jenis tikus tersebut relatif kecil akibat terjadinya pembagian ruang dan waktu. Sedangkan kompetisi antar sesama tikus sawah terjadi akibat persamaan sumberdaya yang diekploitasi, terutama pakan dan tempat bersarang (betina). Kanibalisme terjadi pada saat kelangkaan pangan yang parah, tikus yang kuat memakan tikus yang lemah. Induk betina juga mema-kan tikus yang cacat, atau yang mati sejak dalam kandungan. 8. Perbedaan Tikus Jantan dan Tikus Betina Tikus adalah binatang mamalia, jadi tikus juga memiliki alat kelamin seperti binatang mamalia yang lain. Tikus jantan memiliki alat kelamin jantan dan tikus betina memiliki alat kelamin betina. Untuk mengetahui alat



EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR - Penyakit Leptospirosis



kelamin tikus caranya sangat mudah. Baliklah tikus dan lihat bagian duburnya. Tikus jantan memiliki testis dan penis yang mudah dilihat dan dibedakan. Sedangkan tikus betina tidak terlihat adanya testis atau penis. Tikus jantan apabila dibalikkan akan terlihat buah zakar (testis). Tikus betina bila dibalikkan tidak terlihat adanya buah zakar dan terlihat ada 8 puting susu diperutnya.



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan  Leptospirosis adalah penyakit infeksi akut yang dapat menyerang manusia maupun hewan yang disebabkan kuman leptospira pathogen dan digolongkan sebagi zoonosis yaitu penyakit hewan yang bisa menjangkiti 



manusia. Hewan yang paling banyak mengandung bakteri leptospira ini (resevoir)







adalah hewan pengerat dan tikus. Penyakit leptospirosis mungkin banyak terdapat di Indonesia terutama di







musim penghujan. Penularan dari hewan ke manusia dapat terjadi secara langsung ataupun tidak langsung, sedangkan penularan dari manusia ke







manusia sangat jarang. Pengobatan dengan antibiotik merupakan pilihan terbaik pada fase awal







ataupun fase lanjut (fase imunitas). Selain pengobatan antibiotik, perawatan pasien tidak kalah pentingnya untuk menurunkan angka kematian.



EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR - Penyakit Leptospirosis







Angka kematian pada pasien leptospirosis menjadi tinggi terutama pada usia lanjut, pasien dengan ikterus yang parah, gagal ginjal akut, gagal



pernafasan akut. B. Saran  Pada orang berisiko tinggi terutama yang bepergian ke daerah berawarawa 



dianjurkan untuk menggunakan profilaksis dengan doxycycline. Masyarakat terutama di daerah persawahan, atau pada saat banjir mungkin







ada baiknya diberi doxycycline untuk pencegahan. Para klinisi diharapkan memberikan perhatian pada leptospirosis ini







terutama di daerahdaerah yang sering mengalami banjir. Penerangan tentang penyakit leptospirosis sehingga masyarakat dapat segera menghubungi sarana kesehatan.



EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR - Penyakit Leptospirosis



DAFTAR PUSTAKA Anonim.2012.”Gejala



Klinis



dan



Pengobatan



Leptospirosis”.



http://www.smallcrab.com/kesehatan/1199gejalaklinisdanpengobatanleptos pirosis. 11 April 2015. Anonim.2011.”Leptospirosis”.



http://puskesmassukosari.



blogspot.



com/2011/06/leptospirosis.html.11 April 2015. Anonim.2014.



”Leptospirosis”.



http://id.wikipedia.



org/wiki/Leptospirosis#Cara_Penularan”. 11 April 2015. Anonim.2103.”Mengenal



Tikus”.



http://tanamanpangan.



pertanian.go.id/ditlintp/berita144mengenaltikus. html.11 April 2015. Hamdani.2013.”



Mengenal



Perilaku



dan



Kebiasaan



Tikus”.



http://widyatan.com/index.php/arsip/artikel/budidayatanaman/ 310mengenalperilakudankebiasaantikus.11 April 2015. Hasyim.M Aziz.2011.”Epidemiologi Penyakit Menular”. http://epidemiologiunsri. blogspot.com/2011/11/leptospirosis.html.11 April 2015. Kahfi.2013.”



Leptospirosis







Mewabah



Saat



Banjir”.



http://kahfiteplan.



blogspot.com/2013/01/leptospirosismewabahsaatbanjir. html. 11 April 2105 Rachman.Sari.2014.”



All



About



Leptospirosis”.



http://sanirachman.blogspot.



com/2009/08/allaboutleptospirosis_ 9366.html. 11 April 2015. .



EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR - Penyakit Leptospirosis