MAKALAH LOBI DAN NEGOSIASI Kelompok 4 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH LOBI DAN NEGOSIASI “Negosiasi yang Sulit dan Memanfaatkan Orang ke-Tiga”



Kelompok 4 : Maisya Dilla Auryn



(1910863022)



Muhammad Aldian Saputra



(1910861004)



Muhammad Fikry Meivent



(1910862002)



Nadiya Auliya



(1910861024)



Pengampu Mata Kuliah



:



Yuliandre Darwis Ph. D Revi Marta, S.Sos., M.Si Annisa Anindya,S.I.Kom, M.Si



JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ANDALAS 2020



Daftar Isi



Daftar Isi.....................................................................................................................................2 BAB I.........................................................................................................................................3 A. Latar Belakang................................................................................................................3 B. Rumusan Masalah...........................................................................................................3 C. Tujuan.............................................................................................................................3 BAB II........................................................................................................................................4 A. Peran-peran dalam Negosiasi..........................................................................................4 A. 1. Agen............................................................................................................................4 2. Konstituen (principal)...............................................................................................7 3. Khalayak....................................................................................................................7 4. Koalisi........................................................................................................................8 B. Sifat Negosiasi Multi-pihak..........................................................................................11 BAB III.....................................................................................................................................15 Daftar Pustaka..........................................................................................................................16



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata negosiasi mungkin bisa dibilang sudah lumrah dalam kehidupan seharihari. Mulai dari hal-hal kecil seperti menawar belanja di pasar bahkan sampai ke bisnis-bisnis besar seperti dalam hal mencari agen atau partner bisnis. Dalam negosiasi itu sendiri tidak lepas dari yang Namanya teknik-teknik dimana hal tersebut dapat mempelancar negosiasi itu sendiri. Pada negosiasi yang tingkat ke atas, seperti halnya dalam dalam bisnis perusahaan, terdapat teknik-teknik tertentu yang dipakai secara khusus. Negosiasi pula dapat melibatkan banyak pihak, yang mana dari tujuan negosiasi itu sendiri, kita tidak bisa “asal” dalam hal menentukan hasil dari negosiasi itu sendiri, atau hal yang dinegosiasi-kan, karena hal tersebut dapat berdampak ke banyak pihak baik atau buruknya hasil dari suatu negosiasi.



B. Rumusan Masalah



-



Berapa pihak yang terlibat dalam suatu negosiasi?



-



Apa pengaruh dari perantara, konstituen, dan khalayak mempengaruhi negosiasi?



-



Baimana cara menghadapi konstituen dan khalayak oleh agen?



-



Apa itu koalisi?



-



Apa itu negosiasi multi-pihak?



C. Tujuan



-



Agar memahami siapa saja yang terlibat dalam suatu negosiasi.



-



Mengetahui komponen-komponen yang ada didalam suatu negosiasi.



-



Memahami mengenai koalisi.



-



Mengerti akan negosiasi multi-pihak.



-



Dapat memberikan saran kepada agen.



BAB II PEMBAHASAN A. Peran-peran dalam Negosiasi Dalam negosiasi, biasanya terdapat dua pihak yang berperan. Pihak pertama dan pihak kedua. Yang mana ada juga pihak ketiga yang biasa disebut negosiator yang mana berperan sebagai orang yang paham atau expert dalam hal negosiasi. Jadi pihak ketiga ini harusnya mengetahui etika-etika negosiasi, dan etika komunikasi yang baik. Berikut pembagian pihak-pihak dalam negosiasi



:



1. Negosiasi yang terjadi antar dua negosiator Terjadi disaat dua negosiator memiliki kepentingan dan keuntungan yang dirundingkan 2. Negosiasi yang terjadi lebih dari dua negosiator Terjadi ketika lebih dari dua orang negosiator, yang mana kemungkinan beberapa pihak yang kuat membentuk aliansi, mencari posisi atau kekuatan dalam jumlah kesamaan kepentingan. 3. Negosiasi pada satu tim atau dua tim Terjadi ketika satu tim yang terdiri dari dua atau beberapa pihak yang bekerjasama dalam mengungkapkan kepentingan dan posisi bersama.. 4. Negosiasi yang menggunakan agen, dan konstituen Terjadi ketika seorang negosiator yang bertindak sebagai agen yang mewakili dan mengungkapkan pendapat orang lain (konstituennya). 5. Negosiasi yang menggunakan atau dihadiri penonton, khalayak serta pihak ketiga A.



1. Agen Agen merupakan pihak yang tidak membawa kepentingannya sendiri dalam suatu



negosiasi. Biasanya agen juga membawa atau mewakili sudut pandang orang lain yang mungkin tidak ada dalam negosiasi tersebut. Seperti halnya saja dampak kepada khalayak ramai misalnya yang mana sebelumnya tidak ikut dalam suatu negosiasi. Hal tersebut dikarenakan agen merupakan pihak yang menjunjung etika negosiasi.



Kapan harus menggunakan agen



:



Didalam aktivitas negosiasi, tidak selalu berhubungan dengan penggunaan agen. Namun ada beberapa situasi yang bisa menjadi alasan kita untuk dapat menggunakan seorang agen. 1. Apabila kita berhasil mendapatkan agen yang mempunyai pengetahuan, keterampilan, serta kemampuan yang dapat menunjang serta membantu kita dalam proses bernegosiasi dengan baik. 2. Apabila kita adalah orang yang lebih mengutamakan hasil, dan cepat untuk menyerah apabila proses negosiasi tidak dapat berjalan dengan baik dan kurang maksimal. 3. Apabila agen yang kita temui memiliki jaringan dan relasi yang lebih luas. 4. Apabila kita adalah orang yang emosional, maka disarankan untuk menggunakan agen saja. Karena agen pada umumnya bersifat netral dan tidak akan terpengaruh terhadap pihakpihak secara emosional. 5. Apabila kita adalah tipikal orang yang gampang mengalah dalam proses bernegosiasi. Alangkah baiknya kita menggunakan bantuan agen untuk dapat membantu kita agar berhasil dalam kegiatan bernegosiasi. Menangani Agen



:



Seorang ahli bernama Roger Dawson (2003) memberikan tentang 3 gambit (langkah) dalam melakukan negosiasi . 1. Gambit Negosiasi Awal a. Mintalah Lebih dari Apa yang Kita Harapkan Kita harus menjadi negosiator yang memilik rasa percaya diri dalam melakukan pengajuan penawaran harga, mengajukan bantuan, dan mengajukan berbagai macam bentuk negosiasi lainnya. Jangan pernah merasa orang lain akan mencemooh kita dalam urusan negosiasi, misalnya ketika kita ingin menjual mobil kita berpikir “Apabila saya meletakkan harga dengan jumlah yang tinggi, maka orang lain akan menertawakan saya, dan mereka tidak tertarik untuk membelinya”. Nah, pemikirian pesimis seperti inilah yang harus kita buang jauh-jauh. Usahakan kita bisa memasang target yang lebih dari apa yang kita harapkan. Kita harus benar-benar mencoba mempraktikkan “Permintaan lebih” itu sebelum kesepakatan antara kedua belah pihak benar-benar terjadi. Mengapa kita harus meminta lebih dari apa yang kita harapkan? - mungkin saja kita berhasil mendapatkan harga yang sesuai dan pantas -menambahkan ruang gerak untuk dapat melakukan negosiasi -meningkatkan nilai kesadaran terhadap apa yang kita tawarkan



b. Jangan Pernah Untuk Langsung Menyepakati Tawaran Pertama Hal ini harus kita hindari dalam melakukan proses negosiasi. Agar tidak muncul rasa kecewa atau tidak puas diakhir nanti. Kita harus bisa berpikir kritis, realistis, dan juga jernih dalam melihat suatu barang yang sedang dinegosiasi. Apabila lawan negosiasi kita memberikan sebuah penawaran, maka kita tidak boleh langsung mengiyakan dan menyepakati. Kita harus lebih mencermati barang atau sesuatu yang menjadi topik negosiasi, apakah benar-benar meyakinkan atau tidak. Selain itu, kita juga bisa mendapatkan harga yang jauh lebih murah, apabila kita tidak langsung menyepakati negosiasi tersebut. Apabila lawan negosiasi kita langsung mengiyakan tawaran kita, maka perlu kita berpikir apakah barang ini benar-benar bagus? Kenapa dia cepat menyetujui penawaran yang saya berikan? Jangan sampai nantinya kita ditipu atau dirugikan sebelah pihak. Oleh karena itu, memang penting sekali untuk menjadi pihak yang pandai dan juga cermat dalam bernegosiasi. 2. Gambit Negosiasi Tengah Ketika kita sedang bernegosiasi, maka akan ada kemungkinan kita menemui agen atau negosiator yang menyatakan bahwa dirinya tidak punya wewenang untuk dapat mengambil keputusan final. Padahal ini adalah taktik yang mereka gunakan untuk mengecoh kita, dan menggoyahkan kita sehingga kita memberikan penawaran yang rendah sesuai dengan yang mereka mau. Mereka intinya membuat kita menjadi “mau tidak mau” menuruti apa yang mereka inginkan. Dengan taktik berpura-pura bahwasanya mereka tidak memiliki kewenangan untuk memutuskan penawaran, biasanya mereka akan menggunakan kalimat seperti ini “Kami tidak bisa memutuskan. Kami hanya menjalankan perintah dari atasan kami yang otoritasnya lebih tinggi. Atasan kami sudah mendesak untuk mendapatkan penawaran. Sudah banyak sekali penawaran yang kami terima, namun atasan kami masih menunggu penawaran yang anda berikan. Kami rasa hanya membuang-buang waktu saja untuk bernegosiasi, kecuali anda mau memberikan penawaran dengan harga yang murah. Mungkin bisa kami bantu untuk mempertimbangkan.” Mereka membuat kita merasa tertekan dan akhirnya tidak fokus lagi untuk melakukan negosiasi, sehingga pada akhirnya kita menyerah dan kalah lalu mengiyakan kemauan lawan kita tersebut. Ada langkah-langkah yang bisa lakukan ketika menghadapi kondisi seperti ini: - Kembali mempertanyakan “Atasanmu memang akan selalu mengikuti rekomendasi kamu kan?” dengan pertanyaan seperti ini biasanya pihak yang melakukan taktik tadi akan reflek menyatakan bahwa ia sebenarnya tidak membutuhkan persetujuan dari siapa pun. Biasanya dengan kalimat “Saya akan memperjuangkan penawaran bapak kepada atasan saya” Hal ini



mencerminkan bahwasanya ia sebenarnya memiliki kewenangan dalam membuat keputusan. Ini hanyalah taktik mereka agar kita merasa rumit dan tertekan. - Jangan langsung mengiyakan penawaran yang mereka berikan - Usahakan untuk selalu fokus pada alur negosiasi ketika sedang berlangsung 3. Gambit Negosiasi Akhir Pada tahap ini dijelaskan bagaimana caranya kita untuk menangani good guy atau bad guy. Ada banyak sekali agen atau negosiator dengan tipe ini. Bad guy adalah tipikal orang yang biasanya terkesan kasar, dan langsung to the point didalam proses negosiasi. Ia akan meninggalkan secara langsung negosiasi apabila ia tak menyukainya. Cara menghadapi orang dengang tipikal ini adalah dengan kita bersikap sabar, dan sedari awal tidak terlalu berteletele serta menyebalkan dalam melakukan penawaran. Apabila ia sudah terlanjur meninggalkan kita, maka kita bisa pelan-pelan membujuknya dan memberikan opsi penawaran yang lain. Sementara Good guy adalah orang yang seperti berada dipihak kita ketika bernegosiasi, padahal sebenarnya itu adalah taktik agar kita luluh dan lupa bahwa ia sebenarnya adalah lawan negosiasi kita. orang seperti ini akan mengeluarkan kalimat seperti “Iya saya paham, dan saya sebenarnya setuju dengan apa yang kamu bilang”. Cara menghadapi orang dengan tipikal ini adalah kita harus pintar mengambil peran juga posisi ketika negosiasi sedang berlangsung. Kita juga harus tetap tegas ketika berunding bersamanya. Hal ini bertujuan agar kita tidak hanyut dalam alur yang ia buat. Usahakan jangan sampai kita terkecoh. Perlu diingat selalu bahwa orang tersebut merupakan lawan negosiasi kita.



B.



A. 2. Konstituen (principal) Satu atau beberapa pihak yang menunjuk orang lain (agen) untuk menyampaikan



posisi dan kepentingannya dalam negosiasi. Contohnya saja pengacara dari klien. Pada dasarnya, biasanya konstituen tidak ikut andil dalam suatu negosiasi namun hadir pada negosiasi tersebut. Akan tetapi mereka menggunakan agen dalam negosiasi tersebut dalam rangka untuk untuk menyampaikan kepentingannya kepada negosiator lain dan untuk memberitahukan kembali apa yang terjadi selama proses negosiasi tersebut. C.



A. 3. Khalayak



Khalayak merupakan individu maupun kelompok, dimana mereka sebenarnya tidak ada dipengaruhi mapun pengaruh langsung terhadap suatu negosiasi. Namun khalayak ini berkesempatan untuk hadir dan bereaksi terhadap negosiasi seperti memberikan saran, ide atau kritik kepada negosiator.



Dalam proses bernegosiasi tentunya akan menjadi sulit dan rumit apabila terdapat lebih banyak negosiator didalamnya. Karena pada hakikatnya negosiasi itu adalah sebuah proses untuk memperebutkan sumber daya, yaitu adanya salah satu pihak yang menginginkan sesuatu yang dikuasai pihak lain. Apabila banyaknya negosiator yang terlibat, maka akan membuat jalannya negosiasi menjadi lebih kompleks serta berkemungkinan sulit mencapai kesepakatan juga. Karena akan ada beberapa tipe orang yang dihadapi. Kemungkinan kita akan berhadapan dengan orang dengan tipikal Good Guy dan Bad Guy sekaligus. D.



A. 4. Koalisi Koalisi pada umumnya sering dikaitkan dengan partai-partai politik yang ada didalam



dunia pemerintahan. Namun apabila dilihat secara aktual praktek koalisi adalah praktek didalam kehidupan berpolitik sehari-hari yang dilakukan oleh suatu organisasi atau kelompok dalam meraih kepentingan bersama. Menurut seorang ahli yaitu Shar Kpundeh menyatakan bahwa koalisi hadir untuk dapat memberikan fasilitas terhadap upaya dari anggota suatu koalisi untuk dapat merealisasikan kepentingan bersama yang telah disepakati. Pearce, Stevenson, dan Porter (1986) dalam (Lewicki, 2012) menyatakan bahwa koalisi itu mempunyai atribut, yaitu: 1. Koalisi merupakan interaksi kelompok dari individu-individu. Dalam hal ini orang-orang didalamnya mempunyai keinginan serta kepentingan yang sama, namun tidak berinteraksi secara khusus. Mereka akan melakukan komunikasi jika ada suatu masalah. Maka dari itu biasanya akan terlihat siapa saja yang memang bergabung dalam koalisi ini 2. Koalisi dibentuk untuk menyelesaikan persoalan dengan tujuan yang sifatnya spesifik yang mana merupakan kepentingan secara bersama. 3. Terbentuknya koalisi itu secara independen dalam struktur yang sifatnya formal.



4. Koalisi memiliki fokus yang menjadi tujuan eksternal koalisi itu sendiri. Tujuan eksternal meliputi kepentingan bersama secara garis besar. 5. Koalisi memerlukan aksi dari anggotanya yang disetujui secara bersama. Koalisi pada hakikatnya memerlukan komitmen dari tiap anggotanya agar bisa fokus pada tindakan yang kolektif. Hal ini bertujuan agar dapat mencapai serta mewujudkan kepentingan bersama yang telah disepakati. A. 4. 1 Standar Untuk Pembuatan Keputusan Koalisi Pengambilan keputusan merupakan bagian dari fungsi-fungsi manajemen. Jadi fungsifungsi manajemen terdiri dari planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), staffing (memenuhi kebutuhan dan mengatur Sumber Daya Manusia), controlling (melakukan kontrol), directing (mengarahkan), dan decision making (pengambilan keputusan). Perencanaan adalah serangkaian petunjuk dan ketetapan apa yang dibutuhkan untuk dicapai, menetapkan prioritas dan target kinerja. Pengorganisasian adalah semua rancangan organisasi atau devisi khusus, unit, atau pelayanan yang menjadi tanggungjawab manajer, merancang hubungan pelaporan dan pola interaksi yang diinginkan. Menetapkan posisi, memberi tugas pada team work, mendistribusikan wewenang dan tanggungjawab adalah komponen yang sangat penting dari fungsi pengorganisasian. Staffing adalah memenuhi kebutuhan sumber daya manusia dan mempertahankannya, mengembangkan dan memelihara tenaga kerja melalui berbagai strategi dan taktik. Controling adalah mengontrol aktivitas dan kinerja, serta melakukan tindakan yang tepat untuk melakukan perbaikan dan meningkatkan kinerja. Directing adalah memulai tindakan di dalam organisasi melalui kepemimpinan yang efektif, motivasi, dan komunikasi dengan bawahan. Decision making adalah fungsi yang sangat penting untuk semua fungsi manajemen yang telah disebutkan sebelumnya dan cara-cara fungsi manajemen pengambilan keputusan yang efektif berdasarkan pada pertimbangan manfaat dan ditarik dari berbagai alternative. Turpin dan Marais membandingkan Antara teori dan praktek pembuatan keputusan dengan melakukan penelitian pada enam orang pengambil keputusan terkemuka tentang gaya pengambilan keputusannya dan teknologi pendukung dalam pengambilan keputusannya. Ditemukan variasi yang signifikan dalam gaya pengambilan keputusan secara individual, tetapi ada tema sentral yang muncul yaitu pentingnya sensitivitas dalam konteks pengambilan keputusan, informasi yang dapat dikumpulkan dan penggunaan intuisi. Ada beberapa model dalam pengambilan keputusan.



1.



Rasional Model (The Rational Model)



Manajer yang rasional melihat asumsi bahwa seorang pengambil keputusan yang rasional dan dengan informasi yang lengkap. Proses pengambilan keputusan yang rasional terdiri dari beberapa langkah sebagaimana diberikan oleh Simon pada tahun 1977 (Turpin and Marais, 2004): 2.



The Model of Bounded Rationality (Model Rasional yang Terbatas) (Simon’s,



1979) Salah satu model pengambilan keputusan adalah The Model of Bounded Rationality. Manajer yang rasional tidak selalu mempunyai informasi yang lengkap dan pilihan yang optimal tidak selalu diperlukan. Menurut Simon (1979) “perilaku rasional manusia dibentuk oleh sebuah gunting yang mempunyai dua pisau yang terbentuk dari lingkungan tugas dan kemampuan menghitung dari aktornya”. Gunting ini memotong masalah yang besar menjadi masalah yang jauh lebih kecil yang ketika dicari nampak. Rasionalitas yang terbatas (bounded rationality) ditandai dengan aktivitas mencari dan memuaskan.



3.



The Incrementalist View



Pandangan incremental logis melibatkan proses langkah demi langkah tindakan incremental (sedikit demi sedikit) dan tetap menggunakan strategi yang terbuka untuk menyesuaikan. 4.



The Organisational Procedures View



Pandangan prosedur organisasional mencari untuk mengerti keputusan-keputusan sebagai output dari standard operating procedures (SOP) yang diminta oleh subunit organisasi. 5.



The political view



Pandangan politik melihat pengambilan keputusan sebagai proses tawar-menawar secara pribadi, digerakkan oleh agenda-agenda partisipan dari pada proses rasional. Orang dibedakan berdasarkan pada tujuan organisasi, nilai-nilai dan relevansi dari informasi. Proses pengambilan keputusan tidak pernah berakhir, tetapi peperangan tetap berlangsung antara koalisi yang berbeda. 6.



The garbage can model



Pandangan kaleng sampah (The garbage can view) menjelaskan pengambilan keputusan di dalam sebuah anarkhi yang terorganisir dan didasarkan pada karya Cohen, March and Olsen (1972) (Turpin and Marais, 2004). Semacam pandangan politik, model itu diasumsikan lingkungan yang pluaris dengan berbagai jenis actor, tujuan dan pandangan. Model tong sampah menekankan pada frakmentasi dan sifat alamiah yang membingungkan dari pengambilan keputusan di dalam organisasi-organisasi, dari pada manipulasi yang disengaja sebagai implikasi dari pandangan politik. Di dalam model tong sampah sebuah pengambilan keputusan adalah sebuah luaran atau intepretasi dari beberapa arus independent yang relative di dalam sebuah organisasi. Arusarus penyelesaian masalah mencari solusi dan kesempatan untuk mendapatkan udara. Model tersebut (mencari isu yang dengannya mereka memberikan jawaban) dan partisipan (yang perhatiannya terbagi dan siapa yang datang dan siapa yang pergi), bertemu satu sama lain pada kesempatan pilihan, yang digambarkan dengan tong sampah. Ketika keputusan dibuat, tong sampah dipindahkan. Hal ini mungkin terjadi tanpa semua masalah mendapatkan solusinya atau beberapa masalah yang terkait di dalam tong sampah. 7.



The individual differences perspective



Perspektif perbedaan individu focus perhatiannya pada perilaku pemecahan masalah manajer secara individual, dipengaruhi oleh gaya pengambilan keputusan manajer, latar belakang dan kepribadiannya.



Perspektif perbedaan indinidu ini mencoba menjelaskan



bagaimana



manajer mungkin menggunakan cara-cara yang berbeda atau menghasilkan luaran yang berbeda karena kepribadian yang berbeda. 8.



Naturalistic decision-making



Pembuatan keputusan yang natural konsen dengan investigasi dan pemahaman pengambilan keputusan di dalam konteks yang natural (alamiah). Fondasi empiris pembuatan keputusan naturalis yang berbeda dengan model yang lain



seperti the organisational procedures,



garbage can or political views. Model pengambilan keputusan naturalis ini dikenal juga dengan Recognition-Primed Decision (RPD) model menurut Klein’s (1998) yang telah melakukan penelitian terhadap 600 keputusan yang dibuat orang dalam berbagai situasi seperti pada pemadam kebakaran, perawat dan tentara. B. B. Sifat Negosiasi Multi-pihak



Negosiasi adalah suatu metode yang digunakan oleh banyak orang untuk mencari jalan tengah atau menyelesaikan perbedaan yang terjadi antar individu atau kelompok. Ketika kita menjalani proses negosiasi artinya kita menggunakan diskusi atau kompromi dengan cara yang baik dan profesional agar kesepakatan dapat tercipta di antara pihak-pihak yang berkaitan. Pada dasarnya, negosiasi dilakukan untuk mencapai kesepakatan dan menghindari argumen, debat atau perselisihan yang terjadi secara berkelanjutan tanpa menghasilkan output yang bermanfaat. Setiap manusia memang memiliki kecenderungan untuk mengejar segala sesuatu yang menurutnya terbaik bagi dirinya, terutama untuk meraih tujuan atau posisi yang aman bagi kehidupannya. Sehingga, wajar saja jika kebanyakan dari kita akan menyampaikan banyak argumen sebanyak mungkin ketika sedang bernegosiasi dengan orang lain. Selain itu, banyak dari kita yang juga melakukan negosiasi lintas budaya, serta lintas negara. Oleh karena itu, tidak jarang para pebisnis yang bernegosiasi dengan para pengusaha dari luar negeri untuk mendapatkan kesepakatan bisnis yang menguntungkan Dalam melakukan kegiatan negosiasi, kaidah negosiasi yang perlu kita pegang secara teguh adalah mencari keuntungan bersama dan mempertahankan hubungan yang baik antar sesama. Proses negosiasi yang menerapkan kaidah seperti ini nantinya akan mengantarkan kita semua dalam mencapai kunci kesuksesan dan tentunya mencapai tujuan negosiasi yang kita inginkan. Nah, jika rekan-rekan pembaca tertarik untuk menjadi seorang negosiator yang hebat, maka rekan pembaca perlu memahami dan menerapkan struktur negosiasi yang jelas. Beberapa struktur negosiasi yang harus, kudu dan wajib rekan-rekan pembaca ketahui diantaranya adalah pembukaan negosiasi, menyatakan permintaan, pemenuha



n,



penawaran dan persetujuan yang ditandai dengan kesepakatan antara kedua belah pihak. Seperti Apa Ciri-Ciri Negosiasi yang Dapat Membawa Kita pada Kesuksesan? 1. Sebisa Mungkin Berikan Sedikit Peluang bagi Pihak Lain. Kami yakin bahwa hampir semua negosiator yang hebat memahami hal ini dengan sangat baik. Salah satu ciri yang paling utama dari negosiasi yang sukses adalah meninggalkan sedikit peluang bagi pihak lain. Ya, kami tahu bahwa kaidah negosiasi adalah mencapai kebaikan dan keuntungan bersama. 2. Dengarkan, Dengarkan dan Dengarkan.



Ciri kedua dari negosiasi yang baik dan sukses adalah mau mendengarkan pihak lain dengan lebih baik, bukannya sibuk berbicara dan tawar-menawar tanpa mengetahui serta memahami apa yang menjadi prioritas bagi orang lain. Dengarkan pihak lain dengan lebih baik dan lebih seksama. Kumpulkan data, informasi dan penjelasan sebanyak-banyaknya tentang apa yang menjadi kebutuhan, prioritas dan tujuan mereka dalam bernegosiasi dengan kita. Jika kita sudah memahami kerangka referensi yang dimiliki mitra negosiasi kita dengan sangat baik, maka kita akan lebih mudah untuk mengajukan penawaran dan permintaan yang pas dengan kondisi dua belah pihak.



3. Sabar, Gigih dan Kreatif dalam Mencari Solusi. Seperti yang sudah kami sampaikan di awal artikel ini bahwa negosiasi hadir untuk mencari jalan tengah pada setiap perbedaan yang terjadi antara individu atau kelompok. Oleh karena itu, ciri ketiga dalam negosiasi yang sukses adalah tetap bersikap sabar dan gigih, namun tetap mencari solusi dengan sekreatif mungkin. 4. Tunjukkan Sikap Empati yang Baik dan Tulus. Empati adalah suatu sikap yang berupaya untuk menyadari, mengetahui dan memahami dengan perasaan yang peka terhadap perasaan, pengalaman, ketertarikan, minat, kesedihan atau sesuatu yang menjadi posisi rekan atau pihak lain. Singkatnya, ketika kita bernegosiasi dengan orang lain, kita perlu menunjukkan rasa empati yang mana kita juga memiliki atau memahami tujuan serta prioritas yang mereka harapkan dari proses negosiasi tersebut. 5. Tidak Mudah Terpancing Emosi. Ciri lain yang dapat membawa kita pada kesuksesan negosiasi adalah tidak mudah terpancing emosi. Kebutuhan, prioritas atau tujuan yang berbeda akan sangat mudah menimbulkan konflik dan debat yang tiada henti antara pihak-pihak yang terlibat. 6. Peka dan Memahami Isyarat Nonverbal dengan Sangat Baik. Keenam, para negosiator harus peka dengan isyarat nonverbal yang diberikan oleh pihak lain. Dengan menerapkan ciri negosiasi ini, maka kita akan lebih mudah untuk membaca preferensi atau prioritas yang dimiliki mitra negosiasi kita. Perlu diingat bahwa



isyarat nonverbal merupakan sesuatu yang mudah untuk kita tangkap dan pahami, terutama jika kita mau memahaminya dengan teliti. 7. Mencari Solusi Permasalahan yang Kreatif dan Inovatif. Ciri ketujuh ini juga akan membantu proses negosiasi yang sukses. Kita semua tahu bahwa negosiasi adalah suatu proses yang sangat kompetitif dimana setiap pihak pasti menyampaikan keinginan mereka masing-masing. Tidak hanya itu, mereka ingin preferensi mereka dapat terwujud atau diwujudkan oleh pihak lain. 8. Memberikan Penawaran yang Fleksibel bagi Semua Pihak yang Terlibat. Dalam kegiatan bernegosiasi, kita akan menghadapi berbagai solusi atau penawaran yang “paling dapat diterima” hingga “paling tidak dapat diterima” oleh satu atau beberapa pihak yang terlibat. 9. Jangan Lupa untuk Menjadikan Kesalahan sebagai Pembelajaran. Tidak peduli sehebat apapun kita sebagai negosiator, pastinya kita pernah membuat atau menerapkan keputusan, taktik atau strategi yang salah dalam bernegosiasi.



10. Membina dan Merekatkan Hubungan yang Baik dengan Semua Pihak. Ini merupakan ciri terakhir yang tidak kalah ampuh untuk menciptakan hasil negosiasi yang win-win solution. Proses negosiasi akan lebih mudah dijalankan ketika kita memiliki hubungan yang baik dengan pihak-pihak yang terlibat. Dengan begitu, mereka dapat memahami apa yang kita butuhkan serta inginkan, begitu juga sebaliknya. Ketika kita bernegosiasi tanpa berlandaskan perasaan yang egois, maka kita akan menciptakan hasil negosiasi yang menguntungkan bagi semua pihak. Tentunya, dengan situasi yang aman dan terkendali.



BAB III KESIMPULAN Setiap negosiasi, melibatkan dua pihak bahkan pihak ketiga, dimana pihak tersebut terdiri dari agen, konstituen serta khalayak yang mana mempunyai perannya masing-masing dalam sebuah negosiasi. Negosiasis juga memiliki yang Namanya koalisi dimana kolaisi ini sendiri sering dikaitkan dengan partai-partai politik yang ada didalam dunia pemerintahan. Namun apabila dilihat secara aktual praktek koalisi adalah praktek didalam kehidupan berpolitik sehari-hari yang dilakukan oleh suatu organisasi atau kelompok dalam meraih kepentingan bersama. Dalam negosiasi, juga dapat terjadi yang Namanya sifat dari negosiasi itu sendiri bersifat negosiasi multi-pihak, dimana didalam suatu negosiasi memiliki perbedaan yang jelas antara 2 belah pihak sehingga negosiasi tersebut memerlukan etika negosiasi yang kuat agar negosiasi berjalan dengan lancer.



Daftar Pustaka Thompson, J.M., Buchbinder, S.B., Shanks, N.H., n.d. An Overview of Healthcare Management 16. Turpin, S., Marais, M., 2004. Decision-making: Theory and practice. ORION 20. Mahardika Wirastama, 2019, Negosiasi Itu Ada Ilmunya, Yogyakarta: Psikologi Corner Sardjono, T. 2009. 8 Langkah Sukses Negosiasi. Depok: Raih Asa Sukses. http://journal.fh.unsri.ac.id/index.php/simburcahaya/article/download/84/69 https://www.studilmu.com/blogs/details/negosiasi-ciri-ciri-negosiasi-dan-contoh-negosiasi http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=824141&val=13388&title=%20KOALISI %20POLITIK%20DI%20INDONESIA%20PASCA%20SOEHARTO http://repository.uinbanten.ac.id/1990/4/BAB%20II.pdf