Makalah Mar [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK “MALFORMASI ANOREKTAL” Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak yang dibina oleh Ibu Yusi Sofiyah, M.Kep. Ns, Sp.Kep.An



Disusun Oleh : Sania Nurul Asyifa



(012016067)



Sofie Rahmawati



(012016027)



PROGRAM STUDI VOKASI DIPLOMA III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH BANDUNG Jl. K.H. Ahmad Dahlan No.6 Bandung Telp. (022) 7305 269 Maret 2018



KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta karunia kepada kita semua, sehingga proses penyusunan makalah mata kuliah Keperawatan Anak yang berjudul “Malformasi Anorektal” dapat kami selesaikan. Proses penyusunan makalah ini banyak sekali kendala yang dialami penyusun, tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya penyusun dapat menyelesaikannya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Penyusun mengucapkan terimakasih kepada pihak yang sangat membantu proses penyusunan makalah ini, Semoga amal kebaikannya di balas oleh Allah SWT. Penyusun sadar bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi pembaca.



Bandung, Maret 2018 Penyusun



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR..............................................................................................i DAFTAR ISI............................................................................................................ii BAB I.......................................................................................................................1 PENDAHULUAN...................................................................................................1 A. Latar Belakang..............................................................................................1 A. Rumusan Masalah.........................................................................................2 B. Tujuan...........................................................................................................2 BAB II......................................................................................................................3 PEMBAHASAN......................................................................................................3 A. Definisi..........................................................................................................3 B. Etiologi..........................................................................................................3 C. Menifestasi Klinis.........................................................................................4 D. Pemeriksaan Penunjang................................................................................4 E. Patofisiologi..................................................................................................4 F.



Klasifikasi.....................................................................................................5



G. Komplikasi....................................................................................................6 H. Penatalaksanaan............................................................................................7 BAB III....................................................................................................................9 TINJAUAN KASUS................................................................................................9 A. PENGKAJIAN............................................................................................10 B. DIAGNOSA KEPERAWATAN................................................................20 C. INTERVENSI.............................................................................................21 BAB IV..................................................................................................................25 PENUTUP..............................................................................................................25 A. Kesimpulan.................................................................................................25 B. Saran............................................................................................................26 DAFTAR PUSTAKA



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Atresia ani atau anus imperporata adalah malformasi congenital dimana rectum tidak mempunyai lubang ke luar (Wong,2004). Sebagian besar prognosis atresia ani biasanya baik bila didukung perawatan yang tepat dan juga tergantung kelainaan letak anatomi saat lahir. Atresia ani bila tidak segera ditangani maka dapat terjadi komplikasi seperti obstruksi intestinal, konstipasi dan inkontinensia feses. Atresia ani merupakan salah kelainan kongenital yang dapat dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan atau keduanya. Atresia ani terjadi pada 1 dari setiap 4000-5000 kelainan hidup. Secara umum atresia ani lebih banyak ditemukan pada laki-laki daripada perempuan. Fistula rektouretra merupakan kelainan yang paling banyak ditemuai pada bayi laki-laki, diikuti oleh fistula perineal. Sedangkan pada bayi perempuan jenis atresia ani yang paling banyak ditemukan adalah atresia ani diikuti fistula rektovestibular dan fistula perineal (Oldham K,2005). Atresia ani letak tinggi memerlukan penatalaksanaan operasi bertahap yaitu pembuatan kolostomi, pembuatan saluran anus/PSARP (posterior sagital anorectoplasty), dan yang terakhir tutup kolostomi. Perawatan pada klien tutup kolostomi memerlukan perhatian yang serius terutama pada penatalaksanaan cairan intravena dan perawatan luka. Nyeri, puasa lama, dan hari perawatan yang lama menimbulkan trauma bagi anak. Perawat memegang peranan penting dalam mengurangi efek hospitalisasi pada anak, terutama nyeri.



2



A. Rumusan Masalah 1. Apa definisi malformasi anorektal? 2. Bagaimana etiologi pada malformasi anorektal? 3. Apa saja manifestasi klinis pada malformasi anorektal? 4. Apa saja pemeriksaan penunjang pada malformasi anorektal? 5. Bagaimana patofisiologi malformasi anorektal? 6. Apa saja klasifikasi pada malformasi anorektal? 7. Apa saja komplikasi yang dapat diakibatkan oleh malformasi anorektal? 8. Bagaimana penatalaksanaan untuk malformasi anorektal? 9. Bagaimana asuhan keperawatan pada kasus malforasi anorektal? B. Tujuan 1. Untuk mengetahui definisi malformasi anorektal 2. Untuk mengetahui etiologi pada malformasi anorektal 3. Untuk mengetahui manisfetasi klinis pada malformasi anorektal 4. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang malformasi anorektal 5. Untuk mengetahui patofisiologi malformasi anorektal 6. Untuk mengetahui klasifikasi pada malformasi anorektal 7. Untuk mengetahui komplikasi yang dapat diakibatkan oleh malformasi anorektal 8. Untuk mengetahui penatalaksanaan untuk malformasi anorektal 9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada kasus malformasi anorektal



BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Malformasi anorektal atau yang sering disebut juga dengan anus imperforata adalah malformasi congenital yang ditandai dengan rectum tidak mempunyai lubang luar. (Wong,1996) Atresia ani atau anus imperforata atau malformasi anorektal adalah suatu kelainan kongenital tanpa anus atau anus tidak sempurna, termasuk didalamnya agenesis ani, agenesis rekti dan atresia rekti. Istilah atresia berasal dari bahasa Yunani yaitu “a” yang berarti tidak ada dan trepsis yang berarti makanan atau nutrisi. Dalam istilah kedokteran, atresia adalah suatu keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal. (Jurnal Keperawatan Notokusumo Vol. I. No. 1. Agustus 2013) Menurut kamus kedokteran atresia berarti tidak adanya lubang pada tempat yang seharusnya berlubang. Sehingga atresia ani berarti tidak terbentuknya lubang pada anus. (Nurarif dan kusuma:2015) B. Etiologi Atresia dapat disebabkan oleh beberapa factor antara lain : 1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur. 2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan. 3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rectum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu ke 4 sampai ke 6 usia kehamilan.



3



4



(Nurarif dan kusuma:2015) C. Menifestasi Klinis 1. Kegagalan lewatnya mekonium saat atau setelah lahir. 2. Tidak ada atau stenosis kanal rectal. 3. Adanya membrane anal. 4. Fistula eksternal pada perineum. D. Pemeriksaan Penunjang 1. X-ray, ini menunjukan adanya gas dalam usus. 2. Pewarnaan radiopak dimasukan kedalam traktus urinarius, misalnya suatu sistrouretrogram mikturasi akan memperlihatka hubungan rektrourinarius dan kelainan urinarius. 3. Pemeriksaan urin, perlu dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat mekonium. E. Patofisiologi Pada usia gestasi minggu ke-5, kloaka berkembang menjadi saluran urinari, genital dan rektum. Usia gestasi minggu ke-6, septum urorektal membagi kloaka menjadi sinus urogenital anterior dan intestinal posterior. Usia gestasi minggu ke7, terjadi pemisahan segmen rektal dan urinari secara sempurna. Pada usia gestasi minggu ke-9, bagian urogenital sudah mempunyai lubang eksterna dan bagian anus tertutup oleh membrane. Atresia ani muncul ketika terdapat gangguan pada proses tersebut. Selama pergerakan usus, mekonium melewati usus besar ke rektum dan kemudian menuju anus. Persarafan di anal kanal membantu sensasi keinginan untuk buang air besar (BAB) dan juga menstimulasi aktivitas otot. Otot tersebut membantu mengontrol pengeluaran feses saat buang air. Pada bayi dengan malformasi anorektal (atresia ani) terjadi beberapa kondisi abnormal sebagai berikut: lubang anus sempit atau salah letak di depan tempat semestinya, terdapat membrane pada saat pembukaan anal, rectum tidak terhubung dengan anus,



5



rectum terhubung dengan saluran kemih atau sistem reproduksi melalui fistula, dan tidak terdapat pembukaan anus. F. Klasifikasi 1. Klasifikasi pada anorektal menurut insidennya, antara lain: a. Pada Laki-laki 1) Fistula pirenium (kutaneus) Adalah cacat paling sederhana pada kedua jenis kelamin. Penderita mempunyai lubang kecil terletak di perineum, sebelah anterior dari titik pusat, sfingter eksterna didekat skrotum pada pria / vulva pada perempuan. 2) Fistula rektrovesika Pada penderita dengan fistula rektrovesika, rektum berhubungan dengan saluran kencing pada setinggi leher vesika urinaria. 3) Fistula rektrouretra Pada kasus fistula rektrouretra, rektum berhubungan dengan bagian bawah uretra (uretra bulbar) atau bagian atas uretra (uretra prostat). 4) Anus imperforate tanpa vistula Mempunyai



karakteristik



sama



pada



kedua



jenis



kelamin



Rectum tertutup sama sekali dan biasanya ditemukan kira-kira 2 cm di atas kulit perineum 5) Atresium rektum Adalah yang jarang terjadi, hanya 1% dari anomaly anorektum Cacat ini mempunyai kesamaan karakteristik pada kedua jenis kelamin. Tanda yang unik pada cacat ini adalah bahwa penderita mempunyai kanal anul & anus yang normal. Ada obstruksi sekitar 2 cm di atas batas kulit b. Pada Perempuan 1) Kloaka persisten



6



Pada kasus kloaka persisten ini , rectum, vagina dan saluran kencing bertemu dalam satu saluran bersama. Perineum mempunyai satu lubang yang terletak sedikit di belakang klitoris.



2) Fistula vestibular Adalah cacat yang sering ditemukan pada perempuan. Rectum bermuara ke dalam vestibula kelamin perempuan sedikit diluar salaput dara. 2. Klasifikasi malformasi anorektal berdasarkan atas hubungan rektum dengan otot puborektal : a. Kelainan letak rendah (low anomalies) Pada letak ini rektum menyambung pada otot puborektal,spinter interna dan eksterna fungsi berkembang normal, tidak ada hubungan dengan traktus genitourinaria. b. Kelainan letak sedang (intermedieat anomalies) Rektum terletak dibawah otot puborektal, terdapat cekungan anus, dan posisi spinter eksterna normal. c. Kelainan letak tinggi (high anomalies) Akhir rektum terletak diatas otot puborektal, tidak terdapat spinter interna dan terdapat hubungan dengan genitourinaria pada laki-laki fistula rektouretra, pada perempuan rektovaginal. G. Komplikasi 1. Infeksi saluran kemih yang berkepanjangan. 2. Obstruksi intestinal. 3. Kerusakan uretra akibat prosedur pembedahan. 4. Komplikasi jangka panjang : a. Eversi mukosa anal. b. Stenosis akibat kontraksi jaringan parut dari anastomosis. c. Impaksi dan konstipasi akibat terjadi dilatasi sigmoid.



7



d. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training. e. Inkontinensia akibat stenosis anal atau impaksi. f. Fistula kambuh karena tegangan di area pembedahan dan infeksi. (Betz, 2002)



H. Penatalaksanaan Penatalaksanaan atresia ani tergantung klasifikasinya. Pada atresia ani letak tinggi harus dilakukan kolostomi terlebih dahulu. Pada beberapa waktu lalu penanganan atresia ani menggunakan prosedur abdominoperineal pullthrough, tapi metode ini banyak menimbulkan inkontinen feses dan prolaps mukosa usus yang lebih tinggi. Pena dan Defries pada tahun 1982 memperkenalkan metode operasi dengan pendekatan postero sagital anorektoplasti, yaitu dengan 8 cara membelah muskulus sfingter eksternus dan muskulus levator ani untuk memudahkan mobilisasi kantong rektum dan pemotongan fistel. Keberhasilan penatalaksanaan atresia ani dinilai dari fungsinya secara jangka panjang, meliputi anatomisnya, fungsi fisiologisnya, bentuk kosmetik serta antisipasi trauma psikis. Untuk menangani secara tepat, harus ditentukankan ketinggian akhiran rektum yang dapat ditentukan dengan berbagai cara antara lain dengan pemeriksaan fisik, radiologis dan USG. Komplikasi yang terjadi pasca operasi banyak disebabkan oleh karena kegagalan menentukan letak kolostomi, persiapan operasi yang tidak adekuat, keterbatasan pengetahuan anatomi, serta ketrampilan operator yang kurang serta perawatan post operasi yang buruk. Dari berbagai klasifikasi penatalaksanaannya berbeda tergantung pada letak ketinggian akhiran rektum dan ada tidaknya fistula. Leape (1987) menganjurkan pada : a. Atresia letak tinggi dan intermediet dilakukan sigmoid kolostomi atau TCD dahulu, setelah 6 –12 bulan baru dikerjakan tindakan definitif (PSARP).



8



b. Atresia letak rendah dilakukan perineal anoplasti, dimana sebelumnya dilakukan tes provokasi dengan stimulator otot untuk identifikasi batas otot sfingter ani ekternus. c. Bila terdapat fistula dilakukan cut back incicion . d. Pada stenosis ani cukup dilakukan dilatasi rutin, berbeda dengan Pena dimana dikerjakan minimal PSARP tanpa kolostomi. Pena secara tegas menjelaskan bahwa pada atresia ani letak tinggi dan intermediet dilakukan kolostomi terlebih dahulu untuk dekompresi dan diversi. Operasi definitif setelah 4 – 8 minggu. Saat ini teknik yang paling banyak dipakai adalah posterosagital anorektoplasti, baik minimal, limited atau full postero sagital anorektoplasti. Teknik Operasi PSARP a. Dilakukan dengan general anestesi, dengan intubasi endotrakeal, dengan posisi pasien tengkurap dan pelvis ditinggikan. b. Stimulasi perineum dengan alat Pena Muscle Stimulator untuk identifikasi anal dimple. c. Insisi bagian tengah sakrum kearah bawah melewati pusat spingter dan berhenti 2 cm didepannya. d. Dibelah jaringan subkutis, lemak, parasagital fiber dan muscle complex. e. Os koksigeus dibelah sampai tampak muskulus levator, dan muskulus levator dibelah tampak dinding belakang rektum. f. Rektum dibebas dari jaringan sekitarnya. g. Rektum ditarik melewati levator, muscle complex dan parasagital fiber. h. Dilakukan anoplasti dan dijaga jangan sampai tension. Anoplasty PSARP adalah metode yang ideal dalam penatalaksanaan kelainan anorektal. Jika bayi tumbuh dengan baik, operasi definitif dapat dilakukan pada usia 3 bulan. Kontrindikasi dari PSARP adalah tidak adanya kolon. Pada kasus fistula rektovesikal, selain PSARP, laparotomi atau laparoskopi diperlukan untuk



9



menemukan memobilisasi rektum bagian distal. Demikian juga pada pasien kloaka persisten dengan saluran kloaka lebih dari 3 cm.



BAB III TINJAUAN KASUS



KASUS An. R usia 8 bulan, perempuan, klien dibawa oleh orang tua untuk pembuatan lubang anus sesuai dengan instruksi dokter bedah sebelumnya. Kondisi saat ini BAB lancar, flatus ada, mual muntah tidak ada, produksi stoma lancar, kembung tidak ada. Operasi PSARP telah dilakukan sehari sebelum pengkajian. Klien BAB spontan sejak lahir namun tidak dari lubang anus melainkan dari lubang vagina (menurut persepsi orang tua saat itu). Klien lalu dirujuk ke RSCM dan terdiagnosis Atresia Ani Fistel Rectovestibular.Klien dilakukan kolostomi sigmoid pada tanggal usia 3 bulan. Klien lahir pada usia kehamilan 39 minggu, spontan, ditolong oleh bidan, dengan BBL 3000 gr, PBL 48 cm, langsung menangis. Selama hamil ibu tidak mengalami masalah serius. Terapi: parasetamol 3x150 mg (k/p), Cefotaxime 2x500 mg, IVFD KaEN3B 1000 cc + KCl 25 meq, Ventolin:Bisolvon:NaCl = 1:1:1 (2x1 cc). Pemeriksaan penunjang: DPL: Hb: 9,8 gr/dl ; Ht: 27,9% ; LED: 40 mm ; Elektrolit: K: 2,56 meq/dl. Pengkajian fisik: Abdomen sebelah kiri terdapat kolostomi dengan produksi feses lancar, dan terawat baik. Paska operasi tampak luka jahitan di anus. Ibu memfiksasi posisi An. R dengan membedong bagian pinggang ke bawah dengan kain gendongan. BB 6,8 kg, TB 64 cm, klien tampak aktif dan mudah tersenyum bila diajak bicara dengan siapaun. Paska operasi anak menjadi rewel dan gelisah skala nyeri (FLACC Scale) 4. Makan bubur/ tim habis 1 porsi. Paska operasi minum bertahap. Kesadaran kompos mentis, suhu 37 0C, frekuensi nadi 115 x/menit, RR 36 x/menit, mukosa bibir lembab, turgor kulit elastis, bising usus normal, akral hangat, CRT < 2 detik, suara napas ronchi, terdengar batuk sesekali.



9



10



A. PENGKAJIAN 1. Identitas diri a. Identitas Pasien Nama



: An.R



Umur



: 8 Bulan



Jenis Kelamin



: Perempuan



Alamat



: Kp. Melayu no.09



Agama



: Islam



Pendidikian



: Belum Sekolah



Pekerjaan



: Belum bekerja



Bangsa



: Indonesia



Tanggal masuk



: 26 Maret 2018



Tanggal pengkajian



: 27 Maret 2018



Tanggal opersi



: 26 Maret 2018



No RM



: 49231000



Diagnosa medis



: Atresia Ani Fistel Rectovestibular



b. Identitas Penanggung jawab Nama



: Ny.S



Umur



: 31 tahun



Jenis Kelamin



: Perempuan



Pekerjaan



: Ibu Rumah Tangga



Alamat



: Kp. Melayu No.09



Hubungan dengan klien



: Ibu



2. Riwayat Kesehatan a. Keluhan Utama Paska operasi anak menjadi rewel dan gelisah. b. Riwayat Penyakit Sekarang klien dibawa oleh orang tua untuk pembuatan lubang anus sesuai dengan instruksi dokter sebelumnya. Kondisinya BAB lancar, flatus ada, mual



11



muntah tidak ada, produksi stoma lancar, kembung tidak ada, operasi PSARP telah dilakukan sehari sebelum pengkajian, Pasca operasi anak menjadi rewel dan gelisah skala nyeri FLACC Scale 4 c. Riwayat Penyakit Dahulu Klien BAB spontan sejak lahir namun tidak dari lubang anus melainkan dari lubang vagina (menurut persepsi orang tua saat itu), klien lalu dirujuk ke RSCM dan terdiagnosis Atresia Ani Fistel Rectovestibular, klien dilakukan kolostomi sigmoid pada usia 3 bulan. d. Riwayat Nutrisi Tidak terkaji e. Riwayat Imunisasi Tidak terkaji f. Riwayat Kelahiran Klien lahir pada usia kehamilan 39 minggu, spontan, ditolong oleh bidan, dengan BBL 3000 gr, PBL 48 cm, langsung menangis, selama hamil ibu tidak mengalami masalah serius. g. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan 1) Pertumbuhan Tidak terkaji 2) Perkembangan a) Fase motoric kasar = tidak terkaji b) Fase motoric halus = tidak terkaji h. Dampak Hospitalisasi Tidak terkaji i. Riwayat Kesehatan Keluarga Tidak terkaji j. Riwayat Kesehatan Lingkungan Tidak terkaji 3. Pemeriksaan Fisik 1) Keadaan Umum a) Tingkat Kesadaran



: Compos Mentis



12



b) GCS



: 15



c) Tanda-tanda Vital



: Nadi = 115x/menit RR = 36x/menit Suhu = 37oC



2) Antropometri a) Berat badan sekarang



: 6,8 Kg



b) Berat badan dahulu



: Tidak terkaji



c) Tinggi badan



: 64 cm



d) Status gizi



: gizi baik



3) Pemeriksaan Fisik a) Sistem pernafasan Respirasi rate 36 x/menit, terdengar suara ronhi, batuk terdengar sesekali. Pengkajian yang harus ditambahkan : Tidak ada pernafasan cuping hidung, kebersihan hidung, bibir lembab, kesimetrisan dada dan punggung saat nafas, tidak ada luka di dada, tidak terpasang alat bantu nafas, perkusi paru, tidak ada nyeri tekan di dada, masa, tekstur, ada krepitasi, suara nafas normal – tidak normal, nafas ireguler/tidak b) Sistem kardiovaskuler Nadi 106 x/mnt, CRT