MAKALAH Ma'rifatullah KELOMPOK 5 Fix [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH MA’RIFATULLAH Diajukan untuk memenuhi tugas Mata kuliah : Akhlak Tasawuf Dosen Pengampu : Dr. H. Zaenal Arifin, S.Ag., M.Pd.I.



Disusun oleh: Muhammad Irfan Salahudin



1910631110110



Lala Yulianti



1910631110092



Mar’atus Sholihat



1910631110099



Nakhilah Hunafa Qudsi



1910631110116



KELAS 2C - PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG 2020



PEMBAHASAN A. Pengertian Ma’rifatullah Ma’rifatullah berasal dari kata Ma’rifat dan Allah, Ma’rifat artinya mengetahui atau mengenal, jadi Ma’rifatullah berarti juga mengenal Allah swt. Ma’rifat berasal dari kata arafa, ya’rifu, ‘irfan, ma’rifat yang artinya pengetahuan dan pengalaman. Dan dapat pula berarti pengetahuan tentang rahasia hakikat agama, yaitu ilmu yang lebih tinggi daripada ilmu yang bisa didapati oleh orang-orang pada umumnya. Marifat menurut istilah adalah sadar kepada Allah SWT, yakni : hati menyadari bahwa segala sesuatu, termasuk gerak-gerik dirinya lahir batin seperti : melihat, mendengar, merasa, menemukan, bergerak, berdiam, berangan-angan ,berfikir dan sebagainya semua adalah Allah SWT , yang menciptakan dan yang menggerakan. Jadi semuanya Billah !. Ma’rifat adalah pengetahuan yang objeknya bukan pada hal-hal yang bersifat zhahir, tetapi lebih mendalam bathinnya dengan mengetahui rahasianya. Hal ini didasarkan pada pandangan bahwa akal manusia sanggup mengetahui hakikat ketuhanan dan hakikat itu satu dan segala yang maujud berasal dari yang satu. Selanjutnya ma’rifat digunakan untuk menunjukkan pada salah satu tingkatan dalam tasawuf. Ma’rifat muncul seiring dengan adanya istilah Tasawwuf, dimana dalam Tasawwuf (dalam hal ini para sufi ‘) berusaha melakukan pendekatan dan pengenalan kepada Allah untuk mencapai tingkat ma’rifatullah yang tinggi. Disaat itulah mulai dikenal istilah Ma’rifat. Agar tidak terjadi kesalahan persepsi atas ma’rifat, ada baiknya kita mendalami kata ini secara komprehensif menurut pandangan dari sufi pertama yang berbicara tentang ma’rifat yang spesifik tentang tasawwuf yaitu Dzunnun al-Mishri, beliau berpendapat bahwa “Ma’rifat Sufistik pada hakekatnya adalah ‘irfan atau Gnost. Tujuan ma’rifat menurut beliau adalah berhubungan dengan Allah, musyahadat terhadap wajah Allah dengan kendalinya jiwa basyariyah kepada eksistensinya yang inhern, wasilahnya dan mujahadah olah spiritual. Ma’rifat datang ke hati dalam bentuk kasyf dan Ilham. Ma’rifat menurut pemikiran Ahmad Rifa’i yaitu berfikir akan kekuasaan Allah atau suasana hati yang menggambarkan menuju kedekatan hamba dengan Tuhannya. Ma’rifat menurut makna zhahirnya adalah seseorang menunaikan kewajiban-kewajiban agama yang sesuai dengan syara’ serta keikhlasan hati dalam beribadah semata- mata karena Allah. Orang yang telah ma’rifat ketika dipuji oleh orang mukmin karena kebaikannya, maka bertambah imannya dan bersyukur kepada Allah, dan tatkala dihina dan dinista, tidak menjadi runtuh semangat dan ibadahnya kepada Allah, karena ia benar- benar telah meyakini bahwa apapun



1



yang terjadi pada dirinya dan alam semesta ini adalah atas QUDRAT- IRODAT- dan ILMU Allah semata, dan semua sudah sesuai dengan apa yang tertulis di Lauh Mahfudh. Menurut Syeikh Rifa’i bagaimanapun juga seorang hamba sampai kepada derajat tertinggi dalam ma’rifatnya dan telah sanggup mendekatkan diri kepada Allah dengan segala pengabdiannya,mereka tetap saja takkan mungkin dapat melihat dzatnya Allah. Karena Dzat Allah hanya akan dapat dilihat “Bagaikan Bulan Purnama” di surga nanti bagi para penghuni surga. Berdasarkan hadits dari Jarir bin Abdillah r.a., ia berkata: Kami bersama Rasulullah SAW, lalu beliau melihat bulan purnama, maka beliau bersabda: “Kamu akan melihat Tuhanmu sebagaimana kamu melihat bulan ini. Dimana kalian tidak akan silau dan tidak akan keliru.” (H.R. Bukhari & Muslim) B. Sarana Ma’rifatullah Sarana yang mengantarkan seseorang pada ma’rifatullah adalah : 1. Akal Sehat Akal sehat yang merenungkan ciptaan Allah. Banyak sekali ayat-ayat Al Qur’an yang menjelaskan pengaruh perenungan makhluk (ciptaan) terhadap pengenalan al Khaliq (pencipta) seperti firman Allah :



ْ ‫ض َو‬ َ‫ذ ُكرُون‬Cْ Cَ‫ الَّ ِذينَ ي‬١٩٠ ‫ب‬ ٍ ‫ار آَل يَا‬ ِ ‫ا‬CCَ‫ت أِّل ُولِي اأْل َ ْلب‬ ِ ‫اختِاَل‬ ِ ‫ق ال َّس َما َوا‬ ِ ‫إِ َّن فِي َخ ْل‬ ِ َ‫ف اللَّ ْي ِل َوالنَّه‬ ِ ْ‫ت َواأْل َر‬ ‫اطاًل‬C َّ ‫ق‬C ِ Cَ‫ َذا ب‬Cَ‫ا خَ لَ ْقتَ ٰه‬C‫ا َم‬CCَ‫ض َربَّن‬ ِ ‫ َما َوا‬C‫الس‬ ِ ‫م َويَتَفَ َّكرُونَ فِي خَ ْل‬Cْ ‫وبِ ِه‬Cُ‫ودًا َو َعلَ ٰى ُجن‬CC‫هَّللا َ قِيَا ًما َوقُ ُع‬ ِ ْ‫ت َواأْل َر‬ ١٩١ ‫ار‬ َ ‫ُس ْب َحانَكَ فَقِنَا َع َذ‬ ِ َّ‫اب الن‬ “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (190). (yaitu) Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka (191)”. (Q.S Ali-Imran 190-191) Sabda Nabi : “Berfikirlah tentang ciptaan Allah dan janganlah kamu berfikir tentang Allah, karena kamu tidak akan mampu” (HR. Abu Nu’aim) 2. Para Rasul Para Rasul yang membawa kitab-kitab yang berisi penjelasan sejelas-jelasnya tentang ma’rifatullah dan konsekuensi-konsekuensinya. Mereka inilah yang diakui sebagai orang yang paling mengenali Allah. Firman Allah :



2



“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa buktibukti nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan ) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan..”  (QS. 57:25) 3. Asma dan Sifat Allah Mengenali asma (nama) dan sifat Allah disertai dengan  perenungan makna dan pengaruhnya bagi kehidupan ini menjadi sarana untuk mengenali Allah. Cara inilah yang telah Allah gunakan untuk memperkenalkan diri kepada makhluk-Nya. Dengan asma dan sifat ini terbuka jendela bagi manusia untuk mengenali Allah lebih dekat lagi. Asma dan sifat Allah akan menggerakkan dan membuka hati manusia untuk menyaksikan dengan seksama pancaran cahaya Allah. Firman Allah :



ْ ِ‫اف‬CCَ‫اَل تِكَ َواَل تُخ‬C‫ص‬ ‫ا‬Cَ‫ت بِه‬ َ ِ‫قُ ِل ا ْدعُوا هَّللا َ أَ ِو ا ْدعُوا الرَّحْ ٰ َم ۖنَ أَيًّا َّما تَ ْدعُوا فَلَهُ اأْل َ ْس َما ُء ْال ُح ْسن َٰۚى َواَل تَجْ هَرْ ب‬ ١١٠ ‫ك َسبِياًل‬ َ ِ‫َوا ْبت َِغ بَ ْينَ ٰ َذل‬ “Katakanlah: Serulah Allah atau serulah Ar Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asma’ al husna  (nama-nama yang terbaik). (QS. 17:110) Asma’ al husna inilah yang Allah perintahkan pada kita untuk menggunakannya dalam berdoa. Firman Allah :



١٨٠ َ‫ الَّ ِذينَ ي ُْل ِح ُدونَ فِي أَ ْس َمائِ ۚ ِه َسيُجْ زَ وْ نَ َما َكانُوا يَ ْع َملُون‬C‫َوهَّلِل ِ اأْل َ ْس َما ُء ْال ُح ْسن َٰى فَا ْدعُوهُ بِهَ ۖا َو َذرُوا‬ “Hanya milik Allah asma al husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asma al husna itu…” (QS. 7:180) Inilah sarana efektif yang Allah ajarkan kepada umat manusia untuk mengenali Allah SWT (ma’rifatullah). Dan ma’rifatullah ini tidak akan realistis sebelum seseorang mampu menegakkan tiga tingkatan tauhid, yaitu : tauhid rububiyyah, tauhid asma dan sifat. Kedua tauhid ini sering disebut dengan tauhid al ma’rifah wa al itsbat (mengenal dan menetapkan) kemudian tauhid yang ketiga yaitu tauhid uluhiyyah yang merupakan tauhid thalab (perintah) yang harus dilakukan. C. Jalan Ma’rifatullah Agar manusia dapat mengenal Allah, ia harus tahu jalan yang benar untuk menujunya. Karena bila jalannya salah bisa jadi ia akan tersesat. Orang yang benar jalannya hingga ia sampai pada tujuan yang sebenarnya, ia menjadi orang yang ma’rifah dan semakin yakin serta membenarkan keimanannya. Sedangkan orang-orang yang tersesat jalannya, tentu tidak akan sampai pada tujuan yang sebenarnya, yaitu berma’rifah kepada Allah. Mereka kemudian



3



menjadi orang yang penuh keragu-raguan (al irtiyab), hingga kemudian menjadi orang-orang kafir mengingkari keberadaan Allah. Menurut Imam Ibnu Al-Qayyim Jalan Ma’rifatullah ada tiga : 1. Melalui ayat Kauniyah (Tanda-tanda kebssaran Allah yang ada di alam) 2. Melalui ayat Qauliyah (Ayat-ayat al-Qur’an) 3. Asma dan Sifat (Nama dan sifat-sifat Allah) D. Manfaat dan Hasil dari Ma’rifatullah Setelah mengenal Allah seseorang akan mendapatkan manfaaat. Manfaat tersebut diantaranya sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.



Keimanan dan Ketaqwaan Meningkat. Kebebasan dan Ketenangan Barokah dan Hidup yang baik Keridhaan Allah dan surga



Semua yang ada di alam ini mutlak ada dalam kekuasaan Allah. Ketika melihat fenomena alam, idealnya kita bisa ingat kepada Allah. Puncak ilmu adalah mengenal Allah (ma'rifatullah). Mengenal Allah adalah aset terbesar. Mengenal Allah akan membuahkan akhlak mulia. Betapa tidak, dengan mengenal Allah kita akan merasa ditatap, didengar, dan diperhatikan selalu. Inilah kenikmatan hidup sebenarnya. Bila demikian, hidup pun jadi terarah, tenang, ringan, dan bahagia. Sebaliknya, saat kita tidak mengenal Allah, hidup kita akan sengsara, terjerumus pada maksiat, tidak tenang dalam hidup, dan sebagainya. ٌ ْ‫ الَخَ و‬Ia tidak takut dan sedih dengan Ciri orang yang ma'rifat adalah َ‫ف َعلَ ْي ِه ْم َواَل هُ ْم يَحْ َزنُون‬ urusan duniawi. Karena itu, kualitas ma'rifat kita dapat diukur. Bila kita selalu cemas dan takut kehilangan dunia, itu tandanya kita belum ma'rifat. Sebab, orang yang ma'rifat itu susah senangnya tidak diukur dari ada tidaknya dunia. Susah dan senangnya diukur dari dekat tidaknya ia dengan Allah. Maka, kita harus mulai bertanya bagaimana agar setiap aktivitas bisa membuat kita semakin kenal, dekat dan taat kepada Allah. Salah satu ciri orang ma'rifat adalah selalu menjaga kualitas ibadahnya. Terjaganya ibadah akan mendatangkan tujuh keuntungan hidup. 1)      Hidup selalu berada di jalan yang benar (on the right track). 2)      Memiliki kekuatan menghadapi cobaan hidup. Kekuatan tersebut lahir dari terjaganya keimanan. 3)      Allah akan mengaruniakan ketenangan dalam hidup. Tenang itu mahal harganya. Ketenangan tidak bisa dibeli dan ia pun tidak bisa dicuri. Apa pun yang kita miliki, tidak akan pernah ternikmati bila kita selalu resah gelisah.



4



4)      Seorang ahli ibadah akan selalu optimis. Ia optimis karena Allah akan menolong dan mengarahkan kehidupannya. Sikap optimis akan menggerakkan seseorang untuk berbuat. Optimis akan melahirkan harapan. Tidak berarti kekuatan fisik, kekayaan, gelar atau jabatan bila kita tidak memiliki harapan. 5)      Seorang ahli ibadah memiliki kendali dalam hidupnya, bagaikan rem pakem dalam kendaraan. Setiap kali akan melakukan maksiat, Allah SWT akan memberi peringatan agar ia tidak terjerumus. Seorang ahli ibadah akan memiliki kemampuan untuk bertobat. 6)      Selalu ada dalam bimbingan dan pertolongan Allah. Bila pada poin pertama Allah sudah menunjukkan jalan yang tepat, maka pada poin ini kita akan dituntun untuk melewati jalan tersebut. 7)      Seorang ahli ibadah akan memiliki kekuatan ruhiyah, tak heran bila kata-katanya bertenaga, penuh hikmah, berwibawa dan setiap keputusan yang diambilnya selalu tepat.



Kesimpulan Ma’rifatullah merupakan jalan pembuka mengapa kita perlu beribadah kepada-Nya dan mengapa jalan-Nya yang kita ambil dalam menapaki kehidupan kita sehari-hari di alam fana ini. Pengenalan Allah yang benar akan menghasilkan peningkatan iman dan taqwa (raf’ul iman wat taqwa), juga pribadi merdeka dan bebas yang membebaskan kita dari penghambaan kepada makhluk menuju penghambaan kepada pencipta makhluk. Dengan mengenal Allah, akan tumbuh ketenangan, keberkatan dan kehidupan yang baik, serta di akhirat dibalas dengan surga-Nya.



Pustaka & Referensi N, H. Haderanie. Ma’rifat Musyahadah Mukasyafah Mahabbah. Surabaya : Nur Ilmu, III/19 http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/195703031988031ENDIS_FIRDAUS/Makalah_pro_internet/Marifatullah.pdf http://keluargaumarfauzi.blogspot.com/2013/08/marifatullah-menurut-islam.html https://mahadibnuauf.com/marifatullah-mengenal-allah http://trimssukron.blogspot.com/2013/05/marifatullah-mengenal-allah.html http://pokokekitabanget.blogspot.com/2009/08/4-manfaat-mengenal-allah.html http://holongmarinacom.blogspot.com/2016/12/marifah.html 5