Makalah Motivasi Belajar [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MOTIVASI BELAJAR MAKALAH Ditujukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Belajar Pembelajaran



Oleh : Allika Adha



(192151036)



Dhia Rafif



(192151043)



Mila Kamila (192151065)



PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SILIWANGI 2020



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, petunjuk dan karuniaNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, yang kami beri judul Motivasi Belajar. Shalawat serta salam tetap tercurah limpahkan kepada nabi besar Muhammad Saw. Adapun makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Belajar Pembelajaran yang dibimbing oleh Bapak Dian Kurniawan., S.Pd., M.Pd., makalah ini membahas tentang pentingnya motivasi belajar, sifat – sifat motivasi belajar, unsur – unsur yang mempengaruhi motivasi belajar serta upaya meningkatkan motivasi belajar. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dian Kurniawan., S.Pd., M.Pd., selaku dosen pengampu mata kuliah Belajar Pembelajara yang telah memberikan arahan kepeda kami dan teman – teman yang membantu penyusunan makalah ini, sehingga dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Penulis menyadari bahwa isi dari makalah ini jauh dari sempurna, maka dari itu kami bersedia menerima kritik dan saran yang membangun dari setiap pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Dengan makalah ini kami mengharapkan banyak manfaat yang dapat dipetik dan diambil serta dapat menambah wawasan bagi kita semua.



Tasikmalaya, September 2020



Penulis



ii



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR.............................................................................................ii DAFTAR ISI..........................................................................................................iii BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................1 1.1.



Latar Belakang..........................................................................................1



1.2.



Rumusan Masalah.....................................................................................2



1.3.



Tujuan Penulisan.......................................................................................2



BAB 2. PEMBAHASAN.........................................................................................3 2.1.



Pengertian dan Pentingnya Motivasi Belajar............................................3



2.2.



Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Kompetensi Pedagogis Guru 4



2.3.



Sifat - Sifat Motivasi Belajar.....................................................................4



2.4.



Jenis – Jenis Motivasi Belajar...................................................................5



2.5.



Unsur – Unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar.............................5



2.6.



Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar.....................................................6



2.7. Aplikasi Teori Kebutuhan Maslow Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar..................................................................................................................8 2.8. Aplikasi Teori Quantum Learning Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar................................................................................................................10 2.9.



Aplikasi Teori Thomas L. Good Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar 11



BAB 3. PENUTUP..................................................................................................5 3.1.



Kesimpulan................................................................................................5



3.2.



Saran..........................................................................................................6



DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................5



iii



BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan dan pengajaran adalah suatu proses yang sadar tujuan. Tujuan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memberikan rumusan hasil yang diharapkan peserta didik setelah melaksanakan pengalaman belajar. Tercapai tidaknya tujuan pengajaran salah satunya adalah terlihat dari prestasi belajar yang diraih oleh peserta didik. Dengan prestasi yang tinggi, para peserta didik mempunyai indikasi berpengetahuan yang baik. Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi peserta didik adalah motivasi. Dengan adanya motivasi, peserta didik akan belajar lebih keras, ulet, tekun dan memiliki konsentrasi penuh dalam proses belajar pembelajaran. Dorongan motivasi dalam belajar merupakan salah satu hal yang perlu dibangkitkan dalam upaya pembelajaran di sekolah. Motivasi belajar sangat berperan penting dalam kegiatan belajar pembelajaran. Apabila guru dan orang tua dapat memberikan motivasi yang baik pada peserta didik atau anaknya, maka dalam diri peserta didik atau anak akan timbul dorongan dan hasrat untuk belajar lebih baik. Memberikan motivasi yang baik dan sesuai, maka peserta didik dapat menyadari akan manfaat belajar dan tujuan yang hendak dicapai dengan belajar tersebut. Motivasi belajar yang dimiliki peserta didik dalam setiap kegiatan pembelajaran sangat berperan untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik dalam mata pelajaran. Peserta didik yang bermotivasi tinggi dalam belajar memungkinkan akan memperoleh hasil belajar yang tinggi pula, artinya semakin tinggi motivasinya, semakin intensitas usaha dan upaya yang dilakukan, maka semakin tinggi prestasi belajar yang diperolehnya. Oleh karena itu, dalam proses pengajaran sangat diperlukan adanya motivasi. Penelitian Wasty Soemanto (2003) menyebutkan, pengenalan seseorang terhadap prestasi belajarnya adalah penting karena dengan mengetahui hasilhasil yang sudah dicapai maka peserta didik akan lebih berusaha meningkatkan prestasi belajarnya. Dengan demikian peningkatan prestasi belajar dapat lebih optimal karena peserta didik tersebut merasa termotivasi untuk meningkatkan prestasi belajar yang telah diraih sebelumnya. Biggs dan Tefler mengungkapkan motivasi belajar peserta didik dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan, sehingga mutu prestasi belajar akan rendah. Oleh karena itu, mutu prestasi belajar pada peserta didik perlu diperkuat terus-menerus. Dengan tujuan agar peserta didik memiliki motivasi belajar yang kuat, sehingga prestasi belajar yang diraihnya dapat optimal.



1



2



1.2. Rumusan Masalah Untuk mempermudah pembahasan yang telah penulis katakan di latar belakang, penulis menentukan rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini yaitu sebagai berikut : a. Apa pengertian dan peran penting motivasi belajar? b. Bagaimana hubungan antara motivasi belajar dengan kompetensi pedagogis guru? c. Bagaimana sifat – sifat motivasi belajar? d. Apa saja jenis – jenis motivasi belajar? e. Apa saja unsur – unsur yang mempengaruhi motivasi belajar? f. Bagaimana upaya untuk meningkatkan motivasi belajar? g. Bagaimana aplikasi teori kebutuhan Maslow dalam meningkatkan motivasi belajar? h. Bagaimana aplikasi teori quantum learning dalam meningkatkan motivasi belajar? 1.3. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan dalam makalah ditujukan untuk mencari tujuan dari dibahasnya pembahasan atas rumusan masalah dalam makalah. Ada pun tujuan penulisan makalah sebagai berikut : a. Mengetahui pengertian dan peran penting motivasi belajar b. Mengetahui hubungan antara motivasi belajar dengan kompetensi pedagogis guru c. Mengetahui sifat-sifat motivasi belajar d. Mengetahui jenis – jenis motivasi belajar e. Mengetahui unsur-unsur yang mempengaruhi motivasi belajar f. Mengetahui upaya untuk meningkatkan motivasi belajar g. Mengetahui bagaimana aplikasi teori kebutuhan Maslow dalam meningkatkan motivasi belajar h. Mengetahui bagaimana aplikasi teori quantum learning dalam meningkatkan motivasi belajar



BAB 2. PEMBAHASAN 2.1. Pengertian dan Pentingnya Motivasi Belajar Secara sederhana pengertian atau definisi motivasi belajar dapat diartikan sebagai keseluruhan daya pengaruh yang ada di diri siswa yang dapat menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberi arah pada kegiatan itu demi mencapai suatu tujuan. Motivasi belajar mengandung peranan penting dalam menumbuhkan gairah atau semangat dalam belajar, sehingga siswa yang bermotivasi kuat memiliki energi yang banyak untuk melakukan kegiatan belajar (Winkel, 1991: 92). Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Bisa dikatakan motivasi adalah suatu energi penggerak, pengarah dan memperkuat tingkah laku. Sardiman A.M. (1988:75) mengatakan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di daam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberi arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu tercapai. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa motivasi belajar adalah dorongan atau kekuatan dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan serta arah belajar untuk mencapai tujuan yang dikehendaki peserta didik. Atau dengan kata lain motivasi belajar adalah dorongan atau kekuatan dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan serta arah belajar untuk mencapai tujuan yang dikehendaki siswa. Peserta didik akan belajar sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi tinggi. Dalam kaitan ini guru dituntut memiliki kemampuan membangkitkan motivasi belajar siswa sehingga dapat mencapai tujuan belajar. Motivasi sangat penting artinya dalam kegiatan belajar, sebab adanya motivasi mendorong semangat belajar dan sebaliknya kurang adanya motivasi akan melemahkan semangat belajar. Motivasi merupakan syarat mutlak dalam belajar; seorang siswa yang belajar tanpa motivasi (atau kurang motivasi) tidak akan berhasil dengan maksimal. Motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut: a. Menyadarkan kedudukan pada awal, proses, dan hasil akhir belajar. b. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya. c. Mengarahkan kegiatan belajar. d. Membesarkan semangat belajar.



3



4



Motivasi belajar juga penting diketahui oleh seorang guru. Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru, manfaat itu sebagai berikut: a. Membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil. b. Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas bermacam-macam. c. Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu di antara bermacam-macam peran. d. Memberi peluang guru untuk “unjuk kerja” rekayasa pedagogis. 2.2. Hubungan Antara Motivasi Belajar Dengan Kompetensi Pedagogis Guru Guru merupakan penentu keberhasilan atau kegagalan suatu bangsa dan dianggap sebagai agen yang paling kuat dari perubahan sosial. Kompetensi pedagogis adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik (Mukhlis, 2009) serta kemampuan pendidik menciptakan suasana dan pengalaman belajar bervariasi (Nurfuadi, 2012). Kompetensi pedagogis sangat penting karena menjadi penentu keberhasilan proses pembelajaran yang secara langsung menyentuh kemampuan manajemen pembelajaran yang meliputi peserta didik, perencanaan, implementasi, perancangan, hasil belajar,evaluasi dan pengembangan peserta yang kurang berprestasi (Mulyasa, 2005). Menurut siswa, guru merupakan seseorang yang memiliki otoritas dalam bidang akademik serta nonakademik. Jika ditinjau dari pengertian kompetensi pedagogis. apabila seorang guru dapat menguasai kompetensi pedagogis dengan baik, maka peran guru sebagai seseorang yang dapat memberikan dorongan semangat bagi siswanya (Davidoff, 1998) telah terpenuhi. Karena guru tersebut dapat mengelola pembelajaran serta menciptakan suasana dan pengalaman belajar bervariasi. Sehingga akan timbul semangat dalam diri siswa untuk belajar yang artinya akan meningkatkan motivasi belajar dari siswa tersebut. 2.3. Sifat - Sifat Motivasi Belajar Sardiman A. M. (1996: 75) mengatakan bahwa motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar (motivasi ekstrinsik) tetapi motivasi itu dapat timbul di dalam diri seseorang (motivasi intrinsik). Motivasi intrinksik yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar. Karena diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Perlu diketahui bahwa peserta didik memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, berpengetahuan, serta ahli dalam bidang studi tertentu. Satu-satunya jalan untuk menuju yang ingin dicapai adalah belajar. Tanpa belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan.



5



Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan. Kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengathuan. Jadi, memang motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial, bukan sekedar simbol dan seremonial. Motivasi ekstrinsik yaitu motif-motif yang aktif berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Perlu ditegaskan, bukan berarti bahwa motivasi eksternal ini tidak baik dan tidak penting. Sebab, kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah, dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik. 2.4. Jenis – Jenis Motivasi Belajar Berdasarkan sumber dan proses perkembangannya, maka motivasi atau motif menurut Abin Syamsudin Makmun (2001:75) dapat digolongkan menjadi dua, yaitu motivasi primer dan motivasi sekunder. Motivasi primer (primery motive) atau motif dasar (basic motive), menunjukkan pada motif yang tidak dipelajari. Motif ini sering juga disebut dengan istilah dorongan (drive), dan golongan motif inipun dibedakan lagi ke dalam: a. Dorongan fisiologis (primary motive) yang bersumber pada kebutuhan organis (organic need) yang mencakup antara lain lapar, haus, seks, kegiatan, pernapasan dan istirahat. b. Dorongan umum (morgani’s general drive) dan motif darurat (wodworth’s emergency motive), termasuk di dalamnya dorongan kasih sayang, takut, kekaguman dan rasa ingin tahu. Motivasi sekunder (secondary motive), menunjukkan pada motif yang berkembang pada diri individu karena pengalaman, dan dipelajari (conditioning and reinforcement), yang termasuk di dalamnya antara lain: a. b. c. d. e.



Takut yang dipelajari (learned fear), Motif-motif sosial (ingin diterima, dihargai, persetujuan, status, merasa aman, dan sebagainya), Motif obyektif dan interes (eksplorasi, manipulasi, minat), Maksud (purpose) dan aspirasi, Motif berprestasi (achievement motive).



2.5. Unsur – Unsur yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Peran dan fungsi motivasi bagi peserta didik dalam belajar sangat penting. Hal yang harus diperhatikan adalah bahwa motivasi belajar peserta didik juga dipengaruhi oleh unsur-unsur sebagai berikut :



6



a. Cita cita atau aspirasi peserta didik Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil. Keberhasilan mencapai keinginan tersebut menumbuhkan kemauan bergiat, bahkan dikemudian hari cita-cita dalam kehidupan. Dari segi emansipasi kemandirian, keinginan yang terpuaskan dapat memperbesar kemauan dan semangat belajar. Dari segi pembelajaran, penguatan dengan hadiah atau juga hukuman akan dapat mengubah keinginan menjadi kemauan, dan kemudian kemauan menjadi citacita. b. Kemampuan peserta didik Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan. c. Kondisi peserta didik Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani sangat mempengaruhi motivasi belajar. d. Kondisi lingkungan peserta didik Lingkungan peserta didik berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, kehidupan kemasyarakatan. Dengan kondisi lingkungan tersebut yang aman, tentram, tertib dan indah maka semangat dan motivasi belajar mudah diperkuat. e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran. Peserta didik memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan teman sebayanya berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar. f. Upaya guru dalam membelajarkan siswa. Guru adalah seorang pendidik profesional. Ia bergaul setiap hari dengan puluhan atau ratusan peserta didik. Sebagai pendidik, guru dapat memilih dan memilah yang baik. Partisipasi dan teladan memilih perilaku yang baik tersebut sudah merupakan upaya membelajarkan dan memotivasi peserta didik. 2.6. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Terkait ulasan mengenai motivasi belajar, kita harus berpegang pada asumsi umum bahwa bila faktor-faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar adalah sama, maka individu yang memiliki motivasi lebih tinggi akan mencapai hasil belajar lebih tinggi. Oleh karena itu, Stipek dan Hunter (dalam Susanto, 1999) mengajukan cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa sebagai berikut : a. Menjadikan tugas menantang Tugas menantang adalah tugas yang diperkirakan dapat dikerjakan siswa sesuai dengan kemampuannya. Tugas itu tidak terlalu mudah atau terlalu sukar.



7



b. Mengurangi penekanan belajar pada tes penilaian Pemberian tes ternyata tidak menantang siswa untuk belajar. Peserta didik merasa kurang gembira jika harus mengerjakan soal-soal tes. Pemberitahuan yang terlalu sering bahwa akan diberi tes tidak meningkatkan motivasi belajar, gantinya mereka hanya menginginkan mendapat nilai baik. c. Memberi bantuan tetapi tidak over aktif Peserta didik sering meminta bantuan pendidik untuk menyelesaikan tugasnya. Bantuan kepada peserta didik perlu diberikan sebatas yang diperlukan. d. Mengubah motivasi ekstrinsik menjadi intrinsik Pemberian motivasi ekstrinsik (misalnya hadiah dan pujian) memang dapat meningkatkan jumlah waktu untuk belajar, tetapi ketika motivasi itu tidak lagi diberikan maka peserta didik menjadi kehilangan minat belajar. Guru sebaiknya mendorong peserta didik agar meningkatkan motivasi intrinsik, misalnya memberitahukan manfaat tugas yang dikerjakan bagi mereka. Motivasi instrinsik penting bagi peserta didik secara perseorangan, sedangkan motivasi ekstrinsik bermanfaat meningkatkan motivasi kerja kelompok. e. Memberi hadiah Hadiah (motivasi ekstrinsik) cocok diberikan untuk usaha dan penampilan hasil kerja istimewa, misalnya juara kelas, juara sekolah, juara olahraga, dan juara seni. f. Menaruh harapan tinggi pada semua peserta didik Pernyataan – pernyataan guru tentang kemampuan belajar peserta didik mempunyai dampak pada kepercayaan akan kemampuan dirinya. Guru harus memberi harapan bahwa semua peserta didik mampu berusaha dan berhasil menyelesaikan tugas-tugasnya. Harapan itu akan mendorong motivasi peserta didik. g. Memberitahukan hasil belajar Peserta didik akan termotivasi untuk belajar lebih baik jika mereka sering diberi tahu tentang seberapa tinggi penampilannya pada hal-hal yang baru dikerjakan. h. Mempromosikan keberhasilan untuk semua anggota kelas Guru harus merencanakan pembelajaran yang mendorong semua siswa berhasil atau berusaha agar semua peserta didik dapat menyelesaikan tugasnya dengan sukses. i. Meningkatkan persepsi siswa sebagai kontrol Minat siswa meningkat jika guru melepaskan sebagian kontrolnya dan memberikan kesempatan untuk ikut mengambil keputusan. j. Mengubah struktur tujuan penghargaan kelas Ada 3 tipe struktur tujuan penghargaan kelas. Pertama, tipe belajar kompetitif menekankan perbuatan perbandingan antara peserta didik dan menciptakan situasi menangkalah pada diri siswa. Kedua, Tipe belajar kooperatif menekankan pada saling ketergantungan dan



8



menjadikan usaha individual sebagai tujuan lebih utama dari belajar daripada kemampuan individual. Tipe belajar ketiga adalah orientasi individualistik dimana tugas-tugas belajar diberikan kepada peserta didik secara individual dan tiap siswa bekerja dengan kecepatannya masing-masing. 2.7. Aplikasi Teori Kebutuhan Maslow Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Maslow mengembangkan teori tentang bagaimana semua motivasi saling berkaitan. Ia menyebut teorinya sebagai “hierarki kebutuhan”. Kebutuhan ini mempunyai tingkat yang berbeda-beda. Ketika satu tingkat kebutuhan terpenuhi atau mendominasi, orang tidak lagi mendapat motivasi dari kebutuhan tersebut. Selanjutnya orang akan berusaha memenuhi kebutuhan tingkat berikutnya. Maslow membagi tingkat kebutuhan manusia menjadi sebagai berikut: a. Kebutuhan fisiologis: kebutuhan yang dasariah, misalnya rasa lapar, haus, tempat berteduh, seks, dalainnya. Berbeda dari kebutuhan-kebutuhan tingkat berikutnya, kebutuhan pokok ini hanya bisa dipenuhi oleh pemicu kekurangannya. Rasa lapar hanya dapat dipuaskan dengan makanan. Seberapapun menariknya pembelajaran di kelas, dia tidak akan bisa konsentrasi terhadap pelajaran yang sedang diikutinya. Untuk memotivasi siswa seperti ini, tentu saja makanan solusinya. Guru sebaiknya memahami kondisi siswa yang sedang kelaparan. Mungkin saja sebelum berangkat sekolah, siswa tersebut belum sempat sarapan di rumah. Hal ini bisa disebabkan karena orang tua di rumah tidak sempat masak ketika waktu pagi karena harus segera persiapan untuk berangkat kerja atau mungkin orang tua sudah membuat masakan untuk sarapan namun si anak terlambat bangun pagi sehingga di atidak punya waktu yang cukup untuk sarapan. Ketika dia sampai di sekolah, dia tidak mempunyai waktu untuk pergi ke kantin atau tidak punya uang saku untuk membeli makanan. Dalam hal ini, seorang guru hendaknya memberikan kelonggaran waktu dan juga memberikan uan atau meminjami uang untuk siswa tersebut agar dapat mengisi perutnya di kantin. b. Kebutuhan akan rasa aman: mencakup antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik dan emosional. Dalam proses belajar mengajar, kebutuhan akan rasa aman menampilkan diri dalam perilaku siswa yang mendambakan situasi menyenangkan, damai, tentram, tertib, dan di mana tidak terjadi hal-hal yang tak disangka-sangka, atau berbahaya. Untuk dapat memotivasi siswa, seorang guru harus memahami apa yang menjadi kebutuhan siswanya. Bila yang mereka butuhkan adalah rasa aman dalam belajar, mereka akan termotivasi oleh tawaran keamanan.



9



c. Kebutuhan sosial: mencakup kebutuhan akan rasa memiliki dan dimiliki, kasih sayang, diterima baik, dan persahabatan. Di beberapa sekolah dapat dijumpai adanya pengelompokan yang memberikan tekanan-tekanan kepada siswa di luar kelompok tersebut. Jika hal tersebut terjadi di dalam kelas, maka akan menimbulkan rasa tidak aman pada diri siswa. Siswa akan merasa ketakutan untuk mengikuti proses pembelajaran di kelas jika para anggota genk menguasai kelas. Jika dibiarkan secara terus menerus, sangat dimungkinkan siswa tidak nyaman di kelas dan tujuan belajar siswa tidak dapat tercapai. Guru harus mampu bersikap tegas pada kasus seperti ini. Dominasi anggota genk di dalam kelas harus diambil alih sepenuhnya oleh guru. Seharusnya guru juga memberi peraturan-peraturanyang tegas untuk menjaga stabilitas kelas. Guru juga wajib menjamin keamanan seluruh siswa dari setiap gangguan yang mengancam.Setiap individu menginginkan dirinya bergabung dengan kelompok tertentu. Tidak terkecuali dengan seorang siswa, dia juga ingin berasosiasi dengan siswa yang lain, diterima, berbagi, dan menerima sikap persahabatan dan afeksi. Walaupun banyak guru,memahami adanya kebutuhan tersebut, kadang mereka terlalu acuh dalam pengelolaan kelas terutama dalam hal kekeluargaan dan kebersamaansiswa di kelas. Padahal kemungkinan ada sebagian dari mereka yang sulit bergaul atau memulai pembicaraan dengan temannya yang lain karena tidak adanya kedekatan emosional. Mereka juga ingin mendapat perhatian sebagaimana teman-temannya yang lain sehingga rasa memiliki (sense of belonging)dapat muncul.Seharusnya siswa pada level kebutuhan ini diberikan perhatian supaya mampu berinteraksi dengan baik danmempunyai rasa saling memiliki terhadap teman-temannya serta lingkungan sekelilingnya. d. Kebutuhan akan penghargaan: mencakup faktor penghormatan internal seperti harga diri, otonomi, dan prestasi; serta faktor eksternal seperti status, pengakuan, dan perhatian. Kebutuhan siswa yang besar terhadap penghargaan sangat jarang sekali untuk dapat dipenuhi. Pemberian pujian terhadap hal-hal yang dianggap membanggakan baginya seringkali ditanggapi dengan biasa saja oleh guru. Memberi penghargaan ataupun pujian ini penting supaya siswa tidak malas untuk berkarya lagi. Dalam realita sering dijumpai banyak anak yang awalnya terlihat menonjol namun lama kelamaan mereka semakin malas. Mereka menjadi malas karena mereka menganggap apa yang mereka lakukan adalah sia-sia karena tidak ada apresiasi atau pengakuan terhadap apa yang telah mereka lakukan. Maka dari itu, jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan yang baik untuk memberikan pengakuan kepada prestasi siswa meskipun kecil. Hal ini bisa menjadi motivator yang kuat pada siswa.



10



e. Kebutuhan akan aktualisasi diri: mencakup hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut kemampuannya. Bila pada level kebutuhan sebelumnya, siswa dimotivasi oleh kekurangan, siswa di level akhir ini dimotivasi oleh kebutuhannya untuk mengembangkan serta mengaktualisasikan kemampuan-kemampuan dan kapasitas-kapasitasnya secara penuh. Bahkan istilah motivasi kurang tepat lagi untuk diterapkan pada siswa yang berada di tahap aktualisasi diri. Mereka amat spontan, bersikap wajar, dan apa yang mereka lakukan adalah sekedar untuk mewujudkan diri mereka yang sebenarnya.Mereka sudah sangat paham dan sadar terhadap apa yang seharusnya mereka lakukan.Tugas guru hanya tinggal memfasilitasi apa yang mereka butuhkan dalam pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang perlu dilakukan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dengan penerapan Hierarki Maslow adalah sebagai berikut: a. Pemenuhan kebutuhan dasar siswa harus di dahulukan karena kebutuhan ini sangat mendesak dan hendaknya guru memberikan kesempatan atau bantuan kepada siswa untuk memenuhinya. b. Kebutuhan akan keamanan di kelas menjadi tanggung jawab guru. Tugas guru memberikan peraturan dan jaminan atas keselamatan siswa serta kenyamanan kelas. c. Terkait dengan kebutuhan sosial siswa, guru hendaknya memberikan perhatian supaya siswa mampu berinteraksi dengan baik dan mempunyai rasa saling memiliki terhadap temantemannya serta lingkungan sekelilingnya. d. Prestasi siswa sekecil apapun perlu diberikan apresiasi. Memberikan penghargaankepada siswa mampu memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasinya. e. Ketika siswa sudah di tahap aktualisasi diri, guru hanya tinggal emberikan fasilitas yang diperlukanuntuk mengembangkan dirinya secara lebih jauh, bukan lagi motivasi 2.8. Aplikasi Teori Quantum Learning Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Salah satu alasan mengapa siswa dapat belajar dengan baik adalah mereka merasa senang mengikuti proses pembelajaran tersebut, sebagaimana dikemukakan oleh Hernowo bahwa “Learning is most effective when it’s fun” Disamping adanya rasa senang, penciptaan suasana dan kondisi pembelajaran yang nyaman sangat diperlukan. Salah satu cara untuk mewujudkan hal itu, cara yang dapat digunakan adalah melalui penerapan teori pembelajaran quantum learning. Quantum Learning ialah pengajaran yang dapat mengubah



11



suasana belajar yang menyenangkan serta mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi sesuatu yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain. Quantum Learning merupakan suatu pembelajaran yang mempunyai misi utama untuk mendesain suatu proses belajar yang menyenangkan yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa (Ahmad dan Joko, 2014). Quantum learning ialah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Quantum learning merupakan salah satu pengajaran yang menuntut adanya kebebasan, santai, menakjubkan, menyenangkan, dan menggairahkan. Bagi siswa yang merasa bahwa belajar adalah pekerjaan yang menjenuhkan, maka quantum learning sebagai obat penawar yang menghidupkan dan memperkuat kembali kegembiraan dan kecintaan terhadap belajar. Karena dalam quantum learning, siswa dapat mengekspresikan apa yang menjadi buah dari pemikirannya dengan tanggung jawab yang penuh sehingga siswa dapat mengembangkan keahlian dari materi yang dipelajari secara inovatif dan kreatif tanpa ada rasa takut dan perasaan tertekan. Sehingga penerapan teori quantum learning dalam pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.



BAB 3. PENUTUP 3.1. Kesimpulan Motivasi belajar yang dimiliki peserta didik dalam setiap kegiatan pembelajaran sangat berperan untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik dalam mata pelajaran. Hubungan antara kompetensi pendagogis seorang guru dengan motivasi belajar siswa dapat ditinjau dari pengertian kompetensi pedagogis. Apabila seorang guru dapat menguasai kompetensi pedagogis dengan baik, yang artinya guru tersebut dapat mengelola pembelajaran serta menciptakan suasana dan pengalaman belajar bervariasi, maka guru tersebut dapat menimbulkan semangat dalam diri siswa untuk belajar yang artinya akan meningkatkan motivasi belajar dari siswa tersebut. Berdasarkan sifatnya, motivasi belajar dibedakan menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik atau motivasi yang berasal dari diri peserta didik (tidak perlu rangsangan dari luar atau lingkungan) dan motivasi ekstrinsik atau motivasi yang berasal dari luar diri peserta didik (adanya rangsangan dari luar atau lingkungan). Berdasarkan jenisnya, motivasi belajar dibedakan menjadi dua, yaitu motivasi primer dan motivasi sekunder. Peserta didik akan belajar sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi tinggi. Hal yang harus diperhatikan adalah bahwa motivasi belajar peserta didik juga dipengaruhi oleh beberapa unsur, antara lain: 1) cita-cita atau aspirasi peserta didik; 2) kemampuan peserta didik; 3) kondisi peserta didik; 4) kondisi lingkungan peserta didik; 5) unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran; dan 6) upaya guru dalam membelajarkan peserta didik. Oleh karena itu, seorang guru diharapkan dapat membangkitkan dan meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Berikut beberapa upaya yang dapat dilakukan guru dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik yaitu : 1) menjadikan tugas menantang; 2) mengurangi penekanan belajar pada tes penilaian; 3) memberi bantuan tetapi tidak over aktif; 4) mengubah motivasi ekstrinsik menjadi intrinsik; 5) memberi hadiah; 6) menaruh harapan tinggi pada semua peserta didik; 7) memberitahukan hasil belajar; 8) mempromosikan keberhasilan untuk semua anggota kelas; 9) meningkatkan persepsi siswa sebagai control; 10) mengubah struktur tujuan penghargaan kelas. Berdasarkan teori kebutuhan Maslow, hal – hal yang dapat dilakukan oleh guru dalam meningkatkan motivasi belajar yaitu 1) Pemenuhan kebutuhan dasar siswa harus di dahulukan karena kebutuhan ini sangat mendesak dan hendaknya guru memberikan kesempatan atau bantuan kepada siswa untuk memenuhinya. 2) Kebutuhan akan keamanan di kelas menjadi tanggung jawab guru. Tugas guru memberikan peraturan dan jaminan atas keselamatan siswa serta kenyamanan kelas. 3) Terkait dengan kebutuhan sosial siswa, guru hendaknya memberikan perhatian supaya



8



siswa mampu berinteraksi dengan baik dan mempunyai rasa saling memiliki terhadap teman-temannya serta lingkungan sekelilingnya. 4)Prestasi siswa sekecil apapun perlu diberikan apresiasi. Memberikan penghargaankepada siswa mampu memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasinya. 5) Ketika siswa sudah di tahap aktualisasi diri, guru hanya tinggal emberikan fasilitas yang diperlukanuntuk mengembangkan dirinya secara lebih jauh, bukan lagi motivasi. Teori quantum learning merupakan salah satu pengajaran yang menuntut adanya kebebasan, santai, menakjubkan, menyenangkan, dan menggairahkan. Bagi siswa yang merasa bahwa belajar adalah pekerjaan yang menjenuhkan, maka quantum learning sebagai obat penawar yang menghidupkan dan memperkuat kembali kegembiraan dan kecintaan terhadap belajar. Karena dalam quantum learning, siswa dapat mengekspresikan apa yang menjadi buah dari pemikirannya dengan tanggung jawab yang penuh sehingga siswa dapat mengembangkan keahlian dari materi yang dipelajari secara inovatif dan kreatif tanpa ada rasa takut dan perasaan tertekan. Sehingga penerapan teori quantum learning dalam pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Teori Thomas 3.2. Saran Belajar merupakan kegiatan sehari – hari yang dilakukan oleh peserta didik. Motivasi belajar sangat penting dalam proses pembelajaran. Dengan adanya motivasi belajar dalam diri peserta didik, dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Alangkah baiknya jika semua peserta didik dan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar dan pembelajaran dengan motivasi tinggi dan penuh semangat, supaya tujuan dari kegiatan belajar dan pembelajaran dapat tercapai.



8



DAFTAR PUSTAKA A.M., Sardiman. 1988. INTERAKSI DAN MOTIVASI BELAJAR MENGAJAR. Jakarta: Rajawali Press. A.M., Sardiman. 1996. INTERAKSI DAN MOTIVASI BELAJAR MENGAJAR: PEDOMAN BAGI GURU. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Ahmad, dan Joko, 2014. MODEL BELAJAR MENGAJAR. Bandung: Pustaka Setia Astika, Made. 2016. MOTIVASI BELAJAR. (online). Bobbi, De Porter, dan Mike Hernacki. 2000. QUANTUM LEARNING: MEMBIASAKAN BELAJAR NYAMAN DAN MENYENANGKAN. Bandung: Kaifa. Dimyati, dan Mudjiono. 1994. BELAJAR DAN PEMBELAJARAN. Jakarta: Dirjen Dikti. Davidoff. 1998. PSIKOLOGI SUATU PENGANTAR. Jakarta: Erlangga. Maslow, Abraham. 1954. MOTIVATION AND PERSONALITY. Iman, Nurul. 1984. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo. Mukhlis. 2009. PROFESIONALISME KINERJA GURU MENYONGSONG MASA DEPAN. Jakarta: Bumi Aksara. Mulyasa. 2005. MENJADI GURU PROFESIONAL. Bandung: Rosdakarya. Mumu. 2020. PENGEMBANGAN MATERI PERKULIAHAN BELAJAR DAN PEMBELAJARAN. (online). Nurfuadi. 2012. PROFESIONALISME GURU. Purwokerto: STAIN Press. P., Susanto. 1999. STRATEGI PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SEKOLAH MENENGAH. Malang: Diktat Seminar. Syamsudin, Abin, 2001. PSIKOLOGI KEPENDIDIKAN. Bandung: Remaja Rosda Karya. W.S., Winkel. 1991. BIMBINGAN DAN KONSELING DI INSTITUSI PENDIDIKAN. Jakarta: Grasindo. Winardi, J. 2002. MOTIVASI DAN PEMOTIVASIAN DALAM MANAJEMEN. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Zakky. 2020. PENGERTIAN MOTIVASI BELAJAR. (online).