Makalah Mumifikasi [PDF]

  • Author / Uploaded
  • dwi
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Latar Belakang Gigi sulung atau gigi susu adalah gigi yang tumbuh pada rahang anak kecil, dimana gigi tersebut berjumlah 20 buah, 10 gigi pada rahang atas (maksila) dan 10 gigi pada rahang bawah (mandibula). Gigi susu dapat dikatakan jembatan sebelum tumbuhnya gigi permanent karena gigi susu bersangkut paut untuk pertumbuhan dan kesehatan gigi permanent yang akan tumbuh maka dari itu penting sekali menjaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut sedari dini, anak-anak tidaklah mengerti pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut maka tugas tersebut adalah tanggung jawab dari orang tua masing-masing anak, untuk memperhatikan gigi anaknya agar terhindar dari penyakitpenyakit gigi dan mulut. Kasus yang akan saya bahas berikut adalah kasus mumifikasi atau pulpotomi devital untuk gigi sulung, karena memang beberapa indikasi dan alasan yang tepat untuk anak-anak, berikut adalah penjalasan tentang mumifikasi dan penjabaran mengapa mumifikasi cocok untuk beberapa kasus pada anak-anak.



Tujuan dari mumifikasi untuk gigi sulung Untuk menyelamatkan pulpa gigi pada bagian saluran akar agar dalam keadaan asepsis, sehingga tidak perlu merawat dan mengisi saluran akar tersebut.



Rumusan masalah 1. Apa pengertian dari mumifikasi pada gigi? 2. Bagaimana teknik dari mumifikasi untuk gigi sulung? 3. Apa saja obat-obat untuk fiksasi jaringan(mumifikasi) untuk gigi sulung dan gigi permanent muda? 4. Apa saja indikasi dari perawatan mumifikasi pada gigi sulung ? 5. Apa saja kontra indikasi dari perawatan mumifikasi pada gigi sulung ? 6. Begaimana prosedur proses perawatan mumifikasi gigi sulung ? 7. Apa yang membuat alasan mumifikasi ini cocok dilakukan untuk gigi anak tersebut? 8. Bagaimana kompilikasi yang terjadi dari perawatan mumifikasi pada gigi sulung ?



Isi/Tinjauan Pustaka 1. Pengertian dari mumifikasi pada gigi 



Mumifikasi atau sering disebut Pulpotomi devital adalah pengembalian jaringan pulpa yang terdapat dalam kamar pulpa yang sebelumnya di devitalisasi, kemudian dengan pemberian pasta anti septik, jaringan dalam saluran akar ditinggalkan dalam keadaan aseptik.



2. Teknik mumifikasi pada gigi sulung 



Perawatan ini berbeda dengan pulpotomi formokresol satu kali kunjungan, pertama-tama karena di lakukannya dua kali kunjungan, dan kedua karena pulpa di kamar pulpa tidak perlu diambil seluruhnya pada kunjungan pertama. Demikian pula anastesi dan pemasangan isolator karet tidak di perlukan. Teknik ini dianjurkan jika waktu dan faktor kurangnya kerjasama dari pasien menyukarkan pelaksanaan pulpotomi sekali kunjungan secara sempurna.



3. Obat yang digunakan untuk fiksasi jaringan mumifikasi pada gigi sulung dan gigi permanent muda  Formokresol  Pada tahun 1905, Buckley membuat larutan yang mengandung 1% formaldehid, 35% kresol dalam larutan gliserin / air. Formokresol merupakan agen bakterisidal yang mematikan. Formokresol mematikan enzim-enzim oksidatif didalam pulpa berdekatan pada daerah yang diamputasi. Formokresol merupakan pilihan bahan medikamen terbaik untuk perawatan pulpotomi pada gigi sulung. Menurut penelitian klinis dan radiografis, keberhasilan pulpotomi dengan formokresol menunjukkan antara 70-97%.



Khasiat Formokresol :  Mengkoagulasi protein  Membentuk zone fiksasi  Jaringan tetap vital



 Glutaraldehid  Bahan cairan glutaraldehid 2% telah diperkenalkan oleh Gravenmade sebagai salah satu pengganti formokresol. Ranzy dan Lazzari mendapatkan alkalin 2 % glutaraldehid sebagai bahan yang baik. Secara teori bahan ini mempunyai bahan fiksasi yang lebih baik dan ringan, tetapi daya toksis kurang, karena mempunyai dua kelompok aldehid yang berfungsi aktif. Sifat glutaraldehid adalah kurang dan mudah dimetabolis oleh tubuh. Fuks dkk, mendapatkan kegagalan sebesar 18% pada gigi sulung setelah 25 bulan pemakaian glutaraldehid. Setelah 42 bulan, keberhasilan sebesar 45% mengalami lebih cepat dari yang dikontrol Fuks dan Bimstein. Belakangan ini ada beberapa peneliti telah menunjukkan keracunan reaksi alergi, dan menimbulkan iritasi mata. Oleh karena itu, bahan ini masih banyak diperdebatkan oleh para ahli untuk pemakaian pada gigi anak.



 Formaldehid 37% (Formalin)  Dilley dan Courts, membandingkan empat macam agen bahan, dan mendapatkan formalin dan glutaraldehid sebagai pemberi respons immunologis paling ringan. Meskipun banyak keberhasilannya telah dibuktikan, bahan pulpotomi pada gigi sulung ini belum banyak diterima dan dipakai oleh dokter gigi. Ranly dan Garcia-Godoy membandingkan formaldehid dengan glutaraldehid, mereka menyimpulkan bahwa glutaraldehid adalah bahan fiksasi yang lebih baik dan dapat dipakai dengan konsentrasi lebih rendah. N2 digunakan juga untuk prosedur pulpotomi satu tahap, dan pada penelitian Hannah dan Rowe, 1971 yang dilakukan dalam waktu lima tahun, ditemukan tingkat keberhasilan 99% walaupun terlihat adanya bukti histology yang menunjukkan bahwa bahan kimia untuk fiksasi pulpa sudah terresorbsi dan digantikan oleh jaringan granulasi.



4. Indikasi untuk perawatan mumifikasi pada gigi sulung 1) Gigi sulung dengan pulpa vital yang terbuka karena karies atau trauma. 2) Pada pasien yang tidak dapat dilakukan anestesi. 3) Pada pasien yang perdarahan yang abnormal misalnya hemofili. 4) Kesulitan dalam menyingkirkan semua jaringan pulpa pada perawatan pulpektomi terutama pada gigi posterior. 5) Pada waktu perawatan pulpotomi vital 1 kali kunjungan sukar dilakukan karena kurangnya waktu dan pasien tidak kooperatif.



5. Kontra indikasi untuk mumifikasi pada gigi sulung 



Kerusakan gigi bagian koronal yang besar sehingga restorasi tidak mungkin dilakukan.







Infeksi periapikal, apeks masih terbuka.







Adanya kelainan patologis pulpa secara klinis maupun rontgenologis.







Pasien kurang kooperatif







pulpotomi tidak berhasil akibat kegagalan anestesi,pasien merasa sakit saat amputasi pulpa



6 . Prosedur perawatan mumifikasi pada gigi sulung  Kunjungan Pertama 1. Ro-foto, isolasi daerah kerja 2. Pembuangan karies



3. Letakkan obat devitalisasi,seperti arsen,nervicid, atau gol.fromaldehid (Formokresol atau



TKF)



4. Tutup dengan tambalan sementara, hindarkan tekanan pada pulpa 5. Orang tua diberitahu untuk memberikan analagesik sewaktu – waktu jika timbul rasa sakit pada malamnya.



 Kunjungan Kedua (setelah 7 sampai 10 hari) 1. Diperiksa tidak ada keluhan rasa sakit atau pembengkakan. 2. Diperiksa apakah gigi goyang 3. Gigi diisolasi. 4. Pembukaan atap pulpa dengan bur kecepatan tinggi. 5. Bersihkan pulpa nekrotik dalam kamar pulpa dengan spoon eksavator tajam atau bur metal bulat diameter besar sampai dengan orifis. 6. Irigasi dengan Aquadest steril,dan keringkan. 7. Letakkan



pasta



mumifikasi



atau



pasta



zinc



oxide



eugenol+Formokresol dengan perbandingan 1 : 1. 8. Tutup dengan semen & tumpatan tetap



7. Alasan yang membuat perawatan mumifikasi cocok untuk anak 1. Pasien anak yang kurang kooperatif 2. Karena tidak dapat dilakukan anastesi lokal pada pasien anak tersebut 3. Kurangnya waktu pasien



8. Komplikasi yang terjadi pada perawatan mumifikasi pada gigi sulung Nyeri setelah kunjungan pertama mungkin timbul jika pasta devitalisatornya terlalu menekan pulpa. Orangtua harus selalu diingatkan agar memberi anaknya aspirin yang dosisnya sesuai. Di bawah 5 tahun 150 mg, di atas 5 tahun 300 mg. Kadang-kadang pulpa di mahkota tidak seluruhnya menjadi non-vital setelah 7-10 hari. Hal ini bisa terjadi jika pasta devitalisator tidak tepat lagi tempatnya pada saat meletakkan semen sementara, atau terbukanya pulpa tidak cukup besar sehingga efek devitalisatornya tidak penuh. Pada keadaan demikian, operator harus memilih antara



melakukan anastesi dan melaksanakan perawatan pulpotomi formokresol satu kali kunjungan atau memberi lagi devitalisatornya dan menyelesaikan pemotongan pulpanya pada kunjungan ketiga nanti.



Pembahasan kasus mumifikasi gigi sulung Setelah dengan pembahasan di atas saya ingin membahas sebuah kasus yang bersangkutan dengan perawatan mumfikasi, saya mengambil kasus dengan penyakit gigi pulpitis kronis ulseratif pada anak, mungkin akan ada pertanyaan, mengapa saya mengambil kasus penyakit gigi tersebut? Disini saya akan bahas satu persatu



 Tujuan penulisan saya Dapat mengetahui dan memahami tentang penyakit gigi tersebut dan bagaimana cara yang tepat mengatasinya.



Rumusan masalah 1. Apa pengertian pulpitis kronis ulseratif ? 2. Apa gejala-gejala dari pulpitis kronis ulseratif ? 3. Apa saja tanda-tanda dari pulpitis kronis ulseratif ? 4. Mengapa jadi pulpitis kronis ulseratif yang dapat di lakukan dengan perawatan mumifikasi? 5. Apa ada perawatan lain yang dapat di lakukan selain mumifikasi untuk menangani penyakit gigi tersebut? 6. Apakah perawatan mumifikasi masih sangat aktif di gunakan dalam perawatan gigi pada pulpa? 7. Bagaimana cara mencegah penyakit pulpitis kronis ulseratif pada anak?



Isi/Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Pulpitis Kronis Ulseratif Adalah peradangan pada pulpa gigi yang di tandai dengan pembetukkan ulser pada permukaan pulpa yang terbuka.



2. Gejala-gejala Pulpitis Kronis Ulseratif Gejalanya adalah rasa sakit yang biasanya tidak begitu hebat, bahkan tidak ada rasa sakit sama sekali, kecuali ada makanan masuk ke dalam kavitas. Selain itu, respons terhadap tes termal dan elektrik akan menurun. Biasanya terdapat pada pulpa yang terbuka dan akan tetap dalam fase kronis selama kavitas tetap terbuka. Gejala lain yang khas adalah ketika stimulasi gigi iritabilitas dingin dan panas, maka akan menghasilkan nyeri.



3. Tanda-tanda pulpitis kronis ulseratif Ω Inspeksi : karies profunda dengan dasar kavitas bewarna merah. Ω Sondasi : sakit kalau terkena warnamerah tersebut. Ω Tekanan : tidak sakit( tidak ada kelainan) Ω Termis



: sakit (dengan rangsangan panas/dingin)



4. Alasan Pulpitis Kronis Ulseratif untuk perawatan mumifikasi Saya memilih keadaan Pulpitis Kronis Ulseratif ini karena rasa sakit yang di timbulkan tidak begitu tajam, karena mumifikasi sebenarnya tidak begitu tepat untuk penyakit gigi yang sakit tajam dan sangat dalam, karena beberapa obat yang di pakai cukup keras sehingga takutnya dalam perawatan gigi yang sangat dalam dapat menyebar sampai ke jaringan periodontal, selain itu perawatan mumifikasi hanya sebatas sampai kamar pulpa, jadi yang pantas untuk perawatan ini adalah rasa sakit yang tidak begitu tajam.



5. Perawatan yang dapat di lakukan selain mumifikasi Tentu saja sebenarnya masih banyak yang dapat dilakukan selain perawatan mumifikasi apalagi perawatan mumifikasi ini hanya sebatas pada ruang pulpa tidak menyeluruh seperti perawatan saluran akar atau pulpektomi, hanya saja pada kasus tersebut yang saya bahas adalah kasus untuk gigi anak pastinya sikap anak-anak berbeda dengan orang dewasa, pada perawatan pulpektomi atau saluran akar memang perawatan yang cepat dan ringkas, namun biasanya di lakukan dengan anastesi sedangkan anak tersebut kurang kooperatif dan tidak mau di lakukan anastesi jadi saya ambillah perawatan mumifikasi walau pun prosesnya sedikit lebih panjang tetapi dengan tujuan hasil akhir yang lebih memuaskan dan tanpa menggunakan bahan untuk mematikan saraf gigi.



6. Perawatan mumifikasi masih aktif di pakai atau tidak Sebenarnya perawatan mumifikasi ini sudah sangat jarang dan hampir di tinggalkan sebagai perawatan pulpa gigi, karena adanya perawatan-perawatan lain yang lebih jauh modern dan ringkas yang dapat dilakukan selain mumifikasi ini, hanya saja dalam beberapa kasus apalagi kasus anak-anak yang takut dengan anastesi perawatan mumifikasi ini dapat menjadi solusi yang baik.



7. Cara mencegah penyakit gigi Pulpitis Kronis Ulseratif Untuk mengembalikkan gigi keadaan semula tentu tidak mungkin apalagi gigi sudah dalam keadaan karies atau gigi berlubang, yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan perawatan yang tepat dan dianjurkan untuk keadaan gigi tersebut, hanya saja kita dapat menghindari gigi dari berlubang khususnya untuk anak-anak, makan-makanan yang baik untuk gigi dan yang paling pasti adalah merawat gigi sedari dini dan ini adalah tugas orang tua, seperti diajarkan cara sikat gigi yang benar dengan waktu yang benar, dan chek up ke dokter gigi secara teratur 6 bulan sekali.



Gambar keadaan gigi yang di lakukan perawatan mumifikasi



Keterangan gambar : Pada mumifikasi, saluran akar (warna kuning) tidak disentuh. Perawatan hanya pada ruang pulpa (warna putih).



Ω Kesimpulan : Kesimpulan yang dapat saya jabarkan yaitu, perawatan mumifikasi adalah perawatan yang hanya sebatas pada ruang pulpa dan sudah hampir tidak digunakan karena banyaknya perawatan yang lebih modern dan lebih memadai. Hanya saja pada beberapa kasus perawatan mumifikasi cocok dilakukan pada indikasi yang tepat.



Daftar Pustaka http://ocw.usu.ac.id/course/download/611-PEDODONSIATERAPAN/pdi705_slide_restorasi_gigi_anak1.pdf http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/10978/Skripsi.pdf?sequence=1. http://journal.unair.ac.id/filerPDF/DENTJ-38-3-07.pdf. http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/01/gimul-tutorial-files-of-drsmed.pdf



Kennedy.D.B. Konservasi Gigi Anak Edisi 3.Penerbit Buku Kedokteran EGC ; Jakarta Indah Irma.Z, S.Ayu Intan. Penyakit Gigi,Mulut, dan THT. Penerbit Nuha Medika ; Yogyakarta