Makalah Osteoarthritis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PEMBERIAN ULTRASOUND, TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) DAN QUADRICEPS SETTING EXERCISE UNTUK MENURUNKAN FUNCTIONAL DISABILITY PADA PENDERITA OSTEOARTHRITIS LUTUT DI RUMAH SAKIT RUMAH SEHAT TERPADU DOMPET DHUAFA



MAKALAH



FITRINA WINDYASTAMI DEWI (1610702035) SITI FATIMAH (1610702049)



UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI D-III FISIOTERAPI 2019



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang bertajuk “Pemberian Ultrasound dan



Transcutaneus



Electrical



Nerve



Stimulation



(TENS)



Pada



Pasien



Osteoarthritis Genu di Rumah Sakit Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa” ini. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya kekurangan dalam makalah ini baik dalam isi maupun penyampaian, yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami. Oleh karenanya, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi penyempurnaan di masa yang akan datang. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya, ucapan terima kasih pun disampaikan kepada: a. Bapak Heri Wibisono, AMd. Ft, S.Pd, M.Si selaku Kepala Program Studi D-III Fisisoterapi. b. Ibu Sri Yani, SST.FT, M.Si selaku Pembimbing Pendidikan. c. Ibu Indri Kukuh Oktabrina, AMd.Ft selaku Pembimbing Lahan Praktik di Rumah Sakit Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa.



d. Seluruh Fisioterapis di Rumah Sakit Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa yang tidak ada henti dan tidak ada lelahnya dalam mengajari kami selama kami praktik.



1



DAFTAR ISI Kata Pengantar ………………………………………………………… 1 Daftar Isi ………………………………………………………………..



2



BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang ……………………………………………………….



3



I.2 Identifikasi Masalah …………………………………………………. 5 I.3 Rumusan Masalah …………………………………………………… 6 I.4 Tujuan Penulisan …………………………………………………….. 6 I.5 Manfaat Penulisan …………………………………………………… 6 BAB II Tinjauan Pustaka II.1 Deskripsi Kasus ……………………………………………………..



7



BAB III Laporan Kasus ……………………………………………….. 21 BAB IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Hasil ………………………………………………………………..



27



IV.2 Pembahasan………………………………………………………… 27 BAB IV Kesimpulan dan Saran V.1 Kesimpulan …………………………………………………………. 29 V.2 Saran ………………………………………………………………… 30 Daftar Pustaka …………………………………………………………. 31



2



BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman dan pesatnya pembangunan nasional khususnya pada bidang kesehatan, manusia mulai memiliki Usia Harapan Hidup (UHH) yang tinggi. Adanya penemuan berbagai alat kesehatan yang modern dengan standar keamanan dan lisensi yang jelas menjadi salah satu faktornya. Meskipun demikian, jumlah lansia di Indonesia akan terus meningkat. Meningkatnya jumlah lansia akan selalu dibarengi dengan meningkatnya permasalahan pada lanjut usia yang disebabkan oleh degeneratif dan mengakibatkan disabilitas pada lansia. Permasalahan yang sering terjadi pada lanjut usia diantaranya adalah adanya gangguan gerak (imobilisasi), timbul ketidak stabilan sehingga mudah untuk



jatuh,gangguan



mental,



pikun



(inteleqtualimpairment),



menyendiri



(isolation),gangguan berkemih (inkontinensia urin),impoten (impotence), daya tahan tubuh menurun (immunodeficiency), infeksi,malnutrisi, susah buang air kecil (BAK),susah buang air besar (BAB), kesalahan minum obat (iartogenesis), susah tidur(insomnia), fungsi indra menurun (impairment). Masalah-masalah tersebut merupakan beban bagi keluarga, masyarakat,maupun negara. (Pratintya, Harmilah, & Subroto, 2014) Osteoarthritis merupakan penyakit yang salah satu penyebabnya adalah gangguan gerak dan merupakan penyakit sendi paling banyak dialami di Indonesia. Merupakan penyakit muskuloskeletal yang ditandai dengan rusaknya tulang rawan sendi dan penyempitan celah sendi. Penyakit ini disebut juga dengan artritis degeneratif,



artritis hipertrofik



atau



penyakit sendi



degeneratif.



Osteoarthritis lebih sering mengenai wanita dengan usia diatas 65 tahun. Lebih dari sepertiga orang dengan usia diatas 45 tahun mengeluh gejala persendian yang bervariasi mulai dari sensari kekakuan sendi tertentu dan rasa nyeri yang berhubungan dengan aktivitas, sampai kelumpuhan anggota gerak dan nyeri hebat yang menetap, biasanya dirasakan akibat deformitas dan ketidak stabilan sendi. Degenerasi sendi yang menyebabkan sindrom klinis osteoarthritis muncul paling 3



sering pada lutut, panggul, kaki, tangan dan spine.(Suari, Ihsan, & Burhanuddin, 2015) Prevalensi osteoarthritis lutut dan panggul lebih tinggi dibandingkan dengan sendi yanglainnya, dikarenakan kedua sendi tersebutlebih banyak menopang berat tubuh. Penelitian tentang prevalensi osteoarthritislutut dan panggul dan ketepatan penggantian sendi terhadap 7.577 responden di Amerika, dikatakan bahwa prevalensi osteoarthritis panggul 7.4%, kejadiannya pada wanita (8%) lebih tinggi dibanding laki-laki (6.7%). Sedangkan prevalensi osteoarthritis lutut 12.2%, perempuan (14.9%) lebih tinggi dari pada laki-laki (8.7%) diikuti peningkatan usia. Jadi dapat disimpulkan bahwa prevalensi OA lutut lebih tinggi bila dibandingkan dengan OA panggul. (Marlina, 2015) Masalah osteoarthritis di Indonesia jumlahnya lebih besar dibandingkan negara barat, jika melihat tingginya prevalensi penyakit osteoarthritis di Malang lebih dari 855 pasien osteoartritis terganggu aktifitasnya terutama untuk melakukan kegiatan jongkok, naik tangga, dan berjalan.(Pratintya et al., 2014) Di Indonesia, prevalensi osteoartritis mencapai 5% pada usia 61 tahun. Menurut Riskesdas tahun 2013, prevalensi penyakit sendi berdasarkan diagnosa tenaga kesehatan di Indonesia 11,9% dan berdasarkan gejala 24,7%. Prevalensi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan tertinggi di Bali 19,3% sedangkan berdasarkan gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur 33,1%, Jawa Barat 32,1%, Bali 30%, DKI Jakarta 21,8%. Jika dilihat dari karakteristik umur, prevalensi tertinggi pada umur ≥ 75 tahun (54,8 %). Penderita wanita juga lebih banyak (27,5%) dibandingkan dengan pria (21,8%). (Suari et al., 2015) Sebuah laporan studi baru diterbitkan CDC pada tahun 2009 bahwa risiko seumur hidup dari gejala radang sendi lutut (osteoarthritis genu) mungkin hampir satu dari dua, atau 46%. Terjadinya osteoarthritis genu dipengaruhi oleh faktorfaktor resiko yaitu usia, jenis kelamin , ras/etnis, genetik, trauma lutut, obesitas, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, kebiasaan olahraga.(Anggraini & Hendranti, 2014) Diagnosis osteoarthritis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran klinis, pemeriksaan fisik dan gambaran radiologis. Anamnesis dan pemeriksaan



4



fisik terhadap pasien osteoartritis lutut biasanya memberikan keluhan-keluhan yang sudah lama tetapi berkembang secara perlahan–lahan seperti nyeri sendi yang merupakan keluhan utama pasien datang ke dokter, hambatan gerak sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi (deformitas) dan perubahan gaya berjalan. Gambaran berupa penyempitan celah sendi yang asimetris, peningkatan densitas tulang subkondral, kista tulang, osteofit pada pinggir sendi dan perubahan anatomi sendi dapat ditemukan pada pemeriksaan radiologi. Perubahan-perubahan yang terlihat pada gambaran radiologis osteoartritis lutut dikelompokkan menjadi lima derajat oleh Kellgren dan Lawrence berdasarkan adanya osteofit, penyempitan ruang sendi dan adanya sklerosis tulang subkondral.(Mutiwara, Najirman, & Afriwardi, 2016) Berdasarkan latar belakang yang tertera diatas, menjadikan alasan penulis ingin membuat makalah yang bertajuk “Pemberian Ultrasound, Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) dan Quadriceps Setting Exercise Untuk Menurunkan Functional Disability Pada Penderita Osteoartritis Lutut” I.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, terdapat beberapa identifikasi masalah yaitu: a. Osteoartritis merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang memiliki prevalensi mencapai 12.2%. Perempuan (14.9%) lebih tinggi dari pada laki-laki (8.7%) diikuti peningkatan usia b. Problematik fisioterapi pada pasien osteoartritis lutut yaitu functional disability c. Intervensi yang diberikan adalah Ultrasound, Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) dan Quadriceps Setting Exercise.



5



I.3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas penulis dapat dirumuskan masalah mengenai “Bagaimana hasil dari efek pemberian Ultrasound, Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS), dan Quadriceps Setting Exercise untuk menurunkan functional disability pada penderita ostearthritis lutut? I.4 Tujuan Penulisan Untuk mengkaji efek pemberian Ultrasound, TENS dan Quadriceps Setting Exercise untuk menurunkan functional disability pada penderita osteoartritis lutut. I. 5 Manfaat Penulisan I.5.1 Penulis Manfaat bagi penulis yaitu untuk dapat menambah wawasan, mempelajari, menganalisa masalah yang tertera serta memberikan pemahaman lebih rinci pada penulis. I.5.2 Fisioterapi Manfaat untuk fisioterapis yaitu untuk menambah ilmu pembelajaran, menganalisa dan mengidentifikasi masalah bagi fisioterapis lain I.5.3 Institusi Manfaat bagi institusi yaitu dalam upaya mengkaji ilmu pengetahuan, menganalisa masalah dan mengidentifikasi masalah



6



BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Deskripsi Kasus II.1.1 Definisi Osteoarthritis genu adalah suatu penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi lutut, merupakan suatu penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan tidak diketahui penyebabnya, meskipun terdapat beberapa faktor resiko yang berperan. Keadaan ini berkaitan dengan usia lanjut. Kelainan utama pada osteoarthritis genu adalah hilangnya progresif articular tulang rawan sendi, diikuti dengan penebalan tulang subkondral, pertumbuhan osteofit, kerusakan ligamen dan peradangan ringan didasarkan pada anamnesis yaitu riwayat penyakit, gambaran klinis dari pemeriksaan fisik dan hasil dari pemeriksaan radiologis. Anamnesis terhadap pasien osteoartritis genu umumnya mengungkapkan keluhan-keluhan yang sudah lama, tetapi berkembang secara perlahan-lahan.(Anggraini & Hendranti, 2014) Osteoartritis paling sering mengenai bagian lutut, panggul, tulang belakang dan pergelangan kaki. Karakteristik OA ditandai dengan adanya keluhan nyeri sendi dan gangguan pergerakan yang terkait dengan derajat kerusakan pada tulang rawan.(Putri & Anita, 2017) Adanya nyeri akan menyebabkan otot sekitar sendi lutut khususnya quadriceps, hamstrings dan illiotibial band akan menjadi spasme dan lemah. Kelemahan ini dapat menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan dan kelainan pada struktur persendian akibatnya persendian menjadi tidak stabil sehingga mudah terjadi cidera atau trauma yang akhirnya akan menyebabkan nyeri(Suriani & Lesmana, 2013). Berdasarkan data NHANES III, diantara penderita OA sekitar 80% penderita mengalami keterbatasan dalam pergerakan dan 25% mengalami keterbatasan dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Keterbatasan fungsi yang dialami oleh penderita osteoartritis khususnya bagian lutut berhubungan dengan adanya perubahan pada kualitas hidupdan penelitian lainnya menyatakan perubahan pada kualitas hidup pada penderita osteoartritis merupakan salah satu 7



konsekuensi langsung dari keterbatasan ruang gerak, nyeri, ketidakseimbangan otot, dan keterbatasan pada fungsi fisik.(Dewi, Subawa, & Wiguna, 2018) II.1.2 Etiologi Osteoarthritis memiliki etiologi yang multifaktorial dan mempengaruhi semua jenis kelamin baik yang muda maupun yang lanjut usia. berdasarkan patogenesis dari osteoarthritis dibedakan menjadi dua yaitu osteoarthritis primer dan osteoarthritis sekunder. Osteoarthritis primer disebut juga osteoarthritis yang kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun perubahan lokal pada sendi. Osteoarthritis sekunder osteoarthritis yang di dasari oleh adanya kelainan endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan, herediter, jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama. (Deu, Mogi, & Angliadi, 2014) Adapun gambaran klinis gejala yang dirasakan pasien dengan keluhan osteoarthritis berbeda-beda. Kriteria diagnosis yang dikembangkan olehAmerican College of Rheumatology antara lain: Klinis: Nyeri lutut hampir tiap hari pada bulansebelumnya, ditambah minimal 3 dari berikutini: 1) Krepitasi pada gerakan sendi aktif 2) Kaku di pagi hari dengan durasi kurang dari30 menit, 3) Usia >50 tahun 4) Pembesaran tulang lutut saat pemeriksaan 5) Nyeri tekanpada lutut saat pemeriksaan 6) Tidakteraba hangat(Wijaya, 2018) II.I.3 Anatomi Lutut Lutut di bentuk oleh 4 tulang, yaitu os femur, os tibia, dan os patella. Terdapat 2 sendi pada lutut yaitu tibio femoral joint yang terbentuk dari os tibia dan os femur dan patellofemoral joint yang terbentuk dari os patella dan os femur. kedua sendi bekerja sama agar lutut dapat melakukan gerakan fleksi, ekstensi, serta rotasi baik ke arah eksternal maupun internal. Sendi lutut dibentuk oleh tulang, ligamen, tendon, tulang rawan dan kapsul sendi. Semuanya terbuat dari kolagen. Kolagen adalah jaringan fibrosa yang ada



8



diseluruh tubuh. Pada umur tua, fungsi kolagen menurun dan rentan untuk rusak. Adapun jaringan lunak di sekitar sendi lutut, yaitu: a. Meniscus : merupakan struktur fibrokartilago yang berbentuk baji dan terletak di antara femoral condyle dan tibial plateu. Meniscus medial berbentuk “U” dan meniscus lateral berbentuk “C”. Jaringan meniscus mengandung air dan serat kolagen tipe I. Adapun fungsinya, yaitu untuk penyebaran pembebanan, peredam kejut, mempermudah gerakan rotasi, dan sebagai stabilisator b. Bursa : merupakan kantong yang berisi cairan untuk memudahkan terjadinya gesekan dan gerakan , berdinding tipis dan dibatasi oleh membrane synovial. Ada beberapa bursa yang terdapat pada sendi lutut, yaitu bursa popliteus, bursa supra patellaris, bursa infra patellaris, bursa subcutan prapatelaris, dan bursa sub patellaris. c. Ligamen : mempunyai sifat yang cukup lentur dan jaringannya cukup kuat. Berfungsi sebagai pembatas gerakan dan stabilitas sendi. Pada sendi lutut terdapat beberapa ligamen, yaitu: 1) Ligamentum cruciatum anterior Berjalan dari depan fossa intercondyloidea anterior ke permukaan medial condilus lateralisfemoris yang berfungsi menahan bergesernya os tibia ke depan. 2) Ligamentum cruciatum posterior Berjalan dari facies lateralis condylus medialis femoris menuju ke fossa intercondylodea tibia yang berfungsi menahan bergesernya os tibia ke arah belakang 3) Ligamentum collateral lateral Berjalan dari epicondylus lateralis ke capitulum fibula yang berfungsi menahan gerakan varus atau samping luar 4) Ligamentum collateral mediale Berjalan dari epicondylus medial ke permukaan medial tibia (epicondylus medialis tibia) yang berfungsi menahan gerakan valgus atau samping eksorotasi. Namun secara



9



keseluruhan fungsi ligamentum collateralle adalah menahan bergesernya os tibia ke depan saat lutut posisi 90 derajat 5) Ligamentum patella Merupakan lanjutan dari M.Quadriceps femoris yang berjalan menuju patella ke tuberositas tibia. 6) Ligamentum retinacullum patella lateral dan medial Berada di sebelah lateral dari tendon M.Quadricep femoris dan berjakan menuju tibia, dimana ligamen-ligamen ini melekat dengan tuberositas tibia. 7) Ligamentum popliteum articuatum Terletak



pada



daeran



condylus



lateralis



femoris



berhubungan erat dengan M. Popliteum 8) Ligamentum popliteum oblicum Berjalan dari condylus lateralis femoris kemudian turun menyilang menuju fascia popliteum yang berfungsi mencegah hiperekstensi lutut.(Sembiring S.P.K, 2018) Sumber : (Arifin & Yani, 2013) Table2.1 Knee Flexor Muscle No 1.



Otot



Gerakan



M. Biceps Femoris Fleksi (Caput Longum)



Origo



knee, Tuberositas



rotasi tibia ke ischiadicum, arah



Insersio Sisi



lateral



caput fibula



lateral membagi



(eksorotasi) dan tendon ekstensi hip



besar



sama dengan



semitendinosus dan



semi



memberanosus 2.



M. Biceps Femoris Fleksi (Caput Brevis)



knee, Linea



rotasi tibia ke femur arah



aspera Permukaan lateral



caput



lateral 10



(eksorotasi) dan



fibula



ekstensi hip 3.



M. Semimembranosus



Fleksi rotasi arah



knee, Tuberositas hip



ke ischiadicum,



medial membagi



(endorotasi)



tendon besar



Permukaan posterior medial



sama condylus tibia dengan



semitendinosus 4.



M. Semitendinosus



Fleksi rotasi arah



knee, Tuberositas hip



ke ischiadicum,



medial membagi



(endorotasi)



tendon besar



Permukaan medial



dari



superior tibia sama melalui tendon



dengan pes anserinus



semitendinosus dan



biceps



femoris 5.



M. Gastrocnemius



Plantar



fleksi Caput



medial Permukaan



kaki dan fleksi dan lateral dari posterior knee



6.



M. Plantaris



Plantar



permukaan



calcaneus



posterior



membentuk



condylus



tendon



femoralis



achilles



fleksi Lateral



Tendo



kaki dan fleksi supracondylar knee



calcaneus



femur di atas lateral



head



gastrocnemius 7.



M. Popliteus



Fleksi membantu



lutut, Permukaan lateral



Permukaan posterior 11



dalam



rotasi condylus



medial tibia 8.



M. Gracilis



Adduksi



proksimal



lateral hip, ½



shaft tibial bawah Permukaan



fleksi knee dan symphisis



medial



dari



rotasi ke arah pubis dan ½ superior tibia



9.



M. Sartorius



medial



atas



arcus melalui tendon



(endorotasi)



pubis



pes anserinus



Fleksi, abduksi Spina dan



iliaca Permukaan



external anterior



antero medial



rotasi hip joint. superior



atas os tibia



Fleksi



tepat di pes



dan



unternal



rotasi



anserinus



knee joint



Sumber : (Arifin & Yani, 2013) Table 2.2Knee Extensor Muscle No. 1.



Otot



Gerakan



M. Rectus Femoris



Origo



Fleksi hip dan Spina ekstensi knee



Insersio iliaca Tuberositas



anterior inferior tibia dan



bagian



superior lekukan acetabulum 2.



M.



Vastus Ekstensi sendi 2/3 atas bagian Tuberositas



Intermedius



lutut joint)



(knee anterior



dan tibialis



permukaan lateral os femur



3.



M. Vastus Lateralis



Ekstensi sendi Trochanter major Tuberositas lutut



(knee dan



permukaan tibia



lateral atas linea 12



joint) 4.



M. Vastus Medialis



aspera



Ekstensi sendi Linea lutut



Tendon



(knee intertrochanterica patella



joint)



dan



dan



bagian tuberositas



medial



linea tibia



aspera



II.1.4 Patofisiologi Pada osteoartritis terjadi perubahan-perubahan metabolisme tulang rawan sendi. Dalam hal ini termasuk sendi lutut. Perubahan itu berupa peningkatan aktivitas enzim-enzim yang bersifat merusak makromolekul matriks tulang rawan sendi, disertai penurunan sintesis proteoglikan dan kolagen. Proses ini mengakibatkan penurunan kadar proteoglikan, perubahan sifat-sifat kolagen dan berkurangnya kadar air tulang rawan sendi. Pada proses degenerasi dari kartilago artikular akan dihasilkan suatu subtansi atau zat yang dapat menimbulkan suatu reaksi inflamasi yang merangsang makrofag untuk menghasilkan IL-1 yang akan meningkatkan enzim proteolitik untuk degradasi matriks ekstraseluler. Gambaran utama pada osteoarthritis adalah: a. Destruksi kartilago yang progresif b. Terbentuknya kista subartikular c. Sklerosis di sekitar tulang d. Terbentuknya osteofit atau pembentukan tulang baru e. Terbentuknya fibrosis kapsul Perubahan dari struktur proteoglikan mengakibatkan tingginya resistensi dari tulang rawan untuk menahan kekuatan tekanan dari sendi dan pengaruh-pengaruh yang lain yang membebani persendian. Penurunan kekuatan dari tulang rawan disertai perubahan yang tidak sesuai dari kolagen. Kondrosit sendiri akan mengalami kerusakan. Selanjutnya terjadi perubahan komposisi molekuler dan matriks rawan sendi. Melalui mikroskop terlihat permukaan tulang rawan mengalami fibrilasi dan berlapis-lapis. Hilangnya tulang rawan menyebabkan penyempitan rongga sendi. 13



Sumber gambar: (Wijaya, 2018) Gambar2.1healthy knee joint and osteoarthritis knee Pada tepi sendi akan timbul respons pada tulang rawan yang rusak dengan pembentukan osteofit. Pembentukan tulang baru (osteofit) dianggap suatu respon fisiologis untuk memperbaiki dan membentuk kembali persendian. Dengan menambah luas permukaan sendi yang dapat menerima beban, osteofit diharapkan dapat memperbaiki perubahan-perubahan awal tulang rawan sendi pada osteoartritis. Lesi akan meluas dari pinggir sendi sepanjang garis permukaan sendi. Adanya pengikisan yang progresif menyebabkan tulang yang dibawahnya juga ikut terlibat. Hilangnya tulang-tulang tersebut merupakan usaha untuk melindungi permukaan yang tidak terkena. Namun ternyata peningkatan tekanan yang terjadi melebihi kekuatan biomekanik tulang. Sehingga tulang subkondral merespon dengan meningkatkan selularitas da invasi vaskular, akibatnya tulang menjadi tebal dan padat. Proses ini dinamakan eburnasi yang akhirnya mengakibatkan sklerosis tulang subkondral.(Sembiring S.P.K, 2018) Pada akhirnya rawan sendi menjadi aus, rusak dan menimbulkan gejala-gejala osteoartritis seperti nyeri sendi, kaku, dan deformitas. Melihat adanya proses kerusakan dan proses perbaikan yang sekaligus terjadi, maka osteoartritis dapat dianggap sebagai kegagalan sendi yang progresif.(Sembiring S.P.K, 2018)



14



II.I.5 Tanda dan Gejala a. Subklinis tidak ditemukan gejala tanda klinis. Hanya secara patologis dapat di temukan peningkatan jumlah air, pemben-tukan bulla / blister dan fibrilasi serabut – serabut jaringan ikat collagen pada tulang rawan sendi. b. Manifestasi Klinis timbul adanya nyeri pada saat bergerak (pain of motion) dan rasa kaku pada permukaan gerak, telah terjadi kerusakan sendi yang lebih luas, pada foto Rontgen tampak penyempitan ruang sendi (joint space) dan sclerosis tulang sub-kondral. c. Decompesasi stadium ini disebut juga surgical state. Ditandai dengan timbul rasa nyeri pada saat istirahat (pain of rest) dan pembatasan lingkup gerak sendi lutut (ROM = Range of Motion).(Suriani & Lesmana, 2013) II.1.6 Faktor Resiko Osteoarthritis merupakan penyakit multifactorial. Penyebab utamanya masih tidak jelas namun ada beberapa faktor resiko yang dapat memicu maupun memperberat kondisi osteoarthritis: a. Usia Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoarthritis, faktor penuaan adalah yang paling berpengaruh. Prevalensi dan beratnya osteoarthritis semakin meningkat dengan bertambahnya usia. Osteoarthritis hampir tidak pernah terjadi pada anak-anak, jarang pada usia dibawah 40 tahun dan sering pada usia diatas 60 tahun. Hal ini disebabkan karena adanya hubungan antara umur dengan penurunan kekuatan kolagen dan proteoglikan pada kartilago sendi. b. Jenis Kelamin Pada orangtua yang berusia diatas 50 tahun, prevalensi terjadinya osteoarthritis pada wanita lebih tinggi dari pria dan pada usia dibawah 40 tahun osteoarthritislebih sering terjadi pada pria dan wanita.



15



c. Suku Bangsa Osteoarthritis primer dapat menyerang semua rasmeskipun terdapat perbedaan prevalensi pola terkenanya sendi pada osteoartrhritis. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi pada kelainan kongenital dan pertumbuhan. d. Genetik Faktor herediter juga berperan pada timbulnya ostearthritis. Adanya mutasi dalam gen prokolagen atu gen-gen struktural lain untuk unsurunsur tulang rawan sendi seperti kolagen, proteoglikan berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada osteoarthritis. e. Kegemukan atau penyakit metabolik Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan mekanik pada sendi penahan beban tubuh, dan lebih sering menyebabkan osteoartritis lutut. Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi penahan beban, tetapi juga dengan osteoartritis sendi lain. Diduga terdapat faktor lain (metabolik) yang berperan pada timbulnya kaitan tersebut antara lain penyakit jantung koroner, diabetes melitus dan hipertensi. f. Cedera sendi (trauma), pekerjaan dan olahraga Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian suatu sendi yang terusmenerus, berkaitan dengan resiko osteoartritis tertentu. Demikian juga cedera sendi dan olahraga yang sering menimbulkan cedera sendi berkaitan dnegan resiko osteoartritis yang lebih tinggi. (Sembiring S.P.K, 2018) II.I.7 Komplikasi Penderita OA lutut, apabila tidak diberikan pertolongan yang cepat maka pada sendi tersebut dapat terjadi gangguan antara lain : a. Gangguan pada waktu berjalan karena adanya pembengkakan akibat peradangan b. Terjadi kekakuan pada sendi lutut karena peradangan yang berlangsung lama sehingga struktur sendi akan mengalami perlengketan,



16



c. Terjadi atrofi otot karena adanya nyeri d. Menurunnya fungsi otot akan mengurangi stabilitas sendi terutama sendi penumpu berat badan, sehingga dapat memperburuk keadaan penyakit dan menimbulkan deformitas. (Suriani & Lesmana, 2013) II.I.8 Klasifikasi Osteoarthritis Berdasarkan gambaran radiologi, OA lututdapat diklasifikasikan dalam lima grademenurut Kellgren – Lawrence, yaitu: a. Grade 0



: tidak ditemukan penyempitanruang sendi atau perubahan



reaktif b. Grade 1



:penyempitan



ruang



sendimeragukan



dengan



kemungkinanbentukan osteofit c. Grade 2



: osteofit jelas, kemungkinan penyempitan ruang sendi



d. Grade 3



: osteofit sedang, penyempitan ruang sendi jelas, nampak



sklerosis,kemungkinan deformitas pada ujungtulang e. Grade 4



: osteofit besar, penyempitanruang sendi jelas, sklerosis



berat, nampakdeformitas ujung tulang (Wijaya, 2018) II.I.9 Functional Disability Disabilitas fungsional pada lansia merupakan respons tubuh sejalan denganbertambahnya umurseseorang dan proses kemunduran yang diikuti dengan munculnya gangguan fisiologis, penurunan fungsi, gangguan kognitif, gangguan afektif, dan gangguan psikososial. Ini artinya menjaga emosi lansia tetap harus diperhatikansehingga respon sosialnya dapat terjaga.(C, Wijayanti, & Rahayu, 2010) Disabilitas fungsional atau kemunduran gerak fungsional pada lanjut usia menunjukkan adanya kesulitan, keterbatasan atau ketergantungan pada orang lain dalam melakukan atau memenuhi Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKS) dan Aktivitas Instrumen Kehidupan Sehari-hari (AIKS) (Lenze, Rogers, Martire: 2001). Menurut Suurmeijer (1994) yang dipetik Bondan Palestin (2006), tingkat keterbatasan aktivitas dapat dikelompokkan menjadi: 1) Dapat melakukan pekerjaan secara mandiri tanpa kesulitan apapun, 2) Dapat melakukan pekerjaan 17



secara mandiri namun mendapatkan sedikit kesulitan, 3) Dapat melakukan pekerjaan secara mandiri namun mendapatkan kesulitan yang cukup besar, 4) Tidak dapat melakukan sebagian besar pekerjaan secara mandiri sehingga membutuhkan bantuan orang lain, 5) Tidak mampu melakukan semua pekerjaan sehingga sangat tergantung pada orang lain.(Tukino, Kusumawardhani, Nurlela, Wibawa, & Nurochmi, 2012) Tujuan rehabilitasi pada lansia adalah memperbaiki dan meningkatkan kemampuan fungsional lansia sehingga lansia dapat mandiri, tetap aktif dan produktif serta dapat menikmati hari tuanya dengan bahagia (Adnyana & Lestari, 2014) II.I.10 Pemeriksaan Functional Disability Pengukuran untuk pemeriksaan functional disability menggunakan WOMAC (Western Ontarioand McMaster Index)dikembangkan pada awal 1980an sebagaiukuran spesifik penyakit untuk osteoartritis pinggul dan lutut. Dirancang untuk memberikan standar penilaian status kesehatan yang saat menggabungkan aktivitas yang relevan untuk pasien. Instrumen ini telah digunakan secara luas di osteoarthritis ekstremitas bawah dan sendi. terdiri dari 24 item: 5 nyeri, 2 kekakuan, dan 17 item fungsi fisik. Itu menghasilkantiga skor subskala (nyeri, kekakuan, dan fungsi fisik)dan skor total(Ackerman, 2009). WOMAC tersedia dalam banyak bahasa seperti Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Bahasa Rusia, Bahasa Belanda dll. Skor dari3 subskala membentuk totalskor WOMAC. Dalam studi ini,total skor diubah menjadiskala 100 poin, dengan yang lebih tinggiskor mewakili fisik yang lebih baikberfungsi. (Wagenmakers, Stevens, van den Akker-Scheek, Zijlstra, & Groothoff, 2008) Pengukuran



dilakukan



denganmenggunakan



WOMAC



(Western



Ontarioand McMaster Index) dilakukan dengan memberikanbeberapa pertanyaan kepada penderitakemudian setelah itu penderita disuruhmemberikan nilai pada pertanyaan tersebut.Nilai pertanyaan tersebut (0) tidak ada, (1) ringan, (2) sedang, (3) berat, (4) sangat berat.



18



The Western Ontario dan McMaster Index (WOMAC) Nama : ........................................................... Tanggal : ........................................................... Petunjuk: Silakan menilai kegiatan di masing-masing kategori menurut skala berikut kesulitan: 0 = Tidak ada, 1 = Ringan, 2 = Sedang, 3 = Berat, 4 = Sangat Berat (Lingkaran satu nomor untuk setiap kegiatan.) Sumber : (Rozina & Smith, 2008) Table 2.3 Skala WOMAC No The Western Ontario dan McMaster Index



1.



Nyeri



2.



Kekakuan



3.



Fungsi Fisik



TA (0)



R (1)



SCORE S B (2) (3)



SB (4)



1. Berjalan 2. Naik Tangga 3. Nyeri malam hari 4. Istirahat 5. Pemindahan berat badan 1. Kaku pada pagi hari 2. Kekakuan di kemudian hari 1. Nyeri saat naik tangga 2. Nyeri saat turun tangga 3. Nyeri malam hari 4. Berdiri statis 5.Berjalan di permukaan datar 6. Masuk / keluar dari mobil 7. Pergi belanja 8. Menaruh kaos kaki 9. Berbaring di tempat tidur 10. Jongkok 11. Mengambil kaus kaki 12. Bangun dari tempat tidur 13.Masuk/keluar kamar mandi 14. Duduk 15. Masuk keluar toilet 16. Tugas rumah tangga berat 17.Tugas rumah tangga ringan Total Score



Keterangan 1-30 31-52 53-71 72-100



Nilai Ringan Sedang Berat Sangat Berat 19



II.I.10 Diagnosa Banding Berdasarkan gejala dan tandanya diagnosa banding osteoarthritis dapat diasumsikan



dengan



penyakit



sendi



lainseperti



arthritis



gout



atau



arthritisrheumatoid. (Pratintya et al., 2014) a. Gouty arthritis adalah penyakit yang diakibatkan suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi kristal asam urat pada jaringan sendi, penyakit ini merupakan faktor penghambat diberbagai kegiatan, walaupun Gouty Arthritis tidak termasuk dalam tiga besar penyakit pembunuh tapi sangat mengganggu. Patut diwaspadai karena jika tidak ditangani dengan baik dan benar akan berdampak buruk pada kerja ginjal. Jika batu asam urat menumpuk di ginjal maka akan menuju pada keadaan penyakit ginjal kronik. b. Rematik atau yang biasa disebut dengan Reumatoid Artritis (RA) adalah penyakit inflamasi sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya. Karakteristik rematik adalah terjadinya kerusakan dan proliferasi pada membran sinovial, yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis dan deformitas. Mekanisme imunologis tampak berperan penting dalam memulai dan timbulnya penyakit ini.



20



BAB III LAPORAN KASUS III.1 KETERANGAN UMUM PENDERITA Nama



: Ny. I



Umur



: 55 Tahun



Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 07 Desember 1964 Jenis Kelamin



: Perempuan



Agama



: Islam



Pekerjaan



: Ibu Rumah Tangga



Alamat



: Kp. Warujaya, Parung



Hobi



: Senam



Jumlah Saudara



:9



Anak Ke-



:9



III.2 DATA DATA MEDIS (Diagnosis medis, catatan klinis, general treatment, medika mentosa, hasil lab, foto ronsen, dll) Osteoarthritis Genu III.3 ASESMEN FISIOTERAPI A.ANAMNESIS (AUTO / ALLO / HETERO) 1.KELUHAN UTAMA Os merasakan nyeri pada kedua lutut saat berjalan 2.RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Os datang dengan keluhan nyeri pada kedua lututnya sejak 3 bulan yang lalu. Awal mula nyeri dirasakan ketka os akan berkunjung kerumah temannya, kemudian saat sedang berjalan kaki tiba-tiba terdengar suara “krek” pada kaki os. Saat itu os langsung tidak dapat berjalan. Saat ini nyeri dirasakan ketika os dalam posisi duduk ke berdiri dan berjalan dengan jarak yang jauh. 3.RIWAYAT PENYAKIT DAHULU Tidak memiliki riwayat penyakit terdahulu 4.RIWAYAT PENYAKIT PENYERTA Tidak memiliki riwayat penyakit penyerta 21



5.RIWAYAT KELUARGA DAN STATUS SOSIAL Tidak memiliki riwayat penyakit keluarga B. PEMERIKSAAN FISIK 1. PEMERIKSAAN TANDA VITAL Kesadaran



: Composmentis



Tekanan Darah : 120/80 mmHg Denyut Nadi



: 66x/menit



Pernafasan



: 16x/menit



Terperatur



: 36,5° C



Tinggi Badan



: 155 cm



Berat Badan



: 69 kg



BMI



: 28,7 (Obese Level 1)



2.INSPEKSI/OBSERVASI Statis : saat dalam posisi berdiri, kaki pasien cenderung varus dan hyperextension. Dinamis : saat berjalan posisi kaki pasien cenderung varus. 3.PALPASI a. Spasme m. quadriceps b. Spasme m. hamstring c. Oedema: Negatif 4.PERKUSI Tidak dilakukan pemeriksaan 5.AUSKULTASI Tidak terdapat krepitasi 6.PEMERIKSAAN FUNGSI a. MMT (Manual Muscle Testing) Sinistra Flexor 5 Extensor 5



Dextra 4 4



Kesan: 1. Flexi knee dextra MMT nilai 4 2. Extensi knee dextra MMT nilai 4 3. Flexi dan extensi knee sinistra MMT nilai 5 22



b. Range of Motion (ROM) Knee: Dextra : (S: 0°-0°-105°) Sinistra : (S: 0°-0°-110°) Nilai Normal (S: 0°-0°-130°) c. Antropometri 1. Lingkar tungkai Atas Bawah



Kanan 52 cm 33 cm



Kiri 53 cm 33 cm



2. Panjang tungkai Kanan : 82 cm Kiri : 80 cm d. Oedema: Negatif 7. PEMERIKSAAN KHUSUS DAN PENGUKURAN a. Sensibilitas Tajam Positif Tumpul Positif Kasar Positif Halus positif b. VAS 1. Nyeri diam : 0/VAS/10 2. Nyeri gerak : 5/VAS/10 3. Nyeri tekan : 4/VAS/10 (Pada bagian pes anserius, m.hamsting, dan m.quadriceps) c. Test Khusus 1. Ballotement Test Hasil: Negatif 2. Anterior Drawer Test Hasil: Negatif 3. Posterior Drawer Test Hasil: Negatif 8. KOGNITIF, INTRAPERSONAL & INTERPERSONAL a. Kognitif : Pasiem memiliki orientasi yang baik, mampu menceritakan awal terjadinya atau terserangnya penyakit sampai saat ini. 23



b. Intrapersonal c. Interpersonal



: Pasien memiliki motivasi dan semangat yang tinggi untuk sembuh. : Pasien kooperatif, mampu bekerjasama dengan fisioterapis dan tenaga kesehatan lainnya.



IV. DIAGNOSA FISIOTERAPI Impairment a. Spasme m. quadriceps dan m. hamstring b. Adanya penurunan kekuatan otot c. Adanya penurunan Lingkup Gerak Sendi d. Adanya nyeri tekan pada pes anserius lutut bilateral e. Adanya nyeri gerak Functional Limitation a. Kesulitan berjalan dengan jarak yang jauh b. Kesulitan pada posisi duduk ke berdiri Disability/Participation restriction Gangguan dalam bekerja dan melakukan aktivitas sehari-hari. Diagnosa Fisioterapi Gangguan gerak dan fungsi pada kedua lutut dikarenakan adanya spasme m.quadriceps dan m.hamstring, nyeri tekan pada pes anserius, nyeri gerak, menurunnya LGS dan kekuatan otot. Sehingga mengganggu aktivitas pasien dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Dengan diagnosa osteoarthritis genu. V. RENCANA EVALUASI (Sesuai dengan Problematik Fisioterapi) Berdasarkan problematik fisioterapi, direncanakan evaluasi berupa: a. Penurunan spasme dengan palpasi b. Peningkatan kekuatan otot dengan MMT c. Penurunan nyeri dengan menggunakan VAS d. Peningkatan LGS dengan menggunakan goniometer VI. KRITERIA KEBERHASILAN Terapi dikatakan berhasil apabila spasme m.quadriceps dan m.hamstring berkurang, nyeri tekan pada pes anserius dan nyeri gerak berkurang, kekuatan otot meningkat, lingkup gerak sendi meningkat, pasien mampu berada dalam posisi dari duduk ke berdiri tanpa kesulitan, dan mampu berjalan dengan jarak yang jauh tanpa ada kesulitan.



24



VII. PROGNOSIS Quo ad vitam



: Baik



Quo ad sanam



: Ragu-ragu



Quo ad cosmeticam : Ragu-ragu Quo ad fungsionam : Ragu-ragu VIII. PROGRAM FISIOTERAPI A.TUJUAN a. Tujuan Jangka Pendek : Mengurangi spasme, mengurangi nyeri, meningkatan LGS, dan meningkatkan kekuatan otot. b. Tujuan Jangka Panjang : Meningkatkan kemampuan fungsional pasien. B. TINDAKAN FISIOTERAPI a. TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation) F



: 2x/minggu



I



: Toleransi Pasien (maximal 40 mA)



T



: 10 menit



T



: Intermitten



b. Ultrasound F



: 1 MHz



I



: 0,8 W/CM₂



T



: 4 menit



T



: Continous



c. Quadriceps Setting Exercise, Sitting Knee (Home Program) F



: 2x/hari



I



: 4x pengulangan



T



: 8 detik hold, 4 detik rest



T



: Exercise



25



C. EDUKASI DAN HOME PROGRAM a. Pasien dianjurkan untuk membatasi aktivitas yang membebani sendi lutut. Misalnya: naik turun tangga dan berjalan dengan jarak yang jauh. b. Melakukan exercise yang diberikan oleh Fisioterapis dan dilakukan secara mandiri dirumah.



26



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil Hasil terapi yang diterapkan kepada penderita osteoarthritis lutut dengan modalitas TENS, US dan Quadriceps setting exercise diperoleh hasil adanya penurunan nyeri, spasme berkurang, peningkatan kekuatan otot dan meningkatnya lingkup gerak sendi. Hasil evaluasi: a. Evaluasi I (09 April 2019) 



Nyeri belum berkurang







Spasme belum berkurang







Kekuatan otot belum meningkat







Lingkup gerak sendi belum meningkat



b. Evaluasi II (12 April 2019) 







Nyeri berkurang -



Nyeri diam



: 0/VAS/10



-



Nyeri gerak



: 4,2/VAS/10



-



Nyeri tekan



: 2,8/VAS/10



Spasme berkurang Dengan palpasi pada bagian m.quadriceps dan m.hamstring







Kekuatan otot belum meningkat







Lingkup gerak sendi meningkat.



IV.2 Pembahasan Transcutaneus



Electrical



Nerve



Stimulation



(TENS)



merupakan



pengabungan perangkat kecil untuk mengarahkan pulsa listrik ringan ke saraf di area yang sakit. Selama penanganan stimulasi dengan TENS, elektroda diletakkan atau ditempelkan pada kulit didaerah yang mengalami keluhan nyeri (triggerpoint). Elektroda dihubungkan dengan kabel ke stimulator bertenaga listrik. Beberapa unit TENS bekerja dengan cara memblokir impuls nyeri melalui stimulasi serabur 27



saraf besar. Jenis lain TENS bekerja dengan menyebabkan tubuh melepaskan endorphin (zat kimia saraf yang terjadi secara alami dalam otak yang memiliki sifat menghilangkan rasa sakit). TENS dapat mengurangi nyeri lutut dimana aktifitas sel nosiseptor di kornu dorsalis saat TENS diaplikasikan pada area somatic dalam bentuk inhibisi pre dan post sinapsis, hal ini sesuai penelitian yang dilakukan Garrison dan Foreman (1994). TENS dengan segmental simpatis dapat mengurangi nyeri kronis pada OA lutut melalui antidromik yang bermanfaat untuk memperbaiki dan meningkatkan proses recovery jaringan lunak melalui respon vasodilatasi kapiler, dan efek prodomik yang bermanfaat terhadap aktivasi beta endorphin, serotonin untuk membantu menurunkan keluhan nyeri pada kondisi musculoskeletal termasuk OA lutut. (Kuntono, Haryatno, & Parjoto, 2013) Ultrasound merupakan generator yang menghasilkan arus bolak–balik berfrekuensi tinggi yang berjalan pada kabel koaksial pada transduser yang kemudian dikonversikan menjadi getaran suara oleh karena adanya efek piezoelectric. (Underwater, Diathermy, & Fascitis, 2006) Terapi latihan adalah salah satu modalitas yang direkomendasikan untuk meningkatkan kekuatan otot kuadrisep pada kasus ini. Sedangkan tujuan dari terapi latihan adalah meningkatkan kekuatan otot lokal, memperbaiki lingkup gerak sendi, meningkatkan ketahanan sehingga fungsi dan kinerja menjadi lebih baik. Meskipun terapi latihan tidak bisa menghentikan proses degeneratif, tetapi diharapkan dapat memperlambat progresivitasnya, meringankan gejala yang timbul, mencegah komplikasi yang timbul akibat proses degeneratif. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan terapi latihan dengan beban yang dipadukan dengan jumlah pengulangan dan masa istirahat (Lateur, 1996 dikutip oleh (Kuntono et al., 2013).



28



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan Osteoarthritis genu adalah suatu penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi lutut, merupakan suatu penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan tidak diketahui penyebabnya, meskipun terdapat beberapa faktor resiko yang berperan. Keadaan ini berkaitan dengan usia lanjut. Kelainan utama pada osteoarthritis genu adalah hilangnya progresif articular tulang rawan sendi, diikuti dengan penebalan tulang subkondral, pertumbuhan osteofit, kerusakan ligamen dan peradangan ringan didasarkan pada anamnesis yaitu riwayat penyakit, gambaran klinis dari pemeriksaan fisik dan hasil dari pemeriksaan radiologis. Anamnesis terhadap pasien osteoartritis genu umumnya mengungkapkan keluhan-keluhan yang sudah lama, tetapi berkembang secara perlahan-lahan.(Anggraini & Hendranti, 2014). Adanya nyeri akan menyebabkan otot sekitar sendi lutut khususnya m.quadriceps, m.hamstrings dan m.illiotibial band akan menjadi spasme dan lemah. Kelemahan ini dapat menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan dan kelainan pada struktur persendian akibatnya persendian menjadi tidak stabil sehingga mudah terjadi cidera atau trauma yang akhirnya akan menyebabkan nyeri(Suriani & Lesmana, 2013). Penderita OA lutut, apabila tidak diberikan pertolongan yang cepat maka pada sendi tersebut dapat terjadi gangguan antara lain : e. Gangguan pada waktu berjalan karena adanya pembengkakan akibat peradangan. f. Terjadi kekakuan pada sendi lutut karena peradangan yang berlangsung lama sehingga struktur sendi akan mengalami perlengketan, g. Terjadi atrofi otot karena adanya nyeri. h. Menurunnya fungsi otot akan mengurangi stabilitas sendi terutama sendi penumpu berat badan, sehingga dapat memperburuk keadaan penyakit dan menimbuflkan deformitas. (Suriani & Lesmana, 2013).



29



Penatalaksanaan Fisioterapi untuk menangani pasien Osteoarthritis Genu, yaitu dengan memberikan modalitas alat berupa Ultrasound dan Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS). Hasil evaluasi: c. Evaluasi I (09 April 2019) 



Nyeri belum berkurang







Spasme belum berkurang







Kekuatan otot belum meningkat







Lingkup gerak sendi belum meningkat



d. Evaluasi II (12 April 2019) 







Nyeri berkurang -



Nyeri diam



: 0/VAS/10



-



Nyeri gerak



: 4,2/VAS/10



-



Nyeri tekan



: 2,8/VAS/10



Spasme berkurang Dengan palpasi pada bagian m.quadriceps dan m.hamstring







Kekuatan otot belum meningkat







Lingkup gerak sendi belum meningkat.



Terdapat pengaruh terhadap Pemberian Ultrasound dan Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) Pada Pasien Osteoarthritis Genu. V.2 Saran Treatment dilanjutkan dan diadakan evaluasi lebih lanjut terhadap pasien.



30



DAFTAR PUSTAKA Ackerman, I. (2009). Western ontario and mcmaster universities osteoarthritis index (WOMAC). Australian Journal of Physiotherapy, 55(3), 213. https://doi.org/10.1016/S0004-9514(09)70088-1 Adnyana, I. W. W., & Lestari, P. (2014). Pengaruh Senam Lansia Terhadap Kemampuan Fungsional Pada Lansia Yang Mengalami Low Back Pain (Nyeri Punggung) Di Desa Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Jurnal Keperawatan Komunitas, 2(1 mei), 25–31. Anggraini, N. E., & Hendranti, L. Y. (2014). Hubungan Obesitas dan FaktorFaktor Pada Individu dengan Kejadian Osteoarthritis Genu. Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 2(januari), 93–104. Arifin, S., & Yani, S. (2013). Atlas Anatomi Otot Manusia. C, F. N., Wijayanti, R., & Rahayu, E. (2010). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Respon Sosial Pada Lansia Di Desa Sokaraja Lor Kecamatan Sokaraja. Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), 5(1), 30–36. Deu, R. P., Mogi, T. I., & Angliadi, E. (2014). Gambaran Kejadian Nyeri Lutut Dengan Kecurigaan Osteoartritis Lutut Pada Perawat Di Poliklinik Rawat Jalan BLU RSUP. PROF. DR. R. D. Kandou Manado. Jurnal E-CliniC (ECI), 2(1). Dewi, N. P. A. P. A., Subawa, W., & Wiguna, A. A. (2018). Hubungan status kesehatan berdasarkan WOMAC dengan kualitas hidup berdasarkan WHOQOL-BREF pada pasien osteoartritis lutut di Rumah Sakit Sanglah tahun 2016-2017. Intisari Sains Medis, 9(1), 71–75. https://doi.org/10.1556/ism.v9i1.164 Kuntono, H. P., Haryatno, P., & Parjoto, S. (2013). Pengurangan Nyeri Menggunakan Latihan Otot Quadriceps Dan TENS Dengan Latihan Otot Quadriceps Dan Fisiotaping Pada Osteoarthritis Lutut. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, (jilid 3), 163–167. Marlina, T. (2015). Efektivitas latihan lutut terhadap penurunan intensitas nyeri pasien osteoarthritis lutut di yogyakarta. Jurnal Keperawatan Sriwijaya, 31



2(2355), 44–56. Mutiwara, E., Najirman, & Afriwardi. (2016). Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Derajat Kerusakan Sendi pada Pasien Osteoartritis Lutut di RSUP Dr . M . Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 5(2), 376–380. Pratintya, A. D., Harmilah, & Subroto. (2014). Kompres Hangat Menurunkan Nyeri Persendian Osteoartritis Pada Lanjut Usia. Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan, 10(1). Putri, A. B., & Anita. (2017). Efek Anti Inflamasi Enzim Bromelin Nanas Terhadap Osteoartritis. Jurnal Kesehatan, 8(3), 489. https://doi.org/10.26630/jk.v8i3.681 Rozina, M., & Smith, J. (2008). Rozina & Smith Physical therapy. Retrieved from http://rozinaandsmithpt.com/files/pdf/womac-03-2016.pdf Sembiring S.P.K. (2018). Diagnosis Diferensial Nyeri Lutut. (dr. Samuel Pola Karta Sembiring, Ed.). SamuelKarta.com. Suari, B. A., Ihsan, M., & Burhanuddin, L. (2015). Gambaran Penderita Osteoartritis Di Bagian Bedah Rsud Arifin Achmad Periode Januari 2011 Desember 2013. Jom Fk, 2(2), 1–10. Suriani, S., & Lesmana, S. I. (2013). Latihan Theraband Lebih Baik Menurunkan Nyeri Dari Pada Latihan Quadricep Bench Pada Osteoarthritis Genu. Jurnal Fisioterapi, 13(April). Tukino, Kusumawardhani, H. N., Nurlela, E., Wibawa, C. H., & Nurochmi. (2012). Kondisi Fisik, Psikologis, Dan Sosial Disabilitas Fungsional Lanjut Usia Korban Erupsi Merapi Di Shelter Plosokerep Kabupaten Sleman. Jurnal Ilmiah Pekerjaan Sosial, 11(November). Underwater, U., Diathermy, M. W., & Fascitis, P. (2006). PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN INTERVENSI MICRO WAVE DIATHERMY ( MWD ) DAN ULTRASOUND UNDERWATER DENGAN INTERVENSI MICRO WAVE DIATHERMY ( MWD ) DAN ULTRASOUND GEL TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA KASUS PLANTAR, 6(1). Wagenmakers, R., Stevens, M., van den Akker-Scheek, I., Zijlstra, W., & Groothoff, J. W. (2008). Predictive Value of the Western Ontario and McMaster Universities Osteoarthritis Index for the Amount of Physical



32



Activity After Total Hip Arthroplasty. Physical Therapy, 88(2), 211–218. https://doi.org/10.2522/ptj.20060321 Wijaya, S. (2018). Osteoartritis Lutut. CKD, 45(6), 424–429.



33